Penghasilan
Pasal 21
Nita Andriyani Budiman,
SE, M.Si, Ak, BKP, CA
Pajak Penghasilan Pasal 21
2
Definisi
Saat Terutang
Saat yang lebih dahulu antara akhir bulan diterimanya pembayaran
atau akhir bulan diperolehnya penghasilan.
Perbedaan Pengenaan
PPh 26 →
PPh 21 →
Subjek Pajak
WP Dalam Negeri
Luar Negeri
(DN)
(SPLN)
4
Subjek Pajak
Penerima uang
pesangon, pensiun, Bukan pegawai
Pegawai Tunjangan/Jaminan yang melakukan
Hari Tua (THT/JHT), pemberian jasa
termasuk ahli waris
Anggota dewan
komisaris atau
Mantan pegawai Peserta kegiatan
dewan pengawas
non pegawai
Subjek Pajak
(Bukan Pegawai yang Melakukan Pemberian Jasa)
7
Objek Pajak (1)
8
Objek Pajak (2)
9
Pengecualian Objek Pajak
Beasiswa
10
Ketentuan Khusus
Dana pensiun,
Pemberi kerja penyelenggara
Bendaharawan
berbentuk OP, jaminan sosial
Pemerintah
Badan, atau BUT tenaga kerja, THT,
atau JHT
13
Pengecualian Pemotong
14
Lapisan Tarif
15
Kepemilikan NPWP
Bagi wajib pajak tidak memiliki NPWP, maka untuk setiap lapisan tarif
dikenakan persentase 20% lebih tinggi.
Pengenaan tarif lebih tinggi tidak berlaku untuk objek PPh 21 yang
bersifat final.
17
Dasar Pengenaan (2)
Penghasilan Bruto
• Seluruh jumlah penghasilan yg diterima atau diperoleh
dalam suatu periode atau saat dibayarkan.
• Berlaku atas penghasilan yang diterima oleh pihak selain
yang telah diatur berdasar ketiga DPP sebelumnya.
18
Elemen PTKP
19
Tata Cara Penghitungan
Bukan
Pegawai Tidak Pegawai
Tetap dan Peserta
Tenaga Kerja Kegiatan
Lepas
Penghasilan di
Akhir Masa Penerima Lain
Kerja Tata Cara
Penghitungan
Penerima Atas
Pegawai Tetap Beban APBN/
APBD
20
Pegawai Tetap (1)
Penghasilan
• Diperoleh
Netto
21
Pegawai Tetap (2)
Penghasilan
Netto
• Dikurangi PTKP
Penghasilan
• Diperoleh
Kena Pajak
22
Penghitungan Teknis
Tunjangan Hari
Raya atau Bonus Premi
Tahun Baru
Penghasilan
Sejenis Lain
31
Penghitungan Teknis
(Menerima Imbalan Tahunan)
Gaji Pokok XXX
Tunjangan, Bonus, Imbalan Bulanan Lain XXX
Iuran JKK, JKM, JPK yang dibayar perusahaan XXX
Penghasilan sebelum bonus per bulan {x 12} XXX
Penghasilan sebelum bonus setahun XXX
Bonus tahunan XXX
Penghasilan bruto setahun XXX
(Biaya jabatan) (YYY)
(Iuran dana pensiun, JHT, THT yang dibayar karyawan) (YYY)
Penghasilan netto setahun XXX
(PTKP) (YYY)
Penghasilan Kena Pajak {x Tarif} XXX
Pajak terutang setahun {/12} ZZZ
Pajak terutang per bulan ZZZ
Keterangan:
Imbalan tahunan dapat berupa bonus, tantiem, THR, atau sejenisnya.
32
Contoh Soal:
PPh 21 = Pajak di
bulan sebelumnya
(Ketika tidak ada
perubahan
Bulan Desember penghasilan)
(Bagi pegawai yang
bekerja sepanjang
tahun) PPh 21 diperhitungkan
Masa Pajak kembali
Terakhir (Ketika ada perubahan
penghasilan)
Bulan terakhir saat
pegawai berhenti
bekerja.
37
Pemindahan Lokasi Tugas
PPh diperhitungkan
kembali sesuai besaran
penghasilan baru.
Besaran penghasilan
mengalami perubahan.
Di akhir periode di
lokasi baru, dilakukan
Pemindahan Lokasi penghitungan pajak
Tugas kurang (lebih) bayar.
Besaran penghasilan
PPh lokasi baru = PPh
tidak mengalami
lokasi lama
perubahan.
38
Penghasilan dalam Mata Uang Asing
39
Kepemilikan NPWP di Pertengahan Tahun
40
Pola Pembayaran
Penghasilan di
Akhir Masa
Kerja
Diterima Diterima
Sekaligus Berkala
Dialihkan
Dana ke Anuitas
Pesangon Pensiun
Pensiun Seumur
Hidup
41
Penghasilan di Akhir Masa Kerja
Dibayarkan Sekaligus
Penghasilan di akhir masa kerja yang dibayarkan sekaligus dapat
berbentuk pesangon, manfaat pensiun, THT, atau JHT.
43
Contoh Soal:
Pajak terutang
0% x 50.000.000 Rp0
5% x 50.000.000 Rp2.500.000
15% x 340.000.000 Rp51.000.000 Rp53.500.000
Pengenaan pajak bersifat final.
Lapisan Tarif Khusus dan Dasar Pengenaan
(Manfaat Pensiun, THT, JHT: PP No. 68 Tahun 2009)
46
Pensiun Diterima Berkala
Bila waktu pensiun sudah dapat Bila waktu pensiun belum diketahui
diketahui dengan pasti pada awal secara pasti saat penghitungan PPh awal
tahun. tahun.
Sistematika penghitungan identik pada kasus pegawai tetap, kecuali bahwa biaya
jabatan ditetapkan maksimal Rp 450.000/bulan atau Rp 54.000.000/tahun.
Tarif yang berlaku merupakan tarif umum Pasal 17 Ayat (1) Huruf (a) UU PPh.
47
Lapisan Tarif Khusus dan Dasar Pengenaan
(Pengalihan ke Anuitas Seumur Hidup:
Kepdirjen No. 333/ PJ/ 2001)
48
Pola Pembayaran
Penghasilan
Pegawai Tidak
Tetap dan
Tenaga Kerja
Lepas
Upah Harian
Upah Upah Upah yang
Harian Satuan Borongan Dibayarkan
Bulanan
49
Tata Cara Penghitungan
Upah Harian, Satuan, Borongan
• Upah dikonversikan ke dalam upah
harian yang ekuivalen dengan
ketentuan pengupahan terkait.
• Atas upah harian hasil konversi,
dikenakan ketentuan tarif dan DPP
yang bersesuaian.
50
Penghitungan Teknis
(Upah Harian, Satuan, Borongan)
Penghasilan harian
Tidak dikenai pajak
Penghasilan < Rp 450.000
kumulatif per DPP = Penghasilan
bulan < Rp yang melebihi Rp
4.500.000 Penghasilan harian 450.000
> Rp 450.000 Tarif berlaku
DPP = Penghasilan adalah tarif lapis
Penghasilan harian – PTKP pertama (5%)
Upah Harian/Upah kumulatif per harian
Hasil Konversi
bulan > Rp Tarif berlaku
4.500.000 adalah tarif lapis
pertama (5%)
Penghasilan DPP = Penghasilan
kumulatif per disetahunkan - PTKP
bulan > Rp Tarif berlaku
4.500.000 adalah tarif
progresif pasal 17
51
Contoh Soal Upah Harian:
Jawaban:
Fredi menerima upah sehari tidak melebihi Rp 450.000 dan selama
Januari 2020 tidak melebihi Rp 4.500.000. Jadi, Fredi tidak
dikenakan PPh Pasal 21 atas upah yang diterimanya.
Contoh Soal Upah Harian:
Jawaban:
Upah per hari Rp 500.000
Upah kena pajak per hari = 500.000 - 450.000
= 50.000
PPh 21 = 5% x 6 x 50.000
= Rp 15.000
Tata Cara Penghitungan
Memiliki NPWP
dan DPP = 50% x
berpenghasilan Penghasilan bruto
hanya dari satu – PTKP Bulanan
Bersifat pemberi kerja.
Berkesinambungan
Berpenghasilan
Penghasilan DPP = 50% x
lebih dari satu
Bukan Pegawai Penghasilan bruto
pemberi kerja.
Tarif yang berlaku adalah tarif umum Pasal 17 Ayat (1) Huruf (a) UU PPh,
WP yang tidak memiliki NPWP dikenai tarif 20% lebih tinggi
55
Bentuk Pembayaran
Penerima
Penghasilan
Lain
Jasa Produksi,
Honorarium
Tantiem, Penarikan
Anggota
Gratifikasi, Dana Pensiun
Dewan
Bonus Diterima oleh Pegawai
Komisaris Non
Mantan Aktif
Pegawai
Pegawai
56
Tata Cara Penghitungan
Jawaban:
PPh terutang pelatihan 1 = 5% x (50% x 95.000.000)
= Rp 2.375.000
PPh terutang pelatihan 2 = 5% x (50% x 100.000.000) +
15% x (50% x 15.000.000)
= Rp 2.875.000
Contoh Soal Peserta Kegiatan:
Jawaban:
PPh terutang = (5% x 50.000.000) + (15% x 100.000.000)
= 2.500.000 + 15.000.000
= Rp 17.500.000
Jawaban:
Pajak terutang = (5% x 50.000.000) +
(15% x 200.000.000) +
(25% x 25.000.000)
= 2.500.000 + 30.000.000 + 6.250.000
= Rp 38.750.000
PPh 21 Terkait APBN/ APBD
Penggajian
PNS
Berstatus
Tetap.
Penggunaan Penggajian
Kompensasi bagi
APBN/ APBD, Tenaga Honorer,
peserta kegiatan,
Wiyata Bakti, dan
perlombaan, dan PPh 21 Dipotong Pegawai Tidak
sejenisnya. Bendaharawan Tetap Lain.
Remunerasi
kepada bukan
pegawai yang
dimanfaatkan
jasanya.
61
Pola Pembayaran
DPP =
Penghasilan Netto
- PTKP
Bersifat Tetap
dan Teratur
Berlaku tarif umum
Pasal 17 Ayat (1)
Penghasilan Huruf (a)
Dibebankan ke
APBN/ APBD
DPP =
Penghasilan Bruto
Bersifat Tidak
Tetap dan
Tidak Teratur Berlaku tarif
khusus, bersifat
final
62
Tarif Penghasilan Tidak Tetap dan Tidak Teratur
(PMK No. 262/ PMK.03/ 2010)
63
Pencatatan Transaksi PPh 21
64
Pajak
Penghasilan
Pasal 26
Definisi
Cara Pemenuhan
Kewajiban atas PPh 26 dapat dipenuhi melalui
pemotongan oleh pihak pemberi penghasilan
Pemotong, Penyetor, dan Pelapor
Badan Pemerintah.
Penyelenggara kegiatan.
67
Saat Terutang, Penyetoran, dan Pelaporan
• Dividen
• Bunga, premium, diskonto, dan imbalan lain terkait
pengembalian utang.
• Royalti, sewa, dan penghasilan lain terkait penggunaan
harta.
• Imbalan sehubungan dengan jasa, pekerjaan, atau kegiatan.
• Hadiah dan penghargaan.
• Pensiun dan pembayaran berkala lain.
• Premi swap dan transaksi lindung nilai lain.
• Keuntungan atas pembebasan utang.
69
Tarif, Dasar, dan Sifat Pengenaan (2)
70
Objek PPh 26 Bersifat Tidak Final
Penghasilan kantor pusat dari usaha,
kegiatan, penjualan barang, atau
pemberian jasa yang serupa dengan
kegiatan BUT.
Penghasilan kantor pusat selama
terdapat hubungan efektif antara BUT
dengan harta atau kegiatan sumber
penghasilan.
Jawaban:
Pajak terutang= 20% x (7,5% x 3.000.000 x 10.100)
= 20% x 2.272.500.000
= Rp 454.500.000
Contoh Soal:
Jawaban:
Pajak terutang = 10% x 195.000.000
= Rp 19.500.000
Perjanjian Penghindaran Pajak Berganda (P3B)
P3B mengatur
WP luar negeri dapat tarif dan hak
dikenai pajak di Indonesia pemajakan,
sekaligus di negara asal. sehingga
pengenaan pajak
hanya satu kali.
74
TERIMA KASIH