Anda di halaman 1dari 9

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Diare seringkali dianggap penyakit yang biasa dan sering dianggap sepele
penanganannya. Pada kenyataanya diare dapat menyebabkan gangguan sistem
ataupun komplikasi yang sangat membahayakan bagi penderita. Beberapa di
antaranya adalah gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit, shock
hipovolemia, gangguan berbagai organ tubuh, dan bila tidak tertangani dengan
baik dapat menyebabkan kematian. Dengan demikian menjadi penting bagi
perawat untuk mengetahui lebih lanjut tentang diare, dampak negative yang
ditibulkan, serta upaya penanganan dan pencegahan komplikasinya.
Penyakit diare hingga kini masih merupakan penyebab kedua morbiditas
dan mortalitas pada anak usia kurang dari dua tahun di seluruh dunia terutama
dinegara-negara berkembang, jumlah nya mendekati satu dalam lima orang,
inimenyebabkan kematian pada anak-anak melebihi AIDS dan malaria.
Tahap dewasa merupakan tahap tumbuh mencapai titik perkembangan
yang maksimal. Setelah itu tumbuh mulai menyusut dikarenakan berkurangnya
jumlah sel-sel yang adadidalam tubuh. Sebagai akibatnya, tubuh juga akan
menglami penurunan fungsi secara perlahan-lahan. Itulah yang dikatakan proses
penuaan. Penuaan atau proses terjadinya tua adalah suatu proses memghilangnya
secara perlahan-lahan kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri/ mengganti
dan mempertahankan fungsi normal sehingga tidak dapat bertahan terhadap
infeksi serta memperbaiki kerusakan yang diderita (Constantinides, 1994). Seiring
dengan proses menua tersebut, tubuh akan mengalami berbagai masalah kesehatan
atau yang biasa disebut sebagai penyakit degenerative.
Mekanisme dasar yang menyebabkan timbulnya diare ialah gangguan
motilitas usus, hiperperistaltik akan menyebabkan berkurangnya kesempatan usus
untuk menyerap makanan sehingga timbul diare. Sebaliknya bila peristaltik usus
menurun akan mengakibatkan bakteri tumbuh berlebihan, selanjutnya dapat
timbul diare pula. Diare adalah buang air besar (defekasi) dengan tinja berbentuk
cair atau setengah cair (setengah padat). Diare dapat disebabkan oleh transportasi
air dan elektrolit yang abnormal dalam usus. Diseluruh dunia terdapat kurang
lebih 500 juta yang menderita diare setiap tahunnya, dan 20% dari seluruh
kematian pada langsia yang hidup di negara berkembang berhubungan dengan
diare serta dehidrasi. Gangguan diare dapat melibatkan lambung dan usus
(Gastroenteritis), usus halus (Enteritis), kolon (Kolitis) atau kolon dan usus
(Enterokolitis) (Wong, 2008).

1.2 Tujuan Penulisan


Tujuan Umum
Untuk mengetahui konsep dan asuhan keperawatan pada Lansia dengan
Diare
BAB II
TINJAUAN TEORITIS

2.1 Pengertian Diare


Diare adalah buang air besar dengan konsistensi lembek atau cair, bahkan
dapat berupa air saja dengan frekuensi lebih sering dari biasanya (tiga kali atau
lebih) dalam satu hari (Depkes RI 2011).
Diare dapat disebabkan oleh transportasi air dan elektrolit yang abnormal
dalam usus. Diseluruh dunia terdapat kurang lebih 500 juta anak yang menderita
diare setiap tahunnya, dan 20% dari seluruh kematian pada anak yang hidup di
negara berkembang berhubungan dengan diare serta dehidrasi. Gangguan diare
dapat melibatkan lambung dan usus (Gastroenteritis), usus halus (Enteritis),
kolon (Kolitis) atau kolon dan usus (Enterokolitis) (Wong, 2008).
Menurut WHO Pengertian diare adalah buang air besar dengan konsistensi
cair (mencret) sebanyak 3 kali atau lebih dalam satu hari (24 jam). Ingat, dua
kriteria penting harus ada yaitu BAB cair dan sering, jadi misalnya buang air
besar sehari tiga kali tapi tidak cair, maka tidak bisa disebut daire. Begitu juga
apabila buang air besar dengan tinja cair tapi tidak sampai tiga kali dalam sehari,
maka itu bukan diare. Pengertian Diare didefinisikan sebagai inflamasi pada
membran mukosa lambung dan usus halus yang ditandai dengan diare,
muntahmuntah yang berakibat kehilangan cairan dan elektrolit yang menimbulkan
dehidrasi dan gangguan keseimbangan elektrolit (Betz, 2009).
Hidayat (2008) menyebutkan diare adalah buang air besar pada bayi atau
anak Iebih dan 3 kali sehari, disertai konsistensi tinja menjadi cair dengan atau
tanpa lendir dan darah yang berlangsung kurang dan satu minggu. Diare
merupakan suatu keadaan pengeluaran tinja yang tidak normal atau tidak seperti
biasanya. Perubahan yang terjadi berupa peningkatan volume cairan, dan
frekuensi dengan atau tanpa lendir darah.
2.2 Etiologi Diare
Mekanisme diare (Juffrie, 2011) Secara umum diare disebabkan dua hal yaitu
gangguan pada proses absorpsi atau sekresi. Kejadian diare secara umum terjadi
dari satu atau beberapa mekanisme yang saling tumpang tindih. Menurut
mekanisme diare maka dikenal: diare akibat gangguan absorpsi yaitu volume
cairan yang berada di kolon lebih besar daripada kapasitas absorpsi. Disini diare
dapat terjadi akibat kelainan di usus halus, mengakibatkan absorpsi menurun atau
sekresi yang bertambah. Apabila fungsi usus halus normal, diare dapat terjadi
akibat absorpsi di kolon menurun atau sekresi di kolon meningkat. Diare juga
dapat dikaitkan dengan gangguan motilitas, inflamasi dan imunologi. Komplikasi
kebanyakan penderita diare sembuh tanpa mengalami komplikasi, tetapi sebagian
kecil mengalami komplikasi dari dehidrasi, kelainan elektrolit atau pengobatan
yang diberikan.
Infeksi Rotavirus menyebabkan sebagian besar perawatan rumah sakit
karena diare berat pada anak-anak kecil dan merupakan infeksi nosokomial yang
signifikan oleh mikroorganisme patogen. Salmonella,Shigella dan Campylobacter
merupakan bakteri patogen yang paling sering diisolasi. Mikroorganisme Giardia
lamblia dan Cryptosporidium merupakan parasit yang paling sering menimbulkan
diare infeksius akut (Wong dkk., 2009).
Selain Rotavirus, telah ditemukan juga virus baru yaitu Norwalk virus.
Virus ini lebih banyak kasus pada orang dewasa dibandingkan anak-anak
(Suharyono, 2008). Kebanyakan mikroorganisme penyebab diare
disebarluaskankan lewat jalur fekal-oral melalui makanan, air yang
terkontaminasi atau ditularkan antar manusia dengan kontak yang erat (Wong
dkk., 2009).

2.3 Klasifikasi Diare


1. Diare akut, yaitu diare yang berlangsung kurang dari 14 hari ( umumnya
kurang dari 7 hari ). Gejala dan tanda sudah berlangsung < 2 minggu
sebelum datang berobat. Akibat diare akut adalah dehidrasi, sedangkan
dehidrasi merupakan penyebab utama kematian bagi penderita diare.
2. Diare kronik, yaitu diare yang gejala dan tanda sudah berlangsung > 2
minggu sebelum dating berobat atau sifatnya berulang.
3. Disentri, yaitu diare yang disertai darah dalam tinjanya. Akibat dari
disentri adalah anoreksia, penurunan berat badan dengan cepat,
kemungkinan terjadi komplikasi pada mukosa.
4. Diare persisten, yaitu diare yang berlangsung lebih dari 14 hari secara
terus menerus. Akibat dari diare persisten adalah penurunan berat badan
dan gangguan metabolisme.
Terdapat beberapa pembagian diare (Nathan, 2010) :
1. Pembagian diare menurut etiologi
Diare Spesifik : Diare yang disebabkan oleh infeksi bakteri, virus, atau
parasit. Contoh: disentri.
Diare Non Spesifik : Diare yang disebabkan oleh malabsorbsi makanan,
rangsangan oleh zat makanan, gangguan saraf.
2. Pembagian diare menurut mekanismenya yaitu :
Gangguan Absorpsi ,
Gangguan sekresi
3. Pembagian diare menurut lamanya diare :
Diare akut yang berlangsung kurang dari 14 hari,
Diare kronik yang berlangsung lebih dari 14 hari dengan etiologi non
infeksi

2.4 Patofisiologi
Proses terjadinya diare dapat disebabkan oleh berbagai kemungkinan faktor
di antaranya pertama faktor infeksi, proses ini dapat diawali adanya
mikroorganisme (kuman) yang masuk ke dalam saluran pencernaan yang
kemudian berkembang dalam usus dan merusak sel mukosa usus yang dapat
menurunkan daerah permukaan usus.
Selanjutnya terjadi perubahan kapasitas usus yang akhirnya mengakibatkan
gangguan fungsi usus meneyebabkan sistem transpor aktif dalam usus sehingga
sel mukosa mengalami iritasi yang kemudian sekresi cairan dan elektrolit akan
meningkat. Kedua, faktor malabsorbsi merupakan kegagalan dalam melakukan
absorbsi yang mengakibatkan tekanan osmotik meningkat sehingga terjadi
pergeseran air dan elektrolit ke rongga usus yang dapat meningkatkan isi rongga
usus sehingga terjadilah diare. Ketiga faktor makanan, ini terjadi apabila toksin
yang ada tidak mampu diserap dengan baik. Sehingga terjadi peningkatan
peristaltik usus yang mengakibatkan penurunan kesempatan untuk menyerap
makanan yang kemudian menyebabkan diare. Keempat, faktor psikologis dapat
mempengaruhi terjadinya peningkatan peristaltik usus yang akhirnya
mempengaruhi proses penyerapan makanan yang dapat menyebabkan diare (Rani,
2002)
Diare merefleksikan peningkatan kandungan air dalam feses akibat
gangguan absorpsi dan atau sekresi aktif air usus..Secara patofisiologi, diare akut
dapat dibagi menjadi diare inflamasi dan noninflamasi
Tabel 2.4 Diare inflamasi dan noninflamasi
Inflamasi Noninflamasi
Mekanisme Invasi mukosa atau Enterotoksin atau
cytotoxin mediated berkurangnya kapasitas
inflammatory response absorpsi usus kecil
Lokasi Kolon, usus kecil bagian distal Usus kecil bagian
proksimal
Diagnosis Terdapat leukosit feses, kadar Tidak ada leukosit feses,
laktoferin feses tinggi kadar laktoferin feses
rendah
Penyebab
Bakteri Campylobacter Salmonella
Shigella species Clostridium Escherichia coli
difficile Yersinia Vibrio Clostridium perfringens
parahaemolyticus Enteroinvasive Staphylococcus aureus
E.coli Aeromonas hydrophilia
Plesiomonas shigelloides Bacillus cereus Vibrio
cholerae
Cytomegalovirus Rotavirus Norwalk
Virus Adenovirus Herpes simplex
virus
Entamoeba histolytica Cryptosporidium
Microsporidium
Parasit
Isospora
Cyclospora
Giardia lamblia
Usus kecil berfungsi sebagai organ untuk mensekresi cairan dan enzim,
serta mengabsorpsi nutriens. Gangguan kedua proses tersebut akibat infeksi akan
menimbulkan diare berair (watery diarrhea) dengan volume yang besar, disertai
kram perut, rasa kembung, banyak gas, dan penurunan berat badan.6 Demam
jarang terjadi serta pada feses tidak dijumpai adanya darah samar maupun sel
radang.6 Usus besar berfungsi sebagai organ penyimpanan. Diare akibat
gangguan pada usus besar frekuensinya lebih sering, lebih teratur, dengan volume
yang kecil, dan sering disertai pergerakan usus yang nyeri. Demam dan feses
berdarah/mucoid juga sering terjadi. Eritrosit dan sel radang selalu ditemukan
pada pemeriksaan feses (Amin vol 42. N0 7, 2015)

