Anda di halaman 1dari 14

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Keluarga merupakan lingkungan sosial pertama bagi anak yang memberi dasar
perilaku perkembangan sikap dan nilai kehidupan dari keluarga. Salah satunya adalah
belajar menghormati orang yang lebih tua serta membantu menyelesaikan berbagai
masalah yang timbul. Orangtua diharapkan dapat membantu anak dalam menyesuaikan
diri dengan lingkungan untuk mengatasi masalah secara realistik dan simpati. Oleh
karena itu, keluarga sebagai tempat untuk mengkondisikan pemberian nilai positif pada
anak.
Namun disisi lain, keluarga sering kali menjadi sumber konflik bagi sejumlah orang.
Suasana keluarga yang tidak harmonis sering mendorong terjadinya konflik antara kedua
orang tua. Salah satu hal yang menjadi ketakutan besar bagi seorang anak adalah
perceraian orangtua. Ketika perceraian terjadi, anak akan menjadi korban utama.
Orangtua yang bercerai harus tetap memikirkan bagaimana membantu anak untuk
mengatasi penderitaan akibat perpisahan orangtuanya.
Perceraian yang terjadi pada pasangan suami istri, apapun alasannya, akan selalu
berakibat buruk pada anak, meskipun dalam kasus tertentu perceraian dianggap
merupakan alternatif terbaik daripada membiarkan anak tinggal dalam keluarga dengan
kehidupan pernikahan yang buruk. Perceraian orangtua dianggap sebagai salah satu
penyebab utama kegagalan masa depan anak. Anak dapat kehilangan orientasi masa
depan karena kehilangan kasih sayang orangtua. Pada umumnya setiap anak
menginginkan keutuhan keluarga.
Anak dengan penyesuaian diri yang baik pasca perceraian orangtua akan menemukan
makna yang positif dari perceraian orangtuanya sehingga dapat menciptakan masa depan
yang lebih cemerlang. Namun apabila anak tidak dapat menyesuaikan diri dan larut
dalam stres pasca perceraian orangtuanya, akan terjadi disorientasi masa depan.
Anak-anak dengan orangtua yang bercerai menunjukkan reaksi yang beragam,
begitupun dengan kepribadian yang terbentuk. Perceraian sebagai suatu pengalaman
traumatik dapat menjadikan anak menjadi tangguh, berkebribadian matang ataupun
sebaliknya.
Oleh karena itu, saya akan membahas pengaruh perceraian terhadap mental anak,
untuk mengetahui mental anak yang mengalami perceraian dalam keluarganya.

1.2. Rumusan Masalah

A. Bagaimanakah gambaran kondisi mental anak korban perceraian orangtua sebelum


terjadi perceraian ?
B. Bagaimanakah gambaran kondisi mental anak korban perceraian orangtua setelah
terjadi perceraian ?
C. Apa dampak yang akan didapatkan anak yang menjadi korban perceraian orangtua ?

Halaman 1
1.3. Tujuan Penulisan

A. Mengetahui bagaimana mental anak korban perceraian orangtua sebelum terjadi


perceraian.
B. Mengetahui bagaimana mental anak korban perceraian orangtua setelah terjadi
perceraian.
C. Mengetahui dan mendeskripsikan dampak perceraian orangtua terhadap mental anak.
1.4. Tujuan Penulisan

A. Bagi Guru
Hasil penelitian ini dapat memberikan informasi dan pemahaman mengenai
perceraian yang menjadi fenomena di lingkungan sekolah sehingga tercipta situasi
kondusif bagi anak korban perceraian.
B. Bagi orang tua
Diharapkan menjadi masukan bagi keluarga agar dapat memberikan pengertian dan
memberi perhatian lebih pada anak yang mengalami perceraian orangtua.
C. Bagi Peneliti lain
Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai referensi bagi pengembangan penelitian
mengenai perceraian orangtua.

Halaman 2
BAB II
KAJIAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORITIS

2.1. Tujuan Penulisan

Dalam landasan teori ini penulis menguraikan teori-teori yang diungkapkan para ahli
dari berbagai sumber yang mengandung penelitian meliputi pengaruh Perceraian Orang
tua Terhadap Anak.

2.2. Keluarga
A. Pengertian Keluarga

Secara Etimologi Keluarga merupakan sebuah kata yang memiliki makna


yang berbeda. Banyak orang yang memiliki pemikiran sendiri untuk mendefinisakan
mengenai arti keluarga. Bahkan, di dalam aspek ekonomi, budaya, dan sosial,
“keluarga” tentu saja memiliki arti yang berbeda-beda. Namun, perlu Anda ketahui
bahwa pengertian keluarga secara umum adalah kelompok sosial yang mendasar
dalam masyarakat yang umumnya terdiri dari satu atau dua orang tua dan anak-anak
mereka. Orang-orang yang tergabung dalam satu keluarga ini umumnya memiliki
komitmen jangka panjang satu sama lain dan sebagian besar tinggal dalam satu atap
bersama-sama.

Menurut sosiologi, keluarga adalah sebuah kelompok domestik intim dari


orang-orang yang terkait satu sama lain dengan ikatan darah, perkawinan seksual, dan
ikatan hukum.

Secara struktural dapat diartikan ke dalam 3 hal, yakni keluarga sebagai asal-
usul (families of origin), keluarga sebagai sarana utama untuk meneruskan keturunan
(families of procreation), dan keluarga sebagai wadah orang tua beserta anaknya
(extended family).

Secara fungsional mencakup tugas-tugas dan fungsi psikososial. Fungsi


tersebut dapat berupa perawatan terhadap anak, mengajarkan anak untuk
bersosialisasi, membentuk sifat atau mengendalikan emosional tiap anggota keluarga,
sebagai dukungan materi, dan pemenuhan peran-peran tertentu. Intinya, pengertian
keluarga secara fungsional ini lebih fokus terhadap tugas-tugas yang seharusnya
dilakukan oleh setiap anggota keluarga.

Kesimpulannya, pengertian keluarga adalah beberapa individu yang tergabung


dalam satu rumah tangga yang sama karena hubungan darah, ikatan perkawinan, dan
hal-hal lainnya. Secara umum, keluarga selalu menjadi tempat pertama untuk berbagi
kasih sayang, mengatasi masalah yang sedang dialami salah satu anggota keluarga,
dan membentuk karakter diri masing-masing individu dalam keluarga. Betapa
pentingnya arti dari sebuah keluarga. Maka dari itu, meluangkan lebih banyak waktu
untuk keluarga sangatlah diperlukan agar keutuhannya tetap terjaga.

Halaman 3
B. Manfaat Keluarga

1. Bekal untuk mengendalikan.


2. Memprediksi dan memahami perilaku anggota keluarga.
3. Mempermudah interaksi dengan anggota keluarga agar lebih memahami.
4. Memahami keinginan atau karakteristik masing-masing anggota keluarga dengan
baik.
5. Memahami pendapat dan perbedaan yang ada sebagai proses memberikan
dukungan.
6. Mempengaruhi perilaku atau pola pikir anggota keluarga dengan memberikan
sudut pandang yang lebih positif.
C. Fungsi Keluarga

1. Fungsi Agama, Keluarga menjadi tempat dimana nilai agama diberikan, diajarkan,
dan dipraktikkan. Disini, orangtua berperan menanamkan nilai agama sekaligus
memberi identitas agama kepada anak. Keluarga yang berhasil menerapkan nilai-
nilai agama melalui contoh dalam kehidupan sehari-hari mampu memberikan
fondasi yang kuat bagi setiap anggota keluarganya.
2. Fungsi Kasih Sayang, Sejak bayi dilahirkan, sejak itu pula ia mengenal kasih
sayang. Perasaan disayangi sangat penting bagi seorang anak, karena kelak ia
akan tumbuh menjadi seseorang yang mampu menyayangi pula. Hal ini akan
menjadi modal bagi semua anggota keluarga untuk menumbuhkan rasa kasih
sayang dalam konteks yang lebih luas dan mampu mengurangi munculnya bibit
permusuhan dan anarkisme dalam masyarakat.
3. Fungsi Reproduksi, Salah satu tujuan sebagian besar umat manusia untuk
berkeluarga adalah untuk mendapatkan keturunan. Melalui pernikahan yang sah,
keluarga menjadi entitas yang mampu menghasilkan generasi penerus bangsa.
Pendidikan seks sejak dini dan sikap menghargai lawan jenis perlu ditanamkan
dalam keluarga.

Halaman 4
2.3. Perceraian
A. Pengertian
Perceraian adalah berakhirnya suatu pernikahan. Saat kedua pasangan tak ingin
melanjutkan kehidupan pernikahannya, mereka bisa meminta pemerintah untuk dipisahkan.
Selama perceraian, pasangan tersebut harus memutuskan bagaimana membagi harta mereka
yang diperoleh selama pernikahan seperti rumah, mobil, perabotan atau kontrak), dan
bagaimana mereka menerima biaya dan kewajiban merawat anak-anak mereka. Banyak
negara yang memiliki hukum dan aturan tentang perceraian, dan pasangan itu dapat
menyelesaikannya ke pengadilan.
Menurut islam Perceraian atau bisa juga disebut talak adalah pemutusan hubungan
suami istri dari hubungan pernikahan yang sah menurut aturan agama Islam dan negara.
Perceraian dianggap sebagai cara terakhir yang bisa diambil oleh pasangan suami istri untuk
menyelesaikan masalah yang mungkin mereka miliki. Padahal tidak menutup kemungkinan
jika keputusan bercerai yang mereka ambil akan membawa masalah berikutnya, terutama ang
berkaitan dengan hak asuh anak. Oleh karena itu, sebaiknya kita sebisa mungkin berusaha
untuk mencegah terjadinya perceraian ini.
Pada prinsipnya Undang-Undang Perkawinan adalah mempersulit adanya perceraian
tetapi tidak berarti Undang-Undang Perkawinan tidak mengatur sama sekali tentang tata cara
perceraian bagi para suami isteri yang akan mengakhiri ikatan perkawinannya dengan jalan
perceraian.
B. Jenis-Jenis Perceraian
1. Cerai Talaq
Perceraian secara talaq berlaku apabila suami membuat keputusan
untuk menceraikan istri dengan mengucapkan talaq. Meski telah mengucapkan
talaq, suami tetap harus menceraikan istri secara sah ke pengadilan.
Talaq dibagi dua yaitu:
1) Talaq sharih (langsung), adalah ucapan talaq secara jelas dan
eksplisit yang apabila diucapkan kepada istri, maka jatuhlah
talaq walaupun suami tidak berniat untuk bercerai. Seperti
contoh apabila suami berkata, "Aku ceraikan kau." atau "Kamu
diceraikan." kepada istri.
2) Talaq kinayah (tidak langsung, implisit), Talaq kinayah adalah
ucapan yang mengandung makna perceraian yang tersirat tetapi
tidak secara langsung. Contohnya, "Pulanglah pada orang
tuamu!" yang diucapkan oleh suami.
2. Cerai Ta’liq
Perceraian secara ta’liq berlaku apabila suami melanggar sighat ta’liq
yang diucapkannya pada saat akad nikah dahulu.
3. Cerai Khulu
Khulu adalah perceraian yang dibeli oleh si istri dari suaminya karena
ada beberapa hal dari suami yang tidak menyenangkan istrinya.

C. Penyebab Perceraian

Halaman 5
Faktor penyebab perceraian antara lain adalah sebagai berikut:

 Ketidakharmonisan dalam rumah tangga


Alasan tersebut di atas adalah alasan yang paling kerap dikemukakan oleh pasangan
suami – istri yang akan bercerai. Ketidakharmonisan bisa disebabkan oleh berbagai
hal antara lain, krisis keuangan, krisis akhlak, dan adanya orang ketiga. Dengan kata
lain, istilah keharmonisan adalah terlalu umum sehingga memerlukan perincian yang
lebih mendetail.

 Krisis moral dan akhlak


Selain ketidakharmonisan dalam rumah tangga, perceraian juga sering memperoleh
landasan berupa krisis moral dan akhlak, yang dapat dilalaikannya tanggung jawab
baik oleh suami ataupun istri, poligami yang tidak sehat, penganiayaan, pelecehan
dan keburukan perilaku lainnya yang dilakukan baik oleh suami ataupun istri, misal
mabuk, berzina, terlibat tindak kriminal, bahkan utang piutang.

 Perzinaan
Di samping itu, masalah lain yang dapat mengakibatkan terjadinya perceraian
adalah perzinaan, yaitu hubungan seksual di luar nikah yang dilakukan baik oleh
suami maupun istri.

 Pernikahan tanpa cinta


Alasan lainnya yang kerap dikemukakan oleh suami dan istri, untuk mengakhiri
sebuah perkawinan adalah bahwa perkawinan mereka telah berlangsung tanpa
dilandasi adanya cinta. Untuk mengatasi kesulitan akibat sebuah pernikahan tanpa
cinta, pasangan harus merefleksi diri untuk memahami masalah sebenarnya, juga
harus berupaya untuk mencoba menciptakan kerjasama dalam menghasilkan
keputusan yang terbaik.

 Adanya masalah-masalah dalam perkawinan


Dalam sebuah perkawinan pasti tidak akan lepas dari yang namanya masalah.
Masalah dalam perkawinan itu merupakan suatu hal yang biasa, tapi percekcokan
yang berlarut-larut dan tidak dapat didamaikan lagi secara otomatis akan disusul
dengan pisah ranjang seperti adanya perselingkuhan antara suami istri. Langkah
pertama dalam menanggulangi sebuah masalah perkawinan adalah :

1. Adanya keterbukaan antara suami–istri


2. Berusaha untuk menghargai pasangan
3. Jika dalam keluarga ada masalah, sebaiknya diselesaikan secara baik-baik
4. Saling menyayangi antara pasangan

D. Dampak Perceraian
1. Bagi Seorang Anak

Halaman 6
a) Anak akan Merasa Bersalah
b) Anak Jadi Paranoid
c) Bertabiat Buruk
d) Tidak Mau Menikah
e) Kesepian
2. Bagi Seorang Wanita
a) Stres
b) Cemas
c) Dihantui perasaan bersalah
d) Lebih bertanggung jawab

BAB III

Halaman 7
METODOLOGI PENELITIAN

3.1. Metode

Metode berasal dari Bahasa Yunani methodos yang berarti cara atau jalan yang
ditempuh. Sehubungan dengan upaya ilmiah, maka metode masalah kerja untuk dapat
memahami objek yang menjadi sasaran ilmu yang bersangkutan. Fungsi metode berarti
sebagai alat untuk mencapai tujuan, atau bagaimana cara melakukan atau membuat sesuatu.

Dalam penulisan ini, penulis akan menggunakan 3 metode penulisan yang akan
membantu dalam penelitiuannya, yaitu:

a. Metode Observasi

Metode observasi adalah melihat dan mendengarkan peristiwa atau tindakan yang
dilakukan oleh orang-orang yang diamati, kemudian merekan hasil pengamatan dengan
catatan atau alat bantu lainnya.

b. Metode Wawancara

Wawancara yang dimaksud Nazir (1988) adalah proses memperoleh keterangan untuk
tujuan penelitian dengan cara tanya jawab sambil bertatap muka antara si penanya atau
pewawancara dengan si penjawab atau responden dengan menggunakan alat yang
dinamakan interview guide (panduan wawancara).

c. Metode Studi Pustaka

Menurut Mardalis:(1999) studi pustaka adalah mengumpulkan informasi dan data


dengan bantuan berbagai macam material yang ada di perpustakaan seperti dokumen,
buku, catatan, kisah-kisah sejarah, majalah, dan lain sebagainya.

Menurut Arikunto (2006) studi pustaka adalah metode pengumpulan data dengan
mencari informasi lewat buku, majalah, koran, dan literatur lainnya yang bertujuan untuk
membentuk sebuah landasan teori.

