Anda di halaman 1dari 75

Pajak

Penghasilan
Pasal 21
Nita Andriyani Budiman,
SE, M.Si, Ak, BKP, CA
Pajak Penghasilan Pasal 21

Pemotongan pajak atas penghasilan sehubungan dengan pekerjaan,


jasa, atau kegiatan dengan nama dan dalam bentuk apa pun yang
diterima atau diperoleh Wajib Pajak orang pribadi dalam negeri yang
dilakukan oleh:
– pemberi kerja yang membayar gaji, dll sebagai imbalan pekerjaan yang
dilakukan oleh pegawai atau bukan pegawai;
– bendahara pemerintah yang membayar gaji, dll sehubungan dengan
pekerjaan, jasa, atau kegiatan;
– dana pensiun atau badan lain yang membayarkan uang pensiun dll;
– badan yang membayar honorarium atau pembayaran lain sebagai
imbalan sehubungan dengan jasa termasuk jasa tenaga ahli yang
melakukan pekerjaan bebas; dan
– penyelenggara kegiatan yang melakukan pembayaran sehubungan
dengan pelaksanaan suatu kegiatan.

2
Definisi

Pajak yang dikenakan terhadap WP Orang Pribadi Dalam Negeri atas


penghasilan yang terkait dengan pekerjaan, jasa, atau kegiatan.

Penghasilan yang dimaksud dapat berbentuk gaji, upah, honorarium,


tunjangan, pensiun, atau pembayaran lain dengan nama apapun.

Saat Terutang
Saat yang lebih dahulu antara akhir bulan diterimanya pembayaran
atau akhir bulan diperolehnya penghasilan.
Perbedaan Pengenaan

PPh 26 →
PPh 21 →
Subjek Pajak
WP Dalam Negeri
Luar Negeri
(DN)
(SPLN)

4
Subjek Pajak

Penerima uang
pesangon, pensiun, Bukan pegawai
Pegawai Tunjangan/Jaminan yang melakukan
Hari Tua (THT/JHT), pemberian jasa
termasuk ahli waris

Anggota dewan
komisaris atau
Mantan pegawai Peserta kegiatan
dewan pengawas
non pegawai
Subjek Pajak
(Bukan Pegawai yang Melakukan Pemberian Jasa)

▪ Tenaga ahli yang terdiri dari pengacara, akuntan, arsitek, dokter,


konsultan, notaris, penilai, dan aktuaris.
▪ Pekerja seni.
▪ Olahragawan.
▪ Penasihat, pengajar, pelatih, penceramah, penyuluh, dan moderator.
▪ Pengarang, peneliti, dan penerjemah.
▪ Pemberi jasa dalam segala bidang atau kepada suatu
kepanitiaan.
▪ Agen iklan.
▪ Pengawas atau pengelola proyek.
▪ Pembawa pesanan atau perantara.
▪ Petugas penjaja barang dagangan.
▪ Petugas dinas luar asuransi.
▪ Distributor MLM, direct selling, atau sejenis.
Pengecualian Subjek

Pejabat negara asing seperti perwakilan


diplomatik atau konsulat, berikut orang yang
diperbantukan kepadanya, dengan syarat:
• Bukan WNI.
• Di Indonesia tidak memperoleh penghasilan di luar
jabatannya.
• Berasal dari negara yang memberikan perlakuan timbal
balik.

Pejabat perwakilan organisasi internasional,


dengan syarat:
• Bukan WNI.
• Di Indonesia tidak menjalankan usaha/kegiatan/pekerjaan
lain untuk memperoleh penghasilan.

7
Objek Pajak (1)

Penghasilan pegawai tetap

Penghasilan teratur penerima pensiun

Pembayaran sekaligus uang pesangon, pensiun,


THT, JHT selepas 2 tahun sejak berhenti bekerja

Upah pegawai tidak tetap atau tenaga kerja lepas


secara harian, mingguan, satuan, borongan atau
yang dibayarkan secara bulanan

8
Objek Pajak (2)

Imbalan kepada bukan pegawai yang melakukan


pemberian jasa

Imbalan kepada peserta kegiatan

Penghasilan anggota dewan komisaris atau


dewan pengawas non pegawai

Pembayaran kepada mantan pegawai

Penarikan dana pensiun oleh pegawai

9
Pengecualian Objek Pajak

Santunan asuransi kesehatan, kecelakaan,


jiwa, dwiguna, dan asuransi beasiswa
Natura yang diberikan oleh WP atau
pemerintah
Iuran kepada dana pensiun , THT, JHT
dibayar pemberi kerja
Zakat atau sumbangan keagamaan wajib
yang diterima OP

Beasiswa

10
Ketentuan Khusus

Natura dan/atau kenikmatan lain diperhitungkan


sebagai penghasilan, jika dan hanya jika,
diberikan oleh: bukan WP, WP yang dikenai PPh
final, atau WP yang menggunakan norma
penghitungan khusus

