BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Filsafat merupakan sikap atau pandangan hidup dan sebuah bidang terapan
untuk membantu individu untuk mengevaluasi keberadaannya dengan cara
yang lebih memuaskan. Filsafat membawa kita kepada pemahaman dan
pemahaman membawa kita kepada tindakan yang telah layak, filsafat perlu
pemahaman bagi seseorang yang berkecimpung dalam dunia pendidikan
karena ia menentukan pikiran dan pengarahan tindakan seseorang untuk
mencapai tujuan.
Filsafat membahas segala sesuatu yang ada bahkan yang mungkin ada baik
bersifat abstrak ataupun riil meliputi Tuhan, manusia dan alam semesta.
Sehingga untuk faham betul semua masalah filsafat sangatlah sulit tanpa
adanya pemetaan-pemetaan dan mungkin kita hanya bisa menguasai sebagian
dari luasnya ruang lingkup filsafat
Sebagai calon pendidik kita perlu mempelajari apa itu Filsafat Ilmu yang
nantinya akan meneropong metode ilmu-ilmu khususnya dalam ilmu keislaman
agar kita memahami pemikiran yang berbeda dengan pemikiran kita yang pada
akhirnya akan melahirkan sikap teoleransi. Dalam makalah ini akan dibahas
tentang Filsafat Ilmu dan Ruang Kajiannya, baik Ontologi, Epistemologi
maupun Aksiologi. Namun sebelum membahas obyek-obyek Filsafat Ilmu
tersebut, alangkah baiknya terlebih dahulu akan dijelaskan tentang pengertian
Filsafat Ilmu.
2
B. Rumusan Masalah
1. Apa itu filsafat ilmu ?
2. Apa saja ruang kajian filsafat ilmu?
C. Tujuan
1. Ingin mengatahui apa itu filsafat ilmu
2. Ingin mengetahui ruang kajian filsafat ilmu
3
BAB II
PEMBAHASAN
3
Ibid., hlm. 45
5
a. Filsafat ilmu adalah suatu telaah kritis terhadap metode yang digunakan
oleh ilmu tertentu, terhadap lambang yang digunakan dan terhadap
struktur penalaran tentang sistem lambang yang digunakan. Telaah kritis
ini dapat digunakan untuk mengkaji ilmu empiris dan yang juga ilmu
rasional , juga untuk membahas studi bidang etika dan estetika, studi
kesejarahan, antropologi, geologi, dan sebagainya. Dalam hubungan ini
yang terutama sekali ditelaah adalah ihwal penalaran dan teorinya.
b. Filsafat ilmu adalah upaya untuk mencari kejelasan mengenai dasar-dasar
konsep, sangka wacana, dan postulat mengenai ilmu dan upaya untuk
4
Surajiyo, Filsafat Ilmu dan Perkembangannya di Indonesia, (Jakarta: Universitas Mutimedia
Nusantara , 2007), hlm. 46-47
6
“taonta” yang berarti ‘yang berada’, dan logos berarti ilmu pengetahuan
atau ajaran tentang yang berada.5
Ontologi adalah the theory of being qua being (teori tentang keberadaan
sebagai keberadaan). Atau bisa juga disebut ontologi sebagai ilmu tentang
“yang ada”. Yang dimaksud “ada” adalah dari dan akan ke mana ada itu.
Menurut istilah, ontologi ialah ilmu yang membahas tentang hakikat yang
ada, yang merupakan ultimate reality baik yang berbentuk jasmani/konkret
maupun rohani/abstrak. Dua pengertian ini merambah ke dunia hakikat
sebuah ilmu. Ontologi membahas masalah ada dan tiada. Ilmu itu ada, tentu
ada asal-muasalnya. Ilmu itu ada yang nampak dan ada yang tidak nampak.
