1. Hakikat Pancasila
Saafroedin Bahar, dkk., (1995 : 8-84), melalui buku Risalah Sidang BPUPKI
dan PPKI, menampilkan pidato Mr. Muh. Yamin. Prof. Mr. Dr. Soepomo, dan Ir.
Soekarno dalam sidang BPUPKI tersebut. Tiga tokoh itu menyampaikan hasil
pemikiran-pemikirannya yang berupa gagasan-gagasan atas permintaan Ketua Sidang Dr.
K. R. T. Radjiman Wedyodiningrat, agar peserta sidang merumuskan dasar negara yang
akan didirikannya. Pada akhir pidatonya, Ir. Soekarno, menamakan gagasannya dengan
istilah Pancasila.
Jadi Pancasila adalah suatu ungkapan gagasan-gagasan atau biasa disebut ide-ide
tentang dasar negara. Pancasila sebagai gagasan-gagasan atau ide-ide tentang negara
adalah bukan gagasan-gagasan atau ide-idebiasa, melainkan ide-ide fundamental,ide-ide
yang mendasar, yang asasi dan kompleks (N. Drijarkara, S.J., 1969). Artinya, misalnya
bukan sekedar ide-ide mencari makan, ide-ide pengobatan, ide-ide dan sebagainya.
Melainkan ide-ide bagaimana mengangkat martabat manusia Indonesia, bagaimana
menyadarkan pandangan masyarakat Indonesia yang masih tradisioanl ke peradaban
modern, bagaimana mempersatukan manusia atau masyarakat Indonesia yang bhineka
dalam jumlah yang besar dan sebagainya. Gagasan atau ide yang mendasar itu bersifat
kompleks, rumit, yang membentuk suatu sistem.
Nilai-nilai Pancasila bukan berasal dari kehidupan bangsa lain, melainkan berakar
pada peradaban, kebudayaan, adat istiadat bangsa Indonesia sendiri. Pancasila berisi nilai
suatu peradaban yang mengangkat martabat manusia. Pancasila berisi nilai yang
1
berpotensi terciptanya kesetiakawanan, loyalitas, dan persatuanantar individu. Pancasila
berisi nilai yang berpotensi terwujudnya toleransi dan kasih sayang. Pancasila berisi nilai
yang berpotensiuntuk mewujudkan keadilan.
2. Hakikat Negara
Berbicara tentang negara dapat kita mulai dengan bicara tentang bangsa. Secara
sederhana, sesuai keperluan kita, maka :
Bangsa adalah rakyat yang telah mempunyai kesatuan tekad untuk
membangun masa depan bersama dengan mendirikan sebuah negara yang
akan mengurus terwujudnya aspirasi dan kepentingan bersama mereka
secara adil (BP-7 Pusat, 1994 : 5)
Negara didirikan oleh suatu bangsa untuk mengurus terwujudnya aspirasi dan
kepentingan bersama bangsa itu secara adil. Dengan demikian, negara merupakan suatu
yang dapat berfungsi sebagai subyek pelaku demi terwujudnya keinginan dan
kepentingan bangsa pendirinya.
Dalamkutipan ini, juga terkandung arti bahwa walaupun rakyat itu mempunyai
tekad untuk membangun masa depan bersama tetapi tidak dengan mendirikan negara
tidak disebut bangsa. Begitu eratnya hubungan antara bangsa dengan negara. Walaupun
Negara ada karena didirikan oleh suatu bangsa, namun derajat suatu bangsa karena
mampu mendirikan negara. Bahkan sebagaimana dikatakan Muh. Yamin : “ Negara, kita
dirikan tidaklah hanya menurut syarat kebangsaan, kemauan rakyat, dan perintah agama,
melainkan juga untuk mencukupi syarat-syarat dunia internasional, yaitu untuk mendapat
bentuk yang jelas supaya dapat diberi status internasional yang sempurna (Saafroedin
Bahar, dkk., 1995: 113).
Negara, walaupun dapat berfungsi sebagai subyek pelaku, namun ia bukan
sesuatu yang tunggal. Hakikat negara adalah suatu organisasi, yang mengatasi seluruh
faham. golongan, organisasi masyarakat lain yang ada dalam wilayah negara
tersebut.Setiap organisasi yang ingin tumbuh dan berkembang secara terus-
menerusmemerlukan keteraturan. Ia memerlukan aturan-aturan untuk menentukan dan
melaksanakan kehendaknya, menetapkan tujuannya, kewenangannya, dan mengatur tata
hubungan secara timbal balik antara dirinya dan anggota-anggotanya.
Oleh karena itu, negara sebagai organisasi memerlukan tata aturan dalam
bentuk konstitusi. Dengan demikian, konstitusi bagi suatu negara adalah
keseluruhan sistem aturan yang menetapkan dan mengatur tata kehidupan
kenegaraan malalui sistem pemerintahan negara dan tata hubungan secara
timbal balik antara pemmerinyah dan orang seorang yang berada di bawah
pemerintahannya. (BP-7 Pusat, 1994: 1).
Konstituasi, sebagai bentuk tata aturan negara, merupakan sesuatu yang sangat
penting dalam kehidupan negara. Pentingnya konstitusi, sesuai dengan uraian di atas,
2
sebagai ketetapan yang digunakan sebagai pedoman atau dasar negara dalam mengatur
tata kehidupan kenegaraan.
Jadi dasar negara adalah suatu dasar atau pedoman yang berisi tata aturan untuk
mengatur tata kehidupan kenegaraan dalam bentuk konstitusi. Namun demikian perlu
dipahami bahwa tidak semua tata aturan untuk mengatur tata kehidupan kenegeraan
disebut konstitusi. Konstitusi merupakan aturan dasar atau hukum dasar baik tertulis
maupu tidak tertulis (konvensi).Mengapa disebut aturan atau hukum dasar, karena hanya
memuat aturan-atruran pokoknya saja.
S. Prajudi Atmasudirdjo, dkk, (1983: 3), melalui buku Konstitusi Republik
Federal Jerman, menyampaikan pendapatnya bahwa Konstitusi suatu negara termuat di
dalam UNDANG-UNDANG DASAR (Grondwet, Fundamental Law) dan berbagai
aturan KONVENSI. Kemudian pada halaman 4 menyampaikan pandangannya:
1. Konstitusi suatu negara adalah hasil atau produk daripada sejarah dan
proses perjuangan bangsa yang bersangkutan : begiru sejarah
perjuangannya begitulah pula konstitusinya
2. Konstitusi suatu negara adalah rumusan daripada filsafat, cita-cita,
kehendak, dan program perjuangan suatu bangsa.
3. Konstitusi adalah suatu cermin daripada jiwa, jalan pikiran, mentalitas,
dan kebudayaan suatu bangsa.
Kutipan ini memberi pengetahuan pada kita bahwa isi konstitusi mencakup
filsafat, cita-cita, aspirasi (kehendak), dan program perjuangan suatu bangsa.
Demikianlah, maka UUD 1945 sebagai suatu konstitusi, antara lain berisi filsafat
Pancasila, cita-cita bangsa yakni masyarakat adil dan makmur yang dibingkai dalam
prisip Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.
Demikianlah, walaupun ada yang menjelaskan bahwa konstitusi itu termuat dalam
UUD, namun berdasarkan kutipan tersebut, M. Thoyibi, dkk., menegaskan bahwa
undang-undang dasar bagian dari konstitusi.
3
B. Pancasila sebagai Dasar Negara
1. Landasan Hukum
Bila kita identifikasi, memang tidak ada undang-ndang negara maupun
pemerintah negara yang berisi tentang penetapan Pancasila sebagai dasar negara. Namun
bila kita cermati, kita akan menemukan suatu alur pemikiran yang dapat dikatakan
sebagai petunjuk penetapan Pancasila sebagai dasar negara.
Kita semua tahu bahwa UUD 1945 yang ditetapkan sebagai dasar negara pada
tanggal 18 Agustus 1945, harus kita artikan bahwa penetapan itu tidak hanya pada Bagian
Batang Tubuhnya saja, malainkan mencakup : Bagian Pembukaan, Bagian Batang
Tubuh, dan Bagian Penjelasan. Bila kita membaca semua alinea pada Bagian Pembukaan,
di situ kita temukan alinea keempat yang berbunyi :
“ Bahwa sesungguhnya kemerdekaan itu ialah hak segala bangsa dan oleh sebab
itu, maka penjajahan di atas dunia harus dihapuskan karena tidak sesuai dengan
perikemanusiaan dan perikeadilan”.(MPR, 2018 : 3)
5
amnesti, abolisi, da rehabilitasi. Kekuasaan-kekuasaan Presiden dalam pasal-pasal ini
ialah konsekuensi dari kedudukan Presiden sebagai Kepala Negara (MPR, 2018 : 34).
Pancasila sebagai sumber dari segala sumber hukum di Indonesia, berpijak pada
kenyataan bahwa sumber hukum di Indonesia bukan hanya satu melainkan ada 4, yakni
Proklamsi Kemerdekaan, UUD 1945, Dekrit Preside 5 Juli 1959, dan Surat Perintah
Sebelas Maret disingkat menjadi (Super Semar). Empat sumber ini disebut sumber
hukum karena ujudnya hukum, sedangkan Pancasila merupakan sumber moral karena
ujudnya moral.
Pancasila sebagai sumber moral dari Dekrit Presiden 5 Juli 1959. Dekrit
Presiden 5 Juli 1959 adalah sumber hukum, karena ujutnya hukum dan menjadi sumber
hukum dari :
a. Bubarnya lembaga Konstituante
b. Kembalinya UUD 1945 sebagai dasar konstitusi NKRI
c. Terbentuknya MPRS.
Dekrit Presiden ini tidak sembarangan dinyatakan, tetapi dilihat kepentingannya
bagi kehidupan bangsa dan negara. Dekrit Presiden 5 Juli 1959 terjadi, dilatar belakangi
oleh adanya konflik antar kelompok masyarakat. Anshari dikutip Thoyibi (2019: 20)
menjelaskan :
Terdapat dua pandangan besar terhadap Dasar Negara yang berpengaruh
terhadap munculnya Dekrit Presiden. Pandangan tersebut yaitu mereka
yang memenuhi “anjuran” Presiden/Pemerintah untuk kembali ke
Undang-Undang Dasar 1945 dengan Pancasila sebagaimana dirumuskan
6
dalam Piagam Jakarta sebagai dasar negara. Sedangkan pihak lainnya
menyetujui kembali ke Undang-Undang Dasar 1945, tanpa cadangan,
artinya dengan Pancasila seperti yang dirumuskan dalam Pembukaan
Undnag-Undang Dasar yang disahkan PPKI tanggal 18 Agustus 1945
sebagai dasar negara. Namun, kedua usulan tersebut tidak mencapai
kuorum keputusansidang konstituante.
Pancasila sebagai sumber moral Surat Perintah Sebel;as Maret (Super Semar).
Surat Perintah Sebelas Maret (Super Semar) merupakan sumber hukum, karena ujutnya
hukum dan menjadi sumber dari Jenderal Suharto dalam mengambil tindakan yang perlu
demi keutuhan dan keselamatan bangsa dan negara.
Lebih jauh dijelaskan Thoyibi (2019) yang mengutip Kaelan, secara ringkas
bahwa hubungan Pancasila dengan Pembukaan UUD 1945 mencakup hubungan formal
dan material. Hubungan formal menunjuk pada tercantumnya Pancasila dalam
Pembukaan UUD 1945. Hubungan material menunjuk pada materi pokok atau isi
Pembukaan yang tidak lain adalah Pancasila. Kedudukan Pancasila yang dipandang
sebagai materi pokok dalam Pembukaan UUD 1945 ini melahirkan penyebutan bahwa
Pembukaan UUD 1945 merupakan pokok kaidah yang fundamental.
Secara garis besar, Pancasila sebagai dasar negara akan menjadi norma dasar
dalam menentukan keabsahan dua komponen, yakni :
8
4. Ikut serta melaksanakan ketertiban dunia
Tatanan hidup bernegara berujud hukum yang berlaku di suatu negara dan
bersumber pada konstitusi atau hukum dasar negara. Hukum dasar negara Indonesia ialah
UUD 1945. Ini dapat dikatakan bahwa UUD 1945 adalah sumber hukum atau sumber
tatanan hidup bernegara bagi Negara Kesatuan Republik Indonesia. Namun perlu disadari
bahwa sumber hukum di Indonesia bukan hanya UUD 1945. Sumber hukum yang lain
ialah : Proklamasi Kemerdekaan, Dekrit Presiden 5 Juli 1959, dan Surat Perintah Sebelas
Maret (Super Semar).
9
Pancasila
Daftar Pustaka
BP - 7 Pusat. (1994). Bahan Penataran P-4. Bagian UUD 1945. Jakarta.
MPR Republik Indonesia. (2018). Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun
1945. Jakarta : Sekretariat Jenderal MPR RI.
10