Anda di halaman 1dari 18

LATAR BELAKANG

Pendidikan merupakan dasar pembentuk suatu bangsa. Pendidikan menjadi penentu


kesuksesan suatu bangsa. Dalam mewujudkan pendidikan yang baik, diperlukan proses
pembelajaran yang baik pula. Proses pembelajaran sekarang ini yang sudah berubah
paradigma dari “mengajar” menjadi “membelajarkan” yang merupakan kunci dari
perkembangan sumber daya manusia ke arah yang lebih baik.
Dalam mewujudkan pendidikan dan pembelajaran yang baik, seorang tenaga pendidik
hendaknya memperhatikan banyak faktor. Dalam pembelajaran di sekolah, biasanya ada tiga
tahap yang harus diperhatikan oleh tenaga pendidik atau guru. Ketiga tahap tersebut yaitu:
persiapan, proses, dan evaluasi. Pada tahap persiapan, seorang tenaga pendidik hendaknya
memperhatikan kesiapan siswa dalam memulai suatu proses pembelajaran. Seorang guru
harus memastikan bahwa siswa siap dan memiliki pengetahuan yang cukup mengenai materi
prasyarat sebelum masuk ke materi yang akan dibahas. Jika siswa tidak memiliki
pengetahuan yang cukup, dapat dilakukan apersepsi. Selain itu, seorang guru juga harus dapat
mempersiapkan kelengkapan yang akan dipakai pada proses pembelajaran. Kelengkapan itu
antara lain RPP, LKS, buku sumber, media, dan lainnya. Kemudian, dalam proses
pembelajaran, guru harus memperhatikan kegiatan ini dengan memilih model maupun
metode pembelajaran yang sesuai dengan karakteristik siswa. Selain itu, guru harus mampu
bertindak sebagai fasilitator yang membantu siswa saat menemui kesulitan namun tetap
memberikan kesempatan pada siswa dalam mengkonstruksi pengetahuannya sendiri.
Proses evaluasi merupakan proses penilaian yang biasanya dilakukan di akhir
pembelajaran namun juga tidak menutup kemungkinan dilakukan di akhir pembelajaran.
Proses evaluasi dilakukan oleh guru melalui berbagai cara. Salah satunya adalah dengan
menyelenggarakan tes. Menurut Norman Grounlund (1982), ada tiga jenis tes antara lain:
Placement Testing (tes penempatan) yang dilakukan pada awal pembelajaran, Formative and
Diagnostic Testing (tes formatif dan diagnostik) yang diadakan selama proses pembelajaran,
dan Sumative Testing (Tes Sumatif) yang dilakukan pada akhir pembelajaran. Ketiga jenis tes
ini merupakan dasar bagi seorang guru dalam melakukan eveluasi.
Dalam menyusun suatu tes, hal yang harus diperhatikan seorang guru adalah
pemilihan soal yang tepat. Pemilihan soal disesuaikan dengan aspek mana yang akan dinilai
dari siswa. Secara umum ada dua bentuk tes yaitu yang berbentuk/dinilai secara objektif dan
subjektif. Tes berbentuk objektif memungkinkan penilaian dilakukan secara objektif dengan
mengesampingkan faktor waktu maupun personal penilai. Sedangkan tes subjektif
memungkinkan dilakukannya penilaian secara subjektif. Kedua tipe tes ini mempunyai
kelebihan dan kekurangan masing-masing.
Salah satu jenis tes yang banyak diterapkan adalah tes objektif. Hal ini dikarenakan
tes objektif dapat mengukur berbagai macam hasil belajar dan juga lebih mudah dalam
menentukan penilaiannya. Dalam makalah ini akan dibahas mengenai bagaimana
mengkonstruksi dan memilih jenis tes objektif yang sesuai dalam pembelajaran.
MENGKONSTRUKSI TEST PENGETAHUAN OBJEKTIF

Soal-soal tes objektif dapat digunakan untuk mengukur berbagai macam hasil belajar.
Tes objektif yang paling umum digunakan adalah soal pilihan ganda, namun jenis yang
lain juga juga sering digunakan. Mengikuti aturan yang sederhana namun penting
dalam mengkonstruksi tes objektif dapat meningkatkan kualitas soal tes objektif.

Dalam bab sebelumnya, kita menitikberatkan pentingnya mengukur tingkat pengetahuan,


menyiapkan spesifikasi tes, dan mengkonstruksi soal-soal yang dapat mengukur tiap hasil
belajar secara langsung. Langkah ini perlu jika kita menginginkan sebuah tes prestasi yang
menyediakan sampel dari kemampuan siswa yang relevan dan representatif terhadap
keobjektifan intruksional dari mata pelajaran.
Dalam mengkonstruksi tes prestasi agