Anda di halaman 1dari 8

Jurnal IPTEKS PSP, Vol.

1 (2) Oktober 2014: 95 -102 ISSN: 2355-729X

PENGGUNAAN ATRAKTOR BUATAN YANG RAMAH LINGKUNGAN


DALAM PEMANENAN ANAKAN UDANG
LOBSTER LAUT (Panulirus spp)

The Use of an Environmental Friendly Artificial Atractor to Collect


Spiny Lobster Seed (Panulirus spp)

Musbir1), Sudirman1), Mahfud Palo1)

1) Program Studi Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan, FIKP, Universitas Hasanuddin

Diterima : 15 April 2014; Disetujui: 7 Agustus 2014

ABSTRACT
Spiny lobster (Panulirus spp) is one of important commodities in Bulukumba
Regency. The lobsters used for aquaculture were obtained from the wild catch in the sea.
The purpose of this study was to develop artificial gear to attract the lobster seed to be
easily caught. The research was conducted in marine coastal of Ujung Bulu, Bulukumba
Regency, South Sulawesi from July to October 2013. There are three artificial attractors that
consisted of light attractor, trap shelter attractor, and shelter benthic attractor. Results
showed that the spiny lobster catches from artificial attractor consisted of 47.5 % of pearl
lobster ((Panulirus ornatus), 25.8% of sand lobster (P. homarus), 21.2 % of bamboo lobster (P.
versicolor), 5.6% of stone lobster (P. penicilatus). The carapace length of both pearl lobster
and sand lobster ranged from 2,6 to 6,0 cm, which were longest among the other lobsters..

Keywords: atractors, lobster seed, pearl lobster, sand lobster, bamboo lobster, stone
lobster.

Contact person: Musbir


Email : musbir-unhas@yahoo.co.id

Musbir dkk. 95
Jurnal IPTEKS PSP, Vol. 1 (2) Oktober 2014: 95 -102 ISSN: 2355-729X

PENDAHULUAN

Udang lobster laut (Panulirus spp) Oleh karena itu dibutuhkan


atau biasa disebut dengan udang barong informasi dan teknnologi atraktor untuk
atau udang karang adalah salah satu pemanenan anakan lobster laut. Berbagai
komoditas perikanan yang potensial dan jenis atraktor sebagai habitat buatan yang
bernilai ekonomis penting. Pemintaan dapat digunakan untuk menangkap
pasar domestik dan ekspor ke Negara anakan lobster (Butler & Hernkind, 1992;
Hongkong, Taiwan, Singapura, Jepang Melville-Smith, 2005). Penelitian ini
dan Cina pada udang barong terus bertujuan melakukan ujicoba pengunaan
meningkat (DKP, 2011). Namun, sampai atraktor buatan untuk pemanenan anakan
saat ini belum ada usaha pembenihan lobster laut.
udang lobster laut yang berhasil
menghasilkan benih untuk memenuhi DATA DAN METODE
kebutuhan usaha budidaya (Setyono, Penelitian ini dilaksanakan dari bulan Juli
2006; DKP, 2011). Kendala yang dihadapi sampai dengan Oktober 2013 di
pada usaha pembenihan udang lobster perairan laut pantai selatan Kabupaten
yaitu pada waktu perkembangan dari Bulukumba Sulawesi Selatan (Gambar1).
stadia larva menjadi juvenile Pemilihan lokasi penelitian didasarkan
membutuhkan waktu yang sangat lama bahwa lokasi tersebut merupakan area
yaitu sekitar 6 bulan (Cobs &Phiilips, distribusi dari siklus hidup udang lobster.
1980). Bulukumba terletak di bagian
selatan Sulawesi Selatan dan diliputi oleh
Sampai saat ini usaha pembesaran
pantai sebagai habitat dengan substrat
lobster untuk usaha budidaya masih
berlumpur, berpasir, pecahan karang,
sangat tergantung pada stok benih dari
terumbu karang, makroalga dengan pasir.
alam (Setyono, 2006).

Gambar 1. Lokasi penelitian penggunaan atraktor buatan untuk pemanenan anakan


lobster laut (Panulirus spp) di Perairan Laut Bulukumba, Sulawesi Selatan

Musbir dkk. 96
Jurnal IPTEKS PSP, Vol. 1 (2) Oktober 2014: 95 -102 ISSN: 2355-729X

Muara sungai Bialo dan Sungai Bijawang Struktur bangunan terdiri atas bambu
mempengaruhi turbidity dan bentos di sebagai rakit dengan ukuran 4 x 4 m.
perairan pantai tersebut terutama pada Rakit dipasangi tali yang dihubungkan
saat musim hujan dimana banyak massa dengan jangkar agar tidak hanyut
air yang dialirkan dari dua sungai terbawa arus. Pada bagian bawah rakit
tersebut. dipasang waring yang diturunkan ke
Hasil pengamatan di lapangan dasar perairan melalui tali. Jaring
menunjukkan bahwa pada perairan pantai tersebut ditenggelamkan dengan
tersebut sering ditangkap anakan lobster pemberat sampai di dasar perairan pada
laut yang dilakukan secara tidak sengaja saat operasi. Di atas waring dipasang
oleh nelayan setempat. Oleh karena itu karung yang diisi dengan pasir agar
maka perlu dilakukan penggunaan tenggelam ke dasar dan diberi ijuk yang
teknologi atraktor dalam upaya dipasangi pemberat. Karung dan ijuk
mengumpulkan anakan lobster agar berfungsi sebagai atraktor sehingga
memudahkan pemanenan dari alam. anakan lobster akan berkumpul.
Tiga tipe atraktor yang akan Pemanenan lobster dilakukan dengan
digunakan dalam pemanenan anakan mengangkat waring pada rakit .
lobster (Mills and Crear, 2004) adalah: Data yang dikumpulkan adalah
1) atraktor cahaya penarik; 2) atraktor keanekaragaman spesies udang lobster
shelter perangkap; dan 3) atraktor bentik, laut yang tertangkap pada semua
sebagaimana terlihat pada Gambar 2. atraktor. Kemudian diukur panjang
Atraktor pertama adalah atraktor karapas, panjang badan dan berat badan.
cahaya pemikat yang terbuat dari rangka Identifikasi spesies lobster dilakukan
pipa paralon, kemudian dipasang di secara visual dengan melihat corak warna
perairan laut dekat pantai. Alat ini yang terdapat pada bagian segmen
dioperasikan pada malam hari dengan tubuh berdasarkan buku identifikasi
menggunakan lampu sebagai alat penarik (Chan, 2000). Pengukuran panjang
udang. Kemudian dilakukan memanen karapas dilakukan dengan cara mengukur
anakan lobster hasil tangkapan dengan panjang dari tepi post orbital sampai
menggunakan serok (scoopnet). ujung posterior karapasnya, sesuai
Atraktor kedua adalah shelter trap. petunjuk Sparre and Venema (1999).
Atraktor ini terbuat dari karung dan ijuk Panjang karapas diukur menggunakan
yang diberi pemberat. Kemudian disusun mistar dengan ketelitian 1 mm. Berat
didasar laut membentuk segi empat badan ditimbang menggunakan
bujursangkar dengan luas 4 x 4 m. timbangan duduk dengan ketelitian 1 gr.
Karung dan ijuk berfungsi sebagai
tempat berlindung anakan lobster yang HASIL DAN PEMBAHASAN
sedang berenang. Kemudian dipasang Produksi udang lobster laut atau
perangkap dari bubu sebanyak 3 buah udang barong (Panulirus spp) di perairan
untuk menangkap anakan lobster. Bubu Laut Sulawesi Selatan sebesar 243.100 kg
yang digunakan berbentuk kubus yang pada tahun 2010. Terdapat lima spesies
terbuat dari jaring dengan ukuran 100 x lobster yang dominan tertangkap dan
60 x 50 cm. Kemudian anakan yang merupakan komoditas ekspor. antara lain
masuk kedalam bubu akan dipanen. lobster mutiara (P. ornatus), lobster pasir
Aktraktor ketiga adalah atraktor (P. homarus), lobster batu (P. penicillatus),
bentik yang digantung pada rakit. lobster merah atau bintik seribu (P.

Musbir dkk. 97
Jurnal IPTEKS PSP, Vol. 1 (2) Oktober 2014: 95 -102 ISSN: 2355-729X

longipes), lobster bambu (P.versicolor)


(DKP Sul-Sel, 2011). Selanjutnya jenis
anakan lobster laut yang tertangkap pada
atraktor di perairan Laut Kabupaten
Bulukumba disajikan pada Gambar 3.

A B C

Gambar 2. Tiga bentuk atraktor yang digunakan selama penelitian. (


A = atraktor cahaya; B= atraktor shelter; C= atraktor bentik)

Gambar 3. Komposisi jenis udang lobster yang tertangkap pada


atraktor buatan di Perairan Laut Kabupaten Bulukumba
pada bulan Juli sampai dengan Oktober 2013.

Musbir dkk. 98
Jurnal IPTEKS PSP, Vol. 1 (2) Oktober 2014: 95 -102 ISSN: 2355-729X

Pada Gambar 3 terlihat bahwa (P.versicolor) adalah spesies udang


selama penelitian dari bulan Juli sampai barong yang berasosiasi dengan terumbu
dengan Oktober 2013 udang lobster karang dalam area yang terlindung dari
mutiara (P. ornatus) yang banyak gelombang lautan. Sejumlah anakan
tertangkap yaitu 94 ekor. Kemudian lobster lebih senang untuk berlindung
diikuti oleh lobster pasir (P. homarus) pada karang dan pecahan batu karang
sebnayak 51 ekor, lobster bamboo juga pada pinggiran akar pohon
(P.versicolor) sebanyak 42 lobster dan mangrove untuk menghindari
paling sedikit lobster batu (P.penicilatus) penangkapan (Acosta and Butler. 1997).
sebanyak 11 ekor. Menurut Holthuis, 1991 bahwa
Atraktor di tempatkan pada spesies udang barong (spiny lobster)
perairan kedalaman 5 m. Jarak antara yang ditemukan pada perairan laut area
atraktor satu dengan yang lainnya lebih pesisir yang dipengaruhi oleh aliran
100 m. Anakan lobster dikumpulkann massa air dari daratan antara lain (1)
dari tiga jenis atraktor yaitu atraktor lobster mutiara (P. ornatus) hidup pada
substrat perangkap, atraktor bentik laguna yang didominasi oleh dasar
naungan, atraktor cahaya lampu. Setiap berpasir dan pecahan karang; (2) lobster
malam bisa dikumpulkan 3 sampai 9 ekor pasir (P.homarus) hidup pada dasar
anakan. Siklus hidup dari lobster laut ini perairan dengan substrat pasir campur
termasuk fase larva yang bersifat dengan detritus; (3) P.polyphagus hidup
planktonik oceanic yang disebut dengan pada dasar perairan yang didominasi
philosoma menjadi postlarva yang dengan detritus daratan yang terbuang
bersifat nektonic yang disebut dengan dari massa air daratan.
puerulus yang bermigrasi ke pantai. Menurut Chan (2000) jenis
Kemudian mengalami moulting Panullirus homarus hidup pada perairan
berkembang menjadi juvenile dan pantai yang jernih pada bebatuan dan
tenggelam menjadi hewan bentik. karang berpasir. Habitat spesies P.
Umumnya udang lobster laut (spiny longipes adalah perairan karang atau
lobster) atau udang barong hidup pada bebatuan yang dangkal (tapi kadang-
habitat di perairan pantai yang banyak kadang dijumpai juga pada kedalaman
terdapat bebatuan atau pada daerah 130 meter). Perairan yang disukai yang
terumbu karang. Batuan dan terumbu jernih, dengan arus sedang, atau kadang-
karang dapat dijadikan oleh udang kadang sedikit keruh.
barong sebagai tempat bersembunyi dari Habitat spesies P. penicillatus hidup
predator dan juga berfungsi sebagai di perairan pantai yang dangkal, dengan
daerah mencari makan. Habitat umum kedalaman antara 1-4 meter, maksimum
untuk lobster laut adalah sangat 16 meter, di tebing-tebing karang atau
dipengaruhi oleh hidrodinamik dan bebatuan, air jernih dan tidak dipengaruhi
turbiditas air laut. Lobster batu (P. air sungai. Spesies ini bersifat nokturnal
penicillatus) adalah spesies udang dan tidak berkelompok. Anakan udang
barong oseanik yang hidup di area lobster hasil tangkapan atraktor di
gelombang kuat atau di pinggir luar Perairan Laut Bulukumba disajikan pada
terumbu karang atau batuan tetapi Tabel 1.
perairan yang tidak mendapat pengaruh
aliran massa air daratan Lobster batik
(P.longipes) dan lobster bambu

Musbir dkk. 99
Jurnal IPTEKS PSP, Vol. 1 (2) Oktober 2014: 95 -102 ISSN: 2355-729X

Tabel 1. Hasil pengukuran panjang karapas, panjang total dan berat badan dari
anakan lobster laut (Panulirus spp) Iacchei
yang tertangkap
et al., (2005)pada atraktorbahw
melaporkan di
Perairan Laut Bulukumba. udang lobster (P. interruptus) yang
No Jenis Udang Panjang Panjang Berat Badan
Karapas badan (gr)
1. Lobster mutiara (P. ornatus ) 2,6-6,0 cm 8-16,0 cm 48-215 gr
2. Losbter pasir (P. homarus) 2,6-6,0 cm 8,4-16,0 cm 48-215 gr
3. Lobster bambu (P.versicolor) 2,6-3,5 cm 9-11,0 cm 62-96 gr
4. Lobster batu (P. penicillatus) 2,6-4,0 cm 8,4-12,0 cm 50-104 gr

Pada Tabel 1 terlihat bahwa Iacchei et al., (2005) melaporkan


umumnya lobster yang tertangkap bahwa udang lobster (P. interruptus)
berukuran anakan (lobster seed) terlihat yang ditangkap di perairan laut Pulau
bahwa ukuran panjang karapas 2,6 cm Santa Catalina Island, Amerika Serikat
sampai 6,0 cm. Berat badan yang paling memiliki panjang karapas dengan ukuran
kecil adalah 48 gr dan berat badan yang antara 60-68 mm meskipun merupakan
paling besar adalah 215 gr. Hal ini ukuran yang tidak diperbolehkan.
menunjukkan bahwa pada perairan laut Bahkan Kay et al.,(2012) melaporkan
pantai Ujung Bulu Bulukumba merupakan bahwa ukuran panjang karapas udang
daerah berkumpulnya udang lobster. Hal lobster yang tertangkap di perairan laut
ini sangat dimungkinkan karena pada Kepulauan Santa Cruz dan Santa Rosa,
daerah tersebut terdapat terumbu California Bagian Selatan adalah 92,8
karang, habitat dengan substrat sampai dengan 100.4 mm.
berlumpur, berpasir, pecahan karang, Phyllopsoma yang mengalami
makroalga dengan pasir. metamormofosis menjadi puerulus yang
Hasil penelitian Thui and Ngoc bersifat nekton kemudian berenang
(2004) bahwa anakan lobster Panulirus menuju perairan pantai yang dangkal,
ornatus, P. homarus, P. longipes, P. dan kemudian menjadi juvenile dan
stimpsoni, P. versicolor, P. penicillatus and tenggelam ke dasar perairan sebagai
P. polyphagus yang diitangkap dengan lobster muda (Jeffs et al., 2005). Pada
jaring dan perangkap di perairan laut stadia filosoma yaitu bagian pergantian
Vietnam berukuran panjang karapas kulit yang terakhir terjadi stadia baru
antara 7.5–10 mm dan berat badan yang bentuknya yang sudah mirip lobster
antara 0.3–1 g. Larva (philosoma) dari dewasa walaupun kulitnya belum
berbgai spesies lobster laut (Palinuridae) mengeras atau belum mengandung zat
dikenal menghabiskan perkembangan kapur (Chan, 2000). Pertumbuhan
hidupnya di perairan lepas pantai. berikutnya setelah mengalami pergantian
Kemudian phillosoma ini mengalami kulit lagi, terbentuklah lobster muda yang
metamorphosis menjadi postlarva yang kulitnya sudah mengeras karena
dikenal dengan nama puerulus. Puerulus diperkuat dengan zat kapur. Bentuk dan
ini terbawa arus ke perairan pantai sifatnya sudah mirip lobster dewasa atau
kemudian akan berubah menjadi juvenile disebut sebagai juvenile. Lama hidup
dan menenggalamkan diri ke dasar sebagai stadia larva untuk lobster
perairan sebagai hewan bentik dan berbeda-beda untuk setiap jenisnya
menempel pada subtsrat. (Cobbs and Philips, 1980).

Musbir dkk. 100


Jurnal IPTEKS PSP, Vol. 1 (2) Oktober 2014: 95 -102 ISSN: 2355-729X

KESIMPULAN adequate indicators of Carribean


Hasil tangkapan udang lobster spiny lobster, Panulirus argus,
laut pada atraktor di perairan laut recruitment? Proceeding of the Gulf
Bulukumba terdiri atas empat jenis and Carribean Fisheries Institute, 42:
lobster antara lain lobster mutiara 135-136.
(Panulirus ornatus) dengan presentase
sebesar 47,5 %, lobster pasir (P. Chan, T.Y. 2000. Lobster. In the Living
homarus)sebesar 25,8 %, lobster bambu Marine Resources of the Western
(P. versicolor) 21,2 %, lobster batu (P. Central Pacific. Volume 2
penicilatus) 5,6 %. Panjang karapas Cephalopods, crustaceans,
Lobster mutiara 2,6-6,0 cm, Lobster pasir holothurians and sharks. FAO
2,6-6,0 cm, Lobster bamboo 2,6-3,5 cm, Species Identification Guide for
Lobster batu 2,6-4,0 cm. Dari hasil Fishery Purposes. FAO-UN,
penelitian disarankan agar perlu Norwegian
pengembangan atraktor buatan untuk
menangkap udang lobster laut ukuran Cobbs and Philips, 1980. The Biology
ekpsor pada kedalaman perairan laut and Management of Lobster. Vol. I.
lebih dari 10 meter. Anakan udang Physiology and Behaviour. Chapter 7.
lobster yang tertangkap perlu Spiny Lobster. Pattern of Movement.
penggemukan sampai pada ukuran 349-407 pp.
pasar ekspor.
Dinas Kelautan dan Perikanan dan
UCAPAN TERIMA KASIH Sulawesi Selatan. 2011. Laporan
Penelitian ini dibiayai oleh dana Statistik Perikanan Propinsi
riset Unggulan Perguruan Tinggi Sulawesi Selatan.
Direktorat Jenderal Perguruan Tinggi,
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Holthuis, L.B. 1980. FAO species
Republik Indonesia. Tim peneliti catalogue. Shrimps and prawns of
mengucapkan terima kasih kepada the world. An annotated catalogue
Pemerintah Republik Indonesia (Dikti) of species of interest to fisheries.
FAO Fisheries Synopsis 125, volume
atas hibah penelitian yang diberikan
kepada tim peneliti. Peneliti juga 1. Food and Agriculture Organization
mengucapkan terima kasih kepada Ansar, of the United States, Rome.
Akmal, Rustam, Idris atas bantuannya
dalam pelaksanaan penelitian di Iacchei, M.; P. Robinson, K.A. Miller. 2005.
Direct impacts of commercial and
lapangan.
recreational fishing on spiny
lobster, Panulirus interruptus,
DAFTAR PUSTAKA populations at Santa Catalina
Acosta, C.A and M.J. Butler. 1997. Role Island, California, United States.
of mangrove habitat as a nursery New Zealand Journal of Marine and
for juvenile spiny lobster, Freshwater Research, 2005, Vol. 39:
Panulirus argus, in Belize. Mar 1201–1214.
Freshwater Res., 48,721-727.
Jeffs, A.G., J.C. Montgomery, C.T.Tindle.
Butler, M.J. and Hernkind, W.F. 1992. Are 2005. How do spiny lobster post-
Artificial Witham surface collector larvae find the coast?. New Zealand
Musbir dkk. 101
Jurnal IPTEKS PSP, Vol. 1 (2) Oktober 2014: 95 -102 ISSN: 2355-729X

Journal of Marine and Freshwater


Research, 2005, Vol. 39: 605–617.

Kay, M.C., H.S. Lenihan, C.M.Guenther, J.R.


Wilson, C.J.Miller, S.M.Shrout. 2012.
Collaborative assessment of
California spiny lobster population
and fishery responses to a marine
reserve network. Ecological
Applications, 22(1), pp. 322–335.

Mervil-Smith, R., 2005. Comparison of


catches on two types of collector
of recently settled stages of spiny
lobster (Panulirus argus), Florida.
United States. New Zealand Journal
of Marine and Fisheries Research, 39:
715-722.

Mills, D., and Crear, B. 2004. Developing


a cost effective puerulus collector
for the southern rock lobster
(Janus edwardsii). Aquculture
Enginering, 31: 1-15.

Setyono, D., 2006. Budidaya


Pembesaran Udang karang
(Panulirus spp). Oseana. Vol. XXXI,
No.4: 39-48.

Sparre, P. and S.C. Venema. 1992.


Introduction to tropical fish stock
assessment. Part 1. Manual. FAO
Fish. Tech. Pap., (306/1) Rev. 1: 376
pp.

Thuy, N.T.B. and Ngoc, N.B. 2004.


Current status and exploitation of
wild spiny lobster in Vietnamese
Watres. Proceeding of spiny
lobster ecology and exploitation in
the South China Sea Region. A
workshop held at the Institute of
Oceanography, Nha Trang, Vietnam.
July 2004., 13-16.

Musbir dkk. 102

Anda mungkin juga menyukai