2.5. Gejala Klinis dari Penyakit Diare


Bila penyebab diare akibat menelan makanan yang mengandung racun dari
kuman, akan terdapat gejala lain berupa mual hingga muntah. Pada kasus
keracunan makanan, biasanya gejala diare seperti muntah akan terlihat lebih
dominan dibandingkan diarenya sendiri. Demam juga mungkin menyertai diare
yang diakibatkan oleh infeksi. Selain itu, adanya perlukaan di mukosa usus akan
menyebabkan adanya darah maupun lendir pada tinja sehingga diperlukan
pencegahan diare untuk meminimalisir kemungkinan terjadinya komplikasi diare.
Nyeri perut hingga kram perut dapat terjadi pada diare yang terjadi akibat
percepatan gerakan usus maupun yang melukai mukosa usus.
Selain tanda dan gejala diare, yang penting untuk diperhatikan bila anda
mengalami diare adalah untuk mengenali tanda – tanda kekurangan cairan yang
merupakan salah satu komplikasi diare yang paling sering terjadi. Pada usia
dewasa, gejala kekurangan cairan yang dapat diamati adalah:
a) Feses berwarna gelap yang mengindikasi adanya darah pada feses
b) Kurang tidur
c) Penurunan berat badan
d) Badan lemah
e) Feses lembek dan cair serta lebih dari 3 kali dalam 24 jam
f) Sakit perut dan kram perut
g) Mual dan muntah
h) Sakit kepala
i) Kehilangan nafsu makan
j) Demam
k) Dehidrasi
l) Darah pada feses
m) Feses yang dihasilkan banyak
Pada langsia, karena komposisi cairan pada tubuhnya sangat tinggi, bila terjadi
kekurangan cairan akan tampak cekung di daerah sekitar mata. Selain itu bila
dilakukan cubitan kulit di daerah perut, kulit tidak akan segera kembali seperti
semula atau menjadi peyot seperti kulit orang lanjut usia.
Diare adalah penyakit serius jika terjadi pada langsa. Diare dapat menyebabkan
dehidrasi serius dan mengakibatkan kondisi yang membahayakan nyawa pada
waktu yang singkat. Anda perlu menghubungi dokter jika Anda melihat gejala-
gejala ini pada langsia Anda:
a. Produksi urin menurun
b. Mulut kering
c. Kelelahan
d. Sakit kepala
e. Kulit kering
f. Mengantuk
g. Gelisah

2.7 Komplikasi
Kehilangan cairan dan kelainan elektrolit merupakan komplikasi utama,
terutama pada lanjut usia. Pada diare akut karena kolera, kehilangan cairan
terjadisecara mendadak sehingga cepat terjadi syok hipovolemik. Kehilangan
elektrolit melaluifeses dapat mengarah terjadinya hipokalemia dan asidosis
metabolik. Pada kasus-kasus yang terlambat mendapat pertolongan medis, syok
hipovolemik sudah tidak dapat diatasi lagi, dapat timbul nekrosis tubular akut
ginjal dan selanjutnya terjadi gagal multi organ. Komplikasi ini dapat juga terjadi
bila penanganan pemberian cairan tidak adekuat, sehingga rehidrasi optimaltidak
tercapai.
Komplikasi paling penting walaupun jarang diantaranya yaitu:
hipernatremia, hiponatremia, demam, edema/overhidrasi, asidosis, hipokalemia,
ileus paralitikus, kejang, intoleransi laktosa, malabsorpsi glukosa, muntah, gagal
ginjal.
Haemolityc Uremic Syndrome (HUS) adalah komplikasi terutama oleh
EHEC(Enterohemorrhagic E. Coli). Pasien HUS menderita gagal ginjal, anemia
hemolisis, dan trombositopeni 12-14 hari setelah diare. Risiko HUS meningkat
setelah infeksi EHEC dengan penggunaan obat anti-diare, tetapi hubungannya
dengan penggunaan antibiotik masih kontroversial.
Sindrom Guillain – Barre, suatu polineuropati demielinisasi akut,
merupakan komplikasipotensial lain, khususnya setelah infeksi C. jejuni; 20-40%
pasien Guillain – Barre menderita infeksi C. jejuni beberapa minggu sebelumnya.
Pasien menderita kelemahan motorik dan mungkin memerlukan ventilasimekanis.
Mekanisme penyebab sindrom Guillain – Barre belum diketahui. Artritis pasca-
infeksi dapat terjadi beberapa minggu setelah penyakit diare karena
Campylobacter, Shigella, Salmonella, atau Yersinia spp.

Anda mungkin juga menyukai