Dengan berfikir ontologi, manusia akan memahami tentang eksistensi
sebuah ilmu.6
Term ontologi pertama kali diperkenalkan oleh Rudolf Gocleinus pada
tahun 1636 M. Untuk menamai teori tentang hakikat yang ada yang bersifat
metafisis. Dalam perkembangannya Christian Wolff membagi metafisika
menjadi dua, yaitu metafisika umum dan metafisika khusus. Metafisika
umum adalah sebagai istilah dari ontologi. Dengan demikian metafisika
umum atau ontologi adalah cabang filsafat yang membicarakan prinsip
paling dasar atau paling dalam dari segala sesuatu yang ada. Sedangkan
metafisika khusus masih dibagi lagi menjadi kosmologi, psikologi, dan
teologi. Kosmologi adalah cabang filsafat yang secara khusus
membicarakan tentang jiwa manusia. Teologi adalah cabang filsafat yang
secara khusus membicarakan tentang Tuhan.
5
Susanto, Filsafat Ilmu, ( Jakarta: Bumi Aksara, 2011), hlm. 90
6
Ibid., hlm. 91
8
ada, yaitu Tuhan Yang Maha Esa, pencipta dan pengatur serta penentu alam
semesta. Studi tentang yang ada, pada tataran filsafat pada umumnya
dilakukan oleh filsafat metafisika. Istilah ontologi banyak digunakan ketika
membahas yang da dalam konteks filsafat ilmu.
a) Metode dalam Ontologi
Lorens Bagus dalam Suparman memeprkenalkan tiga tingkat abstraksi
dalam ontologi, yaitu abstraksi fisik, abstraksi bentuk, dan abstraksi
metafisik. Abstraksi fisik menampilkan keseluruhan sifat khas sesuatu
objek; abstraksi bentuk mendeskripsikan metasifik mengenai prinsip
umum yang menjadi dasar dari semua realitas. Abstraksi yang
dijangkau oleh ontologi adalah abstraksi metafisik.
b) Metafisika
Metafisika merupakan cabang filsafat yang membicarakan tentang hal-
hal yang sangat mendasar yang berada diluar pengalaman manusia.
Metafisika mengkaji segala sesuatu secara komprehensif. Menurut
Asmoro Achmadi dalam Susanto, metafisika merupakan cabang
filsafat yang membicarakan sesuatu yang bersifat ‘keluarbiasaan’ yang
berada di luar pengalaman manusia. Menurut Achmadi, metafisika
mengkaji sesuatu yang berada diluar hal-hal yang biasa berlaku pada
umumnya, atau hal-hal yang tidak alami, serta hal-hal yang berada di
luar kebiasaan manusia.
Metafisika berasal dari kata meta dan fisika, yang artinya meta ;
sesudah, selain atau dibalik sedangkan fisika berarti nyata atau alam
fisik. Dengan kata lain metafisika mengandung arti hal-hal yang
berada di belakang gejala-gejala yang nyata. Dari ilmu filsafat
metafisika adalah ilmu yang memikirkan hakikat dibalik alam nyata.
Metafisika membicarakan hakikat dari segala sesuatu dari alam nyata
tanpa dibatasi pada sesuatu yang dapat diserap pancaindra.
Tafsiran pertama yang diberikan oleh manusia terhadap alam ini
adalah bahwa terdapat wujud gaib dan wujud ini lebih tinggi atau lebih
kuasa dibandingkan dengan alam nyata. Animisme atau roh-roh yang
9
7
Ibid., hlm. 93
10
8
Ibid., hlm. 96
9
Ibid., hlm. 97
10
Ibid., hlm. 97
11
Dalam aliran ini menyatakan bahwa dunia terbuka untuk kebebasan dan
kreativitas manusia. Aliran ini tidak mengakui validitas alternatif
positif. Dalam pandangan nikhilisme, Tuhan sudah mati. Manusia bebas
berkehendak dan berkreativitas.11
e) Aliran Agnotisisme
Aliran ini menganut paham bahwa manusia tidak mungkin mengetahui
hakikat sesuatu dibalik kenyataannya. Manusia tidak mungkin memiliki
hakekat batu, air, dan api. Kemampuan manusia sangat terbatas dan
tidak mungkin tahu hakikat sesuatu yang ada. Paham agnotisisme
mengingkari kesanggupan manusia untuk mengetahui hakikat benda
baik materi maupun hakikat rohani.12
2. Epistemologi
Secara etimologi, epistimologi berasalah dari bahasa Yunanai yaitu
terdiri atas kata episteme dan logos . episteme berarti pengetahuan atau
kebenaran, sedangkan logos berarti kata atau pikiran atau ilmu. Dengan
demikian, epistimologi dapat diartikan sebagai pikiran-pikiran tentang
pengetahuan atau kebenaran.13
Epistemologi adalah bagian filsafat yang meneliti asal-usul, asumsi
dasar, sifat-sifat dan bagaimana memperoleh pengetahuan menjadi penentu
penting dalam menentukan sebuah model filsafat. Dengan pengertian ini
epistemologi tentu saja menentukan karakter pengetahuan, bahkan
menentukan ”kebenaran” macam apa yang dianggap patut diterima dan apa
yang patut ditolak.
Dengan demikian, definisi epistemologi adalah suatu cabang filsafat yang
mengkaji dan membahas tentang batasan, dasar dan fondasi, alat, tolok
ukur, keabsahan, validitas dan kebenaran ilmu, makrifat, dan pengetahuan
manusia. Epistemologi akan menunjukkan asumsi dasar ilmu, agar
11
Ibid., hlm. 98
12
Ibid., hlm. 98
13
Win Usuluddin Bernadien, Membuka Gerbang Filsafat, ( Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2011 ),
hlm. 56
12
penelaahan filsafat ilmu tidak terpaku pada ragam objek material ilmu.
Pertanyaan filsafat bukan dipecahkan dengan penyeledikan empiris, tetapi
dipecahkan dengan penalaran.Dengan bantuan epistemologi akan
mendapatkan pemahaman hakiki tentang karakter dan objek ilmu14
a. Metode Kajian Epistemologi.
a) Metode Induktif
Induksi yaitu metode menyampaikan peryataan-pernyataan hasil
observasi dan disimpulkan dalam suatu pernyataan yang lebih umum.
Dalam metode induksi, setelah diperoleh pengetahuan, maka akan
dipergunakan hal-hal lain, seperti ilmu mengajarkan kita bahwa kalau
logam dipanasi ia akan mengembang. Dari contoh tersebut bisa
diketahui bahwa induksi tersebut memberikan suatu pengetahuan yang
disebut sintetik.
b) Metode Deduktif
Deduksi adalah suatu metode yang menyimpulkan bahwa data-data
empiris diolah lebih lanjut dalam suatu sistem yang pernytaannya
runtut. Hal-hal yang harus ada dalam metode deduktif ialah adanya
perbandingan logis antara kesimpulan-kesimpulan itu sendiri. Ada
penyelidikan bentuk logis teori itu dengan tujuan apakah teori tersebut
mempunyai sifat empiris atau ilmiah, ada perbandingan dengan teori-
teori lain dan ada pengujian teori dengan jalan meneraokan secara
empiris kesimpulan-kesimpulan yang biasa ditarik dari teori tersebut.
b. Persyaratan Epistimologi
Suatu pengetahuan itu termasuk ilmu atau pengetahuan ilmiah apabila
pengetahuan itu dan cara memperolehnya telah memenuhi syarat tertentu.
Apabila syarat-syarat itu belum terpenuhi, maka suatu pengetahuan dapat
digolongkan ke dalam pengetauan lain yang bukan ilmu, walaupun bukan
termasuk filsafat. Dalam kaitan ini tidaklah tepat untuk spontan
14
Tim Dosen Filsafat Ilmu Fakultas UGM, Filsafat Ilmu, (Yogyakarta: Liberty, 2007), hlm. 46
13
a) Rasionalisme
Aliran ini merupakan suatu aliran pemikiran yang menekankan
pentingnya peran akal atau ide sebagai bagian yang sangat menentukan
hasil keputusan atau pemikiran. Rasionalisme timbul pada masa
renaissance yang dipelopori oleh Rene Descrates, menurutnya
memperoleh kebenaran harus dimulai dengan meragukan sesuatu,
seseorang yang ragu berarti sedang berpikir, dan orang yang berpikir
yang berarti ada. Statemen Descrates yang popular adalah “cogito ergo
sum” (aku berpikir, maka aku ada). Kebenaran adalah apa yang jelas
dan terpilah-pilah, artinya bahwa ide-ide itu seharusnya dapat
dibedakan dari gagasan-gagasan yang lain.
b) Empirisme
Filsafat ini bersumber dari Aritoteles, yang mengatakan bahwa realitas
yang sebenarnya adalah terletak pada benda-benda konkret, yang dapat
diindera, bukan pada ide sebagaimana kata Plato. Jadi, menurut
Aristoteles, bahwa sumber ilmu pengetahuan ialah pengelaman
empiris.
3. Aksiologi
Secara etimologi, aksiologi berasal dari bahasa Yunaniyang terdiri dari
dua kata yaitu axios yang berarti layak atau pantas dan logos yang berarti
ilmu atau studi mengenai. Dari pengertian secara etimologis paling tidak ada
pengertian secara terminologis yaitu: Pertama, aksiologis merupakan
analisis nilai-nilai. Maksud dari analisis ini ialah membatasi arti, ciri-ciri,
asal, tipe, kriteria dan status epistimologis dari nilai-nilai itu. Kedua,
aksiologi merupakan studi teori umum tentang nilai atau suatu studi yang
menyangkut segala yang bernilai.15
Aksiologi adalah ilmu pengetahuan yang menyelidiki hakikat nilai, yang
umunya ditinjau dari sudut pandang kefisafatan. Aksiologi juga
15
Zaprulkhan, Filsafat Ilmu: Sebuah Analisis Kontemporer, ( Jakarta: Rajawali Press, 2015), hlm.
82
15
16
Susanto, Filsafat Ilmu, ( Jakarta: Bumi Aksara, 2011), hlm. 116
16
17
http://hariszubaidillah.blogspot.co.id/2015/10/makalah-ontologi-epistemologi-dan.html, Diakses
Pada Tanggal 17/10/2017, Pada Pukul 21.55 WIB.
18
Susanto, Filsafat Ilmu, ( Jakarta: Bumi Aksara, 2011), hlm. 118
17
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Filsafat ilmu ialah bagian dari filsafat yang menjawab berbagai pertanyaan
mengenai ilmu. Dalam mempelajari ilmu pengetahuan, kita dianjurkan
untuk mempelajari filsafat dengan berbagai macam cabang ilmunya.
Karena, dengan cara kerjanya yang bersifat sistematis dan menganalisa
sesuatu secara mendalam, ternyata sangat relevan dengan problematika
hidup dan kehidupan manusia. Dengan demikian, menggunakan analisa
filsafat, berbagai macam disiplin ilmu yang berkembang sekarang ini,
akan menemukan kembali relevansinya dengan hidup dan kehidupan
masyarakat dan akan lebih mampu lagi meningkatkan fungsinya bagi
kesejahteraan hidup manusia.
2. Ruang kajian filsafat ilmu ada 3 yaitu, Ontologi, Epitemologi, dan
Aksiologi
a. Istilah ontologi berasal dari bahasa Yunani, yang terdiri dari dua kata,
yaitu ta onta berarti “yang berada”, dan logi berarti ilmu pengetahuan
atau ajaran. Maka ontologi adalah ilmu pengetahuan atau ajaran tentang
keberadaan, term ontologi pertama kali diperkenalkan oleh Rudolf.
b. Menurut etimologi, epistemologi berasal dari bahasa Yunani,
yaitu episteme (pengetahuan) dan logos (ilmu yang sistematis, teori).
Secara terminologi, epistemologi adalah teori atau ilmu pengetahuan
tentang metode dan dasar-dasar pengetahuan, khususnya yang
berhubungan dengan batas-batas pengetahuan dan validitas atau sah
berlakunya pengetahuan itu.
c. Aksiologi membahas tentang masalah nilai. Istilah aksiologi berasal
dari kata axio dan logos, axios artinya nilai atau sesuatu yang berharga,
19
dan logos artinya akal, teori, axiologi artinya teori nilai, penyelidikan
mengenai kodrat, kriteria dan status metafisik dari nilai.
20
DAFTAR RUJUKAN
Tim Dosen Filsafat Ilmu Fakultas UGM. Filsafat Ilmu. Yogyakarta: Liberty, 2007.
. http://hariszubaidillah.blogspot.co.id/2015/10/makalah-ontologi-epistemologi-
dan.html, Diakses Pada Tanggal 17/10/2017, Pada Pukul 21.55 WIB.