Anda di halaman 1dari 10

Materi Kuliah : Pendidikan Pancasila

Fakultas/Prodi : Kedokteran : a. Program Studi Gigi


b. Pendidikan Kedokteran
Semester : I
Pengampu : Chaerun

PANCASILA DASAR NEGARA KESATUAN REPUBLIK INDONESIA

A. Hakikat Pancasila dan Negara

1. Hakikat Pancasila

Saafroedin Bahar, dkk., (1995 : 8-84), melalui buku Risalah Sidang BPUPKI
dan PPKI, menampilkan pidato Mr. Muh. Yamin. Prof. Mr. Dr. Soepomo, dan Ir.
Soekarno dalam sidang BPUPKI tersebut. Tiga tokoh itu menyampaikan hasil
pemikiran-pemikirannya yang berupa gagasan-gagasan atas permintaan Ketua Sidang Dr.
K. R. T. Radjiman Wedyodiningrat, agar peserta sidang merumuskan dasar negara yang
akan didirikannya. Pada akhir pidatonya, Ir. Soekarno, menamakan gagasannya dengan
istilah Pancasila.

Jadi Pancasila adalah suatu ungkapan gagasan-gagasan atau biasa disebut ide-ide
tentang dasar negara. Pancasila sebagai gagasan-gagasan atau ide-ide tentang negara
adalah bukan gagasan-gagasan atau ide-idebiasa, melainkan ide-ide fundamental,ide-ide
yang mendasar, yang asasi dan kompleks (N. Drijarkara, S.J., 1969). Artinya, misalnya
bukan sekedar ide-ide mencari makan, ide-ide pengobatan, ide-ide dan sebagainya.
Melainkan ide-ide bagaimana mengangkat martabat manusia Indonesia, bagaimana
menyadarkan pandangan masyarakat Indonesia yang masih tradisioanl ke peradaban
modern, bagaimana mempersatukan manusia atau masyarakat Indonesia yang bhineka
dalam jumlah yang besar dan sebagainya. Gagasan atau ide yang mendasar itu bersifat
kompleks, rumit, yang membentuk suatu sistem.

Dengan demikian, gagasan-gagasan atau ide-ide itu mempunyai nilai yang


mendalam juga bagi kehidupan manusia. Nilai secara sederhana dapat kita batasi sebagai
sesuatu yang sangat berharga bagi kehidupan manusia. Dengan demikian, Pancasila
merupakan suatu sistem yang sangat berharga bagi kehidupan manusia Indonesia yang
beragam ini.

Nilai-nilai Pancasila bukan berasal dari kehidupan bangsa lain, melainkan berakar
pada peradaban, kebudayaan, adat istiadat bangsa Indonesia sendiri. Pancasila berisi nilai
suatu peradaban yang mengangkat martabat manusia. Pancasila berisi nilai yang

1
berpotensi terciptanya kesetiakawanan, loyalitas, dan persatuanantar individu. Pancasila
berisi nilai yang berpotensi terwujudnya toleransi dan kasih sayang. Pancasila berisi nilai
yang berpotensiuntuk mewujudkan keadilan.

2. Hakikat Negara
Berbicara tentang negara dapat kita mulai dengan bicara tentang bangsa. Secara
sederhana, sesuai keperluan kita, maka :
Bangsa adalah rakyat yang telah mempunyai kesatuan tekad untuk
membangun masa depan bersama dengan mendirikan sebuah negara yang
akan mengurus terwujudnya aspirasi dan kepentingan bersama mereka
secara adil (BP-7 Pusat, 1994 : 5)

Negara didirikan oleh suatu bangsa untuk mengurus terwujudnya aspirasi dan
kepentingan bersama bangsa itu secara adil. Dengan demikian, negara merupakan suatu
yang dapat berfungsi sebagai subyek pelaku demi terwujudnya keinginan dan
kepentingan bangsa pendirinya.
Dalamkutipan ini, juga terkandung arti bahwa walaupun rakyat itu mempunyai
tekad untuk membangun masa depan bersama tetapi tidak dengan mendirikan negara
tidak disebut bangsa. Begitu eratnya hubungan antara bangsa dengan negara. Walaupun
Negara ada karena didirikan oleh suatu bangsa, namun derajat suatu bangsa karena
mampu mendirikan negara. Bahkan sebagaimana dikatakan Muh. Yamin : “ Negara, kita
dirikan tidaklah hanya menurut syarat kebangsaan, kemauan rakyat, dan perintah agama,
melainkan juga untuk mencukupi syarat-syarat dunia internasional, yaitu untuk mendapat
bentuk yang jelas supaya dapat diberi status internasional yang sempurna (Saafroedin
Bahar, dkk., 1995: 113).
Negara, walaupun dapat berfungsi sebagai subyek pelaku, namun ia bukan
sesuatu yang tunggal. Hakikat negara adalah suatu organisasi, yang mengatasi seluruh
faham. golongan, organisasi masyarakat lain yang ada dalam wilayah negara
tersebut.Setiap organisasi yang ingin tumbuh dan berkembang secara terus-
menerusmemerlukan keteraturan. Ia memerlukan aturan-aturan untuk menentukan dan
melaksanakan kehendaknya, menetapkan tujuannya, kewenangannya, dan mengatur tata
hubungan secara timbal balik antara dirinya dan anggota-anggotanya.
Oleh karena itu, negara sebagai organisasi memerlukan tata aturan dalam
bentuk konstitusi. Dengan demikian, konstitusi bagi suatu negara adalah
keseluruhan sistem aturan yang menetapkan dan mengatur tata kehidupan
kenegaraan malalui sistem pemerintahan negara dan tata hubungan secara
timbal balik antara pemmerinyah dan orang seorang yang berada di bawah
pemerintahannya. (BP-7 Pusat, 1994: 1).

Konstituasi, sebagai bentuk tata aturan negara, merupakan sesuatu yang sangat
penting dalam kehidupan negara. Pentingnya konstitusi, sesuai dengan uraian di atas,

2
sebagai ketetapan yang digunakan sebagai pedoman atau dasar negara dalam mengatur
tata kehidupan kenegaraan.
Jadi dasar negara adalah suatu dasar atau pedoman yang berisi tata aturan untuk
mengatur tata kehidupan kenegaraan dalam bentuk konstitusi. Namun demikian perlu
dipahami bahwa tidak semua tata aturan untuk mengatur tata kehidupan kenegeraan
disebut konstitusi. Konstitusi merupakan aturan dasar atau hukum dasar baik tertulis
maupu tidak tertulis (konvensi).Mengapa disebut aturan atau hukum dasar, karena hanya
memuat aturan-atruran pokoknya saja.
S. Prajudi Atmasudirdjo, dkk, (1983: 3), melalui buku Konstitusi Republik
Federal Jerman, menyampaikan pendapatnya bahwa Konstitusi suatu negara termuat di
dalam UNDANG-UNDANG DASAR (Grondwet, Fundamental Law) dan berbagai
aturan KONVENSI. Kemudian pada halaman 4 menyampaikan pandangannya:

1. Konstitusi suatu negara adalah hasil atau produk daripada sejarah dan
proses perjuangan bangsa yang bersangkutan : begiru sejarah
perjuangannya begitulah pula konstitusinya
2. Konstitusi suatu negara adalah rumusan daripada filsafat, cita-cita,
kehendak, dan program perjuangan suatu bangsa.
3. Konstitusi adalah suatu cermin daripada jiwa, jalan pikiran, mentalitas,
dan kebudayaan suatu bangsa.

Kutipan ini memberi pengetahuan pada kita bahwa isi konstitusi mencakup
filsafat, cita-cita, aspirasi (kehendak), dan program perjuangan suatu bangsa.
Demikianlah, maka UUD 1945 sebagai suatu konstitusi, antara lain berisi filsafat
Pancasila, cita-cita bangsa yakni masyarakat adil dan makmur yang dibingkai dalam
prisip Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.

M. Thoyibi, dkk., (2016: 39)yang mengutip Suhino, menjelaskan :

Bahwa undang-undang dasar adalah suatu kitab atau dokumen yang


memuat aturan-aturan hukum dan ketentuan-ketentuan hukum yang
pokok-pokok atau dasar-dasar yang sifatnya tertulis, yang
menggambarkan tentang sistem ketatanegaraan suatu negara. Sedangkan
konstitusi adalah dokumen yang memuat aturan-aturan hukum dan
ketentuan-ketentuan hukum yang pokok-pokok atau dasar-dasar yang
sifatnya tertulis maupun tidak tertulis, yang menggambarkan tentang
sistem ketatanegaraan suatu negara

Demikianlah, walaupun ada yang menjelaskan bahwa konstitusi itu termuat dalam
UUD, namun berdasarkan kutipan tersebut, M. Thoyibi, dkk., menegaskan bahwa
undang-undang dasar bagian dari konstitusi.

3
B. Pancasila sebagai Dasar Negara
1. Landasan Hukum
Bila kita identifikasi, memang tidak ada undang-ndang negara maupun
pemerintah negara yang berisi tentang penetapan Pancasila sebagai dasar negara. Namun
bila kita cermati, kita akan menemukan suatu alur pemikiran yang dapat dikatakan
sebagai petunjuk penetapan Pancasila sebagai dasar negara.
Kita semua tahu bahwa UUD 1945 yang ditetapkan sebagai dasar negara pada
tanggal 18 Agustus 1945, harus kita artikan bahwa penetapan itu tidak hanya pada Bagian
Batang Tubuhnya saja, malainkan mencakup : Bagian Pembukaan, Bagian Batang
Tubuh, dan Bagian Penjelasan. Bila kita membaca semua alinea pada Bagian Pembukaan,
di situ kita temukan alinea keempat yang berbunyi :

Kemudian daripada itu untuk membentuk suatu Pemerintah Ngera


Indonesia yang melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah
darah Indonesia dan untuk memajukan kesejahteraan umum,
mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan ketertiban dunia
yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial,
maka disusunlah Kemerdekaan Kebangsaan Indonesia itu dalam suatu
Undang-Undang Dasar Negara Indonesia, yang terbentuk dalam suatu
susunan Negara Republik yang berkedaulatan rakyat dengan berdasar
kepada Ketuhanan Yang Maha Esa, Kemanusiaan yang adil dan beradab,
Persatuan Indonesia dan Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat
kebijaksanaan dalam Permusyawaratan/Perwakilan, serta dengan
mewujdukan suatu Keadilan Sosial bagi seluruh rakyat Indonesia
(Sekretariat Jenderal MPR R.I., 2018: 3)

Dalam alinea ini tertulis, … maka disusunlah Kemerdekaan Kebangsaan


Indonesia itu dalam suatu Undang-Undang Dasar Negara Indonesia, yang terbentuk
dalam suatu susunan Negara Republik yang berkedaulatan rakyat dengan berdasar kepada
Ketuhanan Yang Maha Esa, Kemanusiaan yang adil dan beradab, Persatuan Indonesia
dan Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
Permusyawaratan/Perwakilan, serta dengan mewujudkan suatu Keadilan Sosial bagi
seluruh rakyat Indonesia. Ini tidak lain adalah rumusan Pancasila.
Dengan demikian, disahkannya UUD 1945, yang mencakup Pembukaan,
mencakup Alinea ke 4, maka sah pula Pancasila sebagai dasar negara. Inilah alur pikir
yang dapat dipandang sebagai “pikukuh” atau sahnya Pancasila sebagai dasar negara.
Dengan demikian, Indonesia memiliki dua dasar negara, yakni UUD 1945 sebagai
dasar konstitusional dan Pancasila sebagai dasar ideal negara. Dasar ideal karena
Pancasila berisi nilai-nilai moral yang mendasar , yang asasi, karena hasil dari pemikiran
dan gagasan-gagasan atau ide-ide yang fundamental (Drijarkara, 1969: 14).
2. Pancasila sebagai Dasar Ideal Negara
4
Soerjanto Poespowardojo, disunting Oetojo Oesman dan Alfian (1991: 44),
mengatakan :
Dalam setiap undang-undang dasar selalu terdapat secara eskplisit atau
implisit pandangan-pandangan dan nilai-nilai dasar yang melandasi
penyelenggaraan negara. Pembukaan UUD 1945 dengan jelas menyatakan
bahwa Pancasila adalah dasar negara. Dengan demikian, Pancasila
merupakan nilai dasar yang normatif terhadap seluruh penyenggaraan
Negara Republik Indonesia.

UUD 1945, sebagaimana layaknya undang-undang dasar memuat pandangan –


pandangan yang melandasi penyelenggaran negara melalui bagian Pembukaan antara lain
melalui ungkapan yang berbunyi :

“ Bahwa sesungguhnya kemerdekaan itu ialah hak segala bangsa dan oleh sebab
itu, maka penjajahan di atas dunia harus dihapuskan karena tidak sesuai dengan
perikemanusiaan dan perikeadilan”.(MPR, 2018 : 3)

BP-7 Pusat (1994: 12) menegaskan :

Pandangan ini menunjukkan keteguhan dan kuatnya pendirian bangsa


Indonesia menghadapi masalah kemerdekaan melawan penjajahan.
Dengan pernyataan itu, bangsa Indonesia bukan saja bertekad untuk
merdeka, melainkan juga akan bersama-sama bangsa lain tetap berdiri di
barisan yang paling depan dalam menentang dan menghapuskan
penajajahan di atas dunia.

Di samping berisi pandangan-pandangan, UUD 1945 juga berisi nilai-nilai dasar.


Nilai-nilai dasar itutermuat dalam Pancasila yang terdapat pada Alinea IV Bagian
Pembukaan UUD 1945 tersebut. Pancasila bukan saja berisi kumpulan nilai-nilai,
melainkan nilai-nilai tersebut menjadi suatu sistem nilai. Sistem nilai tersebut adalah
sistem nilai dasar, sistem nilai yang asasi karena dihasilkan melalui berpikir mendalam,
berpikir sampai ke akar-akarnya, sampai asas dari sesuatu. Berpikir seperti ini lazim
disebut berpikir filsafat. Oleh karena itu, Pancasila berisi nilai-nilai filosofis, yakni nilai
moral.

Implikasi Pancasila sebagai sistem nilai-nilai moral adalah berkedudukan sebagai


suatu sumber, yakni sumber moral. Pancasila merupakan sumber kekuasaan negara di
Indonesia, sumber dari segala sumber hukumnegara di Indonesia, sumber peradilan
negara di Indonesia, dan sumber pengembangan kehidupan negara di Indonesia.

Pancasila sebagai sumber kekuasan negara di Indonesia sangat erat kaitannya


denganPresiden sebagai Kepala Negara. Presiden mempunyai kekuasaan memberi grasi,

5
amnesti, abolisi, da rehabilitasi. Kekuasaan-kekuasaan Presiden dalam pasal-pasal ini
ialah konsekuensi dari kedudukan Presiden sebagai Kepala Negara (MPR, 2018 : 34).

Pancasila sebagai sumber dari segala sumber hukum di Indonesia, berpijak pada
kenyataan bahwa sumber hukum di Indonesia bukan hanya satu melainkan ada 4, yakni
Proklamsi Kemerdekaan, UUD 1945, Dekrit Preside 5 Juli 1959, dan Surat Perintah
Sebelas Maret disingkat menjadi (Super Semar). Empat sumber ini disebut sumber
hukum karena ujudnya hukum, sedangkan Pancasila merupakan sumber moral karena
ujudnya moral.

Pancasila sebagai sumber moral dari Proklamasi Kemerdekaan Indonesia.


Proklamasi Kemerdekaan Indonesia ialah sumber hukum, artinya sumber yang ujudnya
hukum, bukan moral.Proklamasi Kemerdekaan merupakan suatu hukum, sebagai suatu
pernyataan ketentuan tentang status bangsa Indonesia. Proklamasi Kemerdekaan
Indonesia menjadi sumber hukum dari tidak berlakunya hukum kolonial dan mulai
berlakunya hukum nasional. Peristiwa tidak berlakunya hukum kolonial dan mulai
berlakunya hukum nasional, sebagai konsekuensi dari pernyataan Proklamasi
Kemerdekaan Indonesia. Sebelum pernyataan Proklamsi Kemerdekaan itu dibacakan,
hukum yang berlaku adalah hukum colonial.

Pancasila sebagai sumber moral UUD 1945. Kiranya semuanya mengetahui


bahwa UUD 1945 adalah hukum, maka disebut sumber hukum. UUD 1945 menjadi
sumber hukum dari tata urutan peraturan perundang-undangan negara Indonesia. Setiap
peraturan perundang-undangan di Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) tidak
boleh menyimpang dari UUD 1945. Demikian kita juga tahu bahwa UUD 1945
merupakan penjabaran dari nilai-nilai moral Pancasila artinya UUD 1945 bersumber
pada Pancasila.

Pancasila sebagai sumber moral dari Dekrit Presiden 5 Juli 1959. Dekrit
Presiden 5 Juli 1959 adalah sumber hukum, karena ujutnya hukum dan menjadi sumber
hukum dari :
a. Bubarnya lembaga Konstituante
b. Kembalinya UUD 1945 sebagai dasar konstitusi NKRI
c. Terbentuknya MPRS.
Dekrit Presiden ini tidak sembarangan dinyatakan, tetapi dilihat kepentingannya
bagi kehidupan bangsa dan negara. Dekrit Presiden 5 Juli 1959 terjadi, dilatar belakangi
oleh adanya konflik antar kelompok masyarakat. Anshari dikutip Thoyibi (2019: 20)
menjelaskan :
Terdapat dua pandangan besar terhadap Dasar Negara yang berpengaruh
terhadap munculnya Dekrit Presiden. Pandangan tersebut yaitu mereka
yang memenuhi “anjuran” Presiden/Pemerintah untuk kembali ke
Undang-Undang Dasar 1945 dengan Pancasila sebagaimana dirumuskan

6
dalam Piagam Jakarta sebagai dasar negara. Sedangkan pihak lainnya
menyetujui kembali ke Undang-Undang Dasar 1945, tanpa cadangan,
artinya dengan Pancasila seperti yang dirumuskan dalam Pembukaan
Undnag-Undang Dasar yang disahkan PPKI tanggal 18 Agustus 1945
sebagai dasar negara. Namun, kedua usulan tersebut tidak mencapai
kuorum keputusansidang konstituante.

Kemudian yang bahaya adalah bahwa masing-masing golongan tidak bersedia


berkompromi lebih lanjut, terjadilah kemacetan dalam proses pengambilan keputusan.
Kemacetan dalam pengambilan keputusan tentang dasar negara dapat menimbulkan krisis
eksistensi Negara Republik Indonesia (BP-7 Pusat, 1994: 27). Selanjutnya dijelaskan
bahwa Dekrit Presiden itu benar dan dapat dikatakan bersumber pada Pancasila terutama
sila Persatuan Indonesia, mengingat keadaan ketatanegaraan saat itu yang membahayakan
persatuan, kesatuan, keselamatan negara, nusa, dan bangsa.

Pancasila sebagai sumber moral Surat Perintah Sebel;as Maret (Super Semar).
Surat Perintah Sebelas Maret (Super Semar) merupakan sumber hukum, karena ujutnya
hukum dan menjadi sumber dari Jenderal Suharto dalam mengambil tindakan yang perlu
demi keutuhan dan keselamatan bangsa dan negara.

C. Hubungan Pancasila dengan UUD 1945


1. Hubungan Pancasila dengan Pembukaan UUD 1945
Di atas telah dikatakan bahwa undang-undang yang menjadi sumber hukum dari
Pancasila sebagai dasar negara memang tidak ada. Namun bila kita cermati, kita akan
menemukan suatu alur pemikiran yang dapat dikatakan sebagai petunjuk penetapan
Pancasila sebagai dasar negara.
Dalam pengertian yang bersifat yuridis kenegaraan, Pancasila yang
berfungsi sebagai dasar negara tercantum dalam Alinea Keempat
Pembukaan UUDNRITahun 1945, yang dengan jelas menyatakan, “…
maka disusunlah Kemerdekaan Kebangsaan Indonesia itu dalam suatu
Undang-Undang Dasar Negara Indonesia yang berkedaulatan rakyat
dengan berdasar kepada Ketuhanan Yang Maha Esa, Kemanusiaan yang
adil dan beradab, Persatuan Indonesia, dan Kerakyatan yang dipimpin oleh
hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan, serta dengan
mewujudkan suatu keadilan sosial bagi se;luruh rakyat Indonesia.
Sesuai dengan tempat keberadaan Pancasila yaitu pada Pembukaan UUD
NRI Tahun 1945, maka fungsi pokok Pancasila sebagai dasar negara pada
hakikatnya adalah sumber dari segala sumber hukum.
Alur pikiran inilah yang kemudian kita anggap bahwa Pancasila sah menjadi
dasar negara. Dengan begitu, Pembukaan UUD 1945 merupakan sumber hukum sahnya
Pancasila sebagai dasar ideal Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).
7
Kemudian sebaliknya, Pancasila menjadi sumber dari pandangan-pandangan yang
tercatum dalam Pembukaan UUD 1945. Ungkapan Bahwa sesungguhnya
kemerdekaan itu ialah hak segala bangsa dan oleh sebab itu, maka penjajahan di
atas dunia harus dihapuskan karena tidak sesuai dengan perikemanusiaan dan
perikeadilan”, adalah salah satu pandanganyang bersumber pada Pancasila
terutama sila Kemanusiaan yang adil dan berdab.

Lebih jauh dijelaskan Thoyibi (2019) yang mengutip Kaelan, secara ringkas
bahwa hubungan Pancasila dengan Pembukaan UUD 1945 mencakup hubungan formal
dan material. Hubungan formal menunjuk pada tercantumnya Pancasila dalam
Pembukaan UUD 1945. Hubungan material menunjuk pada materi pokok atau isi
Pembukaan yang tidak lain adalah Pancasila. Kedudukan Pancasila yang dipandang
sebagai materi pokok dalam Pembukaan UUD 1945 ini melahirkan penyebutan bahwa
Pembukaan UUD 1945 merupakan pokok kaidah yang fundamental.

2. Penjabaran Pancasila dalam Batang Tubuh UUD 1945

Secara garis besar, Pancasila sebagai dasar negara akan menjadi norma dasar
dalam menentukan keabsahan dua komponen, yakni :

a. Keabsahan bentuk penyeleggaraan negara


b. Keabsahan kebijakan-kebijakan pentingdalam proses pemerintahan negara

Masyarakat Indonseia sebagaimana layaknya suatu bangsa telah lama mencita-


citakan hidup yang sejahtera. Kesejahteraan ini dibingkai dalam prinsip adil dan makmur.
Tidak dikatakan sejahtera jika tidak adil dan juga tidak dikatakan sejahtera jika tidak
makmur sehingga terwujud adil dalam kemakmuran dan makmur dalam keadilan.
Cita-cita tersebut, akan dicapai melalui penyelenggaraan negara. Bentuk
penyelenggaran negara Indonesia mencakup gambaran tentang tujuan negara Republik
Indonesia dan proses mencapai tujuan negara tersebut.Gambarantujuan negara telah
terumuskan dalam Pembukaan UUD 1945 sebagai berikut :
1. Negara melindungi segenap bangsa dan seluruh tumpah darah Indonesia
2. Memajukan kesejahteraan umum,
3. Mencerdaskan kehidupan bangsa

8
4. Ikut serta melaksanakan ketertiban dunia

Empat tujuan negara tersebut untuk memenuhi kepentingan masyarakat Indonesia


sebagai suatu bangsa dan sebagai warga dunia. Tujuan 1, 2, dan 3, untuk memenuhi
kepentingan masyarkat Indonesia sebagai suatu bangsa, dan tujuan 4 untuk memenuhi
kepentingan masyarakat Indonesia sebagai warga dunia. Empat tujuan negara ini hendak
dicapai melalui pemerintahan negara yang berdasar pada UUD 1945 sebagai konstitusi
negara yang bersumber pada Pancasila (baca alinea ke 4 Pembukaan UUD 1945).
Dengan demikian, maka tujuan penyelenggaraan negara harus mengarah kepada
terwujudnya cita-cita bangsa Indonesia, yakni masyarakat adil dan makmur.
Pancasila sebagai dasar negara juga menjadi penentu keabsahan kebijakan-
kebijakan penting dalam proses pemerintahan negara. Setiap langkah atau kebijakan
pemerintah negara tidak boleh nilainya menyimpang dari norma-norma nilai Pancasila.
BP-7 Pusat, dalam buku Bahan Penataran P-4, menjelaskan :

Sebagai dasar negara, Pancasila meliputi suasana kebatinan atau cita-cita


hukum yang menguasai hukum dasar negara, baik berupa dukum dasar
tertulis yang berwujud undang-undang dasar maupun berupa hukum dasar
tidak tertulis yang tumbuh dalam praktik penyelenggaraan negara.
Suasana kebatinan atau cita-cita hukum ini dirangkum dalam empat pokok
pikiran yang terdapat dalam Penjelasan Undang-Undang Dasar 1945.

Tatanan hidup bernegara berujud hukum yang berlaku di suatu negara dan
bersumber pada konstitusi atau hukum dasar negara. Hukum dasar negara Indonesia ialah
UUD 1945. Ini dapat dikatakan bahwa UUD 1945 adalah sumber hukum atau sumber
tatanan hidup bernegara bagi Negara Kesatuan Republik Indonesia. Namun perlu disadari
bahwa sumber hukum di Indonesia bukan hanya UUD 1945. Sumber hukum yang lain
ialah : Proklamasi Kemerdekaan, Dekrit Presiden 5 Juli 1959, dan Surat Perintah Sebelas
Maret (Super Semar).

Proklamasi Kemerdekaan merupakan sumber hukum dari tidak berlakunya hukum


kolonial dan mulai berlakunya hukum nasional. Dekrit Presiden 5 Juli 1959, merupakan
sumber hukum dari berlakunya kembali UUD 1945 (menggantikan UUDS 1950),
Pembubaran Konstituante, dan Pembentukan MPRS. Super Semar merupakan sumber
hukum dari langkah Jenderal Suharto dalam mengambil tindakan yang perlu demi
keutuhan bangsa dan negara. Dengan demikian, terdapat empat sumber hukum dan inilah
yang terkenal dengan ungkapan segala sumber hukum.

Demikian, maka menurut Wuryanto (… ), pengertian Pancasila sebagai dasar


negara, adalah bahwa Pancasila menjadi sumber segala sumber hukum, sumber
kekuasaan, dan sumber Yurisprodensi.Skema di bawah ini diharapkan dapat
memperjelas uraian pengertian di atas :

9
Pancasila

Kekuasaan Segala Keputusan


Negara Sumber Hukum Peradilan

Daftar Pustaka
BP - 7 Pusat. (1994). Bahan Penataran P-4. Bagian UUD 1945. Jakarta.
MPR Republik Indonesia. (2018). Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun
1945. Jakarta : Sekretariat Jenderal MPR RI.

N. Drijarkara, S. J. (1969). Pancasila sebagai Ideologi. Semarang IKIP Semarang.


Oetojo Oesman dan Alfian. (1991). Pancasila sebagai Ideologi. Jakarta : BP-7 Pusat.
Saafroedin Bahar, dkk., (1995). Risalah Sidang BPUPKI dan PPKI. Jakarta : Sekretaris Negara
S. Prajudi Atmasudirdjo, dkk, (1983). Konstitusi Republik Federal Jerman (Jerman Barat).
Jakarta : Ghalia Indonesia.

10

Anda mungkin juga menyukai