Anda di halaman 1dari 10

Jurnal Kesehatan Perintis (Perintis’s Health Journal) 7 (1) 2020: 22-31

Contents list available at JKP website

Jurnal Kesehatan Perintis (Perintis’s Health Journal)

Journal homepage: https://jurnal.stikesperintis.ac.id/index.php/JKP

Uji Efektifitas Larutan Bawang Putih (Allium sativum) terhadap pertumbuhan


Bakteri Staphylococcus Epidermidis

Sri Indrayati*, Pivin Eno Diana

Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Perintis Padang, Sumatera Barat, Indonesia

Article Information :
Submission:Jun 2, 2020; Revised:Jun 30, 2020; Accepted:Jun 30, 2020; Available online: Jul 12, 2020

*Corresponding author : endlesofichy@gmail.com

ABSTRAK
Bawang putih (Allium sativum) merupakan jenis tanaman umbi lapis yang memiliki nilai ekonomi
yang sangat tinggi. Umumnya bawang putih dimanfaatkan sebagai bumbu dalam berbagai jenis
masakan, selain itu bawang putih memiliki kandungan diallildisulfida (DADS) dan dialliltrisulfida
(DATS) yang berperan sebagai anti bakteri. Acneovulgarisoatau yang lebih dikenal denganonama
jerawat merupakan penyakit kulitoobstruktif danoinflamatif yangodisebabkan oleh bakteri
Staphylococcus epidermidis. Tujuanodari penelitian ini untuk mengujiodaya hambat larutan
bawang putihoterhadap pertumbuhan bakteri S. epidermidis serta untuk mengetahuiokonsentrasi
yang paling efektif dalam menghambat pertumbuhan bakteri Staphylococcus epidermidis.
Hasilopenelitian ini diharapkan dapatomenjadi sumber informasiobagi masyarakat
mengenaiomanfaat larutan bawang putihodalam menghambatopertumbuhan S. epidermidis
sehingga dapat menjadi alternatif dalam pengobatan jerawat. Jenis penelitian ini adalah
eksperimental dengan menggunakan metode disk diffusion. Penelitian ini dilakukan sebanyak
enam kali pengulangan. Kontrolopositif menggunakan antibioticoamoxicillin danocontrol
negatifnyaoadalah aquadestosteril sedangkan konsentrasiolarutan bawangoputih yang
digunakanoadalaho10%, 40%, 70%, 100% . Hasil penelitian menunjukkan bahwa larutan bawang
putih memilikiodaya hambat terhadapopertumbuhan bakteri S.epidermidis serta konsentrasi yang
paling efektif dalam menghambat pertumbuhan bakteri S. epidermidis adalah pada konsentrasi
70%. Hasil penelitian iniodapat menjadi acuan bahwa larutan bawang putih dapat dijadikan
sebagai penghambat pertumbuhan Staphylococcus epidermidis sehingga dapat menjadi alternatif
dalam pengobatan, salahsatunya dalam pengobatan jerawat.

Kata kunci : acne vulgaris, Bawang Putih (Allium sativum),Staphylococcus epidermidis, zona
hambat

ABSTRACT
Garlic (Allium sativum) is a type of bulb which has a very high economic value. Can be used as a
spice in various types of dishes, besides that garlic contains diallildisulfide (DADS) and
dialliltrisulfida (DATS) which are used as an anti-bacterial. Acneovulgariso or better known by the
name of acne is a skin disease that is obstructive and anti-inflammatory caused by the bacterium
Staphylococcus epidermidis. The purpose of this study is to discuss the inhibitory power of garlic
solution on the growth of S. epidermidis bacteria and to determine the most effective concentration
in inhibiting the growth of Staphylococcus epidermidis bacteria. The results of this study are
expected to be a source of information for the public regarding the use of garlic in overcoming the
22

© Jurnal Kesehatan Perintis (Perintis’s Health Jornal)-ISSN : 2622-4135. All rights reserved
Jurnal Kesehatan Perintis (Perintis’s Health Journal) 7 (1) 2020: 22-31

growth of S. epidermidis so that it can be an alternative in the treatment of acne. This type of
research is experimental using the disk diffusion method. This research was conducted six times.
The positive control using antibioticoamoxicillin and the negative control is aquadestosteril while
the concentration of garlic capsules used is 10%, 40%, 70%, 100%. The results showed that the
white solution has inhibitory properties against the growth of S.epidermidis bacteria and also the
most effective concentration in inhibiting the growth of S. epidermidis bacteria is at a concentration
of 70%. The results of this study can be a reference about white aid can be used as an inhibitor of
the growth of Staphylococcus epidermidis so that it can be an alternative in treatment, one of which
is in the treatment of acne.

Keywords : acne vulgaris, Garlic (Allium sativum), Staphylococcus epidermidis, inhibitory zone

PENDAHULUAN adalah P. acnes dan S. epidermidis


Jerawat (acne vulgaris) merupakan0suatu (Wahdaningsih, Untari, & Fauziah, 2014).
kondisioinflamasi pada bagian Bakteri S. epidermis ini secara alami hidup
polisebaseus0kulit yangoditandaiodengan diomembran kulit danomembran
papul, pustul, komedo,dan nodul yang terjadi mukosaomanusia. Bakteri S. epidermidis
pada remaja danodewasa muda (Afriyanti, umumnya telah resisten terhadap antibiotik
2015). Jerawat hampir dialami oleh hampir penisilinodanometisilin. Penggunaan metisilin
setiap orang. Jerawat biasanya dialami ketika menyebabkan resistensi terhadap antibiotik
memulai masa pubertas. Dari surveyodi lain seperti rifamisin, gentamisin, tetrasiklin,
kawasanoAsia Tenggaraoterdapat 40- kloramfenikol, eritromisin, clindamisin, dan
80%okasus akneovulgaris sedangkan menurut sulfonamid. Pemberian antibiotik yang
catatan studi dermatologi kosmetika Indonesia berlebihan akan menyebabkan bakteri patogen
menunjukanoyaitu 60% penderita akne menjadi resisten, selain itu obat-obatan jenis
vulgaris pada tahun 2006, 80% terjadi pada antibiotik relatif lebih mahal (Mei, 2016).
tahun 2007odan 90% pada tahuno2009. Faktor utama penyebab semakin kebalnya
Prevelansi tertinggi yaitu pada umur 14-17 suatu bakteri terhadap antibiotik yaitu karena
tahun, dimana pada wanitaoberkisar 83-85% penggunaan antibiotik itu sendiri. Munculnya
dan pada pria yaitu pada umur 16-19 kuman-kumanopatogen yang kebaloterhadap
tahunoberkisar 95-100%. Pada umumnya satu (antimicrobacterial resistance) oatau
banyak remaja yang bermasalah dengan akne beberapa jenis antibiotikaotertentu
vulgaris yang menimbulkan keresahan (Upa et (multipledrug resistance) sangatomenyulitkan
al, 2017). proses pengobatan. Disamping itu,
Meskipun akne vulgaris tidak mengancam openggunaan antibiotikosecara berlebihan
kehidupan, namun dapat menyebabkan menyebabkanobakteri mencoba melakukan
masalah serius dalam kondisi sosial dan berbagai cara untuk melawan antibakteri,
psikologis penderita. (Zahrah, Mustika, & sehingga bakteri yangobertahan menjadiolebih
Debora, 2018). Walaupun masalah jerawat ini kuatodan terus bertambah banyak dan
tidak memberikan akibat yang fatal, tetapi semakinoberbahaya (Kurniawan & Aryana,
cukup merisaukan karena bagi yang 2015). Beragam agen yang dapat menginfeksi
mengalaminya dapat menurunkan telah mengembangkan kekebalan, terutama
kepercayaan dirinya, terutama mereka yang fokus pada resistensi bakteri (Mardiyah, 2018).
peduli akan penampilan (Meilina & Hasanah, Resistennya suatu bakteri terhadap
2018). Dari 317 responden yang memiliki antibiotik diketahui apabila tidak adanya daya
masalah jerawat, 48,6% diantaranya merasa hambat yang diberikan pada kadar maksimun
stres, 19,4% takut untuk berfoto, 22% takut yang dapat ditolerir oleh penjamu.
bertemu seseorang untuk pertama kali dan Spesiesobakteri yang secara onormal
8,5% takut untuk bertemu dengan teman (Vilar memberikanorespon terhadap antibiotika
et al, 2015). tertentu mungkin menyebabkan
Penyebab jerawat meliputi hiperproliferasi berkembangnya galur resisten (Gaol et al,
epidermisofolikular sehinggaoterjadi sumbatan 2017). Selainokarenaoresistensi, antibiotik,
folikel, produksi minyakoberlebihan, inflamasi, danojuga harga antibiotikoyang relative
dan aktivitas bakteri. Bakteri yang dapat mahalodan juga apabilapenggunaan antibiotik
memicu tumbuhnya jerawatodiantaranya tersebut dalam jangka waktu lama bisa
23

© Jurnal Kesehatan Perintis (Perintis’s Health Jornal)-ISSN : 2622-4135. All rights reserved
Jurnal Kesehatan Perintis (Perintis’s Health Journal) 7 (1) 2020: 22-31

memberikanoefek samping. oOleh sebab itu diodalam bawang putihoadalah minyak atsiri,
pemanfaatan obat-obatan dari tumbuhan alkaloid, tanin, saponin, dan flavonoid.
semakin seringoditeliti salahosatunya sebagai oSenyawa-senyawaoaktif tesebut
antibakterio(Upa et al., 2017). secaraosinergis sebagaioantibakteri
Perkembangan ilmu pengetahuan dan denganocara merusakodinding sel
teknologi pada saatosekarang ini,, tentunya danomelisiskan sel bakteri, serta
sangat menunjang penggalian penelitian menghambatoproteolitik (Soraya et al, 2018).
tentangopemanfaatan tanaman sebagai Sudah dinyatakanobahwaobawang putih,
hasiloalam dapatodikembangkan sebagaioagen antibakteri, oefektif
sebagaiotanaman obatoyang mempunyai nilai terhadapobanyak bakteriogram-positif
ekonomi tinggi. Selain oharga bahan obat danogram-negatif danoefek ini berasal
tradisionaloterbilangolebih murah dan bahan darioallisin. Allisinoadalah senyawaosulfur
bakunyaomudah untuk didapatkan, teroksigenasi, oyang terbentuk ketikaosel
pemanfaatan bahan alami sebagaioobat bawang putih mengalamiokerusakan. Alliin
tradisionalodinilai memilikioefekosamping yang adalah senyawa prekursorodari allisin dan
lebihokecil dibandingkanodengan obat disimpanodalam suatu kompartemenodalam
yangoberasal dariobahan kimia. sel bawangoputih yang terpisah darioenzimnya
Pengobatan farmakologis telah banyak yaitu allinase. Ketika sel bawangoputih
dikembangkan untuk mengatasi infeksi acne mengalami kerusakan, oallin dan
vulgaris akibat mikroorganisme terutama S. allinaseoakanobercampur dan
epidermidis. Namun dengan marak alliinoakanoberubah menjadioallicin (Salim,
pengobatan alternatif dengan 2016).
menggunakanobahan-bahan alam, menjadi Bawang putih(Allium sativum) dapat
suatu hal yang patut dikembangkan,salah digunakan dalam tiga bentuk, yaitu ekstrak
satunya denganobawang putih. bawang putih (EBP), minyak bawang putih
Dilihat dari potensinya, bawang putih (MBP), dan tepung bawang putih (TBP). Dari
dapatodigunakan sebagai pengganti antibiotik. ketiga bentuk umum bawang putih yang sering
oKarena selainomudah untuk digunakan, ternyata ada bentuk lain dari
diaplikasikanosebagai obat, obawang putih bawang putih yang juga dapat dimanfaatkan
telah menjadi salah satu tanaman tertua yang yaitu bawang putih dalam bentuk larutan atau
dibudidayakan manusia sehingga bawang sering disebut dengan larutan bawang putih
putih dapat ditemukan di seluruh dunia. (LBP).
Manfaat bawang putihosangatobanyak. Beberapa penelitian sebelumnya
Bawangoputihodipercaya memilikiomanfaat menyebutkanobahwaobawang putih mampu
antispasme, ekspektoran, antiseptik, menghambat pertumbuhan beberapa bakteri,,
bakteriostatik, oantiviral, antihelmintik baikobakteri Gram positif maupun Gram
danoantihipertensi (Salim, 2016). negatif. Prihandani, (2015) telah melakukan Uji
Bawang putihodikenal sebagai antibakteri daya antibakteri bawang putih (Allium sativum
alami.Zatobioaktif yangoberperan sebagai L.) terhadap tiga bakteri yaitu Staphylococcus
antibakteri dalam bawangoputih adalah allisin aureus, Escherichia coli, Salmonella
yang mudah menguap (volatil) dengan typhimurium dan Pseudomonas aeruginosa
kandungan sulfur. Allisin terbentuk dari dalamomeningkatkan keamanan pangan.
senyawa organosulfur utama dalam bawang Penelitian ini dilakukannya dengan
putih yaitu gamma-glutamyl-s-allyl-cysteine menggunakan metode difusi kertas cakram.
dan Sallyl-L-cysteins sulfoxides (alliin) melalui Hasil penelitiannya menunjukkan bawang
reaksi enzimatis dengan bantuan enzim putihopada konsentrasi 50%, 25% dan 12,5%
allinase. Sebagai antibakteri Allisin bekerja efektif menghambat pertumbuhan bakteri
dengan mengubah fitur dari protein, lipid dan S.aureus, E.coli, oS. typhimuriumodanoP.
polysakarida pada selaput sel bakteri aeruginosa
(Purwantiningsih et al, 2019). Sebelumnya (Salim, 2016) telah
Derivatosulfur lainnya yang tekandung melakukan penelitian tentang Pengaruh
dalamobawang putihoadalahoajoene, oalliin, Ekstrak BawangoPutih (Allium sativum)
allithiamin, (allithio)sistein, odimetilsulfida, dan Terhadap pertumbuhan Bakteri Gram Positif
dimetil trisulfida. oSelain itu kandungan (Staphylococcus aureus) dan Gram Negatif
senyawa aktif lainnya yang terkandung (Escherichia coli) Secara In Vitro. Penelitian ini
24

© Jurnal Kesehatan Perintis (Perintis’s Health Jornal)-ISSN : 2622-4135. All rights reserved
Jurnal Kesehatan Perintis (Perintis’s Health Journal) 7 (1) 2020: 22-31

dilakukan denganometode kirby bauer disk Laborarotium Bakteriologi STIKes Perintis


diffusion, hasil penelitiannya menyatakan Padang. Sampeloyang digunakan adalah
Bakteri gram-positif (S. aureus) dan gram- bakteri S. epidermidis. Penelitianoini
negatifo (E. coli) tergolong peka menggunakan uji in vitro maka jumlah
terhadapoekstrakobawang putihodengan kelompok sama dengan jumlahopengulangan
diameter zona hambat lebih dari 20 mm sesuai rumus Federer. Pada penelitian ini
dengan kadar 60%, 80% dan 100% menurut penelitiomenggunakan 4 kelompok pada
CLSI edisi ke-11odengan rerata diameter zona masing-masing konsentrasi (10%, 40%, 70%,
hambatoseluruh kelompok konsentrasi 23.78 100%). Kontrol positif menggunakan amoxcillin
mm untuk S. aureus dan 22.30 mm untuk E. 25 µg dan kontrol negatif menggunakan
coli. aquadestosteril. Alat yangodigunakan
Selanjutnya Purwantiningsih et al., (2019) berupatabung reaksi, jarum Ose, bunsen,
telahomelakukan Uji Antibakteri Ekstrak mikropipet, pinset, cawan petri, rak tabung,
Bawang Putih untuk Menghambat Bakteri penggaris, kamera, autoclave, alat tulis, label,
Staphylococcus aureus dan Escherichia coli. inkubator, lumpang dan alu, timbangan digital,
Uji daya hambat dilakukan dengan metode sarung tangan, masker. Sedangkan bahan
sumuran. Hasilnya menunjukkan penggunaan yang digunakan berupa larutan bawangoputih,
larutan ekstrak bawang putih konsentrasi 25% media AgaroDarah (AD), media Mueller
mampu menghambat bakteri Escherichia coli Hinton Agar (MHA), aquadest steril, NaCl,
sebaik larutan antibakteri komersial. Namun, larutan standar 0,5 mF, alkohol 70 %, biakan
konsentrasi 20%, 25%, dan 30% belum bakteri S. epidermidis, cakram uji kosong,
mampu menghambat bakteri Staphylococcus okorek api, swab kapas, tissue, kasa,
aureus sebaik larutan antibakteri komersial. Amoksilin 25 ug, dan aquadest steril.
Dari beberapa penelitian yang telah Alatoyang akanodigunakan dalam
dilakukan, belum pernah dilaporkan pengaruh penelitian dicuci bersih laluodisterilisasi
larutan bawang putih terhadap pertumbuhan dengan menggunakan autoclave selama 15
bakteri yang habitatnya dipermukaan kulit menitopada suhu 121°C dengan tekanan 1,5
seperti bakteri S. epidermis. Oleh karena atm. Sedangkanountukobawang putih yang
itu,odilakukan penelitian untuk telahodikupas, oditimbang sebanyak 350g
mengetahuiopengaruh larutanobawang putih denganotimbanganodigital kemudian bawang
terhadap pertumbuhan S. epidermidis serta dimasukkanokedalam plastikodan ditumbuk
untuk mengetahui konsentrasiomanakah hingga halus denganomenggunakan alu dan
yangopalingoefektif dalamomenghambat lumpang. Hasil tumbukan diperas dengan
pertumbuhanobakteri S. epidermidis. menggunakan kasa yang sebelumnya telah
Penelitian ini bertujuan untuk disterilkan. Perasan ditampung pada cawan
mengujiodaya hambatolarutan bawang putih petri yang telah disterilkan. Selanjutnya, hasil
dalamomenghambat pertumbuhanobakteri S. perasan bawang putih dibagi menjadi 4
epidermidisoserta untuk mengetahui konsentrasi yaitu 10%, 40%, 70%, 100%.
konsentrasiomanakah yang paling efektif Sedangkanountuk kultur bakteri, dilakukan
dalamomenghambat pertumbuhanobakteri S. denganomenginokulasikan 1 oseobiakan
epidermidis sehinggaodapat menjadiosumber murni S. epidermidisopada media agar darah
informasi bagi masyarakat mengenai manfaat lalu diinkubasi padaosuhu 37°C selama 24
larutanobawangputih (Allium sativum)dalam jamodidalam inkubator. Selanjutya, bakteri
menghambat pertumbuhan S. epidermidis diencerkan dengan mencampurkan 1 ose
sehingga dapat menjadi alternatifodalam suspensi S. epidermidis kedalamotabung
pengobatan jerawat. reaksi yangotelah berisioNaCl. Selanjutnya
dihomogenkanodan kekeruhannya
METODE PENELITIAN distandarisasikanodengan skalaoMc Farland
Penelitian ini adalah penelitian 0,5. Suspensi lalu dioleskanopada media
eksperimental laboratorium dengan Mueller Hinton Agar (MHA) dengan
menggunakan teknik Kirby-Bauer disc menggunakan swab kapasosteril. Kontrol
diffusion. Tujuan penelitian ini untukomelihat positif, okontrol negatif dan cakram uji
pengaruholarutan bawang putih (Allium (direndam 15-30 menit pada masing-
sativum ) terhadap pertumbuhano bakteri S. masingokonsentrasi perasan bawang putih)
epidermidis. Penelitianoini dilaksanakan di diletakkan diatas permukaan media Mueller
25

© Jurnal Kesehatan Perintis (Perintis’s Health Jornal)-ISSN : 2622-4135. All rights reserved
Jurnal Kesehatan Perintis (Perintis’s Health Journal) 7 (1) 2020: 22-31

Hinton Agar (MHA) secara steril. dari warna kuning muda pada konsentrasi 10%
Selanjutnyaodiinkubasi ke dalam inkubator hingga warna coklat muda pada konsetrasi
selama 24 jam pada suhu 37°C. 100%. . Pengaruh warna yang mendominasi
Selanjutnyaodiukur diametarozona hambat pada bawang putih ini adalah karena
(Clear zone) yangoterbentuk. Data yang mengandung 0,2% minyak atsiri yang
didapatodi analis secara deskriptifodan berwarna kuning kecoklatan. Sampel
dilihatohubungan masing-masing perlakuan penelitian yang digunakan merupakan bakteri
dengan analisa bivariat. S. epidermidis yang diperoleh dari
laboratoriumoSTIKes Perintis Padang.
HASIL DAN PEMBAHASAN (Gambar 3).
Larutan Bawang putih yang dihasil
berwarna kuning kecoklatan. Dari 350 g
bawang putih dihasilkan didapatkan 150 ml
larutan bawang putih (Gambar 1).

Gambar 3. Koloni Staphylococcus


epidermidis pada medium agar darah.

Gambar 1. Larutan Bawang Putih Pemeriksaan makroskopis dan


mikroskopis bakteri uji pada penelitianoini
Dari air larutan bawang putih tersebut bertujuan untuk mengidentifikasi dari bakteri
dibuat larutan bawang putih dengan variasi yang digunakan, yang dilengkapi dengan uji
konsentrasi 10%, 40%, 70% dan 100% biokimia terhadap bakteri S. epidermidis ini.
(Gambar 2.) Tujuan Pembuatan variasi Koloni pada Staphylococcus epidermidis
konsentrasi larutan ini untuk menentukan berbentuk bulat, cembung, putih dan
konsentrasi yang paling efektif dalam unhemolisa (tidak dapat menghemolisis
menghambat pertumbuhan bakteri S. darah). Hasil pewarnaan gramnya adalah
epidermidis. gram positif dengan susunan sel bergerombol
seperti buah anggur.
Bakteri S. epidermis ini secara alami hidup
diomembran kulit dan membran mukosa
manusia S. epidermidis. oBakteri S.
epidermidis umumnya telah resisten terhadap
antibiotik penisilin dan metisilin. Penggunaan
metisilin menyebabkan resistensi
terhadapoantibiotik lain seperti rifamisin,
gentamisin, tetrasiklin, kloramfenikol,
oeritromisin, oclindamisin, dan sulfonamide
(Mei, 2016).
Gambar 2 : Larutan bawang putih dalam Hasil identifikasi bakteri uji pada lempeng
berbagai konsentrasi (10%, 40%, 70% dan agar darah setelahoinkubasi selamao24 jam
100% ) pada suhu 37°C disajikanopada tabel 1.
Makroskopis dari bakteri S. epidermidis, koloni
Pada gambar 2. dapat dilihat perbedaan bulat, cembung, berwarna putih sampai
warna dari masing-masing konsentrasi. dengan abu-abu dan unhemolisa yang
Semakin tinggi konsentrasi larutan maka menandakan bahwa bakteri S. Epidermidis
warna yang dihasilkan semakin pekat yaitu
26

© Jurnal Kesehatan Perintis (Perintis’s Health Jornal)-ISSN : 2622-4135. All rights reserved
Jurnal Kesehatan Perintis (Perintis’s Health Journal) 7 (1) 2020: 22-31

Tabel 1. Identifikasi bakteri Staphylococcus Tes Biokimia pada media Mannitol salt
epidermidis pada lempeng Agar Darah, bersifat negatif. Mannitol salt merupakan
inkubasi 1×24 jam dengan suhu 37°C. media selektif karena memiliki konsentrasi
NaCl yang tinggi (7,5%). Bakteri S.
No UJI HASIL epidermidis tidak mampu bertahanohidup
dilingkunganodengan kadar garam yang tinggi
1. Pewarnaan Gram Coccus gram
(hipertonik).
positif ( + )
Bakteri S. epidermis memiliki karakteristik
2. Susunan sel Bergerombol
fisiologis yaituopada media manitol salt agar
seperti buah
yaitu koloninyaobulat cembung berwarna putih
anggur
kekuningan Gramopositif, berbentuk bulat,
3. Morfologi Koloni Koloni bulat,
bergerombol, berdiameter 0,5– 1,5 μm dan
cembung, putih,
non motil dan untuk karakteristik biokimia
unhemolisa
yaituokatalase positif, koagulase negatif dan
4. Tes Katalase Positif ( + )
tidak memfermentasioManitol (Karimela,
5. Tes Mannit Negatif ( - ) 2018).
Metode disk diffusion menggunakan
6. Koagulase Negatif ( - ) piringan kertas cakram yangoberisikan agen
antimikrobaodan ditanamodi atas media agar.
tidak dapat menghemolisis darah. Mikroskopis Inkubasi dilakukan selama 18–24 jamopada
dari S. epidermidisomerupakan bakteri gram suhu 37oC. Interpretasiodari ujioini akan
positif berbentuk coccuso (bulat) yang terbentuknyaodaerah beningoyang tidak
tersusun bergerombol seperti buah anggur, ditumbuhi olehopembiakan bakteri diomedia
berdiameter 0,5 – 1,5 µm. Tes katalase positif, agar yang disebutosebagai zona hambat, jika
bakteri S. epidermidis menghasilkan semakin besarozona hambat yangoterbentuk
gelembung. Gelembung yang dihasilkan pada makaosemakin efektifoagen antimikroba
tes ini adalah Oksigen. Gelembung Oksigen tersebut (Purwantiningsih et al., 2019). Hasil
merupakan hasilopenguraian H2 O2 (Hidrogen pengamatan uji daya hambat larutan
peroksida) diurai menjadi air dan oksigen. bawangoputih terhadap pertumbuhan
Bakteri dengan katalase positif memilki enzim bakterioS. epidermidis denganometoda disk
katalase yang mampu menguraikan H2 O2 diffusionodapat dilihat pada tabel 2.Hasil pada
(Hidrogen peroksida) menjadioairodan tabel 2. menunjukkan larutan bawang putih
oksigen. dapat menghambat pertumbuhan bakteri S.

Tabel 2. Hasil PenelitianUji DayaoHambat Bakteri Staphylococcus epidermidis

Diameter Daya hambat (mm)


Pengulanga Kontrol Kontrol
n (-) 10% 40 % 70 % 100% (+)
1 0 11 15 17 19 25
2 0 13 17 16 20 25
3 0 13 14 18 18 25
4 0 11 15 18 19 25
5 0 12 15 17 19 25
6 0 12 14 16 20 25
Rata-rata 0 12 15 17 19 25

epidermidis. Hal ini dapatodilihat dari menghasilkan diameterohambat yang


zonaohambat yang dihasilkan dari berbagai berbeda beda. oSemakin tinggi konsentrasi
konsentrasi. Larutan bawang putih pada larutan bawang putih yang digunakan, omaka
konsentrasi 10 %, 40%, 70% dan 100% semakin besarozona hmabat yangodihasilkan.
27

© Jurnal Kesehatan Perintis (Perintis’s Health Jornal)-ISSN : 2622-4135. All rights reserved
Jurnal Kesehatan Perintis (Perintis’s Health Journal) 7 (1) 2020: 22-31

Hasil pengamatan uji daya hambat larutan diameter >20 mm menunjukkan respon
bawang putih padaokonsetrasi 10%, 40%, hambat kuat, diameter 16-20 mm
70% dan 100% terhadapopertumbuhan bakteri menunjukkan respon hambat sedang,
S. epidermidis yang diikubasi 1×24 diameter 10-15 mm menunjukkan respon
jamopadaosuhu 37°C pada mediumoMHA hambat lemah, odan <10 mm menujukkan
dapat dilihat pada gambar 3. respon hambat kurang efektif. (Mulyadi,
Wuryanti, & Sarjono, 2017)
Jadi, dari hasil nilai rata-rata diameter
hambat dapat diketahui bahwa larutan bawang
putih 10% dan 40% mempunyai daya hambat
lemah terhadap bakteri S. epidermidis.
Sedangkan konsentrasi 70% dan 100%
memberikan daya hambat yang sedang
terhadap bakteri S. epidermidis. Jika
dibandingkan dengan kontrolonegatif dapat
dilihat pada tabel tidak menghasilkan zona
hambat. Sedangkan kontrol positif sebagai
pembanding ternyata menghasilkan daya
hambat yang kuat. terhadap bakteri S.
epidermidis.
Gambar 3. Hasil uji daya hambat larutan Dari hasil diatas dapat kita simpulkan
bawang putih terhadap pertumbuhan bahwa konsentrasioyang paling efektif
bakteri Staphylococcus epidermidis dalamomenghambat pertumbuhan bakteri S.
yangodiikubasi 1x24 jamopada suhu 37°C. epidermidis adalah konsentrasi 70%. Karena
konsentrasi 10% dan 40% daya hambat yang
Metode difusiocakram yang prinsipnya dihasilkan masih tergolong lemah
adalah menghambat pertumbuhan dalamomenghambat pertumbuhan bakteri S.
mikroorganisme yangodiujikan. Zona hambat epidermidis. Sedangkan untuk konsentrasi
akanoterlihat sebagai daerah jernih di sekitar 70% dan 100% sama-sama menunjukkan
daerah yang mengandung zat antibakteri. diameter hambat yang sedang, namun tentu
Sensitivitasobakteri terhadap zat antibakteri dari kedua konsentrasi ini konsentrasi 70%
ditandai dengan terbentuknya diameter zona dinyatakan lebih efektif dalam menghambat
hambat diosekitar kertas cakram. Zonaoyang pertumbuhan bakteri S. Epidermidis karena
terbentuk pada aktifitas anti bakteri dengan konsentrasi larutan bawang putih yang
metode disk diffusionomenunjukkan digunakan lebih kecil.
adanyaopengaruh larutanobawang putih Dari hasil penelitian ini, bisa kita lihat
terhadapopertumbuhan bakteri S. epidermidis. larutan bawang putih dapat digunakan dalam
Untuk mengetahui pengaruh perlakuan menghambat pertumbuhan S. epidermidis
terhadap zona hambat larutan bawang putih sebagai pengobatan seperti jerawat.
terhadapopertumbuhan bakteri S. epidermidis Pemanfaatan bahan alami ini sebagai obat
dianalisis dengan uji oneoway anova. Dari tradisionalolebih dinilai memiliki efek samping
hasil analisisodapat diketahui bahwa larutan yang lebihokecil dibandingkanodengan obat
bawang putih berpengaruh signifikan dalam yang berasal dari bahan kimia, disamping itu
menghambat pertumbuhan bakteri S. harga bahan obat tradisional terbilang lebih
epidermidis. murahodan bahan bakunya mudah untuk
Uji selanjutnya menyatakan bahwa didapatkan.
konsentrasi 10% dan 40% menunjukkan Uji efektivitas larutan bawang putih
perbedaan secara signifikan, konsentrasi 40% Terhadap pertumbuhan bakteri
dan 70% juga menunjukkan perbedaan secara Staphylococcus epidermidis dapat dilihat pada
signifikan. Dan selanjutnya konsentrasi 70% tabel 3. Berdasarkan tabel 3 hasil pengolahan
dan 100% juga menunjukkan perbedaan data menunjukkan bahwa konsentrasi 10%
secara signifikan. dibandingkan dengan kosentrasi 40%, 70%,
Berdasarkan Respon Hambat 100% terdapat perbedaan bermakna.
Pertumbuhan bakteri dapat diklasifikasikan,

28

© Jurnal Kesehatan Perintis (Perintis’s Health Jornal)-ISSN : 2622-4135. All rights reserved
Jurnal Kesehatan Perintis (Perintis’s Health Journal) 7 (1) 2020: 22-31

Tabel 3. Uji efektivitas larutan bawang putih Terhadap pertumbuhan bakteri


Staphylococcus epidermidis

95% Confidence
(I) (J) Interval p
Mean Std. Value
Kosentrasi Kosentrasi Sig.
Difference (I-J) Error Upper Lower
Bound Bound
10 40 -3.000(*) .530 .000 -4.55 -1.45
70 -5.000(*) .530 .000 -6.55 -3.45
100 -7.167(*) .530 .000 -8.72 -5.62
40 10 3.000(*) .530 .000 1.45 4.55
0,000
70 -2.000(*) .530 .007 -3.55 -.45
100 -4.167(*) .530 .000 -5.72 -2.62
70 10 5.000(*) .530 .000 3.45 6.55
40 2.000(*) .530 .007 .45 3.55
100 -2.167(*) .530 .003 -3.72 -.62
100 10 7.167(*) .530 .000 5.62 8.72
40 4.167(*) .530 .000 2.62 5.72
70 2.167(*) .530 .003 .62 3.72

Konsentrasi 40% dibandingkan dengan


konsentrasi 10% dan 100% terdapat Setelah melakukanopenelitian uji
perbedaan bermakna sedangkan efektifitas larutanobawang putih (Allium
perbandingaan dengan konsentrasi 70% tidak sativum) terhadap pertumbuhan bakteri S.
terdapat perbedaan bermakna Konsentrasi epidermidis maka diperoleh hasil penelitian
70% dibandingkan dengan konsentrasi 10% yang menunjukkan bahwa larutan bawang
dan 100% terdapat perbedaan bermakna putih mampu menghasilkan daya hambat
sedangkan perbandingan dengan konsentrasi terhadap pertumbuhan bakteri S. epidermidis.
40% tidak terdapat perbedaan bermakna. Hal ini dapatodilihat dari terbentuknya daerah
Konsentrasi 100% dibandingkan dengan bening bebas kuman disekitar cakram yang
konsentrasi 10%, 40%, 70% terdapat telah direndam dengan larutan bawang putih
perbedaan bermakna. Diagram dengan berbagai konsentrasi.
pertumbuhan bakteri pada Media Mueller Konsentrasi larutan bawang putih yang
Hinton dengan 6 kali pengulangan dapat dilihat digunakan sangat mempengaruhi daerah
pada gambar 4. bening yang terbentuk disekitar cakram uji.
Pada penelitian ini konsentrasi larutan bawang
putih yang digunakan adalah 10%, 40%, 70%,
100% dengan kontrol negatif menggunakan
aquadest steril dan kontrol
positifomenggunakan antibiotik amoxycillin.
Sensitifitas bakteri terjadi pada larutan bawang
putih dengan keempat konsentrasi 10%, 40%,
70 % dan 100%.
Berdasarkan penelitian yang telah
dilakukan terhadap pengukuran diameter
daerah bening pada masing-masing
konsentrasi dengan enam kali pengulangan,
menunjukkan bahwa larutan bawang putih
pada konsentrasi 70% merupakan konsentrasi
Gambar 4. Signifikasi Pertumbuhan Bakteri yang paling efektif digunakan untuk

29

© Jurnal Kesehatan Perintis (Perintis’s Health Jornal)-ISSN : 2622-4135. All rights reserved
Jurnal Kesehatan Perintis (Perintis’s Health Journal) 7 (1) 2020: 22-31

menghambat pertumbuhan bakteri terkandung didalamnya sehingga daya hambat


Stahpylococcus epidermidis. Dengan terhadap pertumbuhan kuman semakin besar.
penggunaan konsentrasi 70% telah Sebaliknya dengan penurunan konsentrasi
menunjukkanodaya hambat yang sedang maka semakin sedikit pula senyawa aktif yang
terhadap pertumbuhan S. epidermidis. terkandung didalamnya sehingga daya hambat
Namun, jikaodibandingkan dengan konsentrasi pertumbuhanpun semakin kecil.
100% memang memberikan diameter hambat Efekoantibakteri dari bawang putih
yang lebih tinggi tapi konsentrasinya terlalu disebabkan oleh karenaoadanya allicin yang
tinggi, namun kategori daya hambat yang merupakanoderivat dari kandunganosulfur.
diberikan oleh 100% juga masih tergolong Senyawa antibakteri ini yang terdapat pada
kategori sedang dalam menghambat larutan bawang putih yang bekerja dengan
pertumbuhan S. epidermidis. cara merusak dinding sel danomelisiskan sel
Adanya daya hambat terhadap bakteri. oDerivat sulfur lainnya yang tekandung
pertumbuhan bakteriomenunjukkan dalam bawang putih adalahoajoene, alliin,
bahwaoterdapat senyawa aktif anti allithiamin,sistein, dimetilsulfida, dan
bakteriodalam larutan bawang putih terhadap dimetilotrisulfida. Selain kandunganosenyawa
pertumbuhan bakteri Staphylococcus aktif lainnyaoyang terkandung di
epidermidis. Semakin tinggiokonsentrasi dalamobawang putih adalah atsiri, alkaloid,
bawang putih, semakin besar diameter daya tanin, saponin, dan flavonoid. Senyawa-
hambat (DDH) yangodihasilkan, oartinya senyawaoaktif tersebut bekerja secara
aktivitasoantibakteri semakin tinggi sinergisosebagai antibakteri dengan cara
(Purwantiningsih et al., 2019). merusak dinding sel dan melisiskan sel
Hasil penelitian sebelumnya yang telah bakteri, oserta menghambat proteolitik.
dilakukan oleh (Mardiyah, 2018) menunjukkan Bawang putih dipercaya memiliki manfaat
bahwa pada konsentrasi perasan 100%, 50%, antispasme, ekspektoran, antiseptik,
dan 25% tidak ditemukan pertumbuhan bakteri bakteriostatik, antiviral, antihelmintik dan
Staphylococcus aureus pada media MSA. antihipertensi(Salim, 2016).
Berdasarkan hal ini konsentrasi 100%, 50%,
dan 25% dikatakan sebagai daya bunuh. Daya KESIMPULAN
bunuh bakteri terjadi padaokonsentrasi 25%, Larutan bawang putih dapat menghambat
50%, dan 100% disebabkan karena pertumbuhan bakteri Staphylococcus
kandungant zat anti mikroba pada konsentrasi epidermidis pada konsentrasi 10%, 40%, 70%,
perasan bawang putih tersebutosangatoefektif 100%, terbukti dengan terbentuknya zona
membunuh bakteri Staphylococcus aureus. bening disekitar cakram uji. Konsentrasai
Semakin tinggiokonsentrasi yang digunakan larutan bawang putih yang paling efektif
menghasilkan daya bunuh semakin besar. dalam menghambat pertumbuhan bakteri
Selanjutnya Salim (2016) menyimpulkan Staphylococcus epidermidis adalah pada
hasilopenelitiannyaoBakteri gram-positif (S. konsentrasi 70%.
aureus) dan gram-negatif (E. coli) tergolong
peka terhadap ekstrakobawang putih REFERENSI
denganodiameter zona hambatolebihdari Afriyanti, R. N. (2015). Akne Vulgaris Pada
20mm dengan kadar 60%, 80% dan 100%. Remaja. Medical Faculty of Lampung
Semakin tinggi konsentrasi yang digunakan University, 4(6), 102–109.
maka diameterozona hambat yang dihasilkan Gaol, Y. E. L., Erly, E., & Sy, E. (2017). Pola
jugaosemakin besar. Resistensi Bakteri Aerob pada Ulkus
Purwantiningsih et al., (2019) melaporkan Diabetik Terhadap Beberapa Antibiotika
penggunaan larutan ekstrak bawang putih di Laboratorium Mikrobiologi RSUP Dr. M.
konsentrasi 25% mampu menghambat bakteri Djamil Padang Tahun 2011 - 2013. Jurnal
Escherichia coli sebaik larutan antibakteri Kesehatan Andalas, 6(1), 164.
komersial. Namun, larutan ekstrak bawang https://doi.org/10.25077/jka.v6i1.664
putih konsentrasi 20%, 25%, dan 30% belum Karimela, E. J. (2018). Isolasi Dan Identifikasi
mampu menghambat bakteri Staphylococcus Bakteri Staphylococcus Epidermis Pada
aureus sebaik larutan antibakteri komersial. Isolation and Identification of
Semakin tinggi konsentrasi maka semakin Staphylococcus Epidermis Bacteria in
besar pula jumlah senyawa aktif yang Pinekuhe Smoked Fish. Jurnal Teknologi
30

© Jurnal Kesehatan Perintis (Perintis’s Health Jornal)-ISSN : 2622-4135. All rights reserved
Jurnal Kesehatan Perintis (Perintis’s Health Journal) 7 (1) 2020: 22-31

Perikanan Dan Kelautan, 9(1), 35–42. aureus and Escherichia coli. Sains
Kurniawan, B., & Aryana, W. F. (2015). Peternakan, 17(1), 1–4.
Binahong ( Cassia Alata L ) AS inhibitor of https://doi.org/10.20961/sainspet.v%vi%i.
Escherichia coli growth. Faculty of 23940
Medicine Lampung University, 4(4), 100– Salim, H. H. U. (2016). Pengaruh Aktivitas
104. Antimikroba Ekstrak Bawang Putih (Allium
Mardiyah, S. (2018). Efektivitas Anti Bakteri sativum) Terhadap Bakteri Gram Positif
Perasan Bawang Putih (Allium sativum L.) (Staphylococcus aureus) dan Gram
terhadap Pertumbuhan Staphylococcus Negatif (Escherichia coli) Secara In Vitro.
aureus. Medicra (Journal of Medical Fakultas Kedokteran Universitas
Laboratory Science/ Technology), 1(2), Lampung, 7, 66–70.
44–53. Soraya, C., Chismirina, S., & Novita, R. (2018).
Mei, D. (2016). Pengaruh infusa daun beluntas Pengaruh perasan bawang putih (Allium
(Pluchea indica)Terhadap pertumbuhan sativum L.) sebagai bahan irigasi saluran
bakteri Staphylococcus epidermidis. Life akar dalam menghambat Enterococcus
Science, 4(1), 60–65. faecalis Secara In Vitro. Cakradonya
Meilina, N. E., & Hasanah, A. N. (2018). Dental Journal, 10(1), 1–9.
Aktivitas Antibakteri Ekstrak Kulit Buah https://doi.org/10.24815/cdj.v10i1.10609
Manggis ((Garnicia mangostana L.) Upa, G., Ali, A., & Purnamasari, Y. (2017). Uji
Terhadap bakteri Penyebab Jerawat. Aktivitas Antibakteri Ekstrak Etanol
Farmaka, 16(2), 322–323. Bawang Putih ( Allium sativum ) terhadap
Mulyadi, M., Wuryanti, W., & Sarjono, P. R. Pertumbuhan Bakteri Salmonella typhii
(2017). Konsentrasi Hambat Minimum dan Shigella dysenteriae. Medula, 4(2),
(KHM) Kadar Sampel Alang-Alang 355–360.
(Imperata cylindrica) dalam Etanol Melalui Vilar, G. N., Dos Santos, L. A., & Filho, J. F. S.
Metode Difusi Cakram. Jurnal Kimia (2015). Quality of life, self-esteem and
Sains Dan Aplikasi, 20(3), 130–135. psychosocial factors in adolescents with
https://doi.org/10.14710/jksa.20.3.130- acne vulgaris. Anais Brasileiros de
135 Dermatologia, 90(5), 622–629.
Prihandani, S. S. (2015).Uji daya antibakteri https://doi.org/10.1590/abd1806-
bawang putih (Allium sativum L.) 4841.201533726
Terhadap bakteri Staphylococcus aureus, Wahdaningsih, S., Untari, E. K., & Fauziah, Y.
Escherichia coli, Salmonella typhimurium (2014). Antibakteri Fraksi n-Heksana Kulit
Dan Pseudomonas aeruginosa Dalam Hylocereus polyrhizus Terhadap
meningkatkan keamanan pangan Jurnal Staphylococcus epidermidis dan
Informatika Pertanian, 24(1), 53. Propionibacterium acnes. Pharmaceutical
https://doi.org/10.21082/ip.v24n1.2015.p5 Sciences and Research, 1(3), 180–193.
3-58 https://doi.org/10.7454/psr.v1i3.3490
Purwantiningsih, T. I., Rusae, A., & Freitas, Z. Zahrah, H., Mustika, A., & Debora, K. (2018).
(2019). Uji In Vitro Antibakteri Ekstrak Aktivitas Antibakteri dan Perubahan
Bawang Putih sebagai Bahan Alami untuk Morfologi Dari Propionibacterium Acnes
Menghambat Bakteri Staphylococcus Setelah Pemberian Ekstrak Curcuma
aureus dan Escherichia coli Garlic Extract Xanthorrhiza. Jurnal Biosains
Antibacterial In Vitro Test as Nature Pascasarjana, 20(3), 3.
Inggredient to Inhibit Staphylococcus https://doi.org/http://dx.doi.org/10.20473

31

© Jurnal Kesehatan Perintis (Perintis’s Health Jornal)-ISSN : 2622-4135. All rights reserved

Anda mungkin juga menyukai