Anda di halaman 1dari 27

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. MANAJEMEN KEPERAWATAN
1. Pengertian Manajemen
a. Manajemen keperawatan adalah proses kerja setiap perawat untuk memberikan
perawatan, pengobatan, dan kenyamanan terhadap kelompok-kelompok pasien
(Gilles, 2000).
b. Manajemen keperawatan adalah suatu proses dimana didalamnya mempunyai teori
atau sistematik dari prinsip dan metode yang berkaitan pada institusi yang besar dan
organisasi keperawatan di dalamnya, termasuk setiap unit. Teori ini meliputi
pengetahuan tentang misi dan tujuan dari institusi tetapi dapat memerlukan
pengembangan atau perbaikan termasuk misi atau tujuan visi keperawatan
(Swanburg, 2000).

Dapat disimpulkan, Manajemen keperawatan adalah proses pelaksanaan pelayanan

keperawatan melalui upaya staf keperawatan untuk memberikan asuhan keperawatan,

pengobatan dan rasa aman kepada pasien, keluarga, dan masyarakat.

2. Fungsi Manajemen

Di dalam pelaksanaan teknik aplikasi manajemen, terdapat 4 fungsi, yaitu :

1. Perencanaan (planning)

Perencanaan merupakan suatu proses berkelanjutan yang diawali dengan

merumuskan tujuan, dan rencana tindakan yang akan dilaksanakan, menentukan

personal, merancang proses dan kriteria hasil, memberikan umpan balik pada

perencanaan yang sebelumnya dan memodifikasi rencana yang diperlukan

(Swanburg, 2000).

6
7

Fungsi planning (perencanaan) adalah fungsi terpenting dalam manajemen, oleh


karena fungsi ini akan menentukan fungsi-fungsi manajemen lainnya. Menurut
Muninjaya, fungsi perencanaan merupakan landasan dasar dari fungsi manajemen
secara keseluruhan. Tanpa ada fungsi perencanaan tidak mungkin fungsi manajemen
lainnya akan dapat dilaksanakan dengan baik.
1) Tujuan Perencanaan
a) Meningkatkan keberhasilan untuk mencapai sasaran dan tujuan
b) Mengefektifkan penggunaan personel dan fasilitas yang tersedia
c) Membantu koping dengan situasi kritis
d) Meningkatkan efektivitas dalam hal biaya
e) Membantu menurunkan elemen perubahan, karena perencanaan berdasarkan
masa lalu dan yang akan datang.
f) Dapat digunakan untuk menemukan kebutuhan untuk berubah
g) Penting untuk melakukan kontrol yang lebih efektif
2) Tahap Dalam Perencanaan
a) Menetapkan tujuan dalam mengumpulkan data dan fakta
b) Mengidentifikasi masalah dan penetapan prioritas masalah
c) Merumuskan tujuan program dan besarnya target yang ingin dicapai.
d) Mengkaji kemungkinan adanya hambatan dan kendala dalam pelaksanaan
program.
e) Menyusun Rencana Kerja Operasional (RKO)
3) Dasar Pertimbangan
5W + 1H: What, Where, When, Why, Who, dan How
4) Langkah-Langkah Dalam Perencanaan
a) Pengumpulan data
b) Analisa lingkungan (SWOT: Strength, Weakness, Opportunities, Threatened)
c) Pengorganisasian data: pilih data yang mendukung dan yang menghambat
d) Pembuatan rencana: tentukan obyektivitas, uraian kegiatan, prosedur, target
waktu, penanggung jawab, sasaran, biaya, metode yang digunakan.
5) Jenis Perencanaan
a) Perencanaan Strategi
Perencanaan strategis merupakan suatu proses berkesinambungan, proses
yang sistematis dalam pembuatan dan pengambilan keputusan masa kini
dengan kemungkinan pengetahuan yang paling besar dari efek-efek
8

perencanaan pada masa depan, mengorganisasikan upaya-upaya yang perlu


untuk melaksanakan keputusan ini terhadap hasil yang diharapkan melalui
mekanisme umpan balik yang dapat dipercaya, bertujuan untuk memperbaiki
alokasi sumber-sumber yang langka, termasuk uang dan waktu, dan untuk
mengatur pekerjaan divisi keperawatan.
b) Perencanaan Operasional
Perencanaan operasional menguraikan aktivitas dan prosedur yang akan
digunakan, serta menyusun jadwal waktu pencapaian tujuan, menentukan
siapa orang-orang yang bertanggung jawab untuk setiap aktivitas dan
prosedur. Menggambarkan cara menyiapkan orang-orang untuk bekerja dan
juga standard untuk mengevaluasi perawatan pasien.
Di dalam perencanaan operasional terdiri dari dua bagian yaitu rencana
tetap dan rencana sekali pakai. Rencana tetap adalah rencana yang sudah ada
dan menjadi pedoman di dalam kegiatan setiap hari, yang terdiri dari
kebijaksanaan, standard prosedur operasional dan peraturan sedangkan
rencana sekali pakai terdiri dari program dan proyek.
6) Manfaat Perencanaan
a) Membantu proses manajemen dalam menyesuaikan diri dengan perubahan-
perubahan lingkungan.
b) Memberikan cara pemberian perintah yang tepat untuk pelaksanaan
c) Memudahkan kordinasi
d) Memungkinkan manajer memahami keseluruhan gambaran operasional secara
jelas.
e) Membantu penempatan tanggung jawab lebih tepat
f) Membuat tujuan lebih khusus, lebih rinci dan lebih mudah dipahami.
g) Meminimumkan pekerjaan yang tidak pasti
h) Menghemat waktu dan dana
9

2. Pengorganisasian (organizing)

Pengorganisasian adalah keseluruhan pengelompokan orang-orang, alat-alat,

tugas-tugas, kewenangan dan tanggung jawab sedemikian rupa sehingga tercipta

suatu organisasi yang dapat digerakkan sebagai suatu kegiatan kesatuan yang telah

ditetapkan (Nurhidayah, 2007).

1) Prinsip Pengorganisasian
a) Rantai komando (Chain of Comand)
Kepuasaan anggota, efektif dan sukses mencapai tujuan, dari organisasi
ditetapkan sesuai dengan hubungan hierarki dan kewenangan dari atas
kebawah.
b) Unity of Comand
Karyawan mempunyai satu supervisor dan satu pimpinan dengan satu
perencanaan untuk sekelompok kegiatan dengan tujuan yang sama.
c) Span of Control/rentang kendali
Prinsip pembimbing, dimana seorang supervisor dapat membimbing secara
efektif dalam hal jumlah, fungsi, dan geografi
d) Specialization
Setiap orang masing-masing memiliki keahlian tertentu.
2) Langkah-Langkah Pengorganisasian
a) Tujuan organisasi harus dipahami oleh staf. Tugas ini sudah tertuang dalam
fungsi perencanaan.
b) Membagi habis pekerjaan dalam bentuk kegiatan pokok untuk mencapai
tujuan.
c) Menggolongkan kegiatan pokok kedalam satuan-satuan kegiatan yang praktis.
d) Menetapkan berbagai kewajiban yang harus dilaksanakan oleh staf dan
menyediakan fasilitas yang diperlukan.
e) Penugasan personil yang tepat dalam melaksanakan tugas.
f) Mendelegasikan wewenang.
10

3. Pengarahan (directing)

Pengarahan adalah perencanaan menjadi kegiatan melalui kegiatan directing,

controling dan activiting. Menguraikan tugas yang dapat dimanage dan

didelegasikan, yang diharapkan meningkatkan konstribusi untuk mencapai tujuan

organisasi. Fokus pada tahap ini adalah pembimbing dan meningkatkan motivasi

(Marquis, 2000).

Fungsi Pengarahan
Pengarahan karu pada staf dapat membentuk perilaku staf perawat secara
bertahap, bukan sekaligus. Menurut Timpe (2000) menjelaskan bahwa jika
seseorang menguasai sebuah komponen, kemudian bergerak maju sampai dengan
mengubah tahap berikutnya, sehingga semua komponen dikuasai maka akan
terbentuk sebuah perilaku baru yang sangat kompleks.
Menurut Lewin dalam Swanburg (2000), terdapat beberapa macam gaya
kepemimpinan yaitu :
1) Autokratik
Pemimpin membuat keputusan sendiri. Mereka lebih cenderung memikirkan
penyelesaian tugas dari pada memperhatikan karyawan. Kepemimpinan ini
cenderung menimbulkan permusuhan dan sifat agresif atau sama sekali apatis dan
menghilangkan inisiatif.
2) Demokratis
Pemimpin melibatkan bawahannya dalam proses pengambilan keputusan.
Mereka berorientasi pada bawahan dan menitikberatkan pada hubungan antara
manusia dan kerja kelompok. Kepemimpinan demokratis meningkatkan
produktivitas dan kepuasan kerja.
3) Laissez faire
Pemimpin memberikan kebebasan dan segala serba boleh, dan pantang
memberikan bimbingan kepada staff. Pemimpin tersebut membantu kebebasan
kepada setiap orang dan menginginkan setiap orang senang. Hal ini dapat
mengakibatkan produktivitas rendah dan karyawan frustasi.
Seorang manajer perawat diharapkan memiliki pengetahuan dan harus belajar
mempraktekkan kepemimpinan perilaku yang merangsang motivasi pada para
pemiliknya, mempraktekkan keperawatan professional dan tenaga perawat
11

lainnya. Perilaku ini termasuk promosi autonomi, membuat keputusan dan


manajemen partisipasi oleh perawat professional.

4. Pengendalian (controling)

Pengawasan juga diartikan sebagai suatu usaha sistematik untuk menetapkan

standar pelaksanaan dengan tujuan perencanaan, merancang sistem informasi

timbal balik, membandingkan kegiatan nyata dengan standar yang telah ditetapkan

sebelumnya, menentukan dan mengukur penyimpangan-penyimpangan, serta

mengambil tindakan yang digunakan dengan cara paling efektif dan efisien dalam

pencapaian tujuan perusahaan (Mockler, 2002).

Untuk fungsi-fungsi kontrol dapat dibedakan pada setiap tingkat manajer. Sebagai
contoh, manajer perawat kepala dari satu unit bertanggung jawab mengenai kegiatan
operasional jangka pendek termasuk jadwal harian dan mingguan, dan penugasan,
serta penggunaan sumber-sumber secara efektif. Kegiatan-kegiatan kontrol
ditujukan untuk perubahan yang cepat.
Dua metode pengukuran yang digunakan untuk mengkaji pencapaian
tujuan-tujuan keperawatan adalah:
1) Analisa Tugas: kepala perawat melihat gerakan, tindakan dan prosedur yang
tersusun dalam pedoman tertulis, jadwal, aturan, catatan, anggaran. Hanya
mengukur dukungan fisik saja, dan secara relatif beberapa alat digunakan untuk
analisa tugas dalam keperawatan.
2) Kontrol Kualitas: Kepala perawat dihadapkan pada pengukuran kualitas dan
akibat-akibat dari pelayanan keperawatan.

1) Prinsip Controlling
a) Principle of uniformity: dibentuk di awal sampai dengan akhir.
b) Principle of comparison: membandingkan yang direncanakan dengan yang
dicapai.
c) The principle of exception: tidak yang sempurna dari perencanaan, yang
penting ada umpan balik untuk perbaikan.
12

2) Pelaksanaan Controlling
a) Mengevaluasi pelaksanaan perencanaan.
b) Pre conference, overan, post conference.
c) Ronde keperawatan.
d) Mengetahui produktivitas berdasarkan gant cart yang telah dibuat.
e) Program evaluasi dan peer review
3) Tipe Controlling
a) Input control
b) Proses control
c) Output control
4) Manfaat Pengawasan
Manfaat yang diperoleh dari fungsi pengawasan dan pengendalian bila
dilaksanakan dengan tepat yaitu:
a) Dapat diketahui apakah suatu kegiatan atau program telah dilaksanakan sesuai
dengan standar atau rencana kerja.
b) Dapat diketahui adanya penyimpangan pada pengetahuan dan pengertian staf
dalam melaksanakan tugas-tugasnya
c) Dapat diketahui apakah waktu dan sumber daya lainnya telah mencukupi
kebutuhan dan telah digunakan secara benar.
d) Dapat diketahui staf yang perlu diberikan penghargaan atau bentuk promosi
dan latihan lanjutan.

B. MODEL PRAKTIK KEPERAWATAN PROFESIONAL


1. Pengertian MPKP
Model praktik keperawatan profesional (MPKP) adalah suatu sistem (struktur, proses
dan nilai-nilai profesional), yang memfasilitasi perawat profesional, mengatur
pemberian asuhan keperawatan, termasuk lingkungan tempat asuhan tersebut diberikan
(Ratna sitorus & Yulia, 2006).

2. Tujuan MPKP
a. Menjaga konsistensi asuhan keperawatan.
13

b. Mengurangi konflik, tumpang tindih dan kekososongan pelaksanaan asuhan


keperawatan oleh tim keperawatan
c. Menciptakan kemandirian dalam memberikan asuhan keperawatan.
d. Memberikan pedoman dalam menentukan kebijakan dan keputusan.
e. Menjelaskan dengan tegas ruang lingkup dan tujuan asuhan keperawatan bagi setiap
tim keperawatan.

3. Jenis MPKP

Di rumah sakit telah dikembangkan MPKP dengan modifikasi MPKP yang telah

dikembangkan di rumah sakit umum. Beberapa modifikasi yang dilakukan meliputi

beberapa jenis MPKP :

1. MPKP transisi

MPKP dasar yang masih memiiki tenaga perawat yang berpendidikan SPK, tetapi

kepala ruang dan kepala tim nya minimal dari D3 keperawatan.

2. MPKP pemula

MPKP dasar dengan semua tenaganya minimal D3 keperawatan

3. MPKP profesional dibagi menjadi tiga tingkat, yaitu:

a. MPKP I

MPKP basic (dasar) dengan tenaga perawat pelaksana minimal D3

keperawatan. Tetapi kepala ruang dan ketua tim berpendidikan minimal S1

keperawatan.

b. MPKP II

MPKP intermediate (menengah) dengan tenaga minimal D3 keperawatan dan

mayoritas Ners sarjana keperawatan, dan sudah memiliki tenaga spesialis

keperawatan jiwa.
14

c. MPKP III

MPKP advance (tingkat lanjut) yang semua perawatnya minimal Ners sarjana

keperawatan dan sudah mempunyai tenaga spesialis keperawatan jiwa dan

doktor keperawatan yang bekerja di area keperawatan jiwa.

Dalam MPKP keperawatan jiwa, terdapat empat pilar yaitu Management Approach,

Compensatory Reward, Professional Relationship, dan Patient Care Delivery.

4. Kegiatan dalam MPKP


a. Timbang Terima
Timbang terima adalah suatu cara dalam menyampaikan dan menerima sesuatu
(laporan) yang berkaitan dengan kedaan klien, bertujuan :
1) Menyampaikan kondisi atau keadaan secara umum klien
2) Menyampaikan hal-hal penting yang perlu ditindaklanjuti oleh dinas berikutnya
3) Tersusunnya rencana kerja untuk dinas berikutnya.                           
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam prosedur ini meliputi :
1) Persiapan
a) Kedua kelompok dalam keadaan siap
b) Kelompok yang akan bertugas menyiapkan buku catatan
2) Pelaksanaan
a) Timbang terima dilaksanakan setiap penggantian shift/operan
b) Dari nurse station perawat berdiskusi untuk melaksanakan timbang terima
dengan mengkaji secara komprehensif yang berkaitan tentang masalah
keperawatan klien, rencana tindakan yang sudah dan belum dilaksanakan serta
hal-hal penting lainnya yang perlu dilimpahkan.
c) Hal-hal yang sifatnya khusus dan memerlukan perincian yang lengkap
sebaiknya dicatat secara khusus untuk kemudian diserahterimakan kepada
perawat yang berikutnya
Hal-hal yang perlu disampaikan pada saat timbang terima adalah :

1) Identitas klien dan diagnosa medik


2) Masalah keperawatan yang kemungkinan masih muncul
3) Tindakan keperawatan yang sudah dan belum dilaksanakan
15

4) Intervensi kolaborasi dan dependensi


5) Rencana umum dan persiapan yang perlu dilakukan dalam kegiatan selanjutnya,
misalnya operasi, pemeriksaan laboratorium/pemeriksaan penunjang lainnya,
persiapan untuk konsultasi atau prosedur lainnya yang tidak dilaksanakan secara
rutin.
Perawat yang melakukan timbang terima dapat melakukan klarifikasi, tanya
jawab dan melakukan validasi terhadap hal-hal yang kurang jelas. Penyampaian
pada saat timbang terima secara singkat dan jelas. Lama timbang terima untuk
setiap klien tidak lebih dari 5 menit kecuali pada kondisi khusus dan memerlukan
penjelasan yang lengkap dan rinci. Pelaporan untuk timbang terima dituliskan
secara langsung pada buku laporan ruangan oleh perawat. Perawat penanggung
jawab dan anggotanya dari kedua shift bersama-sama secara langsung melihat
keadaan klien.
b. Pre Conference
Komunikasi kepala primer dan perawat pelaksana setelah selesai operan untuk
rencana kegiatan pada shift tersebut yang dipimpin oleh kepala primer atau
penanggung jawab primer. Isi pre conference adalah rencana tiap perawat (rencana
harian) dan tambahan rencana dari kepala primer dan penanggung jawab primer
(Modul MPKP, 2006)
Waktu : Setelah operan
Tempat  : Meja masing-masing perawat primer
PJ : Kepala primer atau penanggung jawab primer
c. Post conference
Komunikasi kepala primer dan perawat pelaksana tentang hasil kegiatan
sepanjang shift dan sebelum operan kepada shift berikutnya. Isinya adalah hasil
asuhan keperawatan tiap perawatan dan hal penting untuk operan (tindak lanjut).
Post conference dipimpin oleh kepala primer atau penanggung jawab primer.
Waktu : Sebelum operan ke dinas berikutnya
Tempat : Meja masing-masing primer
PJ : Kepala primer atau penanggung jawab primer
d. Ronde Keperawatan
Suatu kegiatan yang bertujuan untuk mengatasi masalah keperawatan klien yang
dilaksanakan oleh perawat, disamping klien dilibatkan untuk membahas dan
16

melaksanakan asuhan keperawatan akan tetapi pada kasus tertentu harus dilakukan
oleh penanggung jawab jaga dengan melibatkan seluruh anggota tim.
Karakteristik :
1) Klien dilibatkan secara langsung
2) Klien merupakan fokus kegiatan
3) Perawat asosiet, perawat primer dan konsuler melakukan diskusi bersama
4) Konsuler memfasilitasi kreatifitas
5) Konsuler membantu mengembangkan kemampuan perawat asosiet, perawat
primer untuk meningkatkan kemampuan dalam mengatasi masalah.
Tujuan :
1) Menumbuhkan cara berfikir secara kritis
2) Menumbuhkan pemikiran tentang tindakan keperawatan yang berasal dari
masalah klien
3) Meningkatkan vadilitas data klien
4) Menilai kemampuan justifikasi
5) Meningkatkan kemampuan dalam menilai hasil kerja
6) Meningkatkan kemampuan untuk memodifikasi rencana perawatan.

5. Jenis-jenis Model Metode Asuhan Keperawatan


Ada lima metode pemberian asuhan keperawaatan profesional yang sudah ada:

a. Fungsional
Metode fungsional dilaksanakan oleh perawat dalam pengelolaan asuhan
keperawatan sebagai pilihan utama. Pada saat itu karena masih terbatas jumlah dan
kemampuan perawat, maka setiap perawat hanya melakukan satu atau dua jenis
intervensi keperawatan saja.
Kelebihan:

1) Manajemen klasik yang menekankan efisiensi, pembagian tugas yang jelas dan
pengawasan yang baik.
2) Sangat baik untuk rumah sakit yang kekurangan tenaga
3) Perawat senior menyibukkan diri dengan tugas manajerial sedangkan perawat
pasien diserahkan kepada perawat junior atau belum berpengalaman.
Kelemahan
17

1) Tidak memberikan kepuasan pada pasien maupun perawat


2) Pelayanan keperawatan terpisah-pisah
3) Persepsi perawat cenderung pada tindakan yang berkaitan dengan keterampilan
saja.

b. MAKP Team
Metode ini menggunakan tim yang terdiri atas anggota yang berbeda-beda dalam
memberikan asuhan keperawatan terhadap sekelompok pasien. Perawat ruangan
dibagi menjadi 2-3 tim yang terdiri atas tenaga profesional, teknikal dan pembantu
dalam satu kelompok kecil yang saling membantu.

Sistem Pemberian Asuhan Keperawatan “Team Nursing”


Sumber: Marquis dan Huston dalam Nursalam, 2014

Kelebihan :

1) Memungkinkan pelayanan keperawatan yang menyeluruh


2) Mendukung pelaksanaan proses keperawatan.
3) Pasien dilayani secara komprehensif
4) Terciptanya kaderisasi kepemimpinan
5) Memungkinkan komunikasi antar tim sehingga konflik mudah diatasi dan
memberi kepuasan kepada anggota tim
Kelemahan:
18

1) Tim yang satu tidak mengetahui mengenai pasien yang bukan menjadi
tanggungjawabnya
2) Komunikasi dan koordinasi antar anggota tim terbentuk terutama saat konferensi
tim, yang biasanya membutuhkan waktu. Bila situasi sibuk dan terburu-buru,
konferensi tim ditiadakan sehingga mengakibatkan terganggunya komunikasi dan
koordinasi.
3) Perawat yang belum terampil dan belum berpengalaman selalu tergantung atau
berlindung kepada anggota tim yang mampu atau ketua tim
4) Akuntabilitas dalam tim kabur
Konsep metode Tim :

1) Ketua tim sebagai perawat profesional harus mampu menggunakan berbagai


teknik kepimpinan
2) Pentingnya komunikasi yang efektif agar kontinuitas keperawatan terjamin.
3) Anggota tim harus menghargai ketua tim
4) Peran kepala ruangan penting dalam model tim, model tim akan berhasil bila
didukung kepala ruang
Tanggung jawab Anggota Tim

1) Memberikan asuhan keperawatan kepada pasien dibawah tanggung jawabnya


2) Kerjasama dengan anggota tim dan antar tim
3) Memberikan laporan kepada ketua tim
Tanggung jawab ketua tim:

1) Mengkaji setiap klien dan menetapkan rencana asuhan keperawatan yang


dikoordinasikan dengan tindakan medis
2) Mengenal/mengetahui kondisi pasien dan dapat menilai tingkat kebutuhan pasien
3) Membuat penugasan, yaitu membagi tugas yang wajib dikerjakan kepada setiap
anggota kelompok dan memberikan bimbingan lewat konferensi.
4) Melakukan Supervisi
5) Melakukan evaluasi. Ketua tim mengevaluasi pemberian asuhan keperawatan dan
hasil yang dicapai serta pendokumentasiannya.
6) Menyelenggarakan konferensi
Untuk memenuhi tangguang jawab ketua tim tersebut, seorang ketua tim minimal
harus memenuhi kriteria sebagai berikut:
19

1) Pendidikan minimal S1 Keperawatan, jika tidak ada dapat digantikan D3


Keperawatan yang memiliki jiwa pemimpin.
2) Pengalaman kerja minimal 2 tahun
3) Pernah mengikuti pelatihan manajemen bangsal, pelatihan MPKP dan
komunikasi keperawatan.
4) Lulus tes tulis dan wawancara

Tanggung jawab kepala ruangan

1) Perencanaan
a) Menunjuk ketua tim yang akan bertugas di ruangan masing-masing
b) Mengikuti serah terima pasien pada shift sebelumnya
c) Mengidentifikasi tingkat ketergantungan pasien: gawat, transisi dan persiapan
pulang, bersama ketua tim
d) Mengidentifikasi jumlah perawat yang dibutuhkan berdasarkan aktivitas dan
kebutuhan pasien bersama ketua tim, mengatur penugasan penjadwalan
e) Merencanakan strategi pelaksanaan keperawatan
f) Mengikuti visit dokter untuk mengetahui kondisi, patofisiologi, tindakan
medis yang dilakukan, program pengobatan, mendiskusikan dengan dokter
tentang tindakan yang dilakukan terhadap pasien
g) Mengatur dan mengendalikan asuhan keperawatan, termasuk kegiatan
membimbing pelaksanaan asuhan keperawatan, membimbing penerapan
proses keperawatan dan menilai asuhan keperawatan, mengadakan diskusi
untuk pemecahan masalah, serta memberikan informasi kepada pasien atau
keluarga yang baru masuk.
h) Membantu mengembangkan niat pendidikan dan latihan diri
i) Membantu membimbing peserta didik keperawatan
j) Menjaga terwujudnya visi dan misi keperawatan dan rumah sakit
2) Pengorganisasian
a) Merumuskan metode penugasan yang digunakan
b) Merumuskan tujuan metode penugasan
c) Membuat rincian tugas ketua tim dan anggota tim secara jelas
d) Membuat rentang kendali, kepala ruangan membawahi 2 ketua tim dan ketua
tim membawahi 2-3 perawat
20

e) Mengatur dan mengendalikan tenaga keperawatan, membuat proses dinas,


mengatur tenaga yang ada setiap hari, dan lain-lain
f) Mengatur dan mengendalikan logistik ruangan
g) Mengatur dan mengendalikan situasi praktek
h) Mendelegasikan tugas, saat kepala ruangan tidak ada di tempat kepada ketua
tim
i) Memberikan wewenang kepada tata usaha untuk mengurus administrasi pasien
j) Mengatur penugasan jadwal pos dan pakarnya
k) Identifikasi masalah dan penanganannya
3) Pengarahan
a) Memberi pengarahan tentang penugasan kepada ketua tim
b) Memberi pujian kepada anggota tim yang melaksanakan tugas dengan baik
c) Memberi motivasi dalam peningkatan pengetahuan, keterampilan, dan sikap
d) Menginformasikan hal-hal yang dianggap penting dan berhubungan dengan
askep pasien
e) Melibatkan bawahan sejak awal hingga akhir kegiatan
f) Membimbing bawahan yang mengalami kesulitan dalam melaksanakan
tugasnya
g) Meningkatkan kolaborasi dengan anggota tim lain
4) Pengawasan
a) Melalui komunikasi: mengawasi dan berkomunikasi langsung dengan ketua
tim maupun pelaksana mengenai asuhan keperawatan yang diberikan kepada
pasien
b) Melalui supervisi:
(1) Pengawasan dilakukan dengan cara inspeksi, mengamati sendiri, atau
melalui laporan langsung secara lisan dan memperbaiki/ mengawasi
kelemahan-kelemahan yang ada saat itu juga
(2) Pengawassan tidak langsung yaitu mengecek daftar hadir ketua tim,
membaca dan memeriksa rencana keperawatan serta catatan yang dibuat
selama dan sesudah proses keperawatan dilaksanakan (di
dokumentasikan), mendengar laporan ketua tim tentang pelaksanaan
tugas,
(3) Evaluasi
21

(4) Mengevalusi upaya pelaksanaan dan membandingkan dengan rencana


keperawatan yang telah disusun bersama ketua tim
(5) Audit keperawatan

c. MAKP Primer
Metode penugasan dimana satu orang perawat bertanggung jawab penuh selama
24 jam terhadap asuhan keperawatan mulai dari pasien masuk sampai ke luar rumah
sakit. Mendorong praktek kemandirian perawat, ada kejelasan antara pembuat
rencana asuhan dan pelaksana. Metode primer ini ditandai dengan keterkaitan kuat
dan terus menurus antara pasien dan perawat yang ditugaskan untuk merencanakan,
melakukan, dan koordinasi keperawatan selama pasien dirawat.
Kelebihan:

1) Bersifat kontinuitas dan komprehensip


2) Perawat primer mendapatkan akuntabilitas yang tinggi terhadap hasil dan
memungkinkan pengembangan diri
3) Keuntungan bagi pasien, perawat, dokter, dan rumah sakit.
Keuntungan yang dirasakan adalah pasien merasa dimanusiawikan karena
terpenuhinya kebutuhan secara individu. Selain itu, asuhan yang diberikan
bermutu tinggi, dan tercapai pelayanan yang efektif terhadap pengobatan rumah,
dukungan, proteksi, informasi, dan advokasi. Dokter juga merasakan kepuasan
dengan model primer dengan senantiasa mendapatkan informasi tentang kondisi
pasien yang selalu diperbaharui dan komperhensif.

Kelemahan adalah adanya dapat dilakukan oleh perawat yang memiliki


pengalaman dan pengetahuan yang memadai dengan kriteria dan asertif, self
direction, kemampuan mengambil keputusan yang tepat, menguasi keperawatan
klinis, penuh pertimbangan, serta mampu berkolaborasi dengan berbagai disiplin
ilmu.

Konsep dasar metode primer:

1) Ada tanggung jawab dan tanggung gugat


2) Ada otonomi
3) Ketertiban pasien dan keluarga
22

Tugas perawat primer:

1) Mengkaji kebutuhan pasien secara komperhensif,


2) Membuat tujuan dan rencana keperawatan
3) Melaksanakan rencana yang telah dibuat selama dinas
4) Mengkomunikasikan dan mengkoordinasikan pelayanan yang diberikan oleh
displin lain maupun perawat lain
5) Mengevaluasi keberhasilan yang dicapai
6) Menerima dan menyesuaikan rencana
7) Menyiapkan penyuluhan untuk pulang
8) Melakukan rujukan kepada pekerja sosial, kontak dengan lembaga sosial di
masyarakat
9) Membuat jadwal perjanjian klinis
10) Mengadakan kunjungan rumah
Peran kepala ruang/bangsal dalam metode primer

1) Sebagai konsultan dan pengendalian mutu perawat primer


2) Orientasi dan merecanakan karyawan baru
3) Menyusun jadwal dinas dan memberi penugasan pada perawat asisten
4) Evaluasi kerja
5) Merencanakan atau menyelenggarakan pengembangan staff
6) Membuat 1-2 pasien untuk modal agar dapat mengenal hambatan yang terjadi.
Ketenagaan metode primer

1) Setiap perawat primer adalah perawat bed side atau selalu berada dekat dengan
pasien
2) Beban kasus pasien 4-6 orang untuk satu perawat primer
3) Penugasan ditentukan oleh kepala bangsal
4) Perawat primer dibantu oleh perawat profesional lain maupun non profesional
sebagai perawat asisten
d. MAKP Kasus
Setiap perawat ditugaskan untuk melayani seluruh kebutuhan pasien saat ia dinas.
Pasien akan dirawat oleh perawat yang berbeda untuk setiap shift, dan tidak ada
jaminan bahwa pasien akan dirawat oleh orang yang sama pada hari berikutnya.
23

Metode penugasan kasus biasanya diterapkan pada satu pasien satu perawat dan
hal ini umumnya dilaksanakan untuk perawat privat / pribadi dalam memberikan
asuhan keperawatan khusus seperti kasus isolasi dan intensif care.
Kelebihan:

1) Perawat lebih memahami kasus perkasus


2) Sistem evaluasi dari manajerial menjadi lebih mudah
Kekurangan

1) Belum dapat diidentifikasi perawat penanggung jawab


2) Perlu tenaga yang cukup banyak dan mempunyai kemampuan dasar yang sama

e. Modifikasi MAKP Tim-Primer


Model MAKP tim dan primer digunakan secara kombinasi dari kedua sistem.
Menurut Ratna S. Sudarsono (2000) penetapan sistem model MAKP ini didasarkan
pada beberapa alasan:

1) Keperawatan primer tidak digunakan secara murni, karena perawat primer harus
memiliki latar belakang pendidikan S1 keperawatan atau setara.
2) Keperawatan tim tidak digunakan secara murni, karena tanggung jawab asuhan
keperawatan pasien terfragmentasi pada berbagai tim.
3) Melalui kombinasi kedua model tersebut diharapkan komunitas asuhan
keperawatan dan akuntabilitas asuhan keperawatan terdapat pada primer, karena
saat ini perawat yang ada di Rumah Sakit sebagian besar adalah lulusan D3,
bimbingan tentang asuhan keperawatan diberikan oleh perawat primer atau ketua
tim.
6. Dasar Pertimbangan Pemilihan Model Metode Asuhan Keperawatan
a. Sesuai dengan visi dan misi institusi
Dasar utama penentuan model pemberian asuhan keperawatan harus didasarkan
pada visi dan misi rumah sakit.
b. Dapat diterapkannya proses keperawatan dalam asuhan keperawatan
Proses keperawatan merupakan unsur penting terhadap kesinambungan asuhan
keperawatan pasien. Keberhasilan dalam asuhan keperawatan sangat ditentukan oleh
pendekatan proses keperawatan.
c. Efisien dan efektif dalam penggunaan biaya
24

Setiap suatu perubahan, harus selalu mempertimbangkan biaya dan efektivitas dalam
kelancaran pelaksanaannya. Bagaimana pun baiknya suatu model tanpa ditunjang
oleh biaya yang memadai maka tidak dapat mendapatkan hasil yang sempurna.
d. Terpenuhinya kepuasan pasien, keluarga dan masyarakat
Tujuan akhir asuhan keperawatan adalah kepuasan pelanggan atau pasien terhadap
asuhan yang diberikan oleh perawat. Oleh karena itu, model yang baik adalah model
asuhan keperawatan yang dapat menunjang kepuasan pelanggan.
e. Kepuasan dan kinerja perawat
Kelancaran pelaksanaan suatu model sangat ditentukan oleh motivasi dan kinerja
perawat. Model yang dipilih harus dapat meningkatkan kepuasan perawat, bukan
justru menambah bebas kerja dan frustasi dalam pelaksanaannya.
f. Terlaksananya komunikasi yang adekuat antara perawat dan tim kesehatan lainnya
Komunikasi secara profesional sesuai dengan lingkup tanggungjawab merupakan
dasar pertimbangan penentuan model. Model asuhan keperawatan diharapkan akan
dapat meningkatkan hubungan interpersonal yang baik antar perawat dan tenaga
kesehatan lainnya.

7. Langkah Pengelolaan MAKP

1. Sumber Daya Manusia (M1 – Man)

a. Ketenagaan meliputi struktur organisasi dari suatu ruangan.

b. Kebutuhan tenaga kerja

a) Metode Rasio
Metoda rasio merupakan metoda yang dipakai berdasarkan perbandingan
antara jumlah tempat tidur dan personal yang diterapkan berdasarkan
keputusan Menteri Kesehatan No. 262/ Menkes/Per/VII/79. Metoda hanya
mengetahui jumlah personal secara total tetapi tidak dapat mengetahui
produktifitas SDM rumah sakit, dan berapa jumlah personal yang dibutuhkan
pada tiap unit atau ruangan. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel
berikut ini :
Metode rasio menurut SK Menkes No.262  1979

Rumah sakit Perbandigan


25

Kelas A dan B Tempat tidur : tenaga medis =  4-7 : 1

Tempat tidur  : tenaga kesehatan = 2 : 3-4

Tempat tidur  :  tenaga non keperawatan = 3 :1

Tempat tidur : tenaga non medis = 1 : 1

Kelas C Tempat tidur : tenaga medis =  9 : 1

Tempat tidur  : tenaga kesehatan = 1 : 1

Tempat tidur  :  tenaga non keperawatan = 5 :1

Tempat tidur : tenaga non medis = 3: 4

Kelas D Tempat tidur : tenaga medis = 15 : 1

Tempat tidur  : tenaga kesehatan = 2 : 1

Tempat tidur : tenaga non medis = 6 : 1

b) Metode Douglas
Douglas (1984, dalam Swansburg & Swansburg, 1999) menetapkan
jumlah perawat yang dibutuhkan dalam suatu unit perawatan
berdasarkan klasifikasi klien, dimana masing-masing kategori
mempunyai nilai standar per shift nya, yaitu sebagai berikut :

Klasifikasi Pasien
Jumlah
Minimal Parsial Total
Pasien
Pagi Siang Malam Pagi Siang Malam Pagi Siang Malam

1 0,17 0,14 0,10 0,27 0,15 0,07 0,36 0,30 0,20

2 0,34 0,28 0,20 0,54 0,30 0,14 0,72 0,60 0,40

3 0,15 0,42 0,30 0,81 0,45 0,21 1,08 0,90 0,60

Dst

Jumlah Perawat = jumlah pasien x derajat ketergantungan pasien


26

Contoh :
Ruang rawat dengan 17 orang klien, dimana 3 orang dengan ketergantungan
minimal, 8 orang dengan ketergantungan partial dan 6 orang dengan ketergantungan
total. Maka jumlah perawat yang dibutuhkan :

Minimal Parsial Total Jumlah

Pagi 0.17 x 3 = 0.51 0.27 x 8 = 2.16 0.36 x 6 = 2.16 4.83 (5) orang

Sore 0.14 x 3 = 0.42 0.15 x 8 = 1.2 0.3 x 6 = 1.8 3.42 (4) orang

Malam 0.07 x 3 = 0.21 0.10 x 8 = 0.8 0.2 x 6 = 1.2 2.21 (2) orang

Jumlah secara keseluruhan perawat perhari 11 orang

c) Metode Gillies
Gillies (1994) menjelaskan rumus kebutuhan tenaga keperawatan di
suatu unit perawatan adalah sebagai berikut :

Prinsip Perhitungan Rumus Gillies

1. Jumlah jam keperawatan yang dibutuhkan klien perhari adalah:


a) Waktu Keperawatan Langsung
Self Care : ½ x 4 jam : 2 jam
Partial Care : ¾ x 4 jam : 3 jam
Total Care : 1-1 ½ x 4 jam : 4-6 jam
Intensive Care : 2 x 4 jam : 8 jam

b) Waktu Keperawatan Tidak Langsung


 Menurut RS Detroit (Gillies, 1994) = 38 menit/klien/hari
27

 Menurut Wolfe & Young ( Gillies, 1994) = 60 menit/klien/hari = 1


jam/klien/hari
c) Waktu Penyuluhan
15 menit/hari/klien = 0,25 jam/hari/klien
2. Rasio Perawat Ahli : Terampil = 55% : 45%
3. Proporsi Dinas Pagi : Sore : Malam = 47% : 36% : 17%

d) Metode DepKes 2003


(1) Jumlah Tenaga Keperawatan

(2) Jumlah Loss Day

(3) Jumlah Tugas-Tugas Non Keperawatan

(4) Total Kebutuhan Perawat

Σ tenaga keperawatan + loss day + tugas non keperawatan

2. Materials (bahan/bahan baku)

Dalam manajemen, bahan-bahan yang dipergunakan untuk mencapai tujuan .


Materi yang terdiri dari bahan setengah jadi dan juga bahan jadi. Dalam dunia
usaha untuk mencapai hasil yang lebih baik, selain manusia yang ahli dalam
bidangnya juga harus dapat menggunakan bahan atau materi-materi sebagai salah
satu sarana.
Data fokus pengumpulan data Materials terdiri dari :
- Penataan gedung/lokasi dan denah ruangan
- Fasilitas untuk pasien dan petugas kesehatan
28

- Alat kesehatan yang ada di ruangan.Obat-obatan yang habis pakai.

3. Methods (metode)
Dalam pelaksanaan kerja diperlukan metode-metode kerja. Suatu tata cara kerja
yang baik akan memperlancar jalannya pekerjaan. Tetap meskipun metode baik
sedangkan orang yang melaksanakannya tidak mengerti atau tidak mempunyai
pengalaman maka hasilnya tidak akan memuaskan.
Data fokus pengumpulan data Method terdiri dari :
- Penerapan MAKP
- Timbang terima
- Ronde Keperawatan
- Pengelolaan Logistik dan Obat
- Penerimaan Pasien Baru
- Discharge Planning
- Supervisi
- Dokumentasi

4. Money
Uang merupakan salah satu unsur yang tidak dapat diabaikan. Uang
merupakan alat tukar dan digunakan sebagai alat pengukur nilai. Besar kecilnya
hasil kegiatan dapat diukur dari jumlah uang yang beredar dalam perusahaan.
Oleh karena itu, uang merupakan alat (tool) yang penting untuk mencapai tujuan
karena segala sesuatu harus dipikirkan secara rasional.
Hal ini akan berhubungan dengan berapa uang yang harus disediakan untuk
mebiayai gaji tenaga kerja, alat-alat yang akan dibutuhkan dan harus dibeli serta
berapa hasil yang akan dicapai dalam sebuah perusahaan ataupun organisasi.
Dalam manajeman uang adalah hal yang dibutuhkan untuk mencapai tujuan yang
diinginkan.
Data fokus pengumpulan data Money terdiri dari :
- Pemasukan
- RAB, yang meliputi dana untuk kegiatan berikut.
a) Operasional (kegiatan pelayanan)
b) Manajemen (pembayaran pegawai, listrik, air, telepon dan lainnya)
c) Pengembangan (sarana prasarana dan sumber daya manusia)
29

5. Mutu
Peningkatan mutu pelayanan adalah derajatmemberikan pelayamam secara
efisien dan efektif sesuai dengan standar profesi, standar pelayanan yang
dilaksanakan secara menyeluruh sesuai dengan kebutuhan pasien, memanfaatkan
teknologi tepat guna dan hasil penelitian dalam pengembangan pelayanan
kesehatan/keperawatan sehingga tercapai derajat kesehatan yang optimal.
Salah satu data fokus pengumpulan data Mutu yaitu:

Sasaran Keselamatan Pasien (Patient Safety) yang dikeluarkan oleh Standar


Akreditasi Rumah Sakit Edisi I (Kemenkes, 2011) dan JCI Acreditation, maka
sasaran tersebut meliputi 6 elemen berikut :

SASARAN I : KETEPATAN IDENTIFIKASI PASIEN


Standar SKP I
1. Pasien diidentifikasi menggunakan dua identitas pasien, tidak boleh
menggunakan nomor kamar atau lokasi pasien.
2. Pasien diidentifikasi sebelum pemberian obat, darah, atau produk darah.
3. Pasien diidentifikasi sebelum mengambil darah dan spesimen lain untuk
pemeriksaan klinis.
4. Pasien diidentifikasi sebelum pemberian pengobatan dan
tindakan/prosedur.
5. Kebijakan dan prosedur mengarahkan pelaksanaan identifikasi yang
konsisten pada semua situasi dan lokasi.

SASARAN II : PENINGKATAN KOMUNIKASI YANG EFEKTIF


Elemen Penilaian Sasaran II
1. Perintah lengkap secara lisan dan yang melalui telepon atau hasil
pemeriksaan dituliskan secara lengkap oleh penerima perintah.
2. Perintah lengkap lisan dan telpon atau hasil pemeriksaan dibacakan
kembali secara lengkap oleh penerima perintah.
3. Perintah atau hasil pemeriksaan dikonfirmasi oleh pemberi perintah atau
yang menyampaikan hasil pemeriksaan
30

4. Kebijakan dan prosedur mengarahkan pelaksanaan verifikasi keakuratan


komunikasi lisan atau melalui telepon secara konsisten.
SASARAN III : PENINGKATAN KEAMANAN OBAT YANG PERLU
DIWASPADAI (HIGH-ALERT)
Elemen Penilaian Sasaran III
1. Kebijakan dan/atau prosedur dikembangkan agar memuat proses
identifikasi, menetapkan lokasi, pemberian label, dan penyimpanan
elektrolit konsentrat.
2. Implementasi kebijakan dan prosedur.
3. Elektrolit konsentrat tidak berada di unit pelayanan pasien kecuali jika
dibutuhkan secara klinis dan tindakan diambil untuk mencegah
pemberian yang kurang hati-hati di area tersebut sesuai kebijakan.
4. Elektrolit konsentrat yang disimpan pada unit pelayanan pasien harus
diberi label yang jelas, dan disimpan pada area yang dibatasi ketat
(restricted).

SASARAN IV : KEPASTIAN TEPAT-LOKASI, TEPAT-PROSEDUR, TEPAT


PASIEN OPERASI
Elemen Penilaian Sasaran IV
1. Rumah sakit menggunakan suatu tanda yang jelas dan dimengerti untuk
identifikasi lokasi operasi dan melibatkan pasien di dalam proses
penandaan.
2. Rumah sakit menggunakan suatu checklist atau proses lain untuk
memverifikasi saat preoperasi tepat lokasi, tepat prosedur, dan tepat
pasien dan semua dokumen serta peralatan yang diperlukan tersedia,
tepat, dan fungsional.
3. Tim operasi yang lengkap menerapkan dan mencatat prosedur “sebelum
insisi/time-out” tepat sebelum dimulainya suatu prosedur/tindakan
pembedahan.
4. Kebijakan dan prosedur dikembangkan untuk mendukung proses yang
seragam untuk memastikan tepat lokasi, tepat prosedur, dan tepat
pasien, termasuk prosedur medis dan dental yang dilaksanakan di luar
kamar operasi.
31

SASARAN V : PENGURANGAN RISIKO INFEKSI TERKAIT PELAYANAN


KESEHATAN
Elemen Penilaian Sasaran V
1. Rumah sakit mengadopsi atau mengadaptasi pedoman hand hygiene
terbaru yang diterbitkan dan sudah diterima secara umum (al.dari WHO
Patient Safety).
2. Rumah sakit menerapkan program hand hygiene yang efektif.
3. Kebijakan dan/atau prosedur dikembangkan untuk mengarahkan
pengurangan secara berkelanjutan risiko dari infeksi yang terkait
pelayanan kesehatan.

SASARAN VI : PENGURANGAN RISIKO PASIEN JATUH


Elemen Penilaian Sasaran VI
1. Rumah sakit menerapkan proses asesmen awal atas pasien terhadap
risiko jatuh dan melakukan asesmen ulang pasien bila diindikasikan
terjadi perubahan kondisi atau pengobatan, dan lain-lain.
2. Langkah-langkah diterapkan untuk mengurangi risiko jatuh bagi mereka
yang pada hasil asesmen dianggap berisiko jatuh.
3. Langkah-langkah dimonitor hasilnya, baik keberhasilan pengurangan
cedera akibat jatuh dan dampak dari kejadian tidak diharapkan.
4. Kebijakan dan/atau prosedur dikembangkan untuk mengarahkan
pengurangan berkelanjutan risiko pasien cedera akibat jatuh di rumah
sakit.
32

Anda mungkin juga menyukai