Anda di halaman 1dari 24

Laporan Kasus

*Kepaniteraan Klinik Senior/G1A218117/ November 2020


**Preseptor

VARICELLA

*Sisvanesa, S.Ked **dr. Hj. Sri Rosianti, M.Kes

KEPANITRAAN KLINIK SENIOR


BAGIAN ILMU KESEHATAN MASYARAKAT 2
PUSKESMAS PAAL X
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS JAMBI
2020

1
LEMBAR PENGESAHAN

Laporan Kasus

VARICELLA

Oleh :
Sisvanesa, S. Ked
GIA218117

Sebagai Salah Satu Syarat Dalam Mengikuti Kepaniteraan Klinik Senior


Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat 2
Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Jambi

Jambi, November 2020


Preseptor:

dr. Hj. Sri Rosianti, M.Kes

2
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr. Wb
Bismillah, Alhamdulillahi Rabbil ‘alamin, puji syukur penulis panjatkan
kehadirat Allah SWT, karena dengan rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan
tugas Laporan Kasus pada Kepaniteraan Klinik Senior di Bagian Ilmu Kesehatan
Masyarakat Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Jambi.
Tugas ini bertujuan agar penulis dapat memahami lebih dalam mengenai
teori-teori yang diberikan selama menjalani Kepaniteraan Klinik Senior di Bagian
Ilmu Kesehatan Masyarakatdan melihat penerapannya secara langsung di
lapangan.
Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada dr. Hj. Sri
Rosianti, M.Kes, selaku preseptor Puskesmas yang telah meluangkan waktunya
untuk membimbing penulis dalam penyusunan laporan kasus.
Penulis menyadari keterbatasan dan kekurangan dalam penulisan,
sehingga diharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dari semua pihak
yang membacanya. Semoga tugasini dapat memberikan manfaat bagi semua pihak
yang membutuhkan.

Jambi, November 2020

Penulis

3
DAFTAR ISI

Halaman judul.........................................................................................................i
Lembar Pengesahan.................................................................................................ii
Kata Pengantar......................................................................................................iii
Daftar Isi................................................................................................................iv
Bab I Status Pasien.............................................................................................1
Bab II Tinjauan Pustaka......................................................................................7
Bab III Analisa Kasus.........................................................................................16
Daftar Pustaka .....................................................................................................19
Lampiran .............................................................................................................20

BAB I
STATUS PASIEN

I. Identitas

4
1. Nama : An. R
2. Umur : 16 Tahun
3. Jenis Kelamin : Perempuan
4. Alamat : RT. 8 Kenali asam bawah
II. Latar Belakang Sosio-Ekonomi-Demografi dan Lingkungan Keluarga
a. Status perkawinan : Belum Menikah
b. Jumlah Saudara : Anak kedua dari 2 saudara
c. Status ekonomi keluarga : Kurang
III. Aspek psikologis di keluarga :
Hubungan dengan anggota keluarga lainnya baik.
IV. Anamnesa
a. Keluhan utama :
Timbul gelembung-gelembung kecil berisi cairan yang muncul di
hampir di seluruh tubuh sejak 1 hari yang lalu

b. Riwayat perjalanan penyakit


Pasien datang ke Puskesmas dengan keluhan timbul gelembung-
gelembung kecil berisi cairan yang muncul di hampir seluruh tubuh
sejak 1 hari yang lalu. Awalnya berupa bercak merah seukuran ujung
jarum pentul di dagu, disertai gatal hilang timbul, nyeri pada bercak
merah tidak ada. Bercak merah kemudian menjadi lepuh berisi cairan
jernih kemudian pecah. Pasien juga mengalami demam yang tidak
terlalu tinggi pada awal timbulnya gejala sejak 3 hari yang lalu,
menggigil (-), nyeri sendi (-), dan merasa lemas. Pasien merupakan
anak pesantren dan mengaku ada temannya yang mengalami kejadian
serupa.
V. Riwayat penyakit dahulu/keluarga :
 Riwayat mengalami penyakit yang sama sebelumnya disangkal.
 Riwayat dengan keluhan yang sama dalam keluarga disangkal

VI. Pemeriksaan Fisik

5
Keadaan Umum :
Keadaan umum : Tampak sakit ringan
Kesadaran : Compos mentis
Nadi : 82 x/menit
RR : 24 x/menit
Suhu : 37.0⁰C
BB : 55 kg
TB : 154 cm

Pemeriksaan Organ
Kepala : Normocephal
Mata : Conjunctiva anemis (-/-), Sklera ikterik (-/-).
Telinga : sekret minimal, otore (-)
Hidung : Nafas cuping hidung (-), sekret (-), rinore (-)
Mulut : Tonsil T1-T1, hiperemis (-), lidah bersih
Leher : Pembesaran KGB (-), tampak adanya vesikel (+)
Thorak :
Thoraks
Inspeksi : Simetris, retraksi (-)
Palpasi : Krepitasi (-)
Perkusi : Sonor
Auskultasi : Vesikuler +/+, Rhonki -/-, wheezing -/-
BJI dan II regular, gallop (-), bising jantung (-)
Abdomen:
 Inspeksi : datar, venektasi (-), sikatriks (-), vesikel (+)
 Auskultasi : BU (+) normal
 Perkusi : Timpani, shifting dullness (-)
 Palpasi : Nyeri tekan (-), hepar dan lien tidak teraba.
Ekstermitas : Akral hangat, edema (-), sianosis (-), CRT < 2 detik,

6
Status Dermatologikus:
 Ad regio  Regio mentalis, regio colli
 Efloresensi  terdapat vesikel, bentuk bulat, ukuran miliar – lentikuler,
numular - multipel, diskret, daerah sekitar tidak ada kelainan

VII. Laboratorium
Usulan pemeriksaan :
Tzanck Test
VIII. Diagnosa Kerja :
Varicella (B.01)

IX. Diagnosa Banding


 Variola (B.03)
 Herpes Zooster (B.02)
 Coxsackie virus (B.97.11)

X. Manajemen

7
a. Promotif :
 Menjelaskan kepada pasien dan keluarga bahwa penyakit varicella
adalah penyakit menular dan menjelaskan cara penularan penyakit
 Memberikan informasi kepada pasien dan keluarga mengenai
penyakitnya dan cara pengobatannya
 Menjelaskan kepada keluarga pasien jika terdapat anggota keluarga lain
mengalami keluhan yang sama untuk segera berobat

b. Preventif
 Sebaiknya tetap berada dirumah atau istirahat dahulu selama ± 7 hari
 Menghindari kontak dengan kerabat selama beberapa hari untuk
mencegah penularan.
 Jangan menggaruk dan memencet gelembung berisi cairan atau
melepaskan keropeng karena akan dapat menimbulkan bekas dan
infeksi
 Gunakan pakaian yang ringan dan nyaman seperti bahan kaos untuk
menghindari gesekan ruam dan membuat ruam pecah. Jika pecah
kemungkinan untuk infeksi bakteri lebih besar
 Jika mengeringkan tubuh setelah mandi jangan menggunakan handuk
yang kasar dan menggosok tubuh secara perlahan.

c. Kuratif
Non Farmakologi
- Untuk mengurangi rasa gatal dan mencegah penggarukan, sebaiknya
kulit dikompres dingin.
- Mandi dengan menggunakan air yang ditambahkan dengan larutan
antiseptik.
Farmakologi
- Asiklovir tablet 200mg 4 x 1 tablet
- Paracetamol syr 3x ¾ cth

8
d. Rehabilitatif
 Meningkatkan daya tahan tubuh dengan mengatur pola makan yang
bergizi dan selalu menjaga kebersihan tubuh

Jambi, November 2020

Dinas Kesehatan Kota Jambi


Puskesmas Simpang Kawat
Dokter Sisvanesa
S 4 d d pulv I
SIP : 123456
STR
R/ Paracetamol syr NO : 3457089
I

S 3 d d ¾ cth p.r.n

9
R/ Asiklovir tab 200 mg
m.f.l.a pulv dtd No XII

Pro : An. A
Umur : 1 tahun 2 bulan

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Definisi
Varicella (cacar air) adalah penyakit infeksi yang umum yang biasanya
terjadi pada anak-anak dan merupakan akibat dari infeksi primer Virus Varicella
Zoster. Vaksin Live Attenuated mulai diberikan secara rutin pada anak yang sehat
diatas umur 1 tahun. Setelah itu, insidensi varicella dan komplikasinya mulai
menurun di Amerika Serikat. Telah banyak Negara bagian yang mewajibkan
vaksin ini diberikan sebagai syarat masuk sekolah.1

10
Herpes Zoster disebabkan oleh reaktivasi dari virus Varicella Zooster yang
oleh penderita varicella. Herpes Zooster ini ditandai dengan lesi unilateral
terlokalisasi mirip dengan cacar air dan terdistribusi pada syaraf sensoris.
Biasanya lebih dari satu syaraf yang terkena dan pada beberapa pasien dengan
penyebaran hematogen, terjadi lesi menyeluruh yang timbul setelah erupsi local.
Zoster biasanya terjadi pada pasien dengan imunocompromised, penyakit ini juga
umum pada orang dewasa daripada anak-anak. Pada dewasa lebih sering diikuti
nyeri pada kulit.1

2.2. Epidemiologi
Di negara barat kejadian varisela terutama meningkat pada musim dingin
dan awal musim semi, sedangkan di Indonesia virus menyerang pada musim
peralihan antara musim panas ke musim hujan atau sebaliknya Namun varisela
dapat menjadi penyakit musiman jika terjadi penularan dari seorang penderita
yang tinggal di populasi padat, ataupun menyebar di dalam satu sekolah2,3 .
Varisela terutama menyerang anak-anak dibawah 10 tahun terbanyak usia 5-
9 tahun. Varisela merupakan penyakit yang sangat menular, 75 % anak terjangkit
setelah terjadi penularan. Varisela menular melalui sekret saluran pernapasan,
percikan ludah, terjadi kontak dengan lesi cairan vesikel, pustula, dan secara
transplasental. Individu dengan zoster juga dapat menyebarkan varisela. Masa
inkubasi 11-21 hari. Pasien menjadi sangat infektif sekitar 24 – 48 jam sebelum
lesi kulit timbul sampai lesi menjadi krusta biasanya sekitar 5 hari1,2,3,4,5 .

2.3. Etiologi
Varisela disebabkan oleh Varicella Zoster Virus (VZV). yang termasuk
dalam kelompok Herpes Virus. Virus ini berkapsul dengan diameter kira-kira
150-200 nm. Inti virus disebut capsid yang berbentuk kosahedral, terdiri dari
protein dan DNA berantai ganda. Berbentuk suatu garis dengan berat molekul 100
juta dan disusun dari 162 isomer. Lapisan ini bersifat infeksius1,3 .
VZV dapat ditemukan dalam cairan vesikel dan dalam darah penderita.
Virus ini dapat diinokulasikan dengan menggunakan biakan dari fibroblas paru
embrio manusia kemudian dilihat di bawah mikroskop elektron. Di dalam sel

11
yang terinfeksi akan tampak adanya sel raksasa berinti banyak (multinucleated
giant cell) dan adanya badan inklusi eosinofilik jernih (intranuclear eosinophilic
inclusion bodies) 1,4,5 .
VZV menyebabkan penyakit varisela dan herpes zooster. Kedua penyakit
ini memiliki manifestasi klinis yang berbeda. Pada kontak pertama dengan
manusia menyebabkan penyakit varisela atau cacar air, karena itu varisela
dikatakan sebagai infeksi akut primer. Penderita dapat sembuh, atau penderita
sembuh dengan virus yang menjadi laten (tanpa manifestasi klinis) dalam ganglia
sensoris dorsalis, jika kemudian terjadi reaktivasi maka virus akan menyebabkan
penyakit Herpes Zoster1,3,4 .

2.4. Patogenesis
Setelah VZV masuk melalui saluran pernapasan atas, atau setelah penderita
berkontak dengan lesi kulit, selama masa inkubasinya terjadi viremia primer.
Infeksi mula-mula terjadi pada selaput lendir saluran pernapasan atas kemudian
menyebar dan terjadi viremia primer. Pada viremia primer ini virus menyebar
melalui peredaran darah dan sistem limfa ke hepar, dan berkumpul dalam
monosit/makrofag, disana virus bereplikasi. Pada kebanyakan kasus virus dapat
mengatasi pertahanan non-spesifik sehingga terjadi viremia sekunder. Pada
viremia sekunder virus berkumpul di dalam Limfosit T, kemudian virus menyebar
ke kulit dan mukosa dan bereplikasi di epidermis memberi gambaran sesuai
dengan lesi varisela. Permulaan bentuk lesi mungkin infeksi dari kapiler endotel
pada lapisan papil dermis menyebar ke sel epitel dermis, folikel kulit dan glandula
sebasea, saat ini timbul demam dan malaise1,2,3 .

2.5. Manifestasi Klinis


Manifestasi Klinis varisela terdiri atas 2 stadium yaitu stadium prodormal,
stadium erupsi.
a. Stadium Prodormal

12
Timbul 10-21 hari, setelah masa inkubasi selesai. Individu akan
merasakan demam yang tidak terlalu tinggi selama 1-3 hari, menggigil, nyeri
kepala, anoreksia, dan malaise2,3 .
b. Stadium erupsi
1-2 hari kemudian timbuh ruam-ruam kulit “ dew drops on rose petals”
tersebar pada wajah, leher, kulit kepala dan secara cepat akan terdapat badan
dan ekstremitas. Ruam lebih jelas pada bagian badan yang tertutup, jarang
pada telapak tangan dan telapak kaki. Penyebarannya bersifat sentrifugal (dari
pusat). Total lesi yang ditemukan dapat mencapai 50-500 buah. Makula
kemudian berubah menjadi papulla, vesikel, pustula, dan krusta. Erupsi ini
disertai rasa gatal. Perubahan ini hanya berlangsung dalam 8-12 jam,
sehingga varisella secara khas dalam perjalanan penyakitnya didapatkan
bentuk papula, vesikel, dan krusta dalam waktu yang bersamaan, ini disebut
polimorf. Vesikel akan berada pada lapisan sel dibawah kulit dan membentuk
atap pada stratum korneum dan lusidum, sedangkan dasarnya adalah lapisan
yang lebih dalam, gambaran vesikel khas, bulat, berdinding tipis, tidak
umbilicated, menonjol dari permukaan kulit, dasar eritematous, terlihat
seperti tetesan air mata/embun “tear drops”. Cairan dalam vesikel kecil mula-
mula jernih, kemudian vesikel berubah menjadi besar dan keruh akibat
sebukan sel radang polimorfonuklear lalu menjadi pustula. Kemudian terjadi
absorpsi dari cairan dan lesi mulai mengering dimulai dari bagian tengah dan
akhirnya terbentuk krusta. Krusta akan lepas dalam 1-3 minggu tergantung
pada dalamnya kelainan kulit. Bekasnya akan membentuk cekungan dangkal
berwarna merah muda, dapat terasa nyeri, kemudian berangsur-angsur hilang.
Lesi-lesi pada membran mukosa (hidung, faring, laring, trakea, saluran cerna,
saluran kemih, vagina dan konjungtiva) tidak langsung membentuk krusta,
vesikel-vesikel akan pecah dan membentuk luka yang terbuka, kemudian
sembuh dengan cepat. Karena lesi kulit terbatas terjadi pada jaringan
epidermis dan tidak menembus membran basalis, maka penyembuhan kira-
kira 7-10 hari terjadi tanpa meninggalkan jaringan parut, walaupun lesi hyper-
hipopigmentasi mungkin menetap sampai beberapa bulan. Penyulit berupa

13
infeksi sekunder dapat terjadi ditandai dengan demam yang berlanjut dengan
suhu badan yang tinggi (39-40,5oC) mungkin akan terbentuk jaringan parut1,2,3
.
Varisela yang menyerang wanita hamil sangat jarang (0,7 tiap 1000
kelamilan). Sekitar 17 % anak yang dilahirkan dari wanita yang mendapat varisela
pada 20 minggu pertama kehamilannya akan menderita kelainan bawaan berupa
bekas luka dikulit (cutaneous scarr), mikrosefali, berat badan lahir rendah,
hipoplasia tungkai, kelumpuhan, atrofi tungkai, kejang, retardasi mental,
korioretinitis, mikropthalmia, atrofi kortikal, katarak dan defisit neurologis
lainnya. Defisit neurologis yang mengenai sistem persarafan autonom dapat
menimbulkan kelainan kontrol sphingter, obstruksi intestinal, Horner sindrom.
Jika wanita hamil mendapatkan varisela dalam waktu 21 hari sebelum ia
melahirkan, maka 25 % dari neonatus yang dilahirkan akan memperliharkan
gejala varisela kongenital pada waktu dilahirkan sampai berumur 5 hari, biasanya
varisela ringan sebab antibodi ibu yang sempat dihantarkan transplasental dalam
bentuk IGg spesifik masih ada dalam tubuh neonatus sehingga jarang
mengakibatkan kematian. Bila seorang wanita hamil mendapatkan varisela pada
4-5 hari sebelum ia melahirkan, maka neonatusnya akan memperliharkan gejala
varisela kongenital pada umur 5-19 hari Disini perjalanan varisela sering berat dan
menyebabkan kematian pada 25-30 % karena mereka mendapatkan virus dalam
jumlah yang banyak tanpa sempat mendapatkan antibodi yang dikirimkan
transplasental. Wanita hamil dengan varisela pneumonia dapat menderita hipoksia
dan gagal nafas yang dapat berakibat fatal bagi ibu maupun fetus3,4,5 .
Seorang anak yang ibunya mendapat varisella selama masa kehamilan, atau
bayi yang terkena varisela selama bulan awal kelahirannya mempunyai
kemungkinan lebih besar untuk menderita herpes zoster dibawah 2 tahun.3,4

2.6. Komplikasi
Beberapa komplikasi dapat terjadi pada infeksi varisela, infeksi yang dapat
terjadi diantaranya adalah:
a. Infeksi sekunder dengan bakteri

14
Infeksi bakteri sekunder biasanya terjadi akibat stafilokokus.
Stafilokokus dapat muncul sebagai impetigo, selulitis, erisipelas, furunkel,
abses, scarlet fever, atau sepsis.2,5
b. Varisela Pneumonia
Varisela Pneumonia terutama terjadi pada penderita immunokompromis,
dan kehamilan. Ditandai dengan panas tinggi, batuk, sesak napas, takipneu,
ronki basah, sianosis, dan hemaptoe terjadi beberapa hari setelah timbulnya
ruam. Pada pemeriksaan radiologi didapatkan gambaran noduler yang radio-
opak pada kedua paru1,5
c. Reye sindrom
Letargi, mual, muntah menetap, anak tampak bingung dan perubahan
sensoris menandakan terjadinya Reye sindrom atau ensefalitis. Pada
pemeriksaan laboratorium didapatkan peningkatan SGOT, SGPT serta
ammonia.1,2,5
d. Ensefalitis
Komplikasi ini tersering karena adanya gangguan imunitas. Dijumpai 1
pada 1000 kasus varisela dan memberikan gejala ataksia serebelar, biasanya
timbul pada hari 3-8 setelah timbulnya ruam. Maguire (1985) melaporkan 1
kasus pada anak berusia 3 tahun dengan komplikasi ensefalitis menunjukkan
gejala susah tidur, nafsu makan menurun, hiperaktif, iritabel dan sakit kepala.
19 hari setelah ruam timbul, gerakan korea atetoid lengan dan tungkai.
Penderita meninggal setelah 35 hari perawatan.1
5. Haemorragic varisela
Terutama disebabkan oleh autoimun trombositopenia, tetapi haemoragic
varisela dapat menyebabkan idiopatik koagulasi intravaskuler diseminata
(purpura fulminan).5

2.7. Terapi
Pada anak sehat, varisela biasanya ringan dan dapat sembuh sendiri. Lotio
calamine dapat diberikan pada lesi kulit lokal, dan untuk menghilangkan gatal
diberikan antihistamin. Penggunaan kortikosteriod tidak dianjurkan. Penggunaan
salisilat sebaiknya dihindari karena berhubungan dengan komplikasi Sindroma

15
Reye. Karena VZV dapat menyebabkan kerusakan langsung pada pembuluh
darah, maka pada varisela fulminan saat vesikel baru timbul, sebaiknya dapat
diberikan obat anti virus. Kuku sebaiknya dipotong dan dibersihkan agar tidak
terjadi infeksi sekunder saat anak menggaruk lesi karena merasa gatal. Jika terjadi
infeksi sekunder, antibiotik dapat diberikan. Pada pasien dengan penyulit
neurologis seperti ataksia serebelar, ensefalitis, meningoensefalitis, dan mielitis
dapat diberikan obat anti virus. Jika terjadi perdarahan, dapat diatasi sesuai
dengan hasil pemeriksaan sistem pembekuan dan pemeriksaan sumsum tulang.2
Pasien dengan immunodefisiensi seperti pada leukemia, keganasan, bayi
baru lahir, penyakit kolagen, sindrom nefrotik, dan penderita dengan
immunosupresan oleh obat-obat sitostatik atau kortikosteroid, radioterapi
mendapatkan obat antivirus secepat mungkin.2
Obat anti VZV yang lazim diberikan adalah asiklovir, baik untuk mengobati
varisela maupun herpes zoster. Asiklovir yang diberikan 1-2 hari setelah
timbulnya ruam terbukti dapat berguna untuk menurunkan panas dan menghambat
timbulnya lesi varisela. Pada pasien dengan immunosupresi, asiklovir telah
menunjukaan efisiensi dalam menurunkan kejadian diseminata. Terapi dengan
asiklovir harus dimulai pada 3 hari setelah onset zoster. VZ terlihat kurang
suseptibel dengan pengobatan asiklovir. Pada pasien dengan Herpes Zoster
dengan komplikasi post herpetic neuralgia, asiklovir hanya sedikit memiliki efek.
Pemberian asiklovir tidak dianjurkan untuk anak-anak berusia dibawah 12 tahun,
Dosis asiklovir yang umum diberikan adalah 500 mg/m2, i.v, setiap 8 jam selama
5 hari. Dosis parenteral ini terutama diberikan pada anak immunokompromis yang
terkena herpes zoster. Asiklovir oral dengan dosis 80 mg/KbBB/hari dibagi dalam
4 dosis, terbaik digunakan 1-2 hari sebelum timbulnya ruam kulit. Asiklovir oral
umumnya digunakan untuk anak-anak dengan status imun yang baik. Selain itu
Valacylovir 500 mg setiap 8 jam dan Fanciclovir 1 gr/hr dalam 3 dosis termasuk
golongan antiviral yang lebih baik absorpsinya.5
Nyeri dan gatal oleh histamin disebabkan oleh pengaruhnya pada ujung
saraf yang menimbulkan refleks akson. Ini merupakan kerja histamin merangsang
reseptor H1 di ujung saraf sensoris. Antagonis H1 dapat dibagi menjadi obat

16
generasi pertama dan generasi kedua. Kelompok ini dibedakan melalui adanya
efek sedatif kuat pada kebanyakan obat generasi pertama. Obat generasi pertama
juga cenderung memblokade reseptor otonom. Efek sedatif yang lebih ringan pada
penyekat H1 generasi kedua sebagian diakibatkan karena distribusi yang kurang
komplit pada susunan saraf pusat. Antagonis H1 mudah diserap sesudah
pemberian oral, puncak konsentrasi dalam darah setelah 1-2 jam. Obat generasi
pertama dengan cepat masuk ke susunan saraf pusat.
Klorfeniramin maleate (CTM) merupakan golongan Alkilamin, anti H1
generasi pertama. Obat ini memiliki sedasi ringan. Dosis pemberian pada anak
usia 2-6 tahun adalah 1 mg 3 kali sehari. Pada anak 6-12 tahun adalah 2 mg 3 kali
sehari. Pada usia lebih dari 12 tahun dapat diberikan 4 mg 3 kali sehari.

2.8. Pencegahan
Vaksinasi
Vaksin varisela dapat juga berguna untuk pencegahan jika diberikan 3-5
hari setelah kontak. vaksin varisela semula berasal dari virus hidup yang telah
dilemahkan (live attenuated). mengingat harga vaksin varisela yang cukup mahal,
sehingga cakupan imunisasinya belum cukup luas, dan daya perlindungan vaksin
hanya selama 10-12 tahun, maka bila vaksin diberikan pada anak dengan usia
kurang dari 12 tahun dapat mengubah epidemiologi penyakit, sehingga saat
dewasa anak yang telah divaksinasi ini akan menderita varisela, ini menyebabkan
bertambahnya jumlah orang dewasa yang menderita varisela. Karena varisela
pada ibu hamil cenderung menjadi berat dan beresiko terhadap anaknya maka
imunisasi varisela dianjurkan untuk diberikan saat anak berusia 12 tahun.
Vaksinasi varisela memiliki efek samping diantaranya adalah :
1. Ringan
 Nyeri, bengkak saat vaksinasi dilakukan (1:5)
 Demam (1:10)
 Ruam ringan yang menetap sampai 1 bulan setelah vaksinasi (1:20). Pasien
ini dapat menularkan varisela pada orang-orang yang dekat dengannya,
namun hal ini jarang terjadi.

17
2. Sedang
 Nyeri, dan bengkak pada tempat dimana vaksin disuntikkan (karena anak
bergerak atau terkejut) yang disebabkan oleh panas (1:1000)
3. Berat
 Pneumonia (sangat jarang)
 Reaksi serebral
Umumnya reaksi allergi terjadi dalam beberapa menit sampai beberapa jam
setelah penyuntikan. Rekasi allergi ini seperti tanda-tanda sesak napas, serak,
mengi, takikardi, pusing kepala, pucat atau radang tenggorokan, panas tinggi, dan
perubahan perilaku.5
Asiklovir sebagai postexposure prophylaxis sangat efektif jika diberikan 8-9
hari setelah kontak selama 7 hari. Vaksinasi varisela sebaiknya diberikan sebagai
imunisasi wajib pada anak-anak dan orang dewasa yang beresiko tinggi untuk
terkena varisela.5
VZIG (Varicella-Zoster Immune Globulin), sebaiknya dipertimbangkan
untuk diberikan pada pasien yang beresiko tinggi untuk terkena, dan pada pasien
yang jika terkena akan menderita penyakit yang lebih berat. Termasuk didalamnya
anak-anak dengan immunokompromis, wanita hamil yang belum pernah terkena
varisela, bayi-bayi baru lahir dari ibu yang terkena varisela kurang dari 5 hari
sebelum kelahirannya sampai 2 hari setelah kelahirannya, bayi prematur berusia
lebih dari 28 minggu dari ibu tanpa riwayat varisela, atau bayi kurang dari 28
minggu dengan riwayat ibu selama kehamilan memiliki kontak erat dengan
penderita varisela atau zoster. Yang termasuk kontak erat dengan penderita
varisela misalnya jika ibu tersebut tinggal serumah, sekamar di rumah sakit.
Immunoglobulin dosis tinggi dianjurkan pada 3-4 hari setelah kontak. Saat infeksi
telah terjadi, penggunaan immunoglobulin ini tidak terbukti dapat mencegah
memburuknya penyakit atau disseminata. Immunoglobulin tidak bermanfaat
digunakan sebagai terapi ataupun pencegahan rekurensi. Dosis VZIG 0-10
kg=125 IU, 10-20 kg=250 IU, 20-30 kg=375 IU, 30-40 kg=500 IU, > 40 k5=625
IU. Secara individual, VZIG ini tidak terbukti dapat benar-benar mencegah
terjadinya penyakit, namun VZIG ini dapat memperpanjang masa inkubasi 28 hari

18
menjadi 35 hari.3,5

19
BAB III
ANALISIS KASUS

ANALISIS PASIEN SECARA HOLISTIK


a. Hubungan diagnosis dengan keadaan rumah :
Pada kasus ini tidak dilakukan kunjungan rumah

b. Hubungan diagnosis dengan keadaan keluarga dan hubungan keluarga


Pasien merupakan anak pesantren. Pasien mengatakan hubungan dengan
keluarga, tidak ada masalah. Di dalam hubungan diagnosis dan aspek
psikologis disini tidak ada hubungan yang memperberat penyakit akibat dari
faktor psikologi pasien.

c. Hubungan diagnosis dengan perilaku kesehatan dalam keluarga dan


lingkungan sekitar
Pasien merupakan anak pesantren. Pasien mengatakan sebelumnya teman
pasien mengalami gejala yang serupa. Bila dilihat dari keadaan perilaku
kesehatan pasien tampak jelas tidak ada hubungan timbulnya penyakit ini.

d. Analisis kemungkinan berbagai faktor resiko atau etiologi pada penyakit


ini
Kausal penyebab dari masalah timbulnya suatu penyakit varicella pada
pasien ini adalah riwayat kontak dengan penderita varicella yaitu teman pasien.

e. Analisis untuk mengurangi paparan/memutus rantai penularan dengan


faktor resiko atau etiologi pada pasien ini
Untuk menghindari faktor memperberat dan penularan terjadinya
penyakit varicella adalah dengan cara :
 Menghindari kontak dengan penderita varicella
 Bila gatal sebaiknya jangan menggaruk terlalu keras karena dapat
menyebabkan luka dan resiko infeksi

20
 Sebaiknya tetap berada dirumah atau istirahat dahulu selama ± 7 hari.

RENCANA PROMOSI DAN PENDIDIKAN KESEHATAN KEPADA


PASIEN DAN KEPADA KELUARGA
- Menjelaskan kepada keluarga pasien bahwa varicella adalah penyakit
menular dan menjelaskan cara penularannya
- Menerangkan bahwa pentingnya menjaga kebersihan perorangan dan
lingkungan tempat tinggal.
- Menjelaskan kepada keluarga pasien jika terdapat anggota keluarga lain
mengalami keluhan yang sama untuk segera berobat

RENCANA EDUKASI PENYAKIT KEPADA PASIEN DAN KEPADA


KELUARGA
Menjelaskan kepada keluarga pasien bahwa penyakit varicella adalah
penyakit menular yang disebabkan oleh virus yaitu Varicella Zoster Virus (VZV).
VZV ini dapat ditemukan dalam cairan vesikel dan dalam darah penderita. Pada
kontak pertama dengan manusia menyebabkan penyakit varisela atau cacar air,
sedangkan bila penderita varicella sembuh atau dalam bentuk laten dan kemudian
terjadi serangan kembali maka yang akan muncul adalah Herpes Zoster.

ANJURAN-ANJURAN PROMOSI KESEHATAN PENTING YANG


DAPAT MEMBERI SEMANGAT/MEMPERCEPAT PENYEMBUHAN
PADA PASIEN :
 Menjelaskan kepada pasien bahwa penyakit varicella berupa gelembung
berisi cairan, sebaiknya tidak menggaruk atau memecahkan gelembung
tersebut, jika dipecahkan akan terbentuk krusta yang lebih dalam sehingga
akan mengering lebih lama. Kondisi ini memudahkan infeksi bakteri
terjadi pada bekas luka garukan tadi. Setelah mengering bekas cacar air
tadi akan menghilangkan bekas yang dalam. Terlebih lagi jika penderita

21
adalah dewasa atau dewasa muda, bekas cacar air akan lebih sulit
menghilang.
 Menjelaskan bahwa VZV dapat menyebabkan kerusakan langsung pada
pembuluh darah dan dapat menyebabkan komplikasi seperti Infeksi
sekunder dengan bakteri, varisela Pneumonia, Reye sindrom, Ensefalitis.

DAFTAR PUSTAKA

1. Handoko RP. Penyakit Virus Dalam: Djuanda A, dkk, editor. Ilmu


Penyakit Kulit dan Kelamin. Edisi ke-6. Jakarta: Balai Penerbit FKUI,

22
2010; 107-115
2. Harahap M. Varicella Dalam: Ilmu Penyakit Kulit. Jakarta. Gramedia.
1990: 127-129
3. Kartowigno S. 10 Besar Kelompok Penyakit Kulit, Edisi Pertama.
Palembang: Departemen Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin FK UNSRI.
2011.
4. Martodiharjo S. Penatalaksanaan Klinik Herpes Zoster dan Varicella.
Berkala Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Surabaya. 2003: 45-53
5. Mitaart AH. Penyakit Kulit karena Virus. Penyakit Infeksi Tropik Pada
Anak. Jakarta. EGC. 2005: 174-184

23
24

Anda mungkin juga menyukai