PNDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
B. RUMUSAN MASALAH
C. TUJUAN
1) Pengertian perencanaan
Suarli dan Bahtiar (2009) menyatakan bahwa perencanaan adalah
suatu keputusan dimasa yang akan datang tentang apa, siapa, kapan, dimana,
berapa, dan bagaimana yang akan dilakukan untuk mencapai tujuan tertentu
yang dapat ditinjau dari proses, fungsi dan keputusan.
Perencanaan merupakan langkah awal sebelum kegiatan dilaksanakan
yang meliputi kegiatan merumuskan tujuan puskesmas sampai dengan
menetapkan alternatif kegiatan. Tanpa ada perencanaan puskesmas, tidak akan
ada kejelasan kegiatan yang akan dilaksanakan oleh staf untuk mencapai
tujuan puskesmas. (Alamsyah, 2011).
Perencanaan sebagai proses yang di mulai dari peetapan tujuan
organisasi, menentukan strategi untuk pencapaian tujuan organisasi,
menentukan strategi untuk pencapaian tujuan organisasi tersebut secara
menyeluruh, serta merumuskan system perencanaan yang menyeluruh untuk
mengintegrasikan dan mengorganisasikan seluruh pekerjaan organisasi hingga
tujuan organisasi tercapai. Dalam kerangka piker keperawatan, perencanaa
adalah tahap untuk merumuskan masalah keperawatan yang berkembang
dalam pelayanan keperawatan, menentukan kebutuhan dan sumber daya yang
tersedia, menetapkan tujuan program yang paling pokok, dan menyusun
langkah – langkah praktis untuk mencapai tujuan yang telah di tetapkan untuk
memenuhi kebutuhan pasien. (Simamora, 2012).
Perencanaan merupakan fungsi dasar manajemen. Perencanaan adalah
pandangan ke depan dan merupakan fungsi yang paling penting tentang suatu
rencana kegiatan yang berisi tujuan apa yang harus dicapai, bagaimana cara
mencapainya, tempat kegiatan tersebut dilaksanakan, bagaimana indicator/
tolak ukur untuk mencapai tujuan, serta kegiatan apa yang harus dilakukan
selanjutnya atau berkelanjutan. (Asmuji, 2014).
Perencanaan dalam keperawatan merupakan upaya dalam
meningkatkan profesionalisme pelayanan keperawatan sehingga mutu
pelayanan keperawatan dapat dipertahankan, bahkan ditingkatkan. Dengan
melihat pentingnya fungsi perencanaan, dibutuhkan perencanaan yang baik
dan professional. Perencanaan yang baik harus berdasarkan sasaran, bersifat
sederhana, mempunyai standar, fleksibel, seimbang, dan menggunakan
sumber-sumber yang tersedia terlebih dahulu secara efektif dan efisien.
(Asmuji, 2014).
Perencanaan merupakan usaha sadar dan pembuatan keputusan yang
telah diperhitungkan secara matang tentang hal-hal yang akan dikerjakan di
masa depan dalam dan oleh suatu organisasi dalam rangka pencapaian tujuan
yang telah ditetapkan. Perencanaan adalah sejumlah keputusan yang menjadi
pedoman untuk mencapai suatu tujuan tertentu.
2) Hierarki Perencanaan
Terdapat banyak tipe perencanan dan sebagian besar organisasi
membuat rencana dalam bentuk hierarki. Dalam bentuk ini, rencana teratas
mempengaruhi semua rencana di bawahnya. Seperti digambarkan dalam
piramida hierarki (Gambar 2.1), hierarki melebar pada tingkatan lebih bawah
yang menggambarkan banyaknya jumlah komponen perencanaan. Selain itu,
komponen perencanaan pada hierarki teratas lebih umum dibandingkan
dibawahnya yang lebih spesifik.
Gambar Hierarki Perencanaan (Marquis, Bessie L & Carol . Huston.
