6 2.3 Staffing (Kepegawaian) Staffing merupakan metodologi pengaturan staff, proses yang
teratur, sistematis berdasarkan rasional yang diterapkan untuk menentukan jumlah personil
suatu organisasi yang dibutuhkan dalam situasi tertentu (Swanburg, 2000). Proses
pengaturan staff bersifat kompleks. Komponen pengaturan staff adalah sistem kontrol
termasuk studi pengaturan staff, penguasaan rencana pengaturan staff, rencana
penjadwalan, dan Sistem Informasi Manajemen Keperawatan (SIMK). SIMK meliputi lima
elemen yaitu kualitas perawatan pasien, karakteristik dan kebutuhan perawatan pasien,
perkiraan suplai tenaga perawat yang diperlukan, logistik dari pola program pengaturan staf
dan kontrolnya, evaluasi kualitas perawatan yang diberikan. Dasar perencanaan untuk
pengaturan staff pada suatu unit keperawatan mencakup personil keperawatan yang
bermutu harus tersedia dalam jumlah yang mencukupi dan adekuat, memberikan
pelayanan pada semua pasien selama 24 jam sehari, 7 hari dalam seminggu, 52 minggu
dalam setahun. Setiap rencana pengaturan staff harus disesuaikan dengan kebutuhan
rumah sakit dan tidak dapat hanya dicapai dengan rasio atau rumusan tenaga/pasien yang
sederhana. Jumlah dan jenis staff keperawatan yang diperlukan dipengaruhi oleh derajat
dimana departemen lain memberikan pelayanan pendukung, juga dipengaruhi oleh jumlah
dan komposisi staff medis dan pelayanan medis yang diberikan. Kebutuhan khusus
individu, dokter, waktu dan lamanya ronde, jumlah test, obat-obatan dan pengobatan,
jumlah dan jenis pembedahan akan mempengaruhi kualitas dan 22
7 kuantitas personel perawat yang diperlukan dan mempengaruhi penempatan mereka.
Pengrekrutan merupakan proses pengumpulan sejumlah pelamar yang berkualifikasi untuk
pekerjaan di perusahaan melalui serangkaian aktivitas. Tujuan orientasi pegawai baru
adalah untuk membantu perawat dalam menyesuaikan diri pada situasi baru. Produktivitas
meningkat karena lebih sedikit orang yang dibutuhkan jika mereka terorientasi pada situasi
kerja. Penjadwalan siklus merupakan salah satu cara terbaik yang dipakai untuk memenuhi
syarat distribusi waktu kerja dan istirahat untuk pegawai. Pada cara ini dibuat pola waktu
dasar untuk minggu-minggu tertentu dan diulang pada siklus berikutnya. Jadwal modifikasi
kerja mingguan menggunakan shift jam dan metode lain yang biasa Perencanaan
Ketenagaan Langkah-langkah perencanaan tenaga keperawatan menurut Dructer & Gillies,
(1994) meliputi: a. Mengidentifikasi bentuk dan beban pelayanan keperawatan yang akan
diberikan b. Menentukan katagori perawat yang akan ditugaskan untuk melaksanaka
keperawatan c. Menentukan jumlah masing-masing katagori perawat yang dibutuhkan d.
Menerima dan menyaring untuk posisi yang ada e. Menetukan tenaga perawat sesuai unit
dan shift f. Memberi tanggung jawab untuk melaksanakan tugas pelayanan keperawatan 23
9 Menurut Lewin dalam Swanburg (2000), terdapat beberapa macam gaya kepemimpinan
yaitu : - Autokratik Pemimpin membuat keputusan sendiri. Mereka lebih cenderung
memikirkan penyelesaian tugas dari pada memperhatikan karyawan. Kepemimpinan ini
cenderung menimbulkan permusuhan dan sifat agresif atau sama sekali apatis dan
menghilangkan inisiatif. - Demokratis Pemimpin melibatkan bawahannya dalam proses
pengambilan keputusan. Mereka berorientasi pada bawahan dan menitikberatkan pada
hubungan antara manusia dan kerja kelompok. Kepemimpinan demokratis meningkatkan
produktivitas dan kepuasan kerja. - Laissez faire Pemimpin memberikan kebebasan dan
segala serba boleh, dan pantang memberikan bimbingan kepada staff. Pemimpin tersebut
membantu kebebasan kepada setiap orang dan menginginkan setiap orang senang. Hal ini
dapat mengakibatkan produktivitas rendah dan karyawan frustasi. Manajer perawat harus
belajar mempraktekkan kepemimpinan perilaku yang merangsang motivasi pada para
pemiliknya, mempraktekkan keperawatan professional dan tenaga perawat lainnya.
Perilaku ini termasuk promosi autonomi, membuat keputusan dan manajemen partisipasi
oleh perawat professional. 25
10 2.5 Controlling (Pengawasan) Pengawasan merupakan pemeriksaan terhadap sesuatu
apakah terjadi sesuai dengan rencana yang ditetapkan/disepakati, instruksi yang telah
dikeluarkan, serta prinsip-prinsip yang telah ditentukan, yang bertujuan untuk menunjukkan
kekurangan dan kesalahan agar dapat diperbaiki (Fayol, 1998). Pengawasan juga diartikan
sebagai suatu usaha sistematik untuk menetapkan standard pelaksanaan dengan tujuan
perencanaan, merancang sistem informasi timbal balik, membandingkan kegiatan nyata
dengan standard yang telah ditetapkan sebelumnya, menentukan dan mengukur
penyimpanganpenyimpangan, serta mengambil tindakan yang digunakan dengan cara
paling efektif dan efisien dalam pencapaian tujuan perusahaan (Mockler, 2002). Tugas
seorang manajemen dalam usahanya menjalankan dan mengembangkan fungsi
pengawasan manajerial perlu memperhatikan beberapa prinsip berikut : - Pengawasan
yang dilakukan harus dimengerti oleh staff dan hasilnya mudah diukur, misalnya menepati
jam kerja. - Fungsi pengawasan merupakan kegiatan yang amat penting dalam upaya
mencapai tujuan organisasi. - Standard unjuk kerja yang akan diawasi perlu dijelaskan
kepada semua staf, sehingga staf dapat lebih meningkatkan rasa tanggung jawab dan
komitmen terhadap kegiatan program. 26
11 - Kontrol sebagai pengukuran dan koreksi kinerja untuk meyakinkan bahwa sasaran dan
kelengkapan rencana untuk mencapai tujuan telah tersedia, serta alat untuk memperbaiki
kinerja. - Terdapat sepuluh karakteristik suatu sistem control yang baik : - Harus
menunjukkan sifat dari aktivitas - Harus melaporkan kesalahan-kesalahan dengan segera -
Harus memandang ke depan - Harus menunjukkan penerimaan pada titik kritis - Harus
objektif - Harus fleksibel - Harus menunjukkan pola organisasi - Harus ekonomis - Harus
mudah dimengerti - Harus menunjukkan tindakan perbaikkan. Untuk fungsi-fungsi control
dapat dibedakan pada setiap tingkat manajer. Sebagai contoh, manajer perawat kepala dari
satu unit bertanggung jawab mengenai kegiatan operasional jangka pendek termasuk
jadwal harian dan mingguan, dan penugasan, serta pengunaan sumber-sumber secara
efektif. Kegiatan-kegiatan control ditujukan untuk perubahan yang cepat. Dua metode
pengukuran yang digunakan untuk mengkaji pencapaian tujuan-tujuan keperawatan
adalah: - Analisa tugas : kepala perawat melihat gerakan, tindakan dan prosedur yang
tersusun dalam pedoman tertulis, jadwal, aturan, catatan, anggaran. Hanya 27
12 mengukur dukungan fisik saja, dan secara relatif beberapa alat digunakan untuk analisa
tugas dalam keperawatan. - Kontrol kualitas : kepala perawat dihadapkan pada pengukuran
kualitas dan akibat-akibat dari pelayanan keperawatan. 3. Standard Asuhan Keperawatan
Standar asuhan keperawatan (SAK) telah ditetapkan oleh PPNI (nursalam, 2002), yang
mengacu kepada tahapan proses keperawatan yang meliputi pengkajian, diagnosa
kepearwatan, perencanaan, implementasi, dan evaluasi, sebagai berikut: 3.1 Standard I :
Pengkajian keperawatan Pengumpulan data tentang status kesehatan pasien secara
sistematis, menyeluruh, akurat, singkat dan berkesinambungan dan data dapat diperoleh,
dikomunikasikan, dan dicatat. Kriteria Pengkajian meliputi : - Pengumpulan data dilakukan
dengan cara anamnese, observasi, pemeriksaan fisik, serta dari pemeriksaan penunjang -
Sumber data adalah pasien, keluarga atau orang yang terkait, tim kesehatan, rekam medis
dan catatan lain. - Data yang dikumpulkan difokuskan untuk mengidentifikasi : Status
kesehatan pasien masa lalu 28
17 dukungan dalam membuat data yang akurat dan tepat. Melalui pendokumentasian juga
diharapkan dapat dilakukan modifikasi terhadap perencanaan tentang status kesehatan
pasien. c. Penelitian Pendokumentasian merupakan aspek yang membantu dalam hal
penelitian. Data yang berasal dari status kesehatan pasien adalah sumber informasi
penting bagi para peneliti terhadap proses penelitian mengenai kasus penyakit, pengobatan
serta identifikasi masalah kesehatan lain yang ditemukan oleh peneliti. d. Pendidikan
Pendokumentasian merupakan sumber informasi penting yang dapat digunakan dan
dipelajari melalui data tentang status kesehatan pasien melalui pengkajian sampai evaluasi
keperawatan sehingga melalui informasi ini berbagai pihak khususnya tim kesehatan dapat
mempelajari tentang kesehatan pasien. e. Monitoring pembiayaan Pendokumentasian
seluruh prosedur tindakan keperawatan terhadap pasien sebaiknya harus dilakukan untuk
memudahkan melakukan rincian pembiayaan secara tepat. f. Legalitas pendokumentasian
Pendokumentasian merupakan bukti otentik terhadap segala Asuhan Keperawatan yang
dilakukan pada pasien sehingga tidak terjadi insiden, 33
18 perubahan status kesehatan pasien akibat penyakit yang diderita ataupun pasien injury
akibat kelalaian pasien/keluarganya dapat dibuktikan secara legal. g. Riwayat kesehatan
Pendokumentasian data sangat berguna dalam hal penyimpanan tentang status riwayat
kesehatan pasien di masa lalu serta dapat digunakan di masa datang bila pasien
mengalami masalah kesehatan yang berhubungan dengan riwayat kesehatan yang lalu. 4.2
Makna Dokumentasi Keperawatan Dokumentasi keperawatan mempunyai makna yang
penting bila dilihat dari berbagai aspek yaitu : - Hukum : Semua catatan informasi tentang
pasien merupakan dokumentasi resmi dan bernilai hukum. Bila terjadi suatu masalah yang
berhubungan dengan profesi keperawatan dimana perawat sebagai pemberi jasa dan
pasien sebagai pengguna jasa, maka dokumentasi diperlukan sewaktu-waktu. Dokumentasi
tersebut dapat digunakan sebagai barang bukti di pengadilan. Oleh karena itu data-data
harus diidentifikasi secara lengkap, jelas, objektif, dan ditandatangani oleh tenaga
kesehatan (perawat), tanggal dan perlu dihindari adanya interpretasi yang salah (Nursalam,
2001). - Jaminan mutu (Kualitas pelayanan) : 34
19 Pencatatan data pasien yang lengkap dan akurat akan memberi kemudahan bagi
perawat dalam membantu menyelesaikan masalah pasien. Dan untuk mengetahui sejauh
mana kesehatan pasien dapat teratasi dan seberapa jauh masalah baru dapat diidentifikasi
dan dimonitor melalui catatan yang akurat. Hal ini membantu meningkatkan mutu
pelayanan keperawatan (Nursalam, 2001). - Komunikasi : Dokumentasi keadaan pasien
merupakan alat perekam terhadap masalah yang berkaitan dengan pasien. Perawat atau
tenaga kesehatan lain akan dapat melihat catatan yang ada dan sebagai alat komunikasi
yang dijadikan pedoman dalam memberikan Asuhan Keperawatan (Nursalam, 2001). -
Keuangan : Dokumentasi dapat bernilai keuangan. Semua tindakan keperawatan yang
belum, sedang, dan telah diberikan dicatat dengan lengkap yang dapat dipergunakan
sebagai acuan atau pertimbangan dalam biaya keperawatan bagi pasien (Nursalam,2001).
- Pendidikan : Dokumentasi mempunyai nilai pendidikan karena isinya menyangkut
kronologis dari kegiatan Asuhan Keperawatan yang dapat dipergunakan sebagai bahan
atau referensi pembelajaran bagi siswa atau profesi keperawatan (Nursalam,2001). -
Penelitian : 35
21 f. Harus dihindari dokumentais yang baku sebab sifat individu /Pasien adalah unik dan
setiap pasien mempunyai masalah yang berbeda. g. Hindari penggunaan istilah penulisan
yang tidak jelas dari setiap catatan yang dicatat, harus disepakati atas kebijaksanaan
institut setempat h. Data harus ditulis secara syah dengan menggunakan tinta dan jangan
menggunakan pensil agar tidak mudah dihapus. i. Untuk merubah atau menutupi kesalahan
apabila terjadi salah tulis, coret dan diganti dengan yang benar kemudian ditanda tangani. j.
Untuk setiap kegiatan dokumentasi, cantumkan waktu tanda tangan dan nama jelas penulis
k. Wajib membaca setiap tulisan dari anggota lain kesehatan yang lain sebelum menulis
data terakhir. l. Dokumentasi harus dibuat dengan tepat, jelas dan lengkap. Metode
Pendokumentasian Metode pendokumentasian meliputi : data dasar, masalah kesehatan,
rencana pelayanan/asuhan termasuk catatan perkembangan kesehatan pasien. Kesalahan
dalam pendokumentasian : a) Tulisan tangan yang berbeda dan tidak terbaca dengan jelas.
b) Tanggal, bulan, dan jam tidak konsisten. c) Tidak ada tanda tangan perawat yang
melakukan tindakan keperawatan. Merubah instruksi tanpa izin dan tidak melalui prosedur
yang benar. 37
24 perpindahan antar institusi rumah sakit. Ringkasan format pelaporan meliputi lembaran :
data dasar demografi, orientasi ruangan, laporan klinis (Carpenito, 1998). h. Perencanaan
pulang Format mencakup personal data pasien, data kesehatan secara umum dan khusus,
surat diizinkan pulang dari dokter yang merawat berikut ringkasan laporan klinis sesuai
kondisi pasien, penyuluhan kesehatan (Carpenito, 1998). i. Perawatan di rumah Format
pendokumentasian pasien yang akan melanjutkan perawatan di rumah bertujuan untuk
memberikan ringkasan/informasi perkembangan kesehatan pasien selama di rumah sakit,
agar dokter/perawat/tim profesional lainnya yang terlibat melanjutkan
pengobatan/perawatan pasien di rumah yang memenuhi syarat medicare (Carpenito,
1998). 4.4 Manfaat kegunaan dokumentasi implementasi Manfaat kegunaan dokumentasi
implementasiantara lain: a. Mengkomunikesikan secara nyata tindakan-tindakan yang telah
dilakukan untuk klien. Hal ini penting untuk : - Menghindarkan kesalahan-kesalahan seperti
duplikasi tindakan, yang seharusnya tidak perlu terjadi. Contoh : Pemberian obat sudah
diberikan, tetapi tidak dicatat sehingga diberikan obat kembali 40
25 - Quality Assurance (menjamin mutu ) yang akan menunjukkan apa yang secara nyata
telah dilakukan terhadap klien dan bagaimana hubungannya dengan standar yang telah
dibuat - Melihat hubungan respon-respon klien dengan tindakan keperawatan yang sudah
diberikan (evaluasi klinis) b. Menjadi dasar penentuan tugas Sistem klasifikasi klien
didasarkan pada dokumentasi tindakan keperawatan yang sudah ada, untuk selanjutnya
digunakan dalam menentukan jurnal perawat yang harus bartugas dalam setiap shift jaga.
c. Memperkuat pelayanan keperawatan Jalan keluar dari tindakan malpraktek tergantung
pada dokumen-dokumen yang ada. - Dokumen tentang kondisi klien - Segala sesuatu yang
telah dilakukan untuk k1ien - Kejadian-kejadian atau kondisi klien sebelum dilakukan
tindakan d. Menjadi dasar perencanaan anggaran pembelanjaan Dokumen tentang
penggunaan alat-alat dan bahan-bahan akan membantu perhitungan anggaran biaya suatu
rumah sakit. 5 Model Asuhan Keperawatan Keberhasilan suatu asuhan keperawatan
kepada klien sangat ditentukan oleh pemilihan metode pemberian asuhan keperawatan
profesional. Ada 5 metode 41
26 pemberian asuhan keperawatan profesional yang sudah ada dan akan terus
dikembangkan di masa depan dalam menghadapi tren pelayanan keperawatan. Untuk
memberikan asuhan keperawatan yang lazim dipakai meliputi metode fungsional, metode
tim, metode kasus, modifikasi metode tim-primer. 5.1 Metode fungsional Metode fungsional
merupakan manajemen klasik yang menekankan efisiensi, pembagian tugas yang jelas,
dan pengawasan yang baik. Metode ini sangat baik untuk rumah sakit yang kekurangan
tenaga. Perawat senoir menyibukkan diri dengan tugas manajerial, sedangkan perawat
pasien diserahkan kepada perawat junior dan/atau belum berpengalaman. Kelemahan dari
metode ini adalah pelayanan keperawatan terpisah-pisah, tidak dapat menerapkan proses
keperawatan. Setiap perawat hanya melakukan 1-2 jenis intervensi (misalnya merawat
luka). Metode ini tidak memberikan kepuasan kepada pasien maupun perawat dan persepsi
perawat cenderung kepada tindakan yang berkaitan dengan keterampilan saja. Kepala
Ruangan Perawat : Perawat : Perawat : Perawat : Pasien/klien Skema 1. Sistem Pemberian
Asuhan Keperawatan Fungsional 42
27 5.2 Metode Tim Metode ini menggunakan tim yang terdiri atas anggota yang berbeda-
beda dalam memberikan asuhan keperaw2atan terhadap sekelompok pasien. Perawat
ruangan dibagi menjadi 2-3 tim/grup yang terdiri atas tenaga profesional, teknikal, dan
pembantu dalam satu kelompok kecil yang saling membantu. Metode ini memungkinkan
pemberian pelayanan keperawatan yang menyeluruh, mendukung pelaksanaan proses
keperawatan, dan memungkinkan komunikasi antartim, sehingga konflik mudah diatasi dan
memberi kepuasan kepada anggota tim. Namun, komunikasi antaranggota tim terbentuk
terutama dalam bentuk konferensi tim, yang biasanya membutuhkan waktu, yang sulit
untuk dilaksanakan pada waktu-waktu sibuk. Hal pokok dalam metode tim adalah ketua tim
sebagai perawat profesonal harus mampu menggunakan berbagai teknik kepemimpinan,
pentingnya komunikasi yang efektif agar kontinuitas rencana keperawatan terjamin,
anggota tim harus menghargai kepemimpinan ketua tim, model tim akan berhasil bila
didukung oleh kepala ruang. Tujuan metode keperawatan tim adalah untuk memberikan
perawatan yang berpusat pada klien. Perawatan ini memberikan pengawasan efektif dari
memperkenalkan semua personel adalah media untuk memenuhi upaya kooperatif antara
pemimpin dan anggota tim. Melalui pengawasan ketua tim nantinya dapat mengidentifikasi
tujuan asuhan keperawatan, mengindentifikasi kebutuhan anggota tim, memfokuskan pada
pemenuhan tujuan dan kebutuhan, membimbing anggota tim untuk membantu menyusun
dan memenuhi standard asuhan keperawatan. 43
28 Walaupun metode tim keperawatan telah berjalan secara efektif, mungkin pasien masih
menerima fragmentasi pemberian asuhan keperawatan jika ketua tim tidak dapat menjalin
hubungan yang lebih baik dengan pasien, keterbatasan tenaga dan keahlian dapat
menyebabkan kebutuhan pasien tidak terpenuhi. Kepala Ruangan Ketua Tim Ketua Tim
Ketua Tim Staf Perawat Staf Perawat Staf Perawat Pasien / klien Pasien / klien Pasien /
klien Skema 2. Sistem Pemberian Asuhan Keperawatan Team nursing 5.3 Metode primer
Metode penugasan dimana satu orang perawat bertanggung jawab penuh selama 24 jam
terhadap asuhan keperawatan pasien mulai pasien masuk sampai keluar rumah sakit.
Mendorong praktik kemandirian perawat, ada kejelasan antara pembuat rencana asuhan
dan pelaksana. Metode primer ini ditandai dengan adanya keterkaitan kuat dan terus-
menerus antara pasien dan perawat yang ditugaskan untuk merencanakan, malakukan,
dan koordinasi asuhan keperawatan selama pasien dirawat. Konsep dasar metode primer
adalah ada tanggung jawab dan tanggung gugat, ada otonomi, dan ketertiban pasien dan
keluarga. 44
30 5.4 Metode kasus Setiap perawat ditugaskan untuk melayani seluruh kebutuhan pasien
saat dinas. Pasien akan dirawat oleh perawat yang berbeda untuk setiap shift, dan tidak
ada jaminan bahwa pasien akan dirawat oleh orang yang sama pada hari berikutnya.
Metode penugasan kasus biasanya diterapkan satu pasien satu perawat, dan hal ini
umumnya dilaksanakan untuk perawat privat atau untuk keperawatan khusus seperti:
isolaso, intensivecare. Kelebihannya adalah perawat lebih memahami kasus per kasus,
sistem evaluasi dari manajerial menjadi lebih mudah. Kekurangannya adalah belum dapat
diidentifikasi perawat penanggung jawab, perlu tenaga yang cukup banyak dan mempunyai
kemampuan dasar yang sama. Kepala Ruangan Staf Perawat Staf Perawat Staf Perawat
Pasien / klien Pasien / klien Pasien / klien Skema 4. Sistem Asuhan Keperawatan Case
Method Nursing 5.5 Modifikasi : MAKP Tim-Primer Pada model MAKP tim digunakan
secara kombinasi dari kedua sistem. Menurut Ratna S. Sudarsono (2000) penetapan
sistem model MAKP ini didasarkan pada beberapa alasan : a Keperawatan primer tidak
digunakan secara murni, karena perawat primer harus mempunyai latar belakang
pendidikan S1 Keperawatan atau setara. 46
31 b Keperawatan tim tidak digunakan secara murni, karena tanggung jawab asuhan
keperawatan pasien terfragmentasi pada berbagai tim. c Melalui kombinasi kedua model
tersebut diharapkan komunitas asuhan keperawatan dan akuntabilitas asuhan keperawatan
terdapat pada primer. Disamping itu, karena saat ini perawat yang ada di RS sebagian
besar adalah lulusan SPK, maka akan mendapat bimbingan dari perawat primer/ketua tim
tentang asuhan keperawatan. Contoh: untuk ruang model MAKP ini diperlukan 26 perawat.
Dengan menggunakan model modifikasi keperawatan primer ini diperlukan 4 (empat) orang
perawat primer (PP) dengan kualifikasi Ners, di samping seorang kepala ruang rawat juga
Ners. Perawat associate (PA) 21 orang, kualifikasi pendidikan perawat asosiasi terdiri atas
lulusan D3 Keperawatan (3 orang) dan SPK (18 orang). Pengelompokan Tim pada setiap
shift jaga terlihat pada gambar di bawah. 47
36 Kepala Ruangan Rafiah, S.Kep, Ns Clinical Instructure Seniorita, S.Kep, Ns Tata Usaha
Waris Sembiring, AmK S t Gi ti TIM 1 TIM 2 Ketua Tim Meri Lusiana, S.Kep, Ns Anggota
Laing Saragih, AmK Munardah Suhaila, AmK Iramawati Yanti Purnama Sari ** Hotma
Marpaung, AmK Risma Siahaan, S.Kep * Keterangan : * sedang melanjutkan pendidikan ke
S1 Penanggung Jawab Tim Eka Sari, S.Kep, Ns Anggota Uliana Tambunan, S.Kep * Narko
b. Padang, S.Kep, Ns Sri Aryani, AmK Rita Taruli Sihombing ** Neng Sagala Aida Hanum J
i Si A K ** sedang melanjutkan pendidikan ke D3 Skema 8. Struktur Organisasi Ruangan
Rindu B2 B 52
46 10. Memelihara kebersihan ruang rawat dengan: a. Mengatur tugas cleaning service. b.
Mengatur tugas peserta didik c. Mengatur tata tertib ruangan yang ditujukan kepada semua
petugas, peserta didik dan pengunjung ruangan. 11. Membantu kepala ruangan
membimbing peserta didik keperawatan. 12. Membantu kepala ruangan untuk menilai mutu
pelayanan asuhan keperawatan serta tenaga keperawatan. 13. Menulis laporan tim/group
mengenai kondidi klien/anggota keluarga dan lingkungannya. 14. Memberikan penyuluhan
kesehatan kepada klien/anggota keluarga/keluarga 15. Menjelaskan tata tertib rumah sakit,
hak dan kewajiban klien/anggota keluarga. 3. Kepegawaian Di ruangan Rindu B2 B
terdapat 24 orang perawat. Proses perekrutan pegawai di ruang Rindu B2 B yakni melalui
ujian penerimaan pegawai dari Departemen Kesehatan Pusat. Pegawai yang diterima akan
diorientasikan selama 3 bulan yang kinerjanya dinilai langsung oleh kepala ruangan
disampaikan ke kapokja ke instalasi dan terakhir diteruskan ke bidang keperawatan,
setelah ditempatkan di ruangan tertentu maka pegawai baru tersebut diorientasikan selama
1 bulan di bagian tersebut. Perawat di ruangan Rindu B2 B terdiri dari 1 62
47 orang kepala ruangan, 1 orang CI, 1 orang ketua tim, 1 orang penanggung jawab, 1
orang TU, 1 orang TL, dan 18 orang perawat pelaksana. Tabel 1. Tenaga Perawat di ruang
Rindu B2 B No. Jabatan Pendidikan Jumlah Kepala Ruangan CI Ketua Tim Penggung
Jawab Tim Perawat pelaksana Perawat pelaksana Perawat pelaksana TU S1 S1 S1 S1 SI
SPK D3 D3 SMU 1 orang 1 orang 1 orang 1 orang 3 orang 5 orang 10 orang 1 orang 1
orang Keterangan : Dalam struktur organisasi ada 2 KaTim, namun KaTim 2 belum resmi
diangkat dan untuk sementara masih menjadi penanggung jawab Katim. Beban Kerja dan
Kebutuhan Tenaga Rata-rata jumlah pasien di ruang rawat inap RB2B dalam 3 bulan
terakhir (Maret, April, Mei 2012) sebanyak 37 orang. Dimana jumlah tempat tidur di ruang
rawat inap RB2B berjumlah 50 buah. Berdasarkan data tersebut diperoleh nilai BOR: 63
48 Table 2. Jumlah tenaga perawatan yang dibutuhkan di ruang rawat inap RB2B
berdasarkan kategori asuhan keperawatan menurut Depkes (2002) No Kategori Rata-rata
Jumlah Pasien/ hari Rata-rata Jam Perawatan/ hari Total Perawatan/ hari 1 Askep Minimal
Askep Sedang 8 3,08 24,64 3 Askep Agak Berat 12 4,5 49,8 4 Askep Maksimal 7 6,16
43,12 TOTAL 137,56 1) Jumlah perawat yang dibutuhkan adalah: 2) Jumlah hari libur (loss
day): 3) Pekerjaan Non Keperawatan: (jumlah perawat yang dibutuhkan + jumlah hari libur)
x 25% (19,65 + 5,97) x 25% = 6,405 4) Jumlah kebutuhan perawat: Jumlah perawat yang
dibutuhkan + jumlah hari libur + pekerjaan non keperawatan 19,65 + 5,97 + 6,405 = 32,025
= 32 orang 64