Anda di halaman 1dari 26

TUGAS MANAJEMEN KEPERAWATAN

“MENYUSUN PERENCANAAN MANAJEMEN KEPERAWATAN SUATU UNIT


RUANGAN RAWAT SESUAI DENGAN TAHAPAN PENYUSUNAN
PERENCANAAN DAN STANDAR AKREDITASI PELAYANAN”

OLEH :

KELOMPOK II

 DWI RATNASARI.S
 DAYANI RIFANI
 DAHLIAWATI
 SRIJAYANTI

STIKES ST FATIMAH MAMUJU

PRODI S1 KEPERAWATAN

TAHUN 2020
MENYUSUN PERENCANAAN MANAJEMEN KEPERAWATAN SUATU UNIT
RUANGAN RAWAT SESUAI DENGAN TAHAPAN PENYUSUNAN
PERENCANAAN DAN STANDAR AKREDITASI PELAYANAN

A. KONSEP DASAR, TUJUAN, SYARAT, KOMPONEN PERENCANAAN


1. Pengertian perencanaan
Suarli dan Bahtiar (2009) menyatakan bahwa perencanaan adalah
suatu keputusan dimasa yang akan datang tentang apa, siapa, kapan,
dimana, berapa, dan bagaimana yang akan dilakukan untuk mencapai
tujuan tertentu yang dapat ditinjau dari proses, fungsi dan keputusan.
Perencanaan sebagai proses yang di mulai dari penetapan tujuan
organisasi, menentukan strategi untuk pencapaian tujuan organisasi,
menentukan strategi untuk pencapaian tujuan organisasi tersebut secara
menyeluruh, serta merumuskan system perencanaan yang menyeluruh
untuk mengintegrasikan dan mengorganisasikan seluruh pekerjaan
organisasi hingga tujuan organisasi tercapai. Dalam kerangka pikir
keperawatan, perencanaa adalah tahap untuk merumuskan masalah
keperawatan yang berkembang dalam pelayanan keperawatan,
menentukan kebutuhan dan sumber daya yang tersedia, menetapkan tujuan
program yang paling pokok, dan menyusun langkah – langkah praktis untuk
mencapai tujuan yang telah di tetapkan untuk memenuhi kebutuhan pasien.
(Simamora, 2012).
Perencanaan merupakan fungsi dasar manajemen. Perencanaan
adalah pandangan ke depan dan merupakan fungsi yang paling penting
tentang suatu rencana kegiatan yang berisi tujuan apa yang harus dicapai,
bagaimana cara mencapainya, tempat kegiatan tersebut dilaksanakan,
bagaimana indicator/ tolak ukur untuk mencapai tujuan, serta kegiatan apa
yang harus dilakukan selanjutnya atau berkelanjutan. (Asmuji, 2014).
Perencanaan dalam keperawatan merupakan upaya dalam
meningkatkan profesionalisme pelayanan keperawatan sehingga mutu
pelayanan keperawatan dapat dipertahankan, bahkan ditingkatkan. Dengan
melihat pentingnya fungsi perencanaan, dibutuhkan perencanaan yang baik
dan professional. Perencanaan yang baik harus berdasarkan sasaran,
bersifat sederhana, mempunyai standar, fleksibel, seimbang, dan
menggunakan sumber-sumber yang tersedia terlebih dahulu secara efektif
dan efisien. (Asmuji, 2014).
Perencanaan merupakan usaha sadar dan pembuatan keputusan
yang telah diperhitungkan secara matang tentang hal-hal yang akan
dikerjakan di masa depan dalam dan oleh suatu organisasi dalam rangka
pencapaian tujuan yang telah ditetapkan. Perencanaan adalah sejumlah
keputusan yang menjadi pedoman untuk mencapai suatu tujuan tertentu.

2. Hierarki Perencanaan
Terdapat banyak tipe perencanan dan sebagian besar organisasi
membuat rencana dalam bentuk hierarki. Dalam bentuk ini, rencana teratas
mempengaruhi semua rencana di bawahnya. Seperti digambarkan dalam
piramida hierarki (Gambar 2.1), hierarki melebar pada tingkatan lebih bawah
yang menggambarkan banyaknya jumlah komponen perencanaan. Selain
itu, komponen perencanaan pada hierarki teratas lebih umum dibandingkan
dibawahnya yang lebih spesifik.

d
kuaho
mkunu ns
fuasiru
m
K
A
P
T luub
F urtiejo ej
a
osraisn

Gambar Hierarki Perencanaan (Marquis, Bessie L & Carol. Huston)


Kepemimpinan dan Manajemen Keperawatan Edisi 4. Hal 63)

3. Tujuan perencanaan
Douglas menyusun hal berikut sebagai alasan untuk perencanaan:
a. Hal tersebut menimbulkan keberhasilan dalam mencapai sasaran dan
tujuan
b. Hal tersebut bermakna pada pekerjaan
c. Hal tersebut memberikan penggunaan efektif dari personal dan fasilitas
yang tersedia
d. Hal tersebut membantu dalam koping dengan situasi krisis
e. Hal tersebut efektif dalam hal biaya
f. Hal tersebut berdasarkan berdasarkan masa lalu dan akan datang,
sehingga membantu menurunkan elemen perubahan
g. Hal tersebut dapat digunakan untuk menemukan kebutuhan untuk
berubah.
Hal tersebut diperlukan untuk kontrol efektif. (Swanburg, 2000).

4. Manfaat perencanaan
Manfaat perencanaan Adapun manfaat perencanaan antara lain:
a. Membantu proses manajemen dalam menyesuaikan diri dengan
perubahanperubahan lingkungan.
b. Memungkinkan manajer mamahami keseluruhan gambaran operasi
lebih jelas.
c. Membantu penetapan tanggung jawab lebih tepat.
d. Memberikan cara pemberian perintah yang tepat untuk pelaksanaan.
e. Memudahkan koordinasi.
f. Membuat tujuan lebih khusus, lebih terperinci dan lebih mudah
dipahami.
g. Meminimalkan pekerjaan yang tidak pasti.
h. Menghemat waktu dan dana.

5. Syarat perencanaan
Persyaratan perenecanaan menurut Simamora (2012) yaitu:
a. Factual atau realistis
Perencanaan yang baik perlu persyaratan factual atau realistis. Hal ini
berarti perencanaan harus sesuai dengan fakta dan wajar untuk dicapai
dalam kondisi tertentu yang dihadapi keperawatan.
b. Logis atau rasional
Perencanaan juga harus memenuhi syarat logis atau rasional. Hal ini
berarti perencanaan keperawatan harus bisa masuk akal sehingga
dapat dijalankan.
c. Fleksibel
Perencanaan yang baik bukan berarti kaku dan kurang fleksibel.
Perencanaan yang baik justru perencanaan yang dapat disesuaikan dengan
kondisi dimasa datang, sekalipun tidak berarti perencanaan dapat diubah
seenaknya.
d. Komitmen
Perencanaan yang baik harus melahirkan komitmen bagi seluruh
anggota dalam organisasi untuk berupaya mencapai tujuan organisasi.
e. Komprehensif
Perencanaan yang baik juga memenuhi syarat komprehensif, artinya
menyeluruh dan mengakomodasi aspek-aspek secara langsung
maupun tidak langsung dalam organisasi.

6. Komponen perencanaan
Menurut Nursalam (2011) manajemen keperawatan terdiri atas
beberapa komponen yang saling berinteraksi. Pada umumnya suatu sistem
dicirikan oleh 5 elemen, yaitu: input, proses, output, control dan mekanisme
umpan balik.
a. Input
Input dalam proses manajemen keperawatan antara lain berupa
informasi, personel, peralatan dan fasilitas. Proses pada umumnya
merupakan kelompok manajer dan tingkat pengelola keperawatan
tertinggi sampai keperawatan pelaksana yang mempunyai tugas dan
wewenang untuk melakukan perencanaan, pengorganisasian,
pengarahan dan pengawasan dalam pelaksanaan pelayanan
keperawatan. Input yang dapat mengukur pada bahan alat sistem
prosedur atau orang yang memberikan pelayanan misalnya jumlah
dokter, kelengkapan alat, prosedur tetap dan lain-lain.
b. Output
Elemen lain dalam pendekatan sistem adalah output atau keluaran yang
umumnya dilihat dan hasil atau kualitas pemberian asuhan keperawatan
dan pengembangan staf, serta kegiatan penelitian untuk
menindaklanjuti hasil atau keluaran.
c. Output yang menjadi tolak ukur pada hasil yang dicapai, misalnya
jumlah yang dilayani, jumlah pasien yang dioperasi, kebersihan
ruangan.
d. Control
Control dalam proses manajemen keperawatan dapat dilakukan melalui
penyusunan anggaran yang proporsional, evaluasi  penampilan kerja
perawat, pembuatan prosedur yang sesuai standar dan akreditasi.
e. Mekanisme umpan balik
Mekanisme umpan balik dapat dilakukan melalui laporan keuangan,
audit keperawatan, dan survey kendali mutu, serta penampilan kerja
perawat.
Proses manajemen keperawatan dalam aplikasi di lapangan berada
sejajar dengan proses keperawatan sehingga keberadaan manajemen
keperawatan dimaksudkan untuk mempermudah pelaksanaan proses
keperawatan. Proses manajemen, sebagaimana juga proses
keperawatan, terdiri atas kegiatan pengumpulan data, identifikasi
masalah, pembuatan rencana, pelaksanaan kegiatan, dan kegiatan
penilaian hasil. (Gillies, 1985 ).
f. Proses
Proses  adalah suatu rangkaian tindakan yang mengarah pada suatu
tujuan. Di dalam proses keperawatan, bagian akhir mungkin berupa
sebuah pembebasan dari gejala, eliminasi resiko, pencegahan
komplikasi, argumentasi pengetahuan atau ketrampilan kesehatan dan
kemudahan dari kebebasan maksimal. Di dalam proses manajemen
Keperwatan, bagian akhir adalah perawatan yang efektif dan ekonomis
bagi semua kelompok pasien.
Proses yang dapat mengukur perubahan pada saat pelayanan misalnya
kecepatan pelayanan, pelayanan dengan rumah dan lain-lain.

7. Perumusan visi
Istilah lain dari visi adalah mimpi, cita-cita. Visi merupakan
dasar untuk membuat suatu perencanaan sehingga harus disusun
secara singkat, jelas, dan mendasar, serta harus ada batasan waktu
pencapaiannya. Visi merupakan pernyataan yang berisi tentang
mengapa organisasi pelayanan keperawatan dibentuk. Contoh visi
ruang perawatan “Menjadi Ruang Anak yang Mampu
Menyelenggarakan Pelayanan Keperawatan Secara Profesional Tahun
2015”.

8. Perumusan Misi
Misi adalah uraian yang berisi pernyataan-pernyataan
operasional guna mencapai visi yang telah ditetapkan. Contoh misi
ruang perawatan yaitu memberikan asuhan keperawanan kepada klien
secara komperehensif. Ini dapat meliputi peningkatan konsep
perawatan mandiri, sehingga tersebut harus meliputu definisi
keperawatan dan perawatan mandiri seperti didefinisikan oleh perawat
profesional.

9. Perumusan filosofi
Peryataan tertulis dari filosofi menunjukkan nilai-nilai dan keyakinan
yang menyangkut administrasi keperawatan dan praktik keperawatan dalam
institusi atau organisasi. Ini mengemukakan pandangan praktisi dan
manajer perawat tetang apa yang mereka yakini dari manajemen dan
praktik keperawatan. Pernyataan ini mengemukakan keyakinan mereka
sebagaimana misi atau tujuan dicapai, memberikan arahan ke arah
akhirnya.
Pernyataan filosofi adalah abstrak dan terdiri dari nilai-nilai
kemanusiaan seperti klien atau pasien dan sebagai pekerja, tentang
pekerjaan yang akan dikerjakan oleh pekerja keperawatan untuk klien atau
pasien, tentang perawatan mandiri, tentang keperawatan sebagai profesi,
tentang pendidikan untuk mendapatkan kompetensi pekerja keperawatan,
dan tentang lingkungan atau komunitas dimana pelayanan keperawatan
diberikan. Karakter dan kekuatan pelayanan disusun dengan perencanaan
yang meliputi pernyataan tujuan dan filosofi, satu dari yang lainnya, untuk
divisi organisasi, departemen atau pelayanan, dan ruangan atau unit.
Contoh filosofi ruang perawatan yaitu pasien adalah manusia sebagai
individu yang unik bermartabat.
10. Perumusan tujuan
Tujuan merupakan sesuatu yang ingin dicapai. Tujuan memberikan
arah bagi organisasi untuk menentukan apa yang harus dilakukan,
bagaimana cara mencapainya, dan bagaimana cara menilainya. Perumusan
tujuan dalam organisasi pelayanan keperawatan merupakan hal yang mutlak
untuk dilakukan. Untuk merumuskan suatu tujuan organisasi pelayanan
keperawatan yang baik, ada beberapa persyaratan yang harus diperhatikan.
(Asmuji, 2014).

B. JENIS PERENCANAAN YANG DISUSUN KEPALA RUANG RAWAT


Keberhasilan suatu asuhan keperawatan kepada klien sangat tergantung
kepada jenis perencanaan yang disusun kepala ruangan diantaranya adalah :
1. Menunjuk ketua tim yang bertugas didalam ruangan.
2. Mengikuti serah terima pasien di shif sebelumnya.
Mengidentifikasi tingkat ketergantungan klien : gawat, transisi dan
persiapan pulang bersama ketua tim
3. Mengidentifikasijumlah perawat yang dibutuhkanberdasarkan aktivitasdan
kebutuhan klien bersama ketua tim, mengatur penugasan atau penjadwalan.
4. Merencanakan strategis pelaksanaan keperawatan.
5. Mengikuti visite dokter untuk mengetahui kondisi, patofisiologi, tindakan,
medis yang dilakukan, progam pengobatan dan mendiskusikan dengan
dokter.
6. Mengatur dan mengendalikan asuhan keperawatan.
7. Membantu dan mengembangkan niat pendidikan dan latihan diri.
8. Membantu membimbing terhadap peserta didik keperawatan.
9. Menjaga terwujudnya visi, misi keperawatan dan rumah sakit. (Syahputra,
2014).
Menurut Asmuji (2014) jenis perencanaan yang disusun kepala ruang
rawat selain yang sudah disebutkan dan dijelaskan di atas, kegiatan
perencanaan dalam manajemen keperawatan adalah membuat perencanaan
jangka panjang, jangka menengah, dan jangka pendek. Perencanaan jangka
pendek atau disebut juga “perencanaan operasional” adalah perencanaan yang
dibuat untuk kegiatan satu jam sampai dengan satu tahun; perencanaan jangka
menengah adalah perencanaan yang dibuat untuk kegiatan satu hingga lima
tahun; sedangkan perencanaan jangka panjang atau sering disebut
“perencanaan strategis” adalah perencanaan yang dibuat untuk kegiatan tiga
sampai dengan 20 tahun.
Dalam ruang perawatan, perencanaan biasanya hanya dibuat untuk
jangka pendek. Menurut Keliat, dkk (2006), rencana jangka yang dapat
diterapkan di ruang perawatan adalah rencana harian, rencana bulanan, dan
rencana tahunan.
1. Rencana harian
Rencana harian adalah rencana yang berisi kegiatan masing-masing perawat
yang dibuat setiap hari sesuai perannya. Rencana harian ini dibuat oleh
kepala ruang, ketua tim/ perawat primer, dan perawat pelaksana.
2. Rencana bulanan
Rencana bulanan adalah rencana yang berisi kegiatan dalam satu bulan.
Rencana bulanan ini harus disinkronkan dengan rencana harian. Rencana
bulanan dapat dibuat oleh kepala ruang dan ketua tim/ perawat primer.
3. Rencana tahunan
Rencana tahunan adalah rencana yang dibuat setiap tahun sekali. Rencana
tahunan disusun berdasarkan hasil evaluasi kegiatan tahun sebelumnya.
Rencana tahunan dibuat oleh kepala ruang.
Ada dua jenis perencanaan, yaitu:
a) Perencanaan strategi merupakan perencanaan yang sifatnya jangka
panjang yang ditetapkan oleh pemimpin dan merupakan umum suatu
organisasi. Perencanaan jangka panjang digunakan untuk
mengembangkan pelayanan keperawatan yang diberikan kepada pasien,
juaga digunakan untuk merevisi pelayanan yang sudah tidak sesuai lagi
dengan keadaan masa kini.
b) Perencanaan operasional menguraikan kativitas dan prosedur yang akan
digunakan serta menyusun jadwal waktu pencapaian tujuan, menentukan
siapa orang-orang yang bertanggung jawab untuk setiap aktivitas,
menetapkan prosedur serta menggambarkan cara menyiapkan orang-
orang untuk bekerja dan metode untuk mengevaluasi perawatan pasien.
Adapun fungsi kepala ruangan menurut Marquis dan Houston (2000)
sebagai berikut: Perencanaan : dimulai dengan penerapan filosofi, tujuan,
sasaran, kebijaksanaan, dan peraturan – peraturan : membuat perencanaan
jangka pendek dan jangka panjang untuk mencapai visi, misi, dan tujuan,
organisasi, menetapkan biaya – biaya untuk setiap kegiatan serta
merencanakan dan pengelola rencana perubahan.
Sebagai manajer keperawatan, uraian tugas kepala ruangan Menurut
depkes (1994), dengan melaksanakan fungsi perencanaan, meliputi:
merencanakan jumlah dan kategori tenaga perawatan serta tenaga lain
sesuai kebutuhan, merencanakan jumlah jenis peralatan perawatan yang
diperlukan, merencanakan dan menentukan jenis kegiatan/ asuhan
keperawatan yang akan diselenggarakan sesuai kebutuhan pasien.

C. PROSES PENYUSUNAN RENCANA PENYELESAIAN MASALAH


MANAJEMEN
Proses manajemen merupakan proses yang holistic, melibatkan banyak sisi
yang akan saling berinteraksi. Sebagai langkah awal dari proses ini, langkah
teknis yang dapat dipelajari adalah bagaimana keperawatan mampu memetakan
masalah dengan suatu metode analisis tertentu seperti mengguanakan analisis
SWOT dan TOWS. Langkah-langkah yang perlu dilakukan untuk membuat
perencanaan adalah:
1. Pengumpulan data.
2. Analisis lingkungan
a) Analisis Situasi
Jika keperawatan ingin berhasil, jangan takut untuk berpikir
besar. Oleh karena itu, keperawatan harus memulai bertindak
berdasarkan tujuan. Perawat sebagai manusia seringkali melewatkan
hal-hal semestinya perawat lakukan dan melakukan hal-hal yang
mestinya perawat lewatkan. Hal ini terjadi karena sebagian besar
perawat lupa merumuskan tujuan dari setiap langkah yang diambilnya
sehingga sering kali terjadi perawat tersesat ditengah jalan dan hanya
berputar-putar. Selalu diperlukan upaya untuk memusatkan konsentrasi
organisasi layanan keperawatan untuk melihat apa yang diinginkanya,
bagaimana cara mencapainya dan melakukan evaluasi sejauh mana hal
tersebut terlaksana.
Proses manajemen merupakan proses yang holistik, melibatkan
banyak sisi yang akan saling berinteraksi. Sebagai langkah, langkah
teknis yang dapat dilaksanakan adalah bagaimana keperawatan dapat
memetakan masalah dengan suatu metode analisis tertentu seperti
SWOT< TOWS dan analisis “tulang ikan”.
b) Analisis SWOT: Strenght, Weakness, Opportunities, Threats.
Analisis SWOT adalah bentuk analisis situasi dan kondisi yang
bersifat deskriptif (memberi gambaran). Analisis ini menempatkan
situasi dan kondisi sebagai sebagai factor masukan, yang kemudian di
kelompokkan menurut kontribusinya masing-masing. Satu hal yang
harus di ingat baik – baik oleh para pengguna analisis SWOT bahwa
analisis SWOT adalah semata – mata alat analisis yang di tujukan untuk
menggambarkan situasi yang sedang di hadapi atau yang mungkin
akan di hadapi oleh organisasi, dan bukan sebuah alat analisis “ajaib”
yang mampu memberikan jalan keluar yang “ajaib” bagi masalah –
masalah yang di hadapi oleh organisasi layanan keperawatan. Analisis
tersebut terbagi atas empat komponen dasar berikut:
1) Srength (S) adalah situasi atau kondisi yang merupakan kekuatan
dari keperawatan pada saat ini.
2) Weakness (W) adalah situasi atau kondisi yang merupakan
kelemahan dari keperawatan atau program layanan asuhan
keperawatan pada saat ini.
3) Opportunity (O) adalah situasi atau kondisi yang merupakan
peluang berkembang bagi layanan keperawatan di masa depan.
Threat (T).
Tabel 2.1 contoh pasangan kekuatan dan kelemahan dalam analisis situasi.
Komponen Subkomponen Komponen Subkomponen
S Perawat di W Jumlah anggota
ruangan saat ini yang besar
memiliki jumlah menurunkan
anggota yang tingkat efektivitas
sangat besar. koordinasi dan
komunikasi antar
– anggota
Tabel 2.2 Contoh pasangan kesempatan dan ancaman dalam analisis situasi.
Komponen Subkomponen Komponen Subkomponen
O Tersedianya T Lulusan perawat
pendidikan yang di hasilkan
keperawatan tidak sesuai
membuat makin dengan
banyak perawat kompetensi yang
yang bersekolah di harapkan dari
hingga perguruan seorang perawat.
tinggi.
Tabel 2.3 Contoh analisis SWOT model kualitatif
Komponen Subkomponen Komponen Subkomponen
S 1. Organisasi W 1. Budaya
memiliki organisasi
anggota yang adalah
banyak. budaya
2. Organisasi tradisional
memiliki yang
cadangan dana menghambat
yang besar. tercapainya
3. Organisasi kondisi kerja
memiliki yang efisien.
peraturan yang 2. Keinginan
lengkap. anggota
4. Organisasi untuk belajar
memiliki dari
sekertariat yang kesalahan
representatif. sangat
rendah.
S 5. Organisasi W 3. Budaya
memiliki organisasi
anggota yang adalah
banyak. budaya
6. Organisasi tradisional
memiliki yang
cadangan dana menghambat
yang besar. tercapainya
7. Organisasi kondisi kerja
memiliki yang efisien.
peraturan yang 4. Keinginan
lengkap. anggota
8. Organisasi untuk belajar
memiliki dari
sekertariat yang kesalahan
representatif. sangat
rendah.
Adalah situasi yang merupakan ancaman bagi keperawatan yang
datang dari luar organisasi dan dapat mengancam eksistensi layanan
keperawatan di masa depan.
Selain empat komponen dasar analisis SWOT ini, berkembang pula
beberapa subkomponen hasil proses analisis yang jumlahnya bergantung
pada kondisi organisasi. Sebenarnya masing – masing subkomponen
adalah pengejawatahan dari masing – masing komponen, seperti komponen
Strength mungkin memiliki 12 subkomponen, komponen weakness mungkin
memiliki 8 subkomponen, dan seterusnya. Terdapat 2 model analisis SWOT
yang umum di gunakan dalam melakukan analisis situasi antara lain model
kuantitatif dan model kualitatif.
a. Model kualitatif
Suatu asumsi dasar dari model ini adalah kondisi yang
berpasangan antara S dan W serta O dan T. kondisi berpasangan ini
terjadi karena di asumsikan bahwa dalam setiap kekuatan, selalu ada
kelemahan yang tersembunyi dan dari setiap kesempatan yang
terbuka, selalu ada ancaman yang harus di waspadai. Ini berartibahwa
setiap satu rumusan Srength (S), harus selalu memiliki satu pasangan
Weakness (W), dan setiap satu rumusan Opprtunity (O) harus memiliki
pasangan satu Threat (T).
b. Model kualitatif,unit urutan dalam membuat analisis SWOT kualitatif,
tidak berbeda jauh dengan urut – urutan model kuantitatif. Perbedaan
besar di antara keduanya adalah pada saat pembuatan subkomponen
dari masing – masing komponen. Apabila pada model kuantitatif, setiap
subkomponen S memiliki pasangan subkomponen W, dan satu
subkomponen T. Akan tetapi, dalam model kualitatifhal tersebut tidak
terjadi. Selain itu, subkomponen pada masing – masing komponen (S-
W-O-T) adalah berdiri bebas dan tidak memiliki hubungan satu sama
lain.
Matriks TOWS Strenghts Weaknesses
Opportunities Srategi SO Srategi WO
Susun daftar Gunakan kekuatan Tanggulangi
peluang untuk kelemahan
memanfaatkan dengan
peluang memanfaatkan
peluang
Threats Strategi ST Strategi WT
Susun daftar Gunakan kekuatan Perkecilan
ancaman untuk menghindari kelemahan dan
ancaman hindari ancaman
Sebagai alat analisis, analisis SWOT berfungsi sebagai panduan
pembuatan peta. Ketika berhasil membuat peta, langkah tidak boleh
berhenti karena peta tidak menunjukkan kemana harus pergi, tetapi peta
dapat menggambarkan banyak jalan yang dapat di temput jika ingin
mencapai tujuan tertentu. Peta baru akan berguna jika tujuan telah di
tetapkan. Tujuan dapat di tetapkan dengan membangun visi – misi atau
program dalam layanan keperawatan yang akan di bahas. (Simamora,
2012). Pada analisis SWOT ini ada beberapa hal yang perlu
diperhatikan:
1) Pengisian Item Internal Dactors (IFAS) dan External factors
(EFAS)
Cara pengisian IFAS dan EFAS disesuaikan dengan komponen
yang ada dalam pengumpulan data (bisa merujuk pada data fokus
dan contoh pengumpulan data pada bagian lain di dalam buku
ini).Data tersebut dibedakan menjadi dua, yaitu IFAS yang meliputi
aspek kelemahan (weakness) dan kekuatan (strength) dan EFAS
yang meliputi aspek peluang (opportunity) dan ancaman
(Threatened).
2) Bobot
Beri bobot masing-masing faktor mulai 1,0 (paling penting) sampai
dengan 0,0 tidak penting, berdasarkan pengaruh faktor tersebut
terhadap strategi perusahaan.
3) Peringkat (Rating)
Hitung peringkat masing-masing faktor dengan memberikan skala
mulai 4 (sangat baik) sampai dengan 1 (kurang) berdasarkan
pengaruh faktor tersebut. Data peringkat didapatkan berdasarkan
hasil pengukuran baik secara observasi, wawancara, pengukuran
langsung. Faktor kekuatan dan peluang menggambarkan nilai
kinerja positif, sebaliknya faktor kelemahan dan ancaman
menggambarkan nilai kinerja yang negatif. Kemudian, bobot dikali
dengan peringkat untuk mendapatkan nilai masing-masing faktor.
4) Setelah didapatkan nilai masing-masing faktor, untuk mendapatkan
nilai IFAS adalah: kekuatan dikurangi kelemahan (S – W) dan
EFAS adalah peluang dikurangi ancaman (O – T). Hasil dari nilai
IFAS dan EFAS kemudian dimasukkan di dalam diagram layang
(Kit Kuadran) untuk mengetahui masalah dan strategi perencanaan
berdasarkan letak kuadran.
a) Pada kuadran WO, strategi perencanaan bersifat
progresif/turn around dengan tujuan meningkatkan
kelemahan internal untuk mendapatkan kesempatan
(peluang).
b) Pada kuadran SO, strategi perencanaan bersifat agresif
dengan tujuan mengembangkan kekuatan internal yang
ada untuk mendapatkan peluang yang lebih dalam
menghadapi persaingan.
c) Pada kuadran ST, strategi perencanaan bersifat
diversifikasi dengan tujuan merubah kekuatan internal yang
ada untuk mengantisipasi faktor ancaman dari luar.
d) Pada kuadran WT, strategi perencanaan bersifat bertahan
dnegan tujuan mempertahankan eksistensi supaya
institusi/perusahaan tetap ada dan dapat menjalankan
fungsinya secara minimal.
c. Analisis TOWS
Menurut Simamora (2012) model ini di kembangkan oleh
david (1989) yang tidak menggunakan singkatan SWOT seperti yang
lazimnya, namun menggunakan TOWS David tampaknya ingin
mendahulukan analisis ancaman dan peluang, untuk kemudian
melihat sejauh mana kapabilitas internal sesuai dan cocok dengan
factor – factor eksternal tersebut. Terdapat empat strategi yang tampil
dari hasil analisis TOWS tersebut.
Strategi SO digunakan untuk menarik keuntungan dari
peluang yang tersedia dalam lingkungan eksternal. Para manager
tidak akan meninggalkan kesempatan untuk memanfaatkan
kekuatannya mengejar peluang yang di maksud. Strategi WO
bertujuan memperbaiki kelemahan internal dengan memanfaatkan
peluang dari lingkungan luar. Sering di jumpai dilema bahwa ada
peluang terlihat, namun organisasi tidak mampu mengejarnya.
Strategi ST akan di gunakan organisasi untuk menghindari,
setidaknya memperkecil dampak ancaman yang datang dari luar.
Strategi WT adalah taktik pertahanan yang di arahkan pada usaha
memperkecil kelemahan internal dan menghindari ancaman eksternal.
Dalam hal ini, aktivitas organisasi mungkin harus menghentikan
sementara dan membubarkannya, lalu organisasi yang baru atau
melebur masuk ke organisasi sejenis yang lain, mengadakan
rasionalisasi, dan lain – lain
Matriks Strenghts Weaknesses
TOWS
Opportunities Srategi SO Srategi WO
Susun daftar Gunakan Tanggulangi
peluang kekuatan untuk kelemahan dengan
memanfaatkan memanfaatkan
peluang peluang
Threats Strategi ST Strategi WT
Susun daftar Gunakan Perkecilan
ancaman kekuatan untuk kelemahan dan
menghindari hindari ancaman
ancaman
Threats Strategi ST Strategi WT
Susun daftar Gunakan Perkecilan
ancaman kekuatan untuk kelemahan dan
menghindari hindari ancaman
ancaman

d. Analisis Tulang Ikan


Analisis tulang ikan digunakan untuk mengategorikan berbagai
sebab potensial dari satu masalah atau pokok persoalan dengan cara
yang mudah dimengerti dan rapi. Cara ini juga membantu dalam
menganalisis apa yang sesungguhnya terjadi dalam proses, yaitu
dengan cara memecah proses menjadi sejumlah kategori yang
berkaitan dengan proses, mencakup manusia, material, mesin,
prosedur, kebijakan, dan lain-lain. Menfaat analisis tulang ikan adalah
memperjelas sebab-sebab suatu masalah atau persoalan. Langkah-
langkah dalam membuat analisis tulang ikan:
1) Mengidentifikasi akibat atau masalah. Tulis akibat atau masalah
yang akan ditangani pada kotak paling kanan diagram tulang ikan,
misalnya laporan keperawatan akhir bulan terlambat
2) Mengidentifikasi berbagai kategori sebab utama. Dari garis
horizontal utama, terdapat empat garis diagonal yang menjadi
“cabang”. Sebab tipa cabang mewaliki “sebab utama” dari
masalah yang ditulis.
3) Menemukan sebab-sebab potensial dengan cara sumbang
saram. Setiap kategori memiliki penyebab yang perlu diuraikan
dengan menggunanakan curah pendapat. Bila penyebab
dikemukakan, tentukan bersama-sama karena penyebab tersebut
harus ditempatkan pada diagram tulang ikan. Sebab-sebab
dituliskan pada garis horizontal sehingga banyak “tulang” kecil
keluar dari garis horizontal utama.
4) Mengkaji kembali setiap kategori sebab utama. Setelah setiap
kategori diisi, cari sebab-sebab yang muncul pada lebih dari satu
kategori. Sebab sebab inilah yang merupakan petunjuk :sebab
yang tampaknya paling mungkin”. Catat jawabanya pada kertas
flipchart terpisah
5) Mencapai kesepakatan atas sebab yang paling mungkin. Di
antara sebab sebab harus dicari sebab yang paling mungkin. Kaji
kembali sebab yang telah didaftarkan dan tanyakan, “mengapa ini
sebabnya?”. Tanyakan mengapa sampai pertanyaan itu tidak
dapat dijawab lagi, dan pada tahap ini sebab pokok teridentifikasi.

Unsur manajemen atau sumber daya bagi manajemen adalah hal-hal


yang merupakan modal bagi pelayanan anajemen, dengan modal itu akan lebih
menjamin pencapaian tujuan yang terdiri dari 6M yaitu:
a. M1 (Man) : Ketenagaan/sumber daya manusia.
b. M2 (Material) : Sarana dan prasarana.
c. M3 (Method) : Metode asuhan keperawatan.
d. M4 (Money) : Pemasukan.
e. M5 (Mutu) : Keselamatan pasien, kepuasan pasien, kenyamanan,
kecemasan, perawatan diri, pengetahuan/perilaku pasien.
f. M6 (Machine) : Alat, mesin.
1) Pengorganisasian data: memilih data yang mendukung dan data yang
menghambat.
2) Pembuatan rencana: tentukan objektif, uraian kegiatan, prosedur, target,
waktu, penanggung jawab, sasaran, biaya, peralatan, metode yang
digunakan.

D. PERENCANAAN DALAM MANAJEMEN ASUHAN KEPERAWATAN DI


RUANG RAWAT DAN PUSKESMAS YANG SESUAI DENGAN STANDAR
AKREDITASI NASIONAL DAN INTERNASIONAL
1. Perencanaan dalam manajemen asuhan keperawatan di ruang rawat inap
a. Pengorganisasian
Berdasarkan hasil analisa maka perlu untuk membuat tim kerja dengan
pembagian tugas dari masing-masing personel. Sebagai contoh untuk
pengelolaan di ruang rawat inap, maka diselenggarakan
pengorganisasian dengan pembagian peran sebagai berikut :
1) Kepala Ruangan.
2) Perawat Primer.
3) Perawat Asosiet.
Adapun penetapan tugas perawat diatas harus sesuai dengan visi dan
misi Rumah sakit atau Puskesmas, hasil penyelenggaraan model
asuhan keperawatan sebelumnya, bagaimana kekuatan sumber daya
yang ada dan sarana serta prasarana yang telah diidentifikasi pada
pengumpulan data sebelumnya.
b. Rencana Strategi Perencanaan
Pada tahap ini organisasi yang sudah terbentuk mulai
merencanakan bagaimana rencana strategis yang akan dijalankan
untuk mencapai tujuan didalam Manajemen Keperawatan. Organisasi
mulai menentukan dan mendiskusikan bentuk dan penerapan praktek
keperawatan yang professional, bagaimana format dan
pendokumentasian, mengatur kebutuhan tenaga perawat, mengatur
tugas dan wewenang dari masing-masing perawat di ruangan, jadwal
kerja dari masing-masing perawat, bagaimana mensupervisi perawat,
bagaimana system kepemimpinannya, instalasi instalasi yang
menunjang idalam proses keperawatan seperti farmasi, radiologi,
laboratorium, gizi (jalur opersional). Hubungan dengan bagian-bagian
lain yang turut mendukung didalam organisasi rumah sakit ini
(anggaran, karyawan, non medis).
c. Pengaturan dan Kegiatan
Pada tahap ini setelah semua rencana strategis disusun maka
mulai dilakukan penentuan kegiatan apa saja yang harus dilakukan dan
kapan waktunya. Sebagai contoh dibawah ini akan diberikan rencana
kegiataan kelompok dalam penerapan model asuhan keperawatan
professional yang akan dilakukan dalam satu bulan
Minggu Uraian rencana kerja
1. Pembuatan struktur organisasi kelompok
2. Orientasi ruangan dan perkenalan
3. Analisa situasi dan perumusan masalah
4. Penyusunan progam kerja
5. Penyusunan proposal pelaksanaan model
asuhan keperawatan professional
6. Penyusunan jadwal dan rancangan pembagian
peran dalam penerapan model praktek
I keperawatan professional
7. Penyusunan format pengkajian khusu dan
sistim dokumentasi asuhan keperawatan.
8. Penyusunan proposal, prosedur sentralisasi
obat dan kelengkapan administrasinya.
9. Penyusunan format supervise
10. Penyusunan format penunjang kegiatan
lainnyaa seperti format kegiatan harian
11. Uji coba peran
1. Penerapan model asuhan keperawatan
professional : aplikasi peran, pendelegasian
tugas dan proses dokumentasi keperawatan
2. Penyempurnaan format kajian dan
II
dokumentasi keperawatan
3. Penyelengaraan supervise keperawatan
4. Penyelenggaraan sentralisasi obat
5. Persiapan penyelengaraan rotasi dinas 24 jam
1. Penerapan model asuhan keperawatan
professional : aplikasi peran, pendelegasian
III tugas, dan proses dokumentasi keperawatan
2. Penerapan semua progam
3. Penyelengaraan rotasi 24 jam
2. Evaluasi penerapan model asuhan
IV keperawatan professional
3. Penyusunan laporan
Setelah seluruh kegiatan ditentukan dan sudah pula ditentukan
waktu pelaksanaanya, selanjutnya mulai dilakukan persiapan untuk
pelaksanaannya. Inti dari tahap ini adalah mulai menyiapkan bahan-
bahan yang diperlukan seperti dokumen-dokumen untuk pemberian
bukti pelaksanaan, bagaimana deskripsi tugasnya, sekaligus juga
pengaturan kembali jadwal (pembagian tugas).
d. Persiapan Pendokumentasian
Dalam kegiatan pendokumentasian, hal yang perlu dipersiapkan
antara lain bentuk sistim dokumentasi keperawatan, format pengkajian,
format perencanaan, pelaksanaan dan evaluasinya. Termasuk didalam
pesiapan ini adalah mengevaluasi kesesuaian format yang
dipergunakan selama ini berdasarkan criteria : apakah sudah sesuai
dengan standar dokumentasi keperawatan, apakah mudah atau
dipahami semua perawat yang ada di ruangan, apakah efisien dan
efektif dalam pelaksanaannya. Dari pertanyaan-pertanyaan tersebut
kemudian ditentukan tentang model pendokumentasian yang sesuai.
e. Persiapan Evaluasi
Evaluasi meliputi penentuan teknik evaluasi, pembuatan alat
evaluasi dan sekaligus didalamnya adalah pendokumentasian hasil
kegiatannya secara umum.
Fungsi perencanaan pelayanan dan asuhan keperawatan
dilaksanakan oleh kepala ruang. Swanburg (2000) menyatakan bahwa
dalam keperawatan, perencanaan membantu untuk menjamin bahwa
klien akan menerima pelayanan.
1) Lingkup Manajemen Keperawatan (Suyanto, 2008) terdiri dari:
Manajemen pelayanan keperawatan dirumah sakit dikelola oleh bidang
perawatan yang terdiri dari tiga tingkatan manajerial, yaitu:
a. Manajemen puncak (kepala bidang keperawatan)
b. Manajemen menengah (kepala unit pelayanan/supervisor)
c. Manajemen bawah (kepala ruang perawatan)
d. Manajemen Asuhan Keperawatan
Manajemen asuhan keperawatan yang dilakukan dengan menggunakan
proses keperawatan pada prinsipnya menggunakan konsep-konsep
manajemen seperti perencanaan, pengorganisasian, pengarahan dan
pengendalian atau evaluasi. (Suyanto, 2008).
2) Proses manajemen keperawatan. Proses manajemen
keperawatanmenurut Nursalam (2007) yaitu:
a. Pengkajian- pengumpulan data. Pada tahap ini seseorang manajer
dituntut tidak hanya mengumpulkan informasi tentang keadaan
pasien, melainkan juga mengenai institusi (rumah sakit atau
puskesmas):’’ tenaga keperawatan, administrasi, dan bagian
keuangan yang akan mempengaruhi fungsi organisasi keperawatn
secara keseluruhan. Manajer perawat yang efektif harus mampu
memanfaatkan proses manajemen dalam mencapai suatu tujuan
melalui usaha orang lain.
b. Perencanaan. Menyusun suatu perencanaan yang strategis dalam
mencapai suatu tujuan organisasi yang telah ditetapkan.
Perencanaan disini dimaksud untuk menentukan kebutuhan dalam
asuhan keperawatan kepada semua pasien, menehgakkan tujuan,
mengalokasikan anggaran belanja, menetapkan ukuran dan tipe
tenaga keperawatan yang dibutuhkan.
c. Pelaksanaan. Manajemen keperawatan yang memerlukan kerja
melalui orang lain, maka tahap implementasi dalam proses
manajemen terdiri atas bagaimana manajer memimpin orang lain
untuk menjalankan tindakan yang telah direncanakan.
d. Evaluasi. Tahap akhir manajerial adalah mengevaluasi seluruh
kegiatan yang telah dilaksanakan. Tujuan evaluasi adalah untuk
menilai seberapa jauh staf mampu melaksanakan perannya sesuai
dengan organisasi yang telah ditetapkan serta mengidentifikasi
faktor-faktor yang menghambat dan mendukung
dalam  pelaksanaan.
2. Penerapan Manajemen Keperawatan Pada Setting Pelayanan di Rumah
Sakit
Keberhasilan manajemen keperawatan dalam mengelola suatu
organisasi keperawatan dapat dicapai melalui upaya penerapan prinsip-
prinsip manajemen keperawatan yaitu:
a. Manajemen keperawatan berlandaskan perencanaan
b. Manajemen keperawatan dilaksanakan melalui penggunaan waktu yang
efektif
c. Manajemen keperawatan akan melibatkan pengambilan keputusan
d. Memenuhi kebutuhan asuhan keperawatan pasien
e. Manajemen keperawatan harus terorganisir
f. Pengarahan merupakan elemen kegiatan manajemen keperawatan
g. Divisi keperawatan yang baik
h. Manajemen keperawatan menggunakan komunikasi yang efektif
i. Pengembangan staf
j. Pengendalian merupakan elemen manajemen keperawanan
Pada setting ruang rawat rumah sakit kita mengenal adanya kepala
ruangan (karu). Kepala ruangan adalah tenaga perawat yang diberikan tugas
memimpin satu ruang rawat danbertanggung jawab terhadap pemberian
asuhan keperawatan. Adapun hal-hal yang dikelola oleh kepala ruang yaitu:
a. SDM Keperawatan
b. Sarana dan prasarana
c. Biaya/anggaran
d. Sistem informasi
e. Karu secara terus menerus belajar dan menguasai pengetahuan
manajemen yang digunakan untuk menyelesaikan masalah manajerial.
f. Karu berasumsi bahwa perawat pelaksana memerlukan peningkatan
kompetensi.
g. Organisasi tetap eksis melalui upaya karu melakukan
perubahan/pembaharuan.
Adapun lingkup kegiatan kepala ruangan (Huber, 2006) yaitu:
a. Mengelola praktik klinik keperawatan dan askep di ruang rawat
b. Mengkoordinasikan pelayanan ruangan dengan dengan tim kesehatan.
c. Mengelola keuangan
d. Mengelola SDM keperawatan di ruangan
e. Bertanggung jawab terhadap staf dan pengaturan shift.
f. Mengevaluasi kualitas dan askep yang tepat.
g. Mengorientasikan dan mengembangkan staf
h. Menjamin terlaksananya standar dan aturan lain.
i. Mempertahankan kenyaman/keamanan pasien
3. Ketenagaan keperawatan di ruang rawap inap
Pengaturan staf dan penjadwalan adalah komponen utama dalam
manajemen keperawatan. Swanburg (2000) menyatakan bahwa pengaturan
staf keperawatan merupakan proses yang teratur, sistematis, rasional
diterapkan untuk menentukan jumlah dan jenis personel keperawatan yang
dibutuhkan untuk memberikan asuhan keperawatan pada standar yang
ditetapkan sebelumnya. Manajer bertanggung jawab dalam mengatur sistem
kepegawaian secara keseluruhan (Gillies, 2000). Ketenagaan adalah
kegiatan manajer keperawatan untuk merekrut, memimpin, memberikan
orientasi, dan meningkatkan perkembangan individu untuk mencapai tujuan
organisasi (Marquis dan Huston, 2010). Ketenagaan juga memastikan cukup
atau tidaknya tenaga keperawatan yang terdiri dari perawat yang profesional,
terampil, dan kompeten. Kebutuhan ketenagaan dimasa yang akan datang
harus dapat diprediksi dan suatu rencana harus disusun secara proaktif untuk
memenuhi kebutuhan.
Manager harus merencanakan ketenagaan yang memadai untuk
memenuhi kebutuhan asupan pasien. Upaya harus dilakukan untuk
menghindari kekurangan dan kelebihan personalia saat ada fluktuasi jumlah
dan akuitas pasien. Kebijakan prosedur ketenagaan dan penjadwalan harus
tertulis dan dikomunikasikan kepada semua staf. Kebijakan dan penjadwalan
tidak boleh melanggar undang-undang ketenagakerjaan atau kontrak pekerja.
Kebijakan ketenagaan harus yang ada harus diteliti secara berkala untuk
menentukan apakah memenuhi kebutuhan staf dan organisasi. Upaya harus
terus dilakukan agar dapat menggunakan metode ketenagaan dengan inovatif
dan kreatif (Marquis dan Huston, 2010).
4. Perencanaan dalam manajemen asuhan keperawatan di puskesmas
Menurut Menkes (2015) yaitu puskesmas merupakan garda depan
dalam penyelenggaraan upaya kesehatan dasar. Puskesmas yang
merupakan Unit Pelaksana Teknis Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota adalah
fasilitas pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan upaya kesehatan
masyarakat dan upaya kesehatan perseorangan tingkat pertama, dengan
lebih mengutamakan upaya promotif dan preventif untuk mencapai derajat
kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya di wilayah kerjanya.
Untuk menjamin bahwa perbaikan mutu, peningkatan kinerja dan
penerapan manajemen risiko dilaksanakan secara berkesinambungan di
Puskesmas, maka perlu dilakukan penilaian oleh pihak eksternal dengan
menggunakan standar yang ditetapkan yaitu melalui mekanisme akreditasi.
Puskesmas wajib untuk diakreditasi secara berkala paling sedikit tiga tahun
sekali, demikian juga akreditasi merupakan salah satu persyaratan kredensial
sebagai fasilitas pelayanan kesehatan tingkat pertama yang bekerja sama
dengan BPJS.
Tujuan utama akreditasi Puskesmas adalah untuk pembinaan
peningkatan mutu, kinerja melalui perbaikan yang berkesinambungan
terhadap sistem manajemen, sistem manajemen mutu dan sistem
penyelenggaraan pelayanan dan program, serta penerapan manajemen
risiko, dan bukan sekedar penilaian untuk mendapatkan sertifikat akreditasi.
Pendekatan yang dipakai dalam akreditasi Puskesmas adalah
keselamatan dan hak pasien dan keluarga, dengan tetap memperhatikan hak
petugas. Prinsip ini ditegakkan sebagai upaya meningkatkan kualitas dan
keselamatan pelayanan.

DAFTAR PUSTAKA
1. Kozier, B., Erb, G., Berwan, A.J., & Burke, K. (2008). Fundamental of Nursing
Concept, Process, and Practice. New Jersey: Prentice Hall Health
2. Lynn, P. (2011). Taylor’s Handbook of Clinical Nursing Skills. 3 rd ed. Wolter
Kluwer, Lippincott Wiliams & Wilkims. Philadelphia
3. Potter, P.A. & Perry, A.G. (2010). Fundamental Keperawatan (3 vol-set). Edisi
Bahasa Indonesia 7. Elsevier ( Singapore) Pte.Ltd
4. Purwoastuti, E.,Walyani, E.S. (2015). Mutu Pelayanan Kesehatan dan
Kebidanan. Yogyakarta: Pustaka Baru Pers
5. Putra, Chandra Syah. (2017). Buku Ajar Manajemen Keperawatan. Bogor: In
Media
6. Robeiro G., Jack L.,Scully N., Wilson D., Novieastari E., Supartini Y. (2015).
Keperawatan Dasar: Manual Ketrampilan Klinis. Edisi Indonesia. Elsevier
( Singapore) Pte.Ltd

Anda mungkin juga menyukai