SEDIMENTASI
NAMA :
STENY MAUN
NIM :
(2017-64-002)
UNIVERSITAS PATTIMURA
AMBON
2020
KATA PENGANTAR
Puji syukur Penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas berkat dan
penyertaannya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini.
Penulis
DAFTAR ISI
COVER
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
BAB II PEMBAHASAN
III.1 Kesimpulan
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
Sedimentasi adalah suatu proses pengendapan material yang ditransport oleh media
air,angin, es, atau gletser di suatu cekungan. Sedangkan batuan sedimen adalah suatu batuan
yang terbentuk dari hasil proses sedimentasi, baik secara mekanik maupun secara kimia dan
organic. Secara mekanik Terbentuk dari akumulasi mineral-mineral dan fragmen-fragmen
batuan, secara kimia dan organic Terbentuk oleh proses-proses kimia dan kegiatan organisme
atau akumulasi dari sisa skeleton organisme. Sedimen kimia dan organik dapat terjadi pada
kondisi darat, transisi, dan lautan, seperti halnya dengan sedimen mekanik. Sifat material
sedimen sangat bervariasi dari sisi origin,ukuran,bentuk dan komposisi. Material tersebut
bisa berasal dari pelapukan batuan yang lebih tua,hasil erupsi gunung berapi ataupun
organisme seperti filamen mikroba yang terbentuk dari kalsium karbonat baik dalam bentuk
utuh atau berupa pecahan cangkang,terumbu karang,tulang dan sisa-sisa tanaman.
Batuan sedimen adalah batuan yang terbentuk di perrmukaan bumi pada kondisi
temperatur dan tekanan yang rendah. Batuan ini berasal dari batuan yang lebih dahulu
terbentuk,yang mengalami pelapukan,erosi dan kemudian lapukannya diangkut oleh air,udara
atau es yang selanjutnya diendapkan dan berakumulasi didalam cekungan
pengendapan,membentuk sedimen. Material-material sedimen itu kemudian
terkompaksi,terlitifikasi dan terbentuklah batuan sedimen.
Batuan sedimen adalah batuan yang terjadi karena pengendapan materi hasil erosi. sekitar
80% permukaan benua tertutup batuan sedimen, walaupun volumenya hanya sekitar 5% dari
volum kerak bumi.Batuan sedimen memiliki banyak manfaat bagi kehidupan manusia.
Batuan sedimen bisa di manfaatkan untuk bahan dasar bangunan (gypsum),untuk bahan
bakar (batubara),untuk pengeras jalan (batugamping),untuk pondasi rumah (batugamping),
menjadi batuan penyimpan hidrokarbon (reservoir rocks) atau bisa juga menjadi batuan
induk sebagai penghasil hidrokarbon (source rocks),contohnya batu konglomerat, batu pasir
dan batu lempung, untuk bahan baku pembuatan semen yaitu batukapur.Karena banyaknya
manfaat dari batuan sedimen,klasifikasi batuan sedimen serta proses terbentuknya,maka
dibuat lah makalah Pengantar Sedimentologi untuk menambah pengetahuan dari sedimen dan
batuan sedimen itu sendiri.
1.3 Tujuan
Untuk mengetahui tentang bagaimana sejarah sedimentology, aplikasi dan manfaatnya
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 DEFENISI SEDIMENTOLOGI
Beberapa definisi mengenai Sedimentologi :
1. Sedimentologi adalah ilmu yang mempelajari sedimen atau endapan (Wadell,
1932). Sedangkan sedimen atau endapan pada umumnya diartikan sebagai hasil
dari proses pelapukan terhadap suatu tubuh batuan, yang kemudian mengalami
erosi, tertansportasi oleh air, angin, dll, dan pada akhirnya terendapkan atau
tersedimentasikan.
2. Sedimentologi adalah studi tentang proses-proses pembentukan, transportasi dan
pengendapan material yang terakumulasi sebagai sedimen di dalam lingkungan
kontinen dan laut hingga membentuk batuan sedimen.
3. Sedimentologi adalah ilmu yang mempelajari pembentukan lapisan tanah karena
pengendapan tanah yang mengalami perpindahan dari tempat lain.
4. Sedimentologi adalah salah satu cabang dari ilmu geologi yang membahas secara
khusus batuan sedimen atau mempelajari batuan sedimen/ endapan-endapan
dengan segala prosesnya.
5. Sedimentologi adalah ilmu yang mempelajari pembentukan lapisan tanah karena
pengendapan tanah yang mengalami perpindahan dari tempat lain. Contohnya
adalah sedimentasi di delta sungai dan daerah sekitar gunung berapi. Ilmu ini
berkaitan erat dengan pembentukan bahan galian seperti batubara, minyak bumi,
emas, perak dsb
Sedimentologi adalah ilmu yang mempelajari sedimen atau endapan (Wadell, 1932).
Sedimen atau endapan pada umumnya diartikan sebagai hasil dari proses pelapukan terhadap
suatu tubuh batuan,yang kemudian mengalami erosi, tertansportasi oleh air, angin, dll, dan pada
akhirnya terendapkan atau tersedimentasikan.
Pada awalnya Sorby memperkenalkan studi sayatan tipis sebagai salah satu teknik
penelitian batuan sedimen. Teknik itu kemudian digunakan sebagai salah satu teknik paling
mendasar dalam penelitian petrologi, baik penelitian petrologi batuan sedimen, maupun
penelitian petrologi batuan beku dan batuan metamorf. Studi sayatan tipis kemudian
dikembangkan oleh beberapa ahli namun ada juga yang mengacuhkannya, ini di karenakan
mungkin karena saat itu generasi ahli sedimen lebih terdidik sebagai ahli stratigrafi, bukan ahli
petrologi sedimen atau ahli sedimentology.
Pada akhir abad 19 serta awal abad 20, para ahli petrologi sedimen lebih banyak
menujukan perhatian pada pemelajaran mineralogi sedimen, khususnya mineral berat (BJ >
2,85). Studi mineral berat umumnya dilakukan oleh para ahli Eropa. Hasil penelitian Illing
(1916), yang menunjukkan bahwa endapan sedimen dalam cekungan tertentu cenderung
mengandung kumpulan mineral berat tertentu, telah mendorong munculnya apa yang disebut
sebagai “korelasi mineral berat” (“heavy-mineral correlation”). Kegunaan mineral berat sebagai
“alat” korelasi dan penerapannya dalam korelasi bawah permukaan dalam kegiatan eksplorasi
migas telah menambah daya tariknya. Makin lama pemelajaran mineral berat makin kurang
diminati para ahli sedimen. Hal itu terjadi karena:
1. Timbulnya keraguan akan kesahihan korelasi yang didasarkan pada kehadiran mineral
berat
2. Adanya perkembangan baru, yakni pemakaian mikrofosil dan well logs sebagai alat
korelasi bawah permukaan. Agaknya sebab kedua itulah yang “mengakhiri” era studi
mineral berat.
Pada 1919, thesis master C. K. Wentworth yang berjudul A Field and Laboratory Study
of Cobble Abrasion diterbitkan dalam Journal of Geology. Wentworth, yang pada waktu itu
merupakan mahasiswa pasca sarjana pada University of Iowa, mengembangkan satu rancangan
baru untuk meneliti material sedimen. Dia juga mampu mendefinisikan kebundaran sebagai
suatu sifat fisik partikel sedimen yang dapat diukur. Kuantifikasi sifat itu mampu menggantikan
penilaian subjektif yang sebelum-nya digunakan oleh para ahli sedimentologi dalam menentukan
kebundaran. Lebih jauh lagi, kuantifikasi memicu munculnya data kuantitatif serta
memungkinkan dilakukannya studi laboratorium terhadap proses sedimentasi, misalnya abrasi
kerakal. Dengan demikian, Wentworth membawa sedimentologi untuk memasuki era
pengukuran dan percobaan terkontrol.
Sampai pertengahaan abad ke 20, sedimentologi lebih dikenal hanya sebatas pada studi di
bawah mikroskop, terutama untuk fosil. Dalam perioda itu mineral berat dan penghitungan
secara petrografis (point counting) berkembang dengan pesat. Secara serentak, para ahli
stratigrafi menemukan fosil-fosil kunci penunjuk umur batuan. Para ahli geologi struktur
mempunyai andil besar mendorong pengembangan ilmu sedimentologi. Mereka menemui
kesulitan dalam menentukan bagian atas dan bagian bawah suatu lapisan yang sudah terlipat kuat
sampai terjadi pembalikan lapisan. Beberapa struktur sedimen seperti retakan (desiccation
crack), silang siur dan perlapisan bersusun, sangat edial untuk memecahkan persoalan ini
(Shrock, 1948). Pada 1950an sampai awal 1960an berkembang konsep tentang arus turbit.
Sementara itu ahli petrografi masih sibuk menghitung zirkon dan ahli stratigrafi sibuk pula
mengumpulkan fosil sebanyak-banyaknya, ahli struktur geologi sudah mulai bertanya berapa
tebal runtunan endapan turbit ini di geosinklin. Pertanyaan ini menyibukan geologiawan untuk
mengetahui hasil endapan turbit pada setiap jenis.
Pada 1970an penelitian sedimentologi mulai beralih dari makroskopis dan fisik ke arah
mikroskopis dan kimia. Dengan perkembangan teknik analisa dan penggunaan katadoluminisen
dan mikroskop elektron memungkinkan para ahli sedimentologi mengetahui lebih baik tentang
geokimia. Perkembangan yang pesat ini memacu kita untuk mengetahui hubungan antara
diagenesa, pori-pori dan pengaruhnya terhadap evolusi porositas dengan kelulusan batu pasir dan
batu gamping. Lahirnya sedimentologi telah menyebabkan bertambah luasnya ruang lingkup
studi sedimen dari hanya sekedar studi lingkungan pengendapan menjadi studi cekungan
Secara klasik siklus sedimen terdiri dari fase pelapukan, erosi, transportasi,
pengendapan, litifasi, pengangkatan, dan pelapukan lagi. Pelapukan adalah nama yang diberikan
untuk proses yang memecah batu di permukaan bumi untuk membentuk partikel-partikel diskrit.
Proses pelapukan umumnya dibagi menjadi proses biologis, kimia, dan fisik. Proses pelapukan
membutuhkan waktu agar efeknya tidak terganggu di permukaan batu. Di beberapa bagian bumi,
terutama daerah yang sangat lega, erosi dapat terjadi begitu cepat sehingga batu tidak terkena
udara untuk waktu yang cukup lama untuk mengalami tingkat pelapukan yang signifikan.
Sebagai ilmu pengetahuan sedimentologi sangat erat berhubungan dengan tiga ilmu
dasar: biologi, fisika mupun kimia. Biologi, yang mempelajari binatang dan tetumbuhan,
dapat mempelajari sisa kehidupan masa silam yang sudah menjadi fosil. Ilmu ini dikenal
dengan nama paleontologi. Paleontologi sangat bermanfaat dalam studi stratigrafi, terutama
dalam penentuan umur runtunan batuan berdasarkan kandungan fosilnya (biostratigrafi) dan
kaitannya dengan litostratigrafi. Hal ini sangat berguna bagi analisa struktur dan
sedimentologi regional. Selain itu paleontologi juga melukan studi lingkungan purba dimana
fosil itu hidup dan berhubungan dengan kehidupan lainnya. Studi lingkungan kehidupan fosil
secara mendalam akan dapat membantu mengetahui cuaca, musim, bahkan kecepatan arus
dan pengendapan batuan yang menyertai fosil tersebut. Sedimentologi telah memberikan
kontribusi ke berbagai bidang, baik dalam pemanfaatan kekayaan alam maupun
perekayasaan lingkungan.
Dalam mempelajari sedimen ataupun sedimentologi, terdapat beberapa manfaat bagi kita,
diantaranya ialah:
Untuk mengukur dan menggambarkan singkapan dan distribusi unit batu;
o Menggambarkan formasi batuan, proses formal mendokumentasikan ketebalan,
lithology, singkapan, distribusi, hubungan kontak formasi lain
o Pemetaan distribusi unit batu, atau unit
Untuk mendeskripsikan batuan inti (dibor dan diambil dari sumur eksplorasi selama
hidrokarbon)
Untuk sequence stratigraphy
o Menjelaskan perkembangan unit batu dalam baskom
Untuk menggambarkan lithology dari batu;
o Petrologi dan petrography; khususnya pengukuran tekstur, ukuran butir, bentuk
butiran (kebulatan, pembulatan, dll), pemilahan dan komposisi sedimen
Untuk menganalisis geokimia dari batu
Geokimia isotop, termasuk penggunaan penanggalan radiometrik, untuk menentukan usia batu,
dan kemiripan dengan daerah sumber.
Merupakan wadah tempat dimana bahan bakar fosil (migas) serta air terkandung.
Merupakan material bahan bakar, misalnya batu bara dan serpihan minyak (oil shale)
Merupakan bahan baku industry keramik, semen Portland. Serta bahan bangunan.
Material tempat dimana mineral logam dan nonlogam terakumulasi.
Sedimentologi perlu dipahami karena pemahaman tentang proses-proses pembentukan,
pergerakan, dan pengendapan sedimen sangat penting artinya dalam dunia rekayasa dan
geomorfologi, terutama untuk memahami dan mengantisipasi fenomena erosi pantai,
pembuatan pelabuhan, manajemen dataran banjir, dan erosi tanah.
BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
a. Sejarah sedimentology
b. aplikasi
c. manfaat
manfaat dari mempelajari sedimentology ialah:
a. Untuk mengukur dan menggambarkan singkapan dan distribusi unit batu
b. Untuk mendeskripsikan batuan inti (dibor dan diambil dari sumur eksplorasi selama
hidrokarbon)
c. Untuk sequence stratigraphy
d. Untuk menggambarkan lithology dari batu
DAFTAR PUSTAKA
Umi Muawanah dan Agus supangat. 1998. Pengantar Kimia dan Sedimen Dasar Laut. Badan
Riset Kelautan Dan Perikanan: Jakarta.
Boggs, Sam, Jr., 1995, Principles of Sedimentology and Stratigraphy. Edisi 2. Prentice-Hall,
New Jersey.
Nichols, G., 1999. Sedimentology and Stratigraphy. Blackwell Science Ltd., Oxford.