OLEH :
KELOMPOK II
DWI RATNASARI.S
DAYANI RIFANI
DAHLIAWATI
SRIJAYANTI
PRODI S1 KEPERAWATAN
TAHUN 2020
MENYUSUN PERENCANAAN MANAJEMEN KEPERAWATAN SUATU UNIT
RUANGAN RAWAT SESUAI DENGAN TAHAPAN PENYUSUNAN
PERENCANAAN DAN STANDAR AKREDITASI PELAYANAN
2. Hierarki Perencanaan
Terdapat banyak tipe perencanan dan sebagian besar organisasi
membuat rencana dalam bentuk hierarki. Dalam bentuk ini, rencana teratas
mempengaruhi semua rencana di bawahnya. Seperti digambarkan dalam
piramida hierarki (Gambar 2.1), hierarki melebar pada tingkatan lebih bawah
yang menggambarkan banyaknya jumlah komponen perencanaan. Selain
itu, komponen perencanaan pada hierarki teratas lebih umum dibandingkan
dibawahnya yang lebih spesifik.
d
kuaho
mkunu ns
fuasiru
m
K
A
P
T luub
F urtiejo ej
a
osraisn
3. Tujuan perencanaan
Douglas menyusun hal berikut sebagai alasan untuk perencanaan:
a. Hal tersebut menimbulkan keberhasilan dalam mencapai sasaran dan
tujuan
b. Hal tersebut bermakna pada pekerjaan
c. Hal tersebut memberikan penggunaan efektif dari personal dan fasilitas
yang tersedia
d. Hal tersebut membantu dalam koping dengan situasi krisis
e. Hal tersebut efektif dalam hal biaya
f. Hal tersebut berdasarkan berdasarkan masa lalu dan akan datang,
sehingga membantu menurunkan elemen perubahan
g. Hal tersebut dapat digunakan untuk menemukan kebutuhan untuk
berubah.
Hal tersebut diperlukan untuk kontrol efektif. (Swanburg, 2000).
4. Manfaat perencanaan
Manfaat perencanaan Adapun manfaat perencanaan antara lain:
a. Membantu proses manajemen dalam menyesuaikan diri dengan
perubahanperubahan lingkungan.
b. Memungkinkan manajer mamahami keseluruhan gambaran operasi
lebih jelas.
c. Membantu penetapan tanggung jawab lebih tepat.
d. Memberikan cara pemberian perintah yang tepat untuk pelaksanaan.
e. Memudahkan koordinasi.
f. Membuat tujuan lebih khusus, lebih terperinci dan lebih mudah
dipahami.
g. Meminimalkan pekerjaan yang tidak pasti.
h. Menghemat waktu dan dana.
5. Syarat perencanaan
Persyaratan perenecanaan menurut Simamora (2012) yaitu:
a. Factual atau realistis
Perencanaan yang baik perlu persyaratan factual atau realistis. Hal ini
berarti perencanaan harus sesuai dengan fakta dan wajar untuk dicapai
dalam kondisi tertentu yang dihadapi keperawatan.
b. Logis atau rasional
Perencanaan juga harus memenuhi syarat logis atau rasional. Hal ini
berarti perencanaan keperawatan harus bisa masuk akal sehingga
dapat dijalankan.
c. Fleksibel
Perencanaan yang baik bukan berarti kaku dan kurang fleksibel.
Perencanaan yang baik justru perencanaan yang dapat disesuaikan dengan
kondisi dimasa datang, sekalipun tidak berarti perencanaan dapat diubah
seenaknya.
d. Komitmen
Perencanaan yang baik harus melahirkan komitmen bagi seluruh
anggota dalam organisasi untuk berupaya mencapai tujuan organisasi.
e. Komprehensif
Perencanaan yang baik juga memenuhi syarat komprehensif, artinya
menyeluruh dan mengakomodasi aspek-aspek secara langsung
maupun tidak langsung dalam organisasi.
6. Komponen perencanaan
Menurut Nursalam (2011) manajemen keperawatan terdiri atas
beberapa komponen yang saling berinteraksi. Pada umumnya suatu sistem
dicirikan oleh 5 elemen, yaitu: input, proses, output, control dan mekanisme
umpan balik.
a. Input
Input dalam proses manajemen keperawatan antara lain berupa
informasi, personel, peralatan dan fasilitas. Proses pada umumnya
merupakan kelompok manajer dan tingkat pengelola keperawatan
tertinggi sampai keperawatan pelaksana yang mempunyai tugas dan
wewenang untuk melakukan perencanaan, pengorganisasian,
pengarahan dan pengawasan dalam pelaksanaan pelayanan
keperawatan. Input yang dapat mengukur pada bahan alat sistem
prosedur atau orang yang memberikan pelayanan misalnya jumlah
dokter, kelengkapan alat, prosedur tetap dan lain-lain.
b. Output
Elemen lain dalam pendekatan sistem adalah output atau keluaran yang
umumnya dilihat dan hasil atau kualitas pemberian asuhan keperawatan
dan pengembangan staf, serta kegiatan penelitian untuk
menindaklanjuti hasil atau keluaran.
c. Output yang menjadi tolak ukur pada hasil yang dicapai, misalnya
jumlah yang dilayani, jumlah pasien yang dioperasi, kebersihan
ruangan.
d. Control
Control dalam proses manajemen keperawatan dapat dilakukan melalui
penyusunan anggaran yang proporsional, evaluasi penampilan kerja
perawat, pembuatan prosedur yang sesuai standar dan akreditasi.
e. Mekanisme umpan balik
Mekanisme umpan balik dapat dilakukan melalui laporan keuangan,
audit keperawatan, dan survey kendali mutu, serta penampilan kerja
perawat.
Proses manajemen keperawatan dalam aplikasi di lapangan berada
sejajar dengan proses keperawatan sehingga keberadaan manajemen
keperawatan dimaksudkan untuk mempermudah pelaksanaan proses
keperawatan. Proses manajemen, sebagaimana juga proses
keperawatan, terdiri atas kegiatan pengumpulan data, identifikasi
masalah, pembuatan rencana, pelaksanaan kegiatan, dan kegiatan
penilaian hasil. (Gillies, 1985 ).
f. Proses
Proses adalah suatu rangkaian tindakan yang mengarah pada suatu
tujuan. Di dalam proses keperawatan, bagian akhir mungkin berupa
sebuah pembebasan dari gejala, eliminasi resiko, pencegahan
komplikasi, argumentasi pengetahuan atau ketrampilan kesehatan dan
kemudahan dari kebebasan maksimal. Di dalam proses manajemen
Keperwatan, bagian akhir adalah perawatan yang efektif dan ekonomis
bagi semua kelompok pasien.
Proses yang dapat mengukur perubahan pada saat pelayanan misalnya
kecepatan pelayanan, pelayanan dengan rumah dan lain-lain.
7. Perumusan visi
Istilah lain dari visi adalah mimpi, cita-cita. Visi merupakan
dasar untuk membuat suatu perencanaan sehingga harus disusun
secara singkat, jelas, dan mendasar, serta harus ada batasan waktu
pencapaiannya. Visi merupakan pernyataan yang berisi tentang
mengapa organisasi pelayanan keperawatan dibentuk. Contoh visi
ruang perawatan “Menjadi Ruang Anak yang Mampu
Menyelenggarakan Pelayanan Keperawatan Secara Profesional Tahun
2015”.
8. Perumusan Misi
Misi adalah uraian yang berisi pernyataan-pernyataan
operasional guna mencapai visi yang telah ditetapkan. Contoh misi
ruang perawatan yaitu memberikan asuhan keperawanan kepada klien
secara komperehensif. Ini dapat meliputi peningkatan konsep
perawatan mandiri, sehingga tersebut harus meliputu definisi
keperawatan dan perawatan mandiri seperti didefinisikan oleh perawat
profesional.
9. Perumusan filosofi
Peryataan tertulis dari filosofi menunjukkan nilai-nilai dan keyakinan
yang menyangkut administrasi keperawatan dan praktik keperawatan dalam
institusi atau organisasi. Ini mengemukakan pandangan praktisi dan
manajer perawat tetang apa yang mereka yakini dari manajemen dan
praktik keperawatan. Pernyataan ini mengemukakan keyakinan mereka
sebagaimana misi atau tujuan dicapai, memberikan arahan ke arah
akhirnya.
Pernyataan filosofi adalah abstrak dan terdiri dari nilai-nilai
kemanusiaan seperti klien atau pasien dan sebagai pekerja, tentang
pekerjaan yang akan dikerjakan oleh pekerja keperawatan untuk klien atau
pasien, tentang perawatan mandiri, tentang keperawatan sebagai profesi,
tentang pendidikan untuk mendapatkan kompetensi pekerja keperawatan,
dan tentang lingkungan atau komunitas dimana pelayanan keperawatan
diberikan. Karakter dan kekuatan pelayanan disusun dengan perencanaan
yang meliputi pernyataan tujuan dan filosofi, satu dari yang lainnya, untuk
divisi organisasi, departemen atau pelayanan, dan ruangan atau unit.
Contoh filosofi ruang perawatan yaitu pasien adalah manusia sebagai
individu yang unik bermartabat.
10. Perumusan tujuan
Tujuan merupakan sesuatu yang ingin dicapai. Tujuan memberikan
arah bagi organisasi untuk menentukan apa yang harus dilakukan,
bagaimana cara mencapainya, dan bagaimana cara menilainya. Perumusan
tujuan dalam organisasi pelayanan keperawatan merupakan hal yang mutlak
untuk dilakukan. Untuk merumuskan suatu tujuan organisasi pelayanan
keperawatan yang baik, ada beberapa persyaratan yang harus diperhatikan.
(Asmuji, 2014).
DAFTAR PUSTAKA
1. Kozier, B., Erb, G., Berwan, A.J., & Burke, K. (2008). Fundamental of Nursing
Concept, Process, and Practice. New Jersey: Prentice Hall Health
2. Lynn, P. (2011). Taylor’s Handbook of Clinical Nursing Skills. 3 rd ed. Wolter
Kluwer, Lippincott Wiliams & Wilkims. Philadelphia
3. Potter, P.A. & Perry, A.G. (2010). Fundamental Keperawatan (3 vol-set). Edisi
Bahasa Indonesia 7. Elsevier ( Singapore) Pte.Ltd
4. Purwoastuti, E.,Walyani, E.S. (2015). Mutu Pelayanan Kesehatan dan
Kebidanan. Yogyakarta: Pustaka Baru Pers
5. Putra, Chandra Syah. (2017). Buku Ajar Manajemen Keperawatan. Bogor: In
Media
6. Robeiro G., Jack L.,Scully N., Wilson D., Novieastari E., Supartini Y. (2015).
Keperawatan Dasar: Manual Ketrampilan Klinis. Edisi Indonesia. Elsevier
( Singapore) Pte.Ltd