Menurut Nazir (1988) studi pustaka adalah teknik pengumpulan data dengan
melakukan penelaah terhadap berbagai buku, literatur, catatan, serta berbagai laporan
yang berkaitan dengan masalah yang akan dipecahkan.

3.2. Populasi dan Sampel

Halaman 8
A. Populasi

Menurut Djarwanto (1994:420) populasi atau universe adalah jumlah keseluruhan dari
satuan-satuan atau individu-individu yang karakteristiknya hendak diteliti. Dan satuan-
satuan tersebut dinamakan unit analisis, dan dapat berupa orang-orang, institusi-institusi,
benda-benda, dan seterusnya.

Maka dari penjelasan para ahli tersebut penulis menetapkan populasi dalam penelitian ini
adalah pedegang kaki lima yang berjualan di trotoar dan mengganggu kenyamanan para
pejalan kaki.

B. Sampel

Menurut Djarwanto (1994:43) sampel atau contoh adalah sebagian dari populasi yang
karakteristiknya hendak diteliti. Sampel yang baik, yang kesimpulannya dapat dikenakan
pada populasi adalah sampel yang bersifat representatif atau yang dapat menggambarkan
karakteristik populasi.

Menurut Sugiyono (2010:118) sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang
dimiliki oleh populasi tersebut.

Menurut Soehartono, 2004:57 sampel adalah bagian dari populasi yang akan diteliti dan
dianggap mampu menggambarkan populasi.

Maka dari penjelasan para ahli tersebut penulis menetapkan sample adalah pedagang kaki
lima yang berjualan di trotoar dan mengganggu kenyamanan para pejalan kaki.

3.3. Instrumen Penelitian

A. Instrumen Angket

Angket atau kuesioner pada umumnya digunakan sebagai instrumen penelitian survey
atau riset yang menggunakan pendekatan kuantitatif. Kuisioner bisa terdiri atas dua
pertanyaan; pertanyaan yang bisa bersifat tertutup atau terbuka. Kuesioner dengan pertanyaan
tertutup memberi opsi responden untuk memilih jawaban yang sudah tertulis dalam
kuesioner. Pertanyaan terbuka memberi kesempatan pembaca untuk menuliskan jawabannya
sendiri.

B. Instrumen Observasi

Halaman 9
Observasi atau pengamatan merupakan kegiatan memperhatikan objek penelitian dengan
seksama. Selain itu, kegiatan observasi bertujuan mencatat setiap keadaan yang relevan
dengan tujuan penelitian.

Menurut Prof. Sofyan, observasi diartikan sebagai pengamatan yang dilakukan secara
partisipan dan non-partisipan. Metode partisipan mengharuskan peneliti terlibat di dalam
aktivitas anak-anak dan remaja berbeda dengan metode non-partisipan karena hanya
mengamati dari luar, peneliti tidak perlu terlibat.

C. Instrumen Wawancara

Wawancara digunakan sebagai teknik pengumpulan data apabila peneliti ingin melakukan
studi pendahuluan untuk menemukan masalah yang harus diteliti dan juga apabila peneliti
ingin mengetahui hal-hal dari responden yang lebih mendalam dan jumlah respondenya
sedikit/kecil. Wawancara dapat dilakukan secara terstruktur (peneliti telah mengetahui
dengan pasti tentang informasi apa yang akan diperoleh) maupun tidak terstruktur (peneliti
tidak menggunakan pedoman wawancara yang telah tersusun secara sistematis dan lengkap
sebagai pengumpul datanya) dan dapat dilakukan secara langsung (tatap muka) maupun
secara tidak langsung (melalui media seperti telepon).

D. Instrumen Soal atau Tes

Tes merupakan bagian tersempit dari penilaian. Menurut Dejamri (2008:67), tes merupakan
salah satu cara untuk menaksirkan besarnya kemampuan seseoarng secara tidak langsung,
yaitu melalui respons seseorang terhadap stimulus atau pertanyaan. Tes juga dapat diartikan
sebagai jumlah pertanyaan yang harus diberikan tanggapan dengan tujuan untuk mengukur
tingkat kemampuan seseorang atau mengungkap aspek tertentu dari orang yang dikenai tes.
Tester merupakan orang yang melakukan tes, pembuat tes atau eksperimentor merupakan
orang yang melakukan percobaan dengan menggunakan tes, sedangkan testee merupakan
orang yang dikenai tes atau yang sedang dikenai percobaan (Dimyati dan
Mudjiono,1999:209).

Menurut KBBI soal adalah apa yang menuntut jawaban dan sebagainya (pertanyaan dalam
hitungan dan sebagainya).

3.4. Jadwal Penelitian

Halaman 10
A. Persiapan

Menurut KBBI persiapan adalah perbuatan (hal dan sebagainya) bersiap-siap atau
mempersiapkan; tindakan (rancangan dan sebagainya) untuk sesuatu.

Menurut Irawadi persiapan adalah suatu kegiatan yang akan dipersiapkan sebelum
melakukan sebuah kegiatan tanpa persiapan, kegiatan tidak akan terlaksanakan dengan baik
ataupun susah untuk dilaksanakan sebaliknya jika kita persiapan, maka kegiatan itu akan
terlaksana dengan baik hasil dari persiapan adalah sebuah kegiatan yang memuaskan.

B. Pelaksanaan

Menurut KBBI pelaksanaan adalah proses, cara, perbuatan melaksanakan.

Dari pengertian diatas, pada hari Selasa, 11 Februari 2020 penulis akan melakukan
pengamatan terhadap pedagang kaki lima yang berjualan di trotoar. Kamis, 13 Februari 2020,
penulis akan melakukan wawancara kepada para pedagang kaki lima untuk menggali
informasi yang lebih dalam terkait dengan bagaimana para pedagang berjualan di trotoar.

3.5. Pengolahan Data

A. Sumber Data

Menurut Arikunto (1998:144), sumber data adalah yang dimaksud dengan sumber data
dalam penelitian adalah subjek dari mana data dapat diperoleh. Menurut Sutopo sumber data
adalah tempat data diperoleh dengan menggunakan metode tertentu baik manusia, artefak,
ataupun dokumen-dokumen.

Dari pengertian diatas penulis akan memperoleh sumber data dari hasil wawancara
pedagang kaki lima yang berjualan di trotoar. Selain itu juga dari hasil pengamatan lembar
observasi.

B. Analisis Data

Menurut Bogdan dan Taylor (1975), analisis data adalah proses yang merinci usaha formal
untuk menemukan tema dan merumuskan hipotesis (ide) seperti yang disarankan oleh data
dan sebagai usaha untuk memberikan bantuan pada tema dan hipotesis itu.

Dari pengertian diatas setelah penulis memperoleh semua sumber data, penulis akan
menganalisis keterkaitan hasil data tersebut terhadap topic yang dibahas penulis yaitu
pengaruh pedagang kaki lima yang berjualan di trotoar terhadap kenyamanan para pejalan
kaki.

BAB IV

Halaman 11
PEMBAHASAN

4.2 Faktor Yang Mempengaruhi Pasangan Suami Istri Berpisah

a. Nikah Muda, Bisa jadi karena alasan usia, finansial, atau takut keburu direbut
orang lain, beberapa orang cenderung terburu-buru ketika memutuskan untuk
menikah. Padahal, banyak yang mengakui bahwa sebenarnya dari awal mereka
sudah merasakan bahwa ada masalah di antara mereka dan pasangan mereka. Tapi
mereka menganggap bahwa semua itu akan selesai juga nantinya setelah menikah.

b. Memiliki visi yang berbeda, Setelah menikah Seseorang akansadar bahwa istri dan
suami ternyata sungguh berbeda. Ia ingin mengembangkan karier dan fokus pada
bisnisnya, sementara kamu ingin segera memiliki anak dan menghabiskan banyak
waktu dengan keluarga.

c. Harapan yang tidak terpenuhi, Yang paling mudah menghancurkan cinta


Seseorang adalah ekspektasi-ekspektasi yang seseorang miliki dalam hati. Jika
seseorang merasa tidak bahagia dan seseorang berharap kepada pasangan bisa
memberi kebahagiaan, sampai kapan pun tak akan mendapatkannya. Kebahagiaan
yang sejati itu datang dari diri sendiri, bukan dari orang lain.

4.3 Dampak Cerai Pada Sebuah Keluarga

a. Anak akan Merasa Bersalah, Pikiran anak-anak memang kerap kali belum matang,
sehingga saat orangtua memutuskan untuk bercerai mereka akan merasa bahwa hal ini
terjadi karenanya. Mereka akan merasa sangat bersalah, apalagi jika anak masih berusia
di bawah 12 tahun. Mereka tergolong sangat rapuh dalam menghadapi hal ini. Anak akan
merasa jika dunia mereka menjadi berantakan setelah kedua orangtua bercerai.
b. Anak Jadi Paranoid,saat orangtua memutuskan untuk bercerai, maka anak akan
berisiko kehilangan rasa percaya diri, ketenangan batin, dan kehilangan cita-cita.
Mereka tidak lagi memiliki semangat dalam menjalani kehidupan. Hasilnya,
mereka akan berkembang menjadi pribadi yang paranoid. Sifat ini akan
membuatnya menarik diri dari pergaulan di masyarakat dan ia akan memilih untuk
bersembunyi dalam kesendirian atau malah menjadi seorang pribadi yang kasar.

BAB V

Halaman 12
SIMPULAN DAN SARAN

5.1 Simpulan

a. Cerai memiliki dampak negatif khususnya kepada anak,karena cerai dapat


menyebabkan seorang anak menjadi merasa bersalah kepada orang tuanya.

b. Cerai memiliki dampak positif khususnya kepada wanita,karena cerai dapat


menyebabkan wanita menjadi lebih bertanggung jawab.

c. Nikah muda adalah salah satu penyebab terjadinya perceraian karena nikah muda
beberapa orang cenderung terburu-buru untuk menikah lebih awal tanpa
memikirkan usia,finansial,dan lainnya.

5.2 Saran

a. Untuk para orang tua yang mempunyai anak. Pikirkan lah matang-matang
sebelum memutuskan sebuah hal.

b. Jangan terburu-buru untuk menikah.karena nikah muda adalah salah satu


penyebab perceraian rumah tangga yang paling banyak terjadi di dunia.

DAFTAR PUSTAKA

Halaman 13
https://skata.info/article/detail/191/8-fungsi-keluarga-yang-penting-untuk-dilakukan

https://www.tehsariwangi.com/artikel/mengetahui-lebih-jauh-tentang-pengertian-keluarga

https://dalamislam.com/hukum-islam/pernikahan/hukum-perceraian-dalam-islam

https://www.halodoc.com/7-efek-buruk-perceraian-bagi-anak

https://id.wikipedia.org/wiki/Perceraian

https://www.guesehat.com/dampak-perceraian-terhadap-psikologis-wanita

https://id.wikipedia.org/wiki/Metode

http://sosiologis.com/metode-observasi

http://merlitafutriana0.blogspot.com/p/wawancara.html

http://www.definisimenurutparaahli.com/pengertian-studi-pustaka/

https://www.statistikian.com/2012/10/pengertian-populasi-dan-sampel.html

http://sosiologis.com/instrumen-penelitian

https://dosensosiologi.com/5-instrumen-penelitian-pengertian-jenis-dan-contoh-lengkap/

https://afidburhanuddin.wordpress.com/2013/05/21/pengumpulan-data-dan-instrumen-
penelitian/

http://ayo-nambah-ilmu.blogspot.com/2016/06/instrumen-tes-pengertian-langkah-
macam.html

https://kbbi.web.id/siap

http://irawadiymailcom.blogspot.com/2009/05/pengertian-persiapan_29.html

https://www.asikbelajar.com/pengertian-sumber-data-menurut-arikunto/

https://www.gurupendidikan.co.id/pengertian-analisis-data/

Halaman 14

Anda mungkin juga menyukai