Kepemimpinan dan Manajemen Keperawatan Edisi 4. Hal 63)
3) Tujuan perencanaan
Douglas menyusun hal berikut sebagai alasan untuk perencanaan:
a) Hal tersebut menimbulkan keberhasilan dalam mencapai sasaran dan tujuan
b) Hal tersebut bermakna pada pekerjaan
c) Hal tersebut memberikan penggunaan efektif dari personal dan fasilitas
yang tersedia
d) Hal tersebut membantu dalam koping dengan situasi krisis
e) Hal tersebut efektif dalam hal biaya
f) Hal tersebut berdasarkan berdasarkan masa lalu dan akan datang, sehingga
membantu menurunkan elemen perubahan
g) Hal tersebut dapat digunakan untuk menemukan kebutuhan untuk berubah.
h) Hal tersebut diperlukan untuk kontrol efektif. (Swanburg, 2000).
4) Manfaat perencanaan
Manfaat perencanaan Adapun manfaat perencanaan antara lain:
a) Membantu proses manajemen dalam menyesuaikan diri dengan
perubahanperubahan lingkungan.
b) Memungkinkan manajer mamahami keseluruhan gambaran operasi lebih
jelas.
c) Membantu penetapan tanggung jawab lebih tepat.
d) Memberikan cara pemberian perintah yang tepat untuk pelaksanaan.
e) Memudahkan koordinasi.
f) Membuat tujuan lebih khusus, lebih terperinci dan lebih mudah dipahami.
g) Meminimalkan pekerjaan yang tidak pasti.
h) Menghemat waktu dan dana.
5) Syarat perencanaan
Peryaratan perenecanaan menurut Simamora (2012) yaitu:
a) Factual atau realistis
Perencanaan yang baik perlu persyaratan factual atau realistis. Hal ini
berarti perencanaan harus sesuai dengan fakta dan wajar untuk dicapai
dalam kondisi tertentu yang dihadapi keperawatan.
b) Logis atau rasional
Perencanaan juga harus memenuhi syarat logis atau rasional. Hal ini
berarti perencanaan keperawatan harus bisa masuk akal sehingga dapat
dijalankan.
c) Fleksibel
Perencanaan yang baik bukan berarti kaku dan kurang fleksibel.
Perencanaan yang baik justru perencanaan yang dapat disesuaikan dengan
kondisi dimasa datang, sekalipun tidak berarti perencanaan dapat diubah
seenaknya.
d) Komitmen
Perencanaan yang baik harus melahirkan komitmen bagi seluruh
anggota dalam organisasi untuk berupaya mencapai tujuan organisasi.
e) Komprehensif
Perencanaan yang baik juga memenuhi syarat komprehensif, artinya
menyeluruh dan mengakomodasi aspek-aspek secara langsung maupun
tidak langsung dalam organisasi.
6) Komponen perencanaan
Menurut Nursalam (2011) manajemen keperawatan terdiri atas
beberapa komponen yang saling berinteraksi. Pada umumnya suatu sistem
dicirikan oleh 5 elemen, yaitu: input, proses, output, control dan mekanisme
umpan balik.
a) Input
Input dalam proses manajemen keperawatan antara lain berupa
informasi, personel, peralatan dan fasilitas. Proses pada umumnya
merupakan kelompok manajer dan tingkat pengelola keperawatan tertinggi
sampai keperawatan pelaksana yang mempunyai tugas dan wewenang
untuk melakukan perencanaan, pengorganisasian, pengarahan dan
pengawasan dalam pelaksanaan pelayanan keperawatan.
Input yang dapat mengukur pada bahan alat sistem prosedur atau
orang yang memberikan pelayanan misalnya jumlah dokter, kelengkapan
alat, prosedur tetap dan lain-lain.
b) Output
Elemen lain dalam pendekatan sistem adalah output atau keluaran
yang umumnya dilihat dan hasil atau kualitas pemberian asuhan
keperawatan dan pengembangan staf, serta kegiatan penelitian untuk
menindaklanjuti hasil atau keluaran.
Output yang menjadi tolak ukur pada hasil yang dicapai, misalnya
jumlah yang dilayani, jumlah pasien yang dioperasi, kebersihan ruangan.
c) Control
Control dalam proses manajemen keperawatan dapat dilakukan
melalui penyusunan anggaran yang proporsional, evaluasi penampilan
kerja perawat, pembuatan prosedur yang sesuai standar dan akreditasi.
d) Mekanisme umpan balik
Mekanisme umpan balik dapat dilakukan melalui laporan keuangan,
audit keperawatan, dan survey kendali mutu, serta penampilan kerja
perawat.
Proses manajemen keperawatan dalam aplikasi di lapangan berada
sejajar dengan proses keperawatan sehingga keberadaan manajemen
keperawatan dimaksudkan untuk mempermudah pelaksanaan proses
keperawatan. Proses manajemen, sebagaimana juga proses keperawatan,
terdiri atas kegiatan pengumpulan data, identifikasi masalah, pembuatan
rencana, pelaksanaan kegiatan, dan kegiatan penilaian hasil. (Gillies, 1985
).
e) Proses
Proses adalah suatu rangkaian tindakan yang mengarah pada suatu
tujuan. Di dalam proses keperawatan, bagian akhir mungkin berupa
sebuah pembebasan dari gejala, eliminasi resiko, pencegahan komplikasi,
argumentasi pengetahuan atau ketrampilan kesehatan dan kemudahan dari
kebebasan maksimal. Di dalam proses manajemen Keperwatan, bagian
akhir adalah perawatan yang efektif dan ekonomis bagi semua kelompok
pasien.
Proses yang dapat mengukur perubahan pada saat pelayanan misalnya
kecepatan pelayanan, pelayanan dengan rumah dan lain-lain.
7) Perumusan visi
Istilah lain dari visi adalah mimpi, cita-cita. Visi merupakan dasar untuk
membuat suatu perencanaan sehingga harus disusun secara singkat, jelas, dan
mendasar, serta harus ada batasan waktu pencapaiannya. Visi merupakan
pernyataan yang berisi tentang mengapa organisasi pelayanan keperawatan
dibentuk. Contoh visi ruang perawatan “Menjadi Ruang Anak yang Mampu
Menyelenggarakan Pelayanan Keperawatan Secara Profesional Tahun 2015”.
8) Perumusan Misi
Misi adalah uraian yang berisi pernyataan-pernyataan operasional guna
mencapai visi yang telah ditetapkan. Contoh misi ruang perawatan yaitu
memberikan asuhan keperawanan kepada klien secara komperehensif. Ini
dapat meliputi peningkatan konsep perawatan mandiri, sehingga tersebut
harus meliputu definisi keperawatan dan perawatan mandiri seperti
didefinisikan oleh perawat profesional.
9) Perumusan filosofi
Peryataan tertulis dari filosofi menunjukkan nilai-nilai dan keyakinan
yang menyangkut administrasi keperawatan dan praktik keperawatan dalam
institusi atau organisasi. Ini mengemukakan pandangan praktisi dan manajer
perawat tetang apa yang mereka yakini dari manajemen dan praktik
keperawatan. Pernyataan ini mengemukakan keyakinan mereka sebagaimana
misi atau tujuan dicapai, memberikan arahan ke arah akhirnya.
Pernyataan filosofi adalah abstrak dan terdiri dari nilai-nilai kemanusiaan
seperti klien atau pasien dan sebagai pekerja, tentang pekerjaan yang akan
dikerjakan oleh pekerja keperawatan untuk klien atau pasien, tentang
perawatan mandiri, tentang keperawatan sebagai profesi, tentang pendidikan
untuk mendapatkan kompetensi pekerja keperawatan, dan tentang lingkungan
atau komunitas dimana pelayanan keperawatan diberikan. Karakter dan
kekuatan pelayanan disusun dengan perencanaan yang meliputi pernyataan
tujuan dan filosofi, satu dari yang lainnya, untuk divisi organisasi, departemen
atau pelayanan, dan ruangan atau unit.
Contoh filosofi ruang perawatan yaitu pasien adalah manusia sebagai
individu yang unik bermartabat.
10) Perumusan tujuan
Tujuan merupakan sesuatu yang ingin dicapai. Tujuan memberikan
arah bagi organisasi untuk menentukan apa yang harus dilakukan, bagaimana
cara mencapainya, dan bagaimana cara menilainya. Perumusan tujuan dalam
organisasi pelayanan keperawatan merupakan hal yang mutlak untuk
dilakukan. Untuk merumuskan suatu tujuan organisasi pelayanan keperawatan
yang baik, ada beberapa persyaratan yang harus diperhatikan. (Asmuji, 2014).
11) Perkiraan kebutuhan kerja
Perkiraan kebutuhan kerja menurut Kuntoro (2010) yaitu penetapan
jumlah tenaga keperawatan harus disesuaikan dengan kategori yang akan
dibutuhkan untuk asuhan keperawatan klien di setiap unit. Beberapa
pendekatan dapat digunakan untuk memperkirakan jumlah staf yang
dibutuhkan berdasarkan kategori klien yang dirawat, rasio perawat dan klien
untuk memenuhi standar praktik keperawatan. Kategori keperawatan klien:
a) Perawatan mandiri (self care), yaitu klien memerlukan bantuan minimal
dalam melakukan tindakan keperawatan dan pengobatan. Klien
melakukan aktivitas perawatan diri secara mandiri.
b) Perawatan sebagian (partial care), yaitu klien memerlukan bantuan
sebagai dalam tindakan keperawatan dan pengobatan tertentu, misalnya
pemberian obat intravena, mengatur posisi dan lain sebagainya.
c) Perawatan total (total care) yaitu klien memerlukan bantuan secara penuh
dalam perawatan diri dan memerlukan observasi secara ketat.
d) Perawatan intensif (intensive care) yaitu klien memerlukan observasi dan
tindakan keperawatan yang terus menerus.
Cara menentukan jumlah tenaga yang dibutuhkan untuk setiap unit
sebagai berikut:
1. Rasio perawat klien disesuaikan dengan standar perkiraan jumlah klien
sesuai data sensus.
2. Pendekatan teknik industri, yaitu identitas tugas perawat dengan
menganalisa alur keja perawat atau work flow rata-rata frekuansi dan
waktu kerja ditentukan dengan data sensus klien, dihitung untuk
menentukan jumlah perawat yang dibutuhkan.
3. System approach staffing atau pendekatan sistem ketenangan dapat
menentukan jumlah optimal yang sesuai dengan kategori perawat untuk
setiap unit serta mempertimbangkan kompunen input-proses-output-
umpan balik.
Kebutuhan tenaga dapat ditinjau berdasarkan waktu perawatan langsung,
waktu perawatan tidak langsung dan waktu pendidikan kesehatan.
Perkiraan jumlah tenaga dapat dihitung berdasarkan waktu perawatan
langsung yang dihitung berdasarkan tingkat ketergantungan klien. Rata-rata
waktu yang dibutuhkan untuk perawatan langsung (direct care) adalah
berkisar 4-5 jam/klien/hari. Menurut Minetri dan Hurchinsun (1975) dalam
Gillies (1994), waktu yang dibutuhkan untuk perawatan langsung didasarkan
pada kategori berikut:
a) Perawatan mandiri (self care) adalah ½ x 4 jam =2 jam.
b) Perawatan sebagian (partial care) adalah ¾ x 4 jam = 3 jam
c) Perawatan total (total care) adalah 1-1½ x 4 jam = 4-6 jam
d) Perawatan intensif (intensive care) adalah 2 x 4 jam = 8 jam
Perkiraan jumlah tenaga juga dapat didasarkan atas waktu perawatan tidak
langsung. Berdasarkan penelitian perawat dirumah sakit, Grace Detroit dalam
Gillies (1994), menyatakan bahwa rata-rata waktu yang dibutuhkan perawatan
tidak langsung adalah 36 menit/klien/hari. Dipihak lain, menurut Wolfe dan
Young (1965) dalam buku yang sama merupakan sebesar 60 menit/klien/hari.
Selain cara diatas, waktu pendidikan kesehatan dapat juga digunakan
sebagai dasar penghitungan kebutuhan tenaga. Menurut Gillies (1994), waktu
yang dibutuhkan untuk melakukan pendidikan kesehatan berkisar 15 menit/
klien/hari.
Menghitung waktu yang dibutuhkan dalam perawatan klien per hari, perlu
menjumlahkan ketiga cara tersebut yaitu perawatan langsung, waktu
perawatan tidak langsung dan waktu pendidikan kesehatan. Selanjutnya
jumlah tenaga yang di butuhknan di hitung berdasarkan beban kerja perawat.
Hal-hal yang perlu di pertimbangkan dalam menentukan beban kerja
perawat yaitu:
1) Jumlah klien yang di rawat setiap hari/ bulan/ tahun di unit tersebut.
2) Kondisi atau tingkat ketergantungan.
3) Rata – rata harm perawatan.
4) Pengukuran keperawatan langsung, perawatan tidak langsung, dan, dan
pendidikan kesehatan.
5) Frekuensi tindakan perawatan yang di butuhkan klien.
6) Rata-rata waktu perawatan langsung,tidak langsung dan pendidikan
kesehatan.
Di samping itu, ada beberapafaktor lain yang mempengaruhi beban kerja
perawat, yaitu masalah komunitas, bencana alam, kemajuan IPTEK,
pendidikan konsumen, keadaan ekonomi, ikim/ musim, politik, dan hukum/
peraturan.
Dengan mengelompokkan klien menurut jumlah dan kompleksitas
pelayanan keperawatan yang di butuhkan klien, pimpinan keperawatan dapat
memperhitungkan jumlah tenaga keperawatan yang di butuhkan untuk masing
– masing unit. Metode perhitungan yang di gunakan, yaitu metode rasio,
metode gilles, metode lokakarya keperawatan, metode di Thailand dan
Filipina dan metode perhitungan ISN (indicator staf need).
Metode rasio di dasarkan atas surat keputusan mentri kesehatan no 262
tahun 1979, kebutuhan tenaga di dasarkan pada rasio tempat tidur yang
tersedia di kelas masing – masing untuk lebih jelasnya dapat di lihat pada.
Tabel 5-1 metode rasio menurut SK Menkes No 262 1979.
Rumah Sakit Perbandingan
Kelas A dan B Tempat tidur : tenaga medis = 4-7 : 1 tempat tidur : tenaga
keperawatan = 2 : 3-4 tempat tidur : tenaga non-
keperawatan = 3:1 tempat tidur : tenaga non-medis = 1 : 1
Kelas C Tempat tidur : tenaga medis = 9 : 1 tempat tidur : tenaga
keperawatan = 1 : 1 tempat tidur: tenaga non-keperawatan
= 5:1 tempat tidur : tenaga non-medis = 3: 4
Kelas D Tempat tidur : tenaga medis = 15 : 1 tempat tidur : tenaga
keperawatan = 2:1 tempat tidur : tenaga non-medis = 6 : 1
Metode Gillies (1994), digunakan khusus untuk menghitung tenaga
keperawatan dengan menggunakan rumus sebagai berikut:
A X B X 365
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑡𝑒𝑛𝑎𝑔𝑎 =
(365 hari libur)𝑥 𝑗𝑎𝑚 𝑘𝑒𝑟𝑗𝑎 𝑝𝑒𝑟 ℎ𝑎𝑟𝑖
Keterangan :
A = jumlah kerja tenaga keperawatan per hari
B = jumlah pasien rata-rata per hari
Metode berikutnya yang dapat digunakan untuk memperhitungkan
jumlah kebutuhan tenaga adalah metode lokakarya keperawatan (1989).
Metode ini juga dikhususkan untuk menghitung tenaga keperawatan dengan
menggunakan rumus sebagai berikut:
A x 52 x 7 (TT x BOR)
𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑡𝑒𝑛𝑎𝑔𝑎 =
41 40
Metode keempat adalah metode Thailand dan Filipina yang didasarkan
pada jumlah jam perawatan yang dibutuhkan per pasien, harm kerja perawat
dalam 1 tahun, dan Jumlah jam kerja dalam 1 tahun. Jumlah jam perawatan
per pasien terbagi dalam unit rawat inap selama 24 jam yang terdiri dari
penyakit dalam (3,4 jam), bedah (3,5 jam), campuran bedah dari penyakit
dalam (3,4 jam), post-partum (3 jam), bayi neonatus (2,5 jam), dan anak (4
jam) sehingga rata-rata jam perawatan yang dibutuhkan per pasien selama 24
jam adalah 3 jam, unit rawat jalan yang jam perawatan per pasiennya adalah
0,5 jam, kamar operasi untuk rumah sakit kelas A dan B (5-8 jam/24 jam),
untuk rumah sakit tipe C dan D (3 jam), dan kamar bersalin sebanyak 5-8 jam.
Hari kerja efektif perawatan dalam 1 tahun diperinci berdasarkan jumlah hari
dalam 1 tahun (365
hari), jumlah hari kerja nonefektifdalam 1 tahun (jumlah ghari minggu 52
hari, libur nasional 12 hari, dan cuti bulanan 12 hari), jumlah hari efektif
dalam 1 tahun yaitu 365-76=289 hari, dan jumlah hari efektif perminggu yaitu
289:7=41 minggu. Jumlah jam kerja efektif dalam 1 tahun yaitu jam kerja
dalam 1 tahun yaitu 41 minggu x 40 jam = 1640 jam/tahun.
Cara perhitungan kebutuhan tenaga perawat dapat menggunakkan
rumus berikut :
1) Unit Rawat Inap (URI)
Jumlah jam perawatan x 52 minggu x 6 hari x jumlah kunjungan koreksi
25%
41 jumlah minggu efektif x 40 jam
2) Unit Rawat Jalan (URJ)
Jumlah jam perawatan x 52 minggu x 7 hari x jumlah kunjungan koreksi
25%
41 jumlah minggu efektif x 40 jam
3) Kamar Bedah/Operasi (KBd/O)
Jumlah jam perawatan x 52 minggu x 7 hari x jumlah.angg.Tim.OK
koreksi 25%
41 jumlah minggu efektif x 40 jam
4) Kamar Bersalin (KB)
Jumlah jam perawatan x 52 minggu x 7 hari x jumlah kunjungan koreksi
10%
41 jumlah minggu efektif x 40 jam
Selanjutnya dapat dihitung jumlah tenaga secara keseluruhan dan
penjumlahan URI, URJ, KBd/O dan KB.
Metode lain yang dapat digunakan untuk menghitung kebutuhan tenaga
adalah dengan metode perhitungan ISN (Indicator Staff Need). Dasar yang
digunakan dalam metode ini adalah beban kerja dan tiap-tiap unit atau
institusi.
Setiap unit harus memproyeksikan kegiatan atau keluaran yang akan
dihasilkan pada masa mendatang. Tiga faktor yang mendasari formula ISN,
yaitu :
a) Indicator beban kerja. Indicator ini merupakan pembilang dan sebagai
faktor variable dalam formula ISN yang dihitung berdasarkan hasil
pelaksanan yang dicapai oleh masing-masing kategori tenaga selama satu
tahun kalender. Untuk tenaga yang sama yang bertugas pada institusi yang
berbeda akan memiliki beban kerja dan kapasitas yang berbeda pula.
b) Bobot (weighting).
c) Kapasitas tenaga.
Berikut merupakan salah satu contoh perhitungan tenaga berdasarkan salah
satu metode di atas (Gillies, 1994).
Diketahui, kondisi tenaga keperawatan di salah satu Rs “XY” berdasarkan
laporan tahunan tahun 1995 sebagai berikut.
1. Bagian UPI, rata-rata pasien/hari adalah 2,6
2. Bagian bedah, rata-rata/hari adalah 44,7
3. Bagian non-bedah/non-UPI rattan-rata pasien/hari sebesar 211,3
Ditanyakan, berapa tenaga keperawatan yang dibutuhkan untuk bagian
UPI,
bagian bedah, dan abagian non-bedah/ non-UPI berdasarkan data di atas?
Dijawab:
1) Asumsi A (jumlah jam kerja tenaga keperawatan perhari) untuk bagian
UPI adalah 7 jam dan B (jumlah pasien rata-rata perhari) adalah 2,6 ; A
bedah = 5 jam dengan B = 44,7 ; dan A non-bedah / non UPI = 4 jam
dengan B = 211,3
2) Asumsi jumlah hari tidak kerja per tahun sebagai berikut.
a. Hari minggu/ sabtu = 104 hari
b. Hari libur nasional = 12 hari
c. Cuti tahunan = 12 hari
d. Izin / sakit = 12 hari
Jadi, jumlah keseluruhannya adalah 140 hari
3) Asumsi jumlah jam kerja per hari adalah 8 jam.
Jadi, kebutuhan tenaga keperawatan untuk masing-masing bagian adalah
sebagai berikut:
a. UPI
7 𝑥 2,6𝑥365
(365𝑥140)𝑥 8
= 4 orang
2) Analisis lingkungan
a) Analisis Situasi
1. Srength (S) adalah situasi atau kondisi yang merupakan kekuatan dari
keperawatan pada saat ini.
2. Weakness (W) adalah situasi atau kondisi yang merupakan kelemahan
dari keperawatan atau program layanan asuhan keperawatan pada saat
ini.
3. Opportunity (O) adalah situasi atau kondisi yang merupakan peluang
berkembang bagi layanan keperawatan di masa depan.
4. Threat (T).
Tabel 3-1 contoh pasangan kekuatan dan kelemahan dalam analisis situasi.
Tabel 3-2 Contoh pasangan kesempatan dan ancaman dalam analisis situasi.
Komponen Subkomponen Komponen Subkomponen
O Tersedianya pendidikan T Lulusan perawat yang
keperawatan membuat di hasilkan tidak
makin banyak perawat sesuai dengan
yang bersekolah hingga kompetensi yang di
perguruan tinggi. harapkan dari seorang
perawat.
(W), dan setiap satu rumusan Opprtunity (O) harus memiliki pasangan
satu Threat (T).
b. Model kualitatif, unit urutan dalam membuat analisis SWOT kualitatif,
tidak berbeda jauh dengan urut – urutan model kuantitatif. Perbedaan
besar di antara keduanya adalah pada saat pembuatan subkomponen
dari masing – masing komponen. Apabila pada model kuantitatif,
setiap subkomponen S memiliki pasangan subkomponen W, dan satu
subkomponen T. akan tetapi, dalam model kualitatifhal tersebut tidak
terjadi. Selain itu, subkomponen pada masing – masing komponen (S-
W-O-T) adalah berdiri bebas dan tidak memiliki hubungan satu sama
lain.
c) Analisis TOWS
d. M4 (Money) : Pemasukan.
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Fungsi perencanaan manajemen keperawatan di ruang rawat inap yang
dilaksanakan oleh kepala ruangan melibatkan seluruh personil mulai dari perawat
pelaksana, ketua tim, dan kepala ruangan. Sebelum melakukan perencanaan
terlebih dahulu dianalisa dan dikaji sistem, strategi organisasi, sumber-sumber
organisasi, kemampuan yang ada, aktifitas spesifik dan prioritas.
Proses manajemen merupakan proses yang holistic, melibatkan banyak sisi
yang akan saling berinteraksi. Sebagai langkah awal dari proses ini, langkah
teknis yang dapat dipelajari adalah bagaimana keperawatan mampu memetakan
masalah dengan suatu metode analisis tertentu seperti mengguanakan analisis
SWOT dan TOWS.
B. SARAN
Kami menyarankan kepada pembaca agar makalah ini dapat dimengerti dan
dipahami dengan baik, sehingga kita dapat mengetahui tentang menyusun
perencanaan manajemen keperawatan. Agar dapat menjadi pedoman buat kita
sebagai perawat.
DAFTAR PUSTAKA
. . HTTPS://ID.SCRIBD.COM/DOC/304966442/ISI-MANKEP-FIX-RABU
Diakses tanggal 29 September 2017