Natura dan/atau kenikmatan lainnya yang diukur


berdasarkan harga pasar atau nilai wajar
Objek PPh 21 Final

Penghasilan tidak tetap atau tidak teratur yang


menjadi beban APBN atau APBD
(PMK No. 262/PMK.03/2010)

Dana pensiun yang dialihkan dengan membeli


anuitas seumur hidup
(Kepdirjen No. 333/PJ/2001)

Uang tebusan pensiun


(PP No. 68 Tahun 2009)

Uang pesangon (PP No. 68 Tahun 2009)


Pemotong, Penyetor, dan Pelapor

Dana pensiun,
Pemberi kerja penyelenggara
Bendaharawan
berbentuk OP, jaminan sosial
Pemerintah
Badan, atau BUT tenaga kerja, THT,
atau JHT

OP atau Badan yang


melakukan
pembayaran kepada Penyelenggara
WP DN yang kegiatan
melakukan pekerjaan
bebas atau SPLN

13
Pengecualian Pemotong

Kantor perwakilan negara asing

Organisasi internasional yang ditetapkan oleh


Menkeu

Pemberi kerja orang pribadi yang tidak melakukan


kegiatan usaha atau pekerjaan bebas

14
Lapisan Tarif

No. Lapisan Penghasilan Kena Pajak Tarif


1 0 s/d Rp 50.000.00 5%
2 Di atas Rp 50.000.000 s/d Rp 15%
250.000.000
3 Di atas Rp 250.000.000 s/d Rp 25%
500.000.000
4 Di atas Rp 500.000.000 30%

15
Kepemilikan NPWP

Bagi wajib pajak tidak memiliki NPWP, maka untuk setiap lapisan tarif
dikenakan persentase 20% lebih tinggi.

Pengenaan tarif lebih tinggi tidak berlaku untuk objek PPh 21 yang
bersifat final.

Jika NPWP diperoleh di pertengahan tahun berjalan, maka perubahan


penghitungan berlaku untuk periode setelahnya dan tidak berlaku
surut.

Atas pajak lebih bayar yang dibebankan diperiode sebelumnya di


tahun berjalan, dapat dijadikan dasar untuk meyesuaikan
(mengurangi) pajak di periode setelahnya.
Dasar Pengenaan (1)

Penghasilan Kena Pajak (PKP)

• Berlaku PKP = Penghasilan netto - PTKP


• Pegawai tetap.
• Penerima pensiun berkala.
• Berlaku PKP = Penghasilan bruto - PTKP
• Pegawai tidak tetap yang penghasilannya dibayarkan
bulanan.
• Pegawai tidak tetap dengan penghasilan kumulatif sebulan
melebihi Rp 4.500.000.
• Berlaku PKP = 50% dari penghasilan bruto – PTKP per bulan
• Bukan pegawai yang menerima penghasilan
berkesinambungan (baik tenaga ahli maupun bukan).

17
Dasar Pengenaan (2)

Penghasilan yang Melebihi Rp 450.000 Sehari


• Berlaku bagi pegawai tidak tetap yang menerima upah
harian, mingguan, satuan, atau borongan.
• Berlaku sepanjang penghasilan kumulatif sebulan tidak
melebihi Rp 4.500.000.

50% dari Penghasilan Bruto


• Bukan pegawai yang menerima penghasilan tidak
berkesinambungan (baik tenaga ahli maupun bukan).

Penghasilan Bruto
• Seluruh jumlah penghasilan yg diterima atau diperoleh
dalam suatu periode atau saat dibayarkan.
• Berlaku atas penghasilan yang diterima oleh pihak selain
yang telah diatur berdasar ketiga DPP sebelumnya.
18
Elemen PTKP

No. Elemen PTKP


1 WP Sendiri Rp 54.000.000
2 Status Kawin Rp 4.500.000
3 Tanggungan, per orang, dengan Rp 4.500.000
jumlah maksimal tiga orang
tanggungan.
4 PTKP bagi istri yang penghasilannya Rp 4.500.000
digabung.

19
Tata Cara Penghitungan

Bukan
Pegawai Tidak Pegawai
Tetap dan Peserta
Tenaga Kerja Kegiatan
Lepas

Penghasilan di
Akhir Masa Penerima Lain
Kerja Tata Cara
Penghitungan
Penerima Atas
Pegawai Tetap Beban APBN/
APBD

20
Pegawai Tetap (1)

5% dari penghasilan bruto.


Penghasilan Maksimal Rp 500.000 / bulan
Bruto atau Rp 6.000.000 / tahun

• Dikurangi Biaya Jabatan

Iuran Dana Pensiun,


• Dikurangi JHT, THT Dibayar
Sendiri

Penghasilan
• Diperoleh
Netto

21
Pegawai Tetap (2)

Penghasilan
Netto

• Dikurangi PTKP

Penghasilan
• Diperoleh
Kena Pajak

• Dikalikan Tarif Pajak Terutang

22
Penghitungan Teknis

Gaji pokok XXX


Tunjangan, bonus, imbalan bulanan lain XXX
Iuran JKK, JKM, JPK yang dibayar perusahaan XXX
Penghasilan bruto per bulan XXX
(Biaya jabatan) (YYY)
(Iuran dana pensiun, JHT, THT yang dibayar karyawan) (YYY)
Penghasilan netto per bulan {x 12} XXX
Penghasilan netto setahun XXX
(PTKP) (YYY)
Penghasilan Kena Pajak {x Tarif} XXX
Pajak terutang setahun {/12} ZZZ
Pajak terutang per bulan ZZZ
23
Contoh Soal:

Agus pada tahun 2019 memperoleh gaji sebulan sebesar Rp


8.750.000 dan membayar iuran pensiun yang ditanggung
sendiri sebesar Rp 150.000. Agus telah menikah dan
memiliki tiga orang anak. Bagaimanakah penghitungan PPh
21 atas Agus?
Jawaban:

Gaji pokok 8.750.000


Penghasilan bruto per bulan 8.750.000
(Biaya jabatan) -437.500
(Iuran dana pensiun yang dibayar karyawan) -150.000 -587.500
Penghasilan netto per bulan 8.162.500
Penghasilan netto setahun 97.950.000
(PTKP)
WP sendiri -54.000.000
Status kawin -4.500.000
Tanggungan tiga anak -13.500.000 -72.000.000
Penghasilan Kena Pajak 25.950.000
Pajak terutang setahun
5% 1.297.500 Rp1.297.500
Pajak terutang per bulan Rp108.125
Jika Agus tidak memiliki NPWP, maka pajak terutang per bulan
= 120% x 108.125 = Rp 129.750
Contoh Soal:

Banu adalah pegawai yang menikah dengan dua anak dan


memperoleh gaji sebulan Rp 8.000.000. Perusahaan mengikuti
program Jamsostek, premi Jaminan Kecelakaan Kerja dan premi
Jaminan Kematian dibayar oleh pemberi kerja dengan jumlah
masing-masing 0,5% dan 0,3% dari gaji. Perusahan menanggung
iuran JHT setiap bulan yakni 3,7% dari gaji, sedangkan Banu
membayar iuran JHT sebesar 2% dari gaji tiap bulan. Di samping
itu, perusahaan juga mengikuti program pensiun untuk pegawainya
dengan membayar iuran pensiun untuk Banu ke dana pensiun
yang pendiriannya disahkan oleh Menkeu, setiap bulan sebesar Rp
125.000. Banu sendiri membayar iuran pensiun sebesar Rp
95.000. Bagaimanakah penghitungan PPh 21 atas Banu?
Jawaban:
Gaji pokok 8.000.000
Iuran JKK yang dibayar perusahaan 40.000
Iuran JKM yang dibayar perusahaan 24.000
Penghasilan bruto per bulan 8.064.000
(Biaya jabatan) -403.200
(Iuran JHT yang dibayar karyawan) -160.000
(iuran dana pensiun yang dibayar karyawan) -95.000 -658.200
Penghasilan netto per bulan 7.405.800
Penghasilan netto setahun 88.869.600
(PTKP)
WP Sendiri -54.000.000
Status Kawin -4.500.000
Tanggungan dua anak -9.000.000 -67.500.000
Penghasilan Kena Pajak 21.369.600
Pembulatan PKP 21.369.000
Pajak terutang setahun
5% 1.068.450 Rp1.068.450
Pajak terutang per bulan Rp89.038
Penghasilan Karyawati

Atas suami yang berstatus memiliki penghasilan, karyawati


tidak berhak atas elemen PTKP “Status Kawin” Rp
4.500.000.

Atas suami yang berstatus tidak berpenghasilan, karyawati


berhak atas elemen PTKP “Status Kawin” sebesar
Rp 4.500.000.
Syarat yang harus dipenuhi adalah keberadaan surat
keterangan dari Pemerintah Daerah setempat, minimal di
tingkat kecamatan.
Contoh Soal:

Cantika adalah seorang karyawati dengan status menikah dan


belum memiliki anak. Dia memperoleh gaji sebulan Rp 11.350.000
dan membayar iuran pensiun sebesar Rp 85.000. Berdasarkan
surat keterangan dari kecamatan tempatnya berdomisili yang
diserahkan kepada pemberi kerja, diketahui bahwa suaminya tidak
memiliki penghasilan apapun. Bagaimanakah penghitungan PPh
21 atas Cantika?
Jawaban:

Gaji pokok sebulan 11.350.000


Penghasilan bruto per bulan 11.350.000
(Biaya jabatan) -500.000
(iuran dana pensiun yang dibayar karyawan) -85.000 -585.000
Penghasilan netto per bulan 10.765.000
Penghasilan netto setahun 129.180.000
(PTKP)
WP Sendiri -54.000.000
Status Kawin -4.500.000 -58.500.000
Penghasilan Kena Pajak 70.680.000
Pajak terutang setahun
5% 2.500.000
15% 3.102.000 Rp5.602.000
Pajak terutang per bulan Rp466.833
Jika suami Cantika memiliki pekerjaan, maka PTKP yang diberikan kepada Cantika
hanya PTKP WP sendiri sebesar Rp 54.000.000, tanpa PTKP status kawin.
Bentuk Imbalan Tahunan

Jasa Produksi Tantiem Gratifikasi

Tunjangan Hari
Raya atau Bonus Premi
Tahun Baru

Penghasilan
Sejenis Lain

31
Penghitungan Teknis
(Menerima Imbalan Tahunan)
Gaji Pokok XXX
Tunjangan, Bonus, Imbalan Bulanan Lain XXX
Iuran JKK, JKM, JPK yang dibayar perusahaan XXX
Penghasilan sebelum bonus per bulan {x 12} XXX
Penghasilan sebelum bonus setahun XXX
Bonus tahunan XXX
Penghasilan bruto setahun XXX
(Biaya jabatan) (YYY)
(Iuran dana pensiun, JHT, THT yang dibayar karyawan) (YYY)
Penghasilan netto setahun XXX
(PTKP) (YYY)
Penghasilan Kena Pajak {x Tarif} XXX
Pajak terutang setahun {/12} ZZZ
Pajak terutang per bulan ZZZ

Keterangan:
Imbalan tahunan dapat berupa bonus, tantiem, THR, atau sejenisnya.

32
Contoh Soal:

Deni adalah pegawai yang menikah dengan satu anak dan


memperoleh gaji sebulan Rp 7.350.000. Tunjangan keluarga
sebesar Rp 1.000.000. Perusahaan mengikuti program Jamsostek
dan Iuran Pensiun, sehingga perusahaan harus membayar premi
yang meliputi Jaminan Kecelakaan Kerja, Jaminan Kematian,
Jaminan Hari Tua, dan iuran pensiun dengan jumlah masing-
masing 0,5%, 0,3%, dan 3,7% dari gaji, serta Rp 112.500 per
bulan. Deni sendiri membayar iuran pensiun sebesar Rp 95.000
dan JHT sebesar 2% dari gaji tiap bulan. Di tahun berjalan
perusahaan memberikan THR sebesar 1x gaji sebulan untuk setiap
pegawai. Berapakah beban PPh 21 yang dikenakan atas THR
Deni?
Jawaban (1):
I. PERHITUNGAN PPh ATAS GAJI:
Gaji pokok 7.350.000
Tunjangan keluarga 1.000.000
Iuran JKK yang dibayar perusahaan 36.750
Iuran JKM yang dibayar perusahaan 22.050
Penghasilan bruto per bulan 8.408.800
(Biaya jabatan) -420.440
(Iuran JHT yang dibayar karyawan) -147.000
(Iuran dana pensiun yang dibayar karyawan) -95.000 -662.440
Penghasilan netto per bulan 7.746.360
Penghasilan netto setahun 92.956.320
(PTKP)
WP sendiri -54.000.000
Status kawin -4.500.000
Tanggungan satu anak -4.500.000 -63.000.000
Penghasilan Kena Pajak 29.956.320
Pembulatan PKP 29.956.000
Pajak terutang atas gaji
5% 1.497.800 Rp1.497.800
Jawaban (2):
II. PERHITUNGAN PPh ATAS GAJI DAN THR:
Gaji pokok 7.350.000
Tunjangan keluarga 1.000.000
Iuran JKK yang dibayar perusahaan 36.750
Iuran JKM yang dibayar perusahaan 22.050
Penghasilan sebelum THR per bulan 8.408.800
Penghasilan sebelum THR setahun 100.905.600
THR 7.350.000
Penghasilan bruto setahun 108.255.600
(Biaya jabatan) -5.412.780
(Iuran JHT yang dibayar karyawan) -1.764.000
(Iuran dana pensiun yang dibayar karyawan) -1.140.000 -8.316.780
Penghasilan netto setahun 99.938.820
(PTKP)
WP sendiri -54.000.000
Status kawin -4.500.000
Tanggungan satu anak -4.500.000 -63.000.000
Penghasilan Kena Pajak 36.938.820
Pembulatan PKP 36.938.000
Pajak terutang atas gaji dan THR
5% 1.846.900 Rp1.846.900
Jawaban (3):

III. Perhitungan PPh atas THR


= Pajak atas gaji dan THR - Pajak atas gaji
= Rp 1.846.900 – Rp 1.497.800
= Rp 349.100

Jika Deni tidak punya NPWP


= 120% X Rp 349.100
= Rp 418.920
Penghitungan di Masa Pajak Terakhir

PPh 21 = Pajak di
bulan sebelumnya
(Ketika tidak ada
perubahan
Bulan Desember penghasilan)
(Bagi pegawai yang
bekerja sepanjang
tahun) PPh 21 diperhitungkan
Masa Pajak kembali
Terakhir (Ketika ada perubahan
penghasilan)
Bulan terakhir saat
pegawai berhenti
bekerja.

37
Pemindahan Lokasi Tugas

PPh diperhitungkan
kembali sesuai besaran
penghasilan baru.

Besaran penghasilan
mengalami perubahan.
Di akhir periode di
lokasi baru, dilakukan
Pemindahan Lokasi penghitungan pajak
Tugas kurang (lebih) bayar.

Besaran penghasilan
PPh lokasi baru = PPh
tidak mengalami
lokasi lama
perubahan.

38
Penghasilan dalam Mata Uang Asing

Atas penghasilan dalam mata uang asing, nilai yang


dijadikan dasar penghitungan PPh perlu
dikonversikan terlebih dahulu ke dalam mata uang
domestik berdasar Kurs Keputusan Menteri
Keuangan (Kurs KMK) di pekan berjalan.

39
Kepemilikan NPWP di Pertengahan Tahun

Penghitungan kembali PPh terutang dilakukan setelah WP


menyerahkan fotokopi kartu NPWP kepada pemberi kerja.

Atas pajak lebih bayar di periode – periode sebelumnya


sepanjang tahun berjalan, nilainya dapat diperhitungkan
sebagai pengurang pajak terutang di periode berjalan dan/
atau periode yang akan datang.

40
Pola Pembayaran

Penghasilan di
Akhir Masa
Kerja

Diterima Diterima
Sekaligus Berkala

Dialihkan
Dana ke Anuitas
Pesangon Pensiun
Pensiun Seumur
Hidup

41
Penghasilan di Akhir Masa Kerja
Dibayarkan Sekaligus
Penghasilan di akhir masa kerja yang dibayarkan sekaligus dapat
berbentuk pesangon, manfaat pensiun, THT, atau JHT.

Pemotongan pajak penghasilan bersifat final.

Pembayaran secara sekaligus dapat dibayarkan melalui beberapa kali


pembayaran sepanjang maksimal dua tahun kalender, dan dikenai
tarif yang berlaku khusus.

Atas pembayaran yang dibayarkan di tahun ketiga atau setelahnya,


pemotongan pajak penghasilan bersifat tidak final dan dikenai tarif
umum Pasal 17 Ayat (1) Huruf (a).
Lapisan Tarif Khusus dan Dasar Pengenaan
(Pesangon: PP No. 68 Tahun 2009)

No. Lapisan Penghasilan Bruto Tarif


1 0 s/d Rp 50.000.00 0%
2 Di atas Rp 50.000.000 s/d Rp 5%
100.000.000
3 Di atas Rp 100.000.000 s/d Rp 15%
500.000.000
4 Di atas Rp 500.000.000 25%

Dasar Pengenaan: Penghasilan bruto tanpa dikurangi PTKP

43
Contoh Soal:

Edi (berstatus menikah dan memiliki dua anak) memasuki masa


pensiun di akhir bulan Maret 2020 dan atas pengabdiannya
perusahaan hendak membayarkan uang pesangon secara
sekaligus, sebesar 40 kali gaji pokok terakhir yang dibayarkan.
Sesuai slip gaji di bulan Februari, Edi menerima gaji pokok senilai
Rp 11.000.000. Jika pesangon tersebut baru akan dibayarkan di
bulan April 2020, bagaimanakah perlakuan pemotongan PPh 21
dan berikut sifatnya?
Jawaban:

Gaji pokok Rp11.000.000


Pesangon dibayarkan Rp440.000.000

Pajak terutang
0% x 50.000.000 Rp0
5% x 50.000.000 Rp2.500.000
15% x 340.000.000 Rp51.000.000 Rp53.500.000
Pengenaan pajak bersifat final.
Lapisan Tarif Khusus dan Dasar Pengenaan
(Manfaat Pensiun, THT, JHT: PP No. 68 Tahun 2009)

No. Lapisan Penghasilan Bruto Tarif


1 0 s/d Rp 50.000.00 0%
2 Di atas Rp 50.000.000 5%

Dasar Pengenaan: Penghasilan bruto tanpa dikurangi PTKP

46
Pensiun Diterima Berkala

Bila waktu pensiun sudah dapat Bila waktu pensiun belum diketahui
diketahui dengan pasti pada awal secara pasti saat penghitungan PPh awal
tahun. tahun.

Penghitungan PPh terutang didasarkan


PPh terutang dihitung berdasarkan pada perkiraan penghasilan netto yang
PKP yang akan diperoleh sebeum disetahunkan. Jika terjadi kelebihan
pensiun. pemotongan, maka kelebihan tersebut
harus dikembalikan oleh pemberi kerja.

Sistematika penghitungan identik pada kasus pegawai tetap, kecuali bahwa biaya
jabatan ditetapkan maksimal Rp 450.000/bulan atau Rp 54.000.000/tahun.

Tarif yang berlaku merupakan tarif umum Pasal 17 Ayat (1) Huruf (a) UU PPh.

47
Lapisan Tarif Khusus dan Dasar Pengenaan
(Pengalihan ke Anuitas Seumur Hidup:
Kepdirjen No. 333/ PJ/ 2001)

No. Lapisan Penghasilan Bruto Tarif


1 0 s/d Rp 25.000.00 0%
2 Di atas Rp 25.000.000 s/d Rp 50.000.000 5%
3 Di atas Rp 50.000.000 s/d Rp 100.000.000 10%
4 Di atas Rp 100.000.000 s/d Rp 15%
200.000.000
5 Di atas Rp 200.000.000 25%

Dasar Pengenaan: Penghasilan bruto tanpa dikurangi PTKP

48
Pola Pembayaran

Penghasilan
Pegawai Tidak
Tetap dan
Tenaga Kerja
Lepas

Upah Harian
Upah Upah Upah yang
Harian Satuan Borongan Dibayarkan
Bulanan

49
Tata Cara Penghitungan
Upah Harian, Satuan, Borongan
• Upah dikonversikan ke dalam upah
harian yang ekuivalen dengan
ketentuan pengupahan terkait.
• Atas upah harian hasil konversi,
dikenakan ketentuan tarif dan DPP
yang bersesuaian.

Upah Harian yang Dibayarkan


Bulanan
• Upah disetahunkan.
• Upah dikurangi dengan PTKP
untuk memperoleh PKP.
• Berlaku tarif umum Pasal 17 Ayat
(1) Huruf (a).

50
Penghitungan Teknis
(Upah Harian, Satuan, Borongan)

Penghasilan harian
Tidak dikenai pajak
Penghasilan < Rp 450.000
kumulatif per DPP = Penghasilan
bulan < Rp yang melebihi Rp
4.500.000 Penghasilan harian 450.000
> Rp 450.000 Tarif berlaku
DPP = Penghasilan adalah tarif lapis
Penghasilan harian – PTKP pertama (5%)
Upah Harian/Upah kumulatif per harian
Hasil Konversi
bulan > Rp Tarif berlaku
4.500.000 adalah tarif lapis
pertama (5%)
Penghasilan DPP = Penghasilan
kumulatif per disetahunkan - PTKP
bulan > Rp Tarif berlaku
4.500.000 adalah tarif
progresif pasal 17

51
Contoh Soal Upah Harian:

Fredi (berstatus belum menikah) selama bulan Januari 2020


bekerja sebagai tenaga kerja lepas di suatu perusahaan selama 10
hari dan menerima upah harian sebesar Rp 450.000. Berapakah
besar PPh 21 yang harus dipotong oleh perusahaan sepanjang
hari – hari pelaksanaan pekerjaan oleh Fredi?

Jawaban:
Fredi menerima upah sehari tidak melebihi Rp 450.000 dan selama
Januari 2020 tidak melebihi Rp 4.500.000. Jadi, Fredi tidak
dikenakan PPh Pasal 21 atas upah yang diterimanya.
Contoh Soal Upah Harian:

Gani (berstatus belum menikah) selama bulan Januari 2020 bekerja


sebagai tenaga kerja lepas di suatu perusahaan dan menerima upah
harian sebesar Rp 250.000. Berapakah besar PPh 21 yang harus
dipotong oleh perusahaan sepanjang hari – hari pelaksanaan pekerjaan
oleh Fredi?
Jawaban:
Jumlah hari kerja untuk mencapai penghasilan kumulatif Rp 4.500.000
= 4.500.000 : 250.000
= 18 hari
a. Di hari ke – 1 s/d hari ke – 18, Gani tidak dikenakan PPh Pasal 21
b. Jika hari ke – 19, Fredi masih bekerja, maka perhitungannya
= 250.000 – 150.000 (54.000.000 : 360 hari)
= 100.000
PPh dipotong per hari mulai hari ke – 19 = 5% x 100.000 = Rp 5.000
Contoh Soal Upah Borongan:

Hasan adalah tukang bangunan dengan sistem borongan. Atas


pekerjaaan tersebut, pemberi kerja akan membayar Hasan
sebesar Rp 3.000.000, di mana diperkirakan pekerjaan akan
selesai dalam waktu 6 hari. Berapakah besar PPh 21 yang
seharusnya dikenakan atas pekerjaan borongan tersebut?

Jawaban:
Upah per hari Rp 500.000
Upah kena pajak per hari = 500.000 - 450.000
= 50.000
PPh 21 = 5% x 6 x 50.000
= Rp 15.000
Tata Cara Penghitungan

Memiliki NPWP
dan DPP = 50% x
berpenghasilan Penghasilan bruto
hanya dari satu – PTKP Bulanan
Bersifat pemberi kerja.
Berkesinambungan

Berpenghasilan
Penghasilan DPP = 50% x
lebih dari satu
Bukan Pegawai Penghasilan bruto
pemberi kerja.

Bersifat Tidak DPP = 50% x


Berkesinambungan Penghasilan bruto

Tarif yang berlaku adalah tarif umum Pasal 17 Ayat (1) Huruf (a) UU PPh,
WP yang tidak memiliki NPWP dikenai tarif 20% lebih tinggi

55
Bentuk Pembayaran

Penerima
Penghasilan
Lain

Jasa Produksi,
Honorarium
Tantiem, Penarikan
Anggota
Gratifikasi, Dana Pensiun
Dewan
Bonus Diterima oleh Pegawai
Komisaris Non
Mantan Aktif
Pegawai
Pegawai

56
Tata Cara Penghitungan

Tarif yang berlaku merupakan tarif umum sesuai


ketentuan Pasal 17 Ayat (1) Huruf (a) UU PPh

Dasar Pengenaan Pajak (DPP) merupakan jumlah


kumulatif dari penghasilan bruto yang diterima selama
satu tahun kalender
Contoh Soal Penghasilan Tidak
Berkesinambungan:
Indra merupakan seorang praktisi sekaligus pengamat lepas. Indra
diundang sebagai pembicara rangkaian pelatihan pegawai selama
dua bulan penuh di tahun 2020 dengan honorarium masing –
masing Rp 95.000.000 dan Rp 115.000.000. Berapakah pajak
terutang atas penghasilan Indra?

Jawaban:
PPh terutang pelatihan 1 = 5% x (50% x 95.000.000)
= Rp 2.375.000
PPh terutang pelatihan 2 = 5% x (50% x 100.000.000) +
15% x (50% x 15.000.000)
= Rp 2.875.000
Contoh Soal Peserta Kegiatan:

Joko merupakan seorang mahasiswa yang mengikuti kejuaraan


olahraga dan menjadi juara 1 dengan hadiah Rp 150.000.000.
Berapakah pajak penghasilan yang terutang oleh Joko?

Jawaban:
PPh terutang = (5% x 50.000.000) + (15% x 100.000.000)
= 2.500.000 + 15.000.000
= Rp 17.500.000

Jika, Joko tidak mempunyai NPWP, maka PPh terutangnya


= 120% x Rp 17.500.000
= Rp 21.000.000
Contoh Soal Penghasilan Diterima
Mantan Pegawai:
Kiki merupakan seorang mantan pegawai dari suatu perusahaan
yang baru saja pensiun dari pekerjaannya di bulan April 2020. Atas
pensiunnya Kiki, perusahaan berencana memberikan pembayaran
tantiem senilai Rp 275.000.000 di bulan Juni 2020. Berapakah
besar PPh 21 yang seharusnya dikenakan terhadap Kiki atas
penghasilan tersebut?

Jawaban:
Pajak terutang = (5% x 50.000.000) +
(15% x 200.000.000) +
(25% x 25.000.000)
= 2.500.000 + 30.000.000 + 6.250.000
= Rp 38.750.000
PPh 21 Terkait APBN/ APBD

Penggajian
PNS
Berstatus
Tetap.

Penggunaan Penggajian
Kompensasi bagi
APBN/ APBD, Tenaga Honorer,
peserta kegiatan,
Wiyata Bakti, dan
perlombaan, dan PPh 21 Dipotong Pegawai Tidak
sejenisnya. Bendaharawan Tetap Lain.

Remunerasi
kepada bukan
pegawai yang
dimanfaatkan
jasanya.

61
Pola Pembayaran

DPP =
Penghasilan Netto
- PTKP
Bersifat Tetap
dan Teratur
Berlaku tarif umum
Pasal 17 Ayat (1)
Penghasilan Huruf (a)
Dibebankan ke
APBN/ APBD
DPP =
Penghasilan Bruto
Bersifat Tidak
Tetap dan
Tidak Teratur Berlaku tarif
khusus, bersifat
final

Biaya perjalanan dinas bukan merupakan penghasilan

62
Tarif Penghasilan Tidak Tetap dan Tidak Teratur
(PMK No. 262/ PMK.03/ 2010)

0% dari Penghasilan bruto, atas:


• Penghasilan bagi PNS Gol. I & II, Tamtama & Bintara TNI/
Polri, berikut pensiunannya.

5% dari Penghasilan bruto, atas:


• Penghasilan bagi PNS Gol. III, Perwira Pertama TNI/ Polri,
berikut pensiunannya.

15% dari Penghasilan bruto, atas:


• Penghasilan bagi PNS Gol. IV, Perwira Menengah & Tinggi
TNI/ Polri, berikut pensiunannya.

63
Pencatatan Transaksi PPh 21

Pembayaran Imbalan oleh Pemberi Kerja


Jumlah yang ditanggung pemberi kerja
→ Menambah beban gaji
Jumlah yang ditanggung pegawai
→ Mengurangi kas yang diterima pegawai
Jumlah komitmen pada pihak lain
→ Diakui sebagai utang (misal pajak, iuran pensiun, dan
asuransi)

64
Pajak
Penghasilan
Pasal 26
Definisi

Pajak yang dikenakan atas penghasilan berasal dari Indonesia


yang diterima atau diperoleh WP luar negeri selain BUT

Subjek PPh 26 dapat merupakan WP luar negeri orang


pribadi atau WP organisasi internasional

Cara Pemenuhan
Kewajiban atas PPh 26 dapat dipenuhi melalui
pemotongan oleh pihak pemberi penghasilan
Pemotong, Penyetor, dan Pelapor

Badan Pemerintah.

Subjek pajak dalam negeri.

Penyelenggara kegiatan.

Bentuk Usaha Tetap.

Perwakilan perusahaan luar negeri.

67
Saat Terutang, Penyetoran, dan Pelaporan

PPh 26 terutang di saat yang lebih dahulu terjadi antara


akhir bulan diterimanya penghasilan atau akhir bulan
diperolehnya penghasilan.

Atas PPh 26 yang dipotong, wajib disetorkan paling


lambat tanggal 10 masa pajak berikutnya setelah saat
terutang.

Pemotong wajib melakukan pelaporan SPT Masa paling


lambat 20 hari setelah masa pajak berakhir.
Tarif, Dasar dan Sifat Pengenaan (1)

20% dari jumlah bruto, dan bersifat final, atas:

• Dividen
• Bunga, premium, diskonto, dan imbalan lain terkait
pengembalian utang.
• Royalti, sewa, dan penghasilan lain terkait penggunaan
harta.
• Imbalan sehubungan dengan jasa, pekerjaan, atau kegiatan.
• Hadiah dan penghargaan.
• Pensiun dan pembayaran berkala lain.
• Premi swap dan transaksi lindung nilai lain.
• Keuntungan atas pembebasan utang.

69
Tarif, Dasar, dan Sifat Pengenaan (2)

20% dari perkiraan penghasilan netto, dan bersifat final,


atas:
• Penghasilan atas penjualan harta, selain yang diatur oleh
Pasal 4 Ayat (2).
• Premi asuransi dan premi reasuransi kepada perusahaan
asuransi luar negeri.
• Penghasilan atas penjualan saham perusahaan antara di
tax haven country yang berhubungan istimewa dengan
badan atau BUT di Indonesia.

20% dari PKP setelah pajak, dan bersifat final, atas:

• Penghasilan atas Bentuk Usaha Tetap.


• Dikecualikan dari pengenaan, jika penghasilan tersebut
ditanamkan kembali di Indonesia.

70
Objek PPh 26 Bersifat Tidak Final
Penghasilan kantor pusat dari usaha,
kegiatan, penjualan barang, atau
pemberian jasa yang serupa dengan
kegiatan BUT.
Penghasilan kantor pusat selama
terdapat hubungan efektif antara BUT
dengan harta atau kegiatan sumber
penghasilan.

Penghasilan WP LN orang pribadi atau


badan yang berubah menjadi WP DN
orang pribadi atau BUT.
Contoh Soal:

Friedrich merupakan seorang seorang pengusaha yang memiliki


kegiatan bisnis di Asia Timur melalui pemberian dana pinjaman
berbunga rendah. Selama 2019, Friedrich telah meminjamkan
dana dengan rata – rata pokok pinjaman tertimbang sebesar $
3.000.000 dan tingkat bunga rata – rata 7,5% p.a. Kurs KMK
ditetapkan konstan sepanjang tahun pada tingkat Rp 10.100,00/ $.
Berapakah total beban PPh 26 yang seharusnya dipotong oleh
para debitur Friedrich?

Jawaban:
Pajak terutang= 20% x (7,5% x 3.000.000 x 10.100)
= 20% x 2.272.500.000
= Rp 454.500.000
Contoh Soal:

Zheng He merupakan warga negara China yang memiliki HAKI


yang diakui di dunia. Sebuah perusahaan di Indonesia
memanfaatkan HAKI Zheng He dan membayarkan royalti sebesar
Rp 195.000.000 setiap tahunnya. Pemerintah Indonesia dan China
terikat P3B dengan ketentuan atas royalti dipungut pajaknya oleh
Pemerintah Indonesia dengan tarif 10%. Bagaimanakah
perusahaan tersebut melakukan pemotongan pajak?

Jawaban:
Pajak terutang = 10% x 195.000.000
= Rp 19.500.000
Perjanjian Penghindaran Pajak Berganda (P3B)

P3B mengatur
WP luar negeri dapat tarif dan hak
dikenai pajak di Indonesia pemajakan,
sekaligus di negara asal. sehingga
pengenaan pajak
hanya satu kali.

Tarif PPh 26 menjadi tidak


berlaku ketika terdapat
P3B.

74
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai