Anda di halaman 1dari 11

ACC Nilai

JURNAL PRAKTIKUM KIMIA ORGANIK


REKRISTALISASI
Tujuan Percobaan : Mempelajari teknik rekristalisasi untuk pemurnian senyawa organik

Pendahuluan
Senyawa kimia adalah suatu hal yang erat sekali hubungannya dengan kehidupan sehari-hari.
Senyawa kimia sangat beragam, salah satunya senyawa organik. Senyawa organik yang ada di
sekitar kita bisa berupa senyawa murni dan juga campuran. Ilmu kimia merupakan ilmu yang tak
lepas dari pemisahan kimia. Pemisahan dilakukan untuk mendapatkan senyawa atau bahan
tertentu yang memiliki kemurnian lebih baik dari campuran senyawa kimianya. Proses pemurnian
dilakukan untuk mendapatkan senyawa-senyawa kimia yang berada dalam keadaan murni.
Metode pemisahan yang digunkan menyesuaikan pada sifat fisik dan kimiawi dari komponen
penyusun campurna senyawanya. Campuran sendir dapat berupa campuran homogen dan
campuran heterogen. Campuran heterogen dapat berupa campuran antara padat-cair, gas-cair dan
sebagainya (Arsyad,2001). Metode pemisahan merupakan satu metode dan cara yang digunakan
untuk memisahkan dan memurnikan suatu senyawa kimia yang dapat dilakukan secara industry
maupun secara skala kecil laboratorium. Pemisahaan ini dilakukan pada senyawa yang meimiliki
sifat dan susunan kimiawinya yang berkaitan dari suatu bahan (Syukri,1999)
CTT: Kalimatnya sama persis dengan Candra Kirana
Maaf disini aku kerja profesional, aku gak mandang adek tingkat, kakak tingkat atau teman... aku
berlakukan ketentuan yang sama dengan adik tingkat... klo copas pasti aku suruh revisi dan dapat
nilai minimum
Kesepakatan awal referensi minimal tahun 2000
Campuran merupakan materi yang terdiri dari dua atau lebih senyawa kimia yang masih
mempunyai sifat zat awalnya. Campuran sendiri dibagi menjadi dua, yaitu campuran homogen
dan campuran heterogen. Pemisahan campuran dapat dilakukan dengan menyesuaikan sifat dari
senyawa yang menyusun campuran. Metode pemisahan yang umum digunakan dala ilmu kimia
antara lain, dekantasi, filtrasi, destilasi, sublimasi, kristalisasi dan rekristalisasi (Chang,2004).
CTT: Kalimatnya sama persis dengan Candra Kirana
Maaf disini aku kerja profesional, aku gak mandang adek tingkat, kakak tingkat atau teman... aku
berlakukan ketentuan yang sama dengan adik tingkat... klo copas pasti aku suruh revisi dan dapat
nilai minimum
Rekristalisasi merupakan salah satu metode pemisahan yang sering digunakan. Zat-zat yang
ada dilarutkan dalam pelarut kemudian di kristalisasikan kembali. Rekristalisasi merupakan
metode yang didasarkan pada perbedaan kelarutan antara zat dan pengotornya. Kelarutan dari zat
terlarut dalam suhu tertentu juga mempengaruhi dalam metode ini (Fessenden,1983). Pelarut yang
digunakan dalam proses rekristalisasi umunya berupa pelarut cair. Titk didih pelarut tidak
melebihi titik didih dari pelarut tidak boleh melebihi titik leleh zat padat yang akan digunakan
dalam rekristalisasi (Harizon,2003).
CTT: Kalimatnya sama persis dengan Candra Kirana
Maaf disini aku kerja profesional, aku gak mandang adek tingkat, kakak tingkat atau teman... aku
berlakukan ketentuan yang sama dengan adik tingkat... klo copas pasti aku suruh revisi dan dapat
nilai minimum
Rekristalisasi merupakan cara yang digunakan untuk memurnikan suat zat dengan cara
membentuk kembali kristalnya dari leburan ataupun dari larutannya. Rekristalisasi merupakan
kelanjutan dari proses kristalisasi. Rekristalisasi hanya dapat bekerja pada pelarut dengan suhu
kamar, namun klarutan akan meningkat dalam suhu yang lebih tinggi. Hal ini bertujuan agar yang
tersisa pada akhir percobaan hanyalah kristal murni dari senyawa yang akan dipisahkan
(Fessenden,1983).
CTT: Kalimatnya sama persis dengan Candra Kirana
Maaf disini aku kerja profesional, aku gak mandang adek tingkat, kakak tingkat atau teman... aku
berlakukan ketentuan yang sama dengan adik tingkat... klo copas pasti aku suruh revisi dan dapat
nilai minimum
Kesepakatan awal referensi minimal tahun 2000
Proses rekristalisasi terdiri dari beberapa tahap, yaitu pelarutan, penyaringan, kristalisasi,
dan pemisahan serta pengeringan kristal. Proses pelarutan dilakukan dengan melarutkan sampel
dalam pelarut yang sesuai. Jenis pelarut sangat menentukan hasil rekristalisasi, sehingga jenis
pelarut yang digunakan harus benar-benar tepat. Proses selanjutnya adalah proses penyaringan
larutan. Larutan jenuh hasil pelarutan sampel dalam pelarut yang sesuai selanjutnya dipanaskan.
Larutan selanjutnya disaring menggunakan kertas saring yang ditempatkan dalam suatu corong.
Proses yang harus dilakukan setelah itu adalah kristalisasi. Filtrat hasil penyaringan selanjutya
dibiarkan kering. Zat murni berupa padatan akan memisah sebagai kristal. Proses kristalisasi
dikatakan sempurna jika kristal yang dihasilkan banyak. Larutan harus dijenuhkan terlebih dahulu
agar kristalisasi yang terbentuk selama pendinginan filtrat tidak membutuhkan waktu yang lama.
kristal yang terbentuk selanjutnya dipisahkan dari larutan induk melalui proses penyaringan.
Proses ini biasanya dilakukan dengan kondisi di bawah tekanan menggunakan corong Buchner.
Kristal yang telah disaring selanjutnya dicuci dengan pelarut dingin murni. Hal ini dilakukan
untuk menghilangkan kotoran yang menempel. Kristal tersebut kemudian dikeringkan dengan
menekan kertas saring atau dengan cara dioven (Keenan, 1992).
Kesepakatan awal referensi minimal tahun 2000
Hasil dari kristalisasi dapat disaring dan dicuci bergantung pada struktur fisiknya yaitu ukran
kristal dan bentuknya. Kristal yang semakin besar akan memudahkan dalam proses penyaringan
dimana kristal yang besar akan lebih mudah mengendap dan terpisah dari larutannya. Struktur
kristal dapat berbentuk struktur sederhana berupa kubus, octahedron, dan jarum-jarum, bentuk-
bentuk ini sangat mengntungkan saat proses penyaringan karena memudahkan dalam proses
penyaringan. Endapan yang terdiri dari kristal-kristal, pemisahan kuatitatif lebih kecil
kemungkinannya bisa tercapai (Vogel, 1979).
CTT: Kalimatnya sama persis dengan Candra Kirana
Maaf disini aku kerja profesional, aku gak mandang adek tingkat, kakak tingkat atau teman... aku
berlakukan ketentuan yang sama dengan adik tingkat... klo copas pasti aku suruh revisi dan dapat
nilai minimum
Kesepakatan awal referensi minimal tahun 2000
Penentuan jenis pelarut menjadi hal yang sangat penting. Pelarut yang baik adalah pelarut
yang hanya bereaksi dengan zat yang akan dilarutkan. Pelarut hanya dapat melarutkan zat yang
akan dimurnikan dan tidak melarutkan zat pencemarnya. Titik didih pelarut yang digunakan juga
harus rendah sehingga dapat memudahkan proses pengeringan kristal yang terbentuk. Pemilihan
titik didih pelarut juga harus lebih rendah dari titik leleh zat yang akan dimurnikan agar zat
tersebut tidak terurai. Kesesuaian pelarut yang digunakan dapat dilihat dari hasil rekristalisasi
senyawa kimia. Pelarut yang tepat akan menghasilkan rendemen yang besar, sehingga kemurnian
yang dihasilkan dari rekristalisasi juga akan tinggi
(Petrucci, 1985).
CTT: Kesepakatan awal referensi minimal tahun 2000
Pelarut memiliki beberapa syarat agar dapat digunakan dalam proses kristalisasi. Pelarut
harus memberikan perbedaan daya larut yang besar antara zat pengotor dengan zat yang akan
dimurnikan. Pelarut juga tidak boleh sampai meninggalkan zat pengotor pada kristal yang
dihasilkan. Pelarut yang digunakan juga harus mudah dipisahkan dari kristalnya (Rositawati,
2013).
Bahan pengotor pada suatu campuran dapat digolongkan menjadi dua macam, yaitu
pengotor pada permukaan kristal dan pengotor dalam kristal. Pengotor yang ada pada permukaan
kristal berasal dari larutan induk yang terbawa pada saat proses pemisahan padatan dari larutan
induknya sehingga tertinggal pada permukaan kristal. Pengotor jenis ini dapat dipisahkan hanya
dengan pencucian. Larutan yang digunakan saat pencucian harus mempunyai sifat yang dapat
melarutkan zat pengotor, tetapi tidak melarutkan padatan kristal. Larutan yang memenuhi hal
tersebut adalah larutan jenuh dari bahan kristal yang akan dicuci. Pengotor yang berada di dalam
kristal tidak dapat dihilangkan dengan cara pencucian, melainkan dengan jalan rekristalisasi.
Metode tersebut dilakukan dengan cara melarutkan kristal tersebut kemudian mengkristalkannya
kembali. Kelebihan proses kristalisasi dibandingkan dengan proses pemisahan yang lain adalah
bahwa pengotorhanya bisa terbawa dalam kristal jika terorientasi dengan baik dalam kisi kristal
(Setyopratomo, 2003).
Kristal yang tumbuh dalam metode ini bergantung pada dua hal yaitu laju pembentukan inti
(nukleasi) dan laju pertumbuhan kristal. Kristal yang terbentuk dari proses nukleasi yang tinggi
akan memiliki ciri dimana kristal yang terbentuk banyak namun, ukuran darikristal-kristal
tersebju tidak ada yang mencapai ukuran besar. Laju pembentukan inti pada kristal bergantung
pada derajat leawat jenuh larutannya, semakin tinggi derajat leawat jenuhnya akan semaikin
tinggi laju pembentukan inti. Faktor lain yang mempengaruhi ukuran kristal ialah laju
pertumbuhann kristal, laju pertumbuhan kristal yang tinggi akan menyebabkan terciptanya ukuran
kristal yang besar yang dipengaruhi oleh derajat lewat jenuh (Vogel,1979).
CTT: Kalimatnya sama persis dengan Candra Kirana
Maaf disini aku kerja profesional, aku gak mandang adek tingkat, kakak tingkat atau teman... aku
berlakukan ketentuan yang sama dengan adik tingkat... klo copas pasti aku suruh revisi dan dapat
nilai minimum
Kesepakatan awal referensi minimal tahun 2000
Ukuran kristal yang dihasilkan selama proses ini bervariasi. Hal tersebut dipengaruhi oleh
dua faktor penting, yaitu laju pembentukan kristal dan laju pertumbuhan inti (nukleasi). Laju
pertumbuhan kristal dapat mempengaruhi ukuran kristal yang terbentuk selama pengendapan
berlangsung. Kristal berukuran besar akan terbentuk jika laju pertumbuhan kristal tinggi. Hal ini
juga dipengaruhi oleh kondisi derajat lewat jenuh larutan. Faktor selanjutnya adalah laju
pembentukan inti yang tinggi. Hal ini akan menyebabkan kristal yang terbentuk sangat banyak,
tetapi kristal yang terbentuk semuanya memiliki ukuran kecil. Hal ini menyebabkan terbentuknya
endapan yang terdiri dari partikel-partikel kecil. Laju pembentukan inti juga tergantung pada
derajat lewat jenuh dari larutan. Derajat lewat jenuh yang semakin tinggi, menyebabkan
pembentukan inti baru semakin besar, sehingga laju pembentukan inti juga semakin tinggi
(Wilbraham, 1992).
CTT: Kesepakatan awal referensi minimal tahun 2000
Rekristalisasi memiliki berbagai macam jenis. Rekristalisasi berdasarkan pelarut yang
digunakan dapat dibedakan menjadi dua, yaitu rekristalisasi dengan pelarut tunggal dan
rekristalisasi dengan multi pelarut. Rekristalisasi jenis lain juga dapat digolongkan berdasarkan
teknik yang digunakan. Penggolongan tersebut dilakukan dengan membagi proses kristalisasi
menjadi tiga yaitu rekristalisasi dengan penyaringan panas, rekristalisasi dengan nukleasi spontan
dan rekristalisasi menggunakan seeding dari filtrat. Pelakasanaan proses pemurnian ini dilakukan
berulang-ulang untuk memastikan tidak ada pengotor yang ikut dalam kristal. Hal tersebut
mengakibatkan hilangnya sejumlah Kristal karena terbatasnya kelarutan senyawa yang akan
dimurnikan. Peristiwa rekristalisasi pada dasarnya berhubungan dengan reaksi pengendapan.
Endapan merupakan zat yang memisah dari satu fase padat keluar ke dalam larutannya. Endapan
terbentuk jika larutan berada dalam kondisi lewat jenuh terhadap zat yang dilarutkan (Pinalia,
2011).
CTT: Kalimatnya sama persis dengan Candra Kirana
Maaf disini aku kerja profesional, aku gak mandang adek tingkat, kakak tingkat atau teman... aku
berlakukan ketentuan yang sama dengan adik tingkat... klo copas pasti aku suruh revisi dan dapat
nilai minimum
Kristalisasi dikatagorikan sebagai salah satu proses pemisahan yang efisien. Tujuan proses
kristalisasi adalah untuk pemisahan dan pemurnian. Sasaran proses ini adalah dihasilkannya
produk kristal dengan kualitas seperti yang diinginkan. Kualitas kristal dapat ditentukan melalui
tiga parameter, yaitu distribusi ukuran kristal, kemurnian kristal, dan bentuk kristal. Proses
kristalisasi kristal dapat dibedakan berdasarkan perlakuan yang diterapkan pada sampel yang
digunakan, yaitu kristalisasi yang diperoleh dari lelehan atau dan kristalisasi dari larutan. Jenis
kristalisasi dari larutan adalah proses yang paling banyak dijumpai di industri (Setyopratomo,
2003).
CTT: Kalimatnya sama persis dengan Candra Kirana
Maaf disini aku kerja profesional, aku gak mandang adek tingkat, kakak tingkat atau teman... aku
berlakukan ketentuan yang sama dengan adik tingkat... klo copas pasti aku suruh revisi dan dapat
nilai minimum
CTT: Referensi minimal dari 3 buku dan 2 jurnal

Prinsip Kerja
Prinsip kerja yang digunakan dalam praktikum ini adalah perbedaan sifat kelarutan yang
dimiliki zat yang akan dimurnikan dengan kelarutan zat pencemar. Larutan yang mengandung
kedua zat tersebut dipisahkan, kemudian larutan yang diinginkan direkristalisasi dengan cara
menjenuhkannya.

Alat
Tabung reaksi, mortar, pipet mohr 5 mL, pipet tetes, penangas air, erlenmeyer, pipet
Pasteur, corong Buchner, timbangan, alat pennetu titik leleh.

Bahan
Asam salisilat, asam benzoat, asetanilida, etanol 95%, etil asetat, aseton, n-heksana,
toluena, aquades, norit, kapas.
Material Safety Data Sheet (MSDS)
Akuades (H2O)
Akuades merupakan bahan kimia yang berbentuk cair, tidak berbau, dan tidak berwarna.
Akuades memiliki pH 7 (netral).Titik didihnya yaitu 100℃ atau 212℉. Tekanan uap yang
dimiliki akuades sebesar 2,3 kPa dan densitas uapnya 0,62. Akuades memiliki berat molekul
sebesar 18,02 g/mol. Akuades tergolong sebagai bahan kimia yang tidak beracun dan berbahaya.
Akuadestidak menyebabkan iritasi pada mata dan kulit, tidak korosif pada kulit, dan tidak
berbahaya jika tertelan dan terhirup, sehingga tidak ada penanganan secara khusus jika terkena
akuades (ScienceLab, 2020).
Asam Salisilat (C7H6O3)
Asam salisilat merupakan senyawa kimia yang berbentuk padat, tidak berbau, memiliki rasa
manis dan berwarna putih. Asam salisilat memiliki titik didih 211°C, titik leleh 159°C dan berat
molekul 138,12 g/mol. Asam salisilat larut dalam aseton, sebagian larut dalam air dingin, dan
sangat sedikit larut dalam air panas. Bahan ini berbahaya dalam kontak langsung dengan mata
(iritan), tertelan dan terhirup. Bahan ini sangat berbahaya apabila terhirup. Pertolongan pertama
apabila bahan terhirup adalah segera pindahkan korban ke tempat yang berudara segar dan segera
meminta bantuan tim medis. Penyimpanan untuk bahan ini adalah simpan dalam kemasan aslinya
yang sesuai dari produsen (ScienceLab, 2020).
Asam benzoat (C7H6O2)
Asam benzoat berbentuk padat, tidak berwarna dan merupakan asam karboksilat aromatik
yang sederhana. Asam benzoat memiliki titik leleh 122,4°C, titik didih 249,2°C dan berat jenis
1,321 g/cm3. Berat molekul yang dimiliki asam benzoat sebesar 122,12 g/mol. Kelarutan asam
benzoat yaitu sekit larut dalam air dingin. Bahan ini berbahaya apabila tertelan, terhirup,
mengiritasi kulit, mengiritasi mata, menyebabkan gangguan mata berat. Asam benzoat beracun
untuk paru-paru, sistem saraf, membran mukosa. Pertolongan pertama apabila asam benzoat
terkena mata yaitu cuci mata dengan air yang mengalir selama 15 menit (ScienceLab, 2020).
Etanol (CH3CH2OH)
Etanol merupakan senyawa kimia yang berbentuk cair, berbau alkohol, dan tidak berwarna.
Etanol memiliki berat molekul 46,07 g/mol, titik didih 78,5 °C dan titik leleh sebesar -114,1 °C.
Tekanan uap yang dimiliki etanol sebesar 5,7 kPa dan kepadatan uap sebesar 1,59. Kelarutan
etanol yaitu mudah larut dalam air dingin, air panas, metanol, eter dietil dan aseton. Etanol dapat
menyebabkan iritasi pada kulit yang ditandai dengan rasa gatal dan warna kemerahan. Tindakan
yang harus dilakukan apabila terjadi kontak pada kulit yaitu siram mata dengan banyak air selama
kurang lebih 15 menit (ScienceLab, 2020).
Etil Asetat (C4H8O2)
Etil asetat merupakan bahan kimia yang berbentuk cair, memiliki bau seperti buah, pahit
dan tidak berwarna. Etil asetat memiliki berat molekul 88,11 g/mol, titik didih 77 °C dan titik
lebur sebesar -83 °C. Tekanan uap yang dimiliki etil asetat sebesar 12,4 kPa dan kepadatan
uapnya sebesar 3,04. Kelarutan etil asetat yaitu dapat larut dalam air dingin, air panas, dietil eter,
aseton, alkohol dan benzena. Senyawa ini dapat menyebabkan iritasi pada kulityang ditandai
dengan rasa gatal dan kemerahan pada kulit. Tindakan yang harus dilakukan jika senyawa ini
terkena kulit yaitu dibasuh dengan banyak air selama 15 menit (ScienceLab, 2020).
Aseton (C3H6O)
Aseton merupakan senyawa kimia yang berbentuk cair, berbau harum, berasa pedas dan
tidak berwarna. Aseton merupakan senyawa yang mudah terbakar. Aseton memiliki berat molekul
58,08 g/mol, titik didih 56,2 °C, titik leleh -95,35 °C. Tekanan uap yang dimiliki aseton sebesar
24 kPa dan kepadatan uapnya sebesar 2. Kelarutan aseton yaitu mudah larut dalam air dingin dan
air panas. Aseton berbahaya jika terkena kulit, mata dan saluran pernafasan karena dapat
menimbulkan iritasi. Tindakan yang harus dilakukan jika aseton terkena mata yaitu cuci mata
dengan air mengalir selama 15 menit (ScienceLab, 2020).
Toluena
Toluena berbentuk cair, memiliki bau tajam dan tidak berwarna. Toluena memiliki titik
didih 110,6°C, titik leleh -95°C dan berat molekul 92,14 g/mol. Tekanan uap yang dimiliki
toluene sebesar 3,8 kPa dan kepadatan uapnya sebesar 3,1. Kelarutan toluena yaitu larut dalam
dietil eter, aseton, etanol, benzene, kloroform, asetat glasial asam, dan karbon disulfida. Toluena
tidak larut dalam air dingin. Bahan ini berbahaya dalam kontak langsung dengan mata (iritan),
tertelan dan terhirup. Bahan ini sangat berbahaya apabila terkena kulit (iritan, permeator).
Pertolongan pertama apabila bahan terhirup adalah segera pindahkan korban ke tempat yang
berudara segar dan segera meminta bantuan tim medis. Penyimpanan untuk bahan ini adalah pada
tempat yang sejuk dan berventilasi baik, hindarkan dari sumber api (ScienceLab, 2020).
Heksana (C6H14)
Heksana merupakan bahan kimia yang berbentuk cair, memiliki bau seperti bensin dan tidak
berwarna. Berat molekul heksana yaitu 86,18 g/mol. Heksana memiliki titik didih 68 °C dan titik
leleh sebesar -95 °C. Tekanan uap yang dimiliki heksana yaitu 17,3 kPa dan kepadatan uapnya
sebesar 2,97. Senyawa ini mudah larut dalam dietil eter dan aseton tetapi tidak larut dalam air
dingin dan air panas. Heksana dapat menyebabkan iritasi pada saluran pernafasan yang ditandai
dengan batuk dan bersin. Tindakan yang perlu dilakukan jika terhirup bahan ini yaitu dengan
memberikan pernafasan buatan serta memberikan bantuan oksigen dan yang paling terpenting
yaitu mendapatkan bantuan medis (ScienceLab, 2020).

Prosedur Kerja
A. Pemilihan Pelarut
Dimasukkan masing-masing 0,05 g sampel yang telah dihaluskan kedalam 6 tabung reaksi.
Ditambahkan 2 mL aquades, etanol 95%, etil asetat, aseton, toluen, dan heksan secara terpisah
pada masing-masing tabung reaksi tadi dan diberi nomor 1-6 secara berurutan. Digoyang tabung
dan diamati apakah sampel larut dalam pelarut tersebut pada suhu kamar. Dimati dan dicatat
pengamatannya. Dipanaskan tabung berisi sampel yang tak larut, lalu digoyang tabung tersebut
dan dicatat jika sampel tersebut larut dalam pelarut panas. Diamati dan dicatat pengamatannya.
Dibiarkan larutan menjadi dingin dan amati pembentukan kristalnya. Dicatat masing-masing
pelarut dan ditunjukkan pelarut yang terbaik diantara keenam pelarut tersebut dan cocok untuk
proses rekristalisasi sampel. Dilakukan prosedur yang sama dengan diatas untuk sampel unknown
dan ditentukan pelarut yang sesuai untuk rekristalisasinya.
B. Rekristalisasi Sampel Unknown
Dimasukkan 0,05 g sampel unknown kedalam erlenmeyer. Ditambahkan 2 mL pelarut
yang sesuai. Dipanaskan campuran perlahan sambil digoyang larutan hingga semua padatan larut.
Ditambahkan sedikit pelarut (kira-kira 0,5 mL) jika padatan tidak larut sempurna dan dilanjutkan
pemanasan. Diamati setiap penambahan pelarut apakah lebih banyak padatan yang terlarut atau
tidak. Disaring larutan panas tersebut melewati penyaring pipet Pasteur untuk menghilangkan
pengotor yang tak larut atau dapat menggunakan karbon aktif. Disiapkan pipet Pasteur penyaring
dengan cara memasukkan sedikit kapas pada pipet lalu ditekan menggunakan kawat atau lidi
sehingga kapas berada pada bagian bawah (posisi menyumbat tip). Dipanaskan pipet penyaring
dengan cara melewatkan pelarut panas beberapa kali kedalam pipet dan tampung pelarut panas
yang telah melewati pipet kedalam wadah penampung atau Erlenmeyer. Didorong larutan dengan
bantuan karet penghisap jika larutan memenuhi pipet. Diencerkan dulu untuk mencegah
terjadinya kristalisasi selama proses penyaringan. sebelum larutan sampel dilewatkan dalam pipet
penyaring. Dicuci pipet Pasteur penyaring dengan sejumlah pelarut panas untuk recovery solute
yang kemungkinan terkristalisasi didalam pipet dan kapas. Ditutup wadah penampung atau
erlenmeyer dan biarkan filtrat atau larutan menjadi dingin. Disiapkan ice bath setelah larutan
berada dalam suhu kamar, untuk menyempurnakan proses kristalisasi. Dimasukkan wadah larutan
kedalam ice bath dan diamati pembentukan kristalnya. Disaring kristal dan dicuci dengan
sejumlah pelarut dingin menggunakan penyaring Buchner. Dilanjutkan penyaringan hingga
kering. Ditimbang kristal dan dihitung persen recovery-nya. Ditentukan titik leleh kristal dan
dicatat.

Waktu yang dibutuhkan


No Jam Perlakuan Waktu
1 07.00-07.10 Preparasi 10 menit
2 07.10-09.00 Pemilihan pelarut 90 menit
3 09.00-09.40 Rekristalisasi sampel unknown 40 menit

CTT: contoh tabel menurut PPKI seperti dibawah


No Pukul Kegiatan Waktu

Persiapan dan cek perlengkapan


1. 07:00-07:15 15 menit
praktikum
2. 07:15-07:25 Mendengarkan instruksi dari asisten 10 menit

3. 07:25-07:45 Melihat Percobaan 20 menit


4.

Mencatat Hasil dalam Video


07:35-08:25 10 menit
Percobaan

5. 08:25-08:40 Mendengarkan instruksi dari asisten 15 menit


Total Waktu 70 menit

Referensi
Keenan, C. W. 1992. Kimia Untuk Universitas Jilid 2. Jakarta : Erlangga.
Petrucci, Ralph H. 1985. Kimia Dasar Jilid I. Jakarta: Erlangga.
Pinalia, A. 2011. Penentuan Metode Rekristalisasi Yang Tepat Untuk Meningkatkan Kemurnian
Kristal Amonium Perklorat (AP). Majalah Sains dan Teknologi Dirgantara. Vol. 6 No. 2.
Rositawati, A.L., dkk. 2013. Rekristalisasi Garam Rakyat Dari Demak Untuk Mencapai SNI
Garam Industri. Jurnal Teknologi dan Industri, Vol.2, No.4, Halaman 217-225.
[Serial Online] http://eprints.undip.ac.id/41729/1/29._102013_217-225.pdf (Diakses pada 15
November 2020). ScienceLab. 2018. Material Safety Data Sheet of Acetone [Serial Online].
https://www. sciencelab. com/msds.php?msdsId=9927062 (Diakses pada 15 November 2020).
ScienceLab. 2020. Material Safety Data Sheet of Aquadest [Serial Online]. https://www.
sciencelab. com/msds.php?msdsId=9927321 (Diakses pada 15 November 2020).
ScienceLab. 2020. Material Safety Data Sheet of Benzoic Acid [Serial Online]. https://www.
sciencelab. com/msds.php?msdsId=9927096 (Diakses pada 15 November 2020).
ScienceLab. 2020. Material Safety Data Sheet of Ethyl Acetate [Serial Online]. https://www.
sciencelab.com/msds.php?msdsId=9927165 (Diakses pada 15 November 2020).
ScienceLab. 2020. Material Safety Data Sheet of Ethyl Alcohol [Serial Online]. https://www.
sciencelab. com/msds.php?msdsId=9923955 (Diakses pada 15 November 2020).
ScienceLab. 2020. Material Safety Data Sheet of Hexanes [Serial Online]. https://www.
sciencelab.com/msds.php?msdsId=9927187 (Diakses pada 15 November 2020).
ScienceLab. 2020. Material Safety Data Sheet of Salicylic Acid [Serial Online]. https://www.
sciencelab.com/msds.php?msdsId=9927249 (Diakses pada 15 November 2020).
ScienceLab. 2020. Material Safety Data Sheet of Toluene [Serial Online]. https://www.
sciencelab.com/msds.php?msdsId=9927301 (Diakses pada 15 November 2020).
Setyopratomo, dkk, (2003). Studi Eksperimental Pemurnian Garam NaCl dengan Cara
Rekristalisasi. Surabaya: Universitas Surabaya.
Wilbraham, A.C. 1992. Pengantar Kimia Organik dan Hayati. Bandung: ITB.

Nama Praktikan
Nama : Nahdiatul Ummah
NIM : 171810301061
Kelompok : B 1
Asisten : Ainun Nihayah

Anda mungkin juga menyukai