ALERGI
Diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah Farmakoterapi Syaraf, Renal, Kardiovaskular &
Endokrin
Disusun oleh :
Yulyaningsi (04329507170048)
BEKASI
2020
KATA PENGANTAR
Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang. Kami
panjatkan puji syukur kehadirat-Nya yang telah melimpahkan rahmat, hidayah, serta inayah-Nya
kepada kami sehingga kami bisa menyelesaikan makalah yang berjudul Alergi unuk memenuhi
tugas mata kuliah Farmakoterapi Syaraf, Renal, Kardiovaskular & Endokrin.
Kami berharap semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan pengalaman untuk
para pembaca. Terlepas dari segala hal tersebut, Kami sadar sepenuhnya bahwa masih ada
kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karenanya kami dengan
lapang dada menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaiki
makalah ini.
Akhir kata kami berharap semoga makalah Sediaan Parenteral dan manfaatnya bisa
memberikan manfaat untuk pembaca.
Penyusun
Daftar Isi
KATA PENGANTAR..........................................................................................................
DAFTAR ISI.........................................................................................................................
B. Rumusan Masalah.......................................................................................
C. Tujuan……………………………………………………………………………………..
A. Pengertian Pre-eklamsia.............................................................................
B. Etiologi ........................................................................................................
E. ……………………………………………………………….………..
F. Mekanisme
metildopa…………………………………………………………………………….
A. Kesimpulan ..............................................................................................
B. Tujuan
1. Untuk mengetahui dan memahami pengertian dari Alergi
2. Untuk mengetahui dan memahami Etiologi Alergi
3. Untuk mengetahui dan memahamiterapi farmakologi dan non farmakologi pada Alergi
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian
Patogenesis terjadinya penyakit alergi secara garis besar dibagi menjadi 2 jalur,
yaitu jalur imunologis dan jalur non-imunologis. Pada jalur imunologis, setelah allergen
(zat pemicu alergi) masuk ke dalam tubuh, alergen akan diolah oleh antigen presenting
cell (APC), dan akan ditangkap oleh sel T helper. Setelah sel T teraktivasi oleh APC, sel
T akan memberikan instruksi melalui interleukin atau sitokin agar sel plasma membentuk
IgE, sel radang lain seperti mastosit, makrofag, eosinophil, neutrophil, trombosit, serta
limfosit untuk mengeluarkan mediator inflamasi. Mediator inflamasi seperti histamin,
prostaglandin, leukotrien, bradikinin, tromboksan dan lain-lain akan mempengaruhi
organ sasaran sehingga menyebabkan pelebaran pembuluh darah, peningkatan
permeabilitas pembuluh darah, edema saluran nafas, infiltrasi sel radang dan lain-lain.
Pada jalur non-imunologis, terjadi perangsangan sistem saraf otonom yang dengan hasil
akhir berupa inflamasi (Ventura, 2017).
2.2 Etiologi
Etiologi Riniits Alergi adalah penyakit inflamasi yang disebabkan oleh reaksi
alergi pada pasien atopi yang sebelumnya sudah tersensitasi dengan alergen yang sama.
Alergen yang biasanya menimbulkan reaksi alergi adalah alergen inhalan yang masuk
bersama udara pernafasan misalnya: tungau, debu rumah (D. pteronyssinus, D. farinae, B.
tropicalis), kecoa, serpihan epitel kulit binatang (kucing dan anjing), rerumputan
(Bermuda grass) dan jamur (Aspergillus,Alternaria) (Soepardi, 2012).
3.3 Terapi Farmakologi
a. Antihistamin
Antihistamin gerasi kedua lebih bersifat lipofobik sehingga sulit menembus sawar
darah otak dan plasenta, bersifat selektif mengikat reseptor H1, tidak mempunyai efek
antikolinergik, antiadrenergik dan efek pada SSP sangat minimal sehingga tidak
mempengaruhi penampilan. Obat-obatan yang termasuk kelompok ini adalah
loratadin, astemisol, azelastin, terfenadin dan cetrisin. Saat ini terdapat dua sediaan
antihistamin topikal untuk rinitis alergi yaitu azelastin dan levocabastin (Ghanie,
2007). Kedua jenis obat ini secara efektif dan spesifik bekerja sebagai H1 reseptor
antagonis untuk mengatasi gejala bersin dan gatal pada hidung (Bachert et al., 2008).
b. Dekongestan
Berbagai alfa adrenergik agonis dapat diberikan secara per oral seperti
pseudoefedrin, fenilpropanolamin dan fenilefrin. Obat ini secara primer dapat
mengurangi sumbatan hidung dan efek minimal dalam mengatasi rinore dan tidak
mempunyai efek terhadap bersin, gatal dihidung maupun mata. Obat ini berguna untuk
mengatasi rinitis alergi bila dikombinasikan dengan antihistamin. Efek samping
dekongestan oral terhadap SSP adalah gelisah, insomnia, iritabel, sakit kepala,
palpitasi, takikardi dan dapat menghambat aliran air seni. Preparat dekongestan topikal
seperti oxymetazolin, fenilefrin, xylometazolin, nafazolin dapat mengatasi gejala
sumbatan hidung lebih cepat dibanding preparat oral karena efek vasokonstriksi dapat
menurukan aliran darah ke sinusoid dan dapat mengurangi edema mukosa hidung
(Ghanie, 2007).
d.Ipratropium Bromida
Obat ini mempunyai efek untuk mengatasi bersin, rinore dan gatal pada hidung
dan mata, bila digunakan empat kali sehari. Preparat ini bekerja dengan cara
menstabilkan membran mastosit dengan menghambat influks ion kalsium sehingga
pelepasan mediator tidak terjadi. Dengan dosis empat kali sehari, kemungkinan
kepatuhan penderita berkurang. Obat ini baik sebagai preventif sebelum gejala rinitis
alergi muncul pada rinitis alergi musiman (Bachert et al., 2000).
a. Edukasi Pasien
Terapi yang paling ideal adalah dengan menghindari ontak dengan alergen
penyebab (avoidance) dan eliminasi.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
Demikianlah makalah kami ini dapat dipaparkan, semoga berguna dan bermanfaat bagi
kita semua. Kami sebagai penulis menyadari bahwa apa yang kami tulis dan kami paparkan jauh
dari kesempurnaan. Untuk itu kami mengharapkan saran dan kritikan yang membangun demi
kelancaran makalah kami ini.
DAFTAR PUSTAKA
Bachert C, Jorissen M, Bertrand B, Khaltaev N, Bousquet J. 2008. Allergic rhinitis and its
impact on asthma update (ARIA 2008 ). B-ENT:253–57.
Judarwanto, 2005. Alergi Makanan, Diet dan Autisme. Dipresentasikan pada seminar AUTISM
UPDATE DI HOTEL NOVOTEL Jakarta tanggal 9 September 2005.
Pawankar R, Holgate ST, Canonica GW, Lockey RF. (2011). WAO White Book on Allergy.
World Allergy Organization, Milwaukee, Wiscounsin
Portnoy J. (2015). “IgE in Clinical Allergy and Allergy Diagnosis” World Allergy Organization
[cited 1 February 2019]. Available from: https://www.worldallergy.org/education-and-
programs/education/allergic-diseaseresource-center/professionals/ige-in-clinical-allergy-and-
allergy-diagnosis
Soepardi EA, Iskandar N, Bashiruddin J, Restuti RD. 2012. Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga
Hidung Tenggorok Kepala & Leher Edisi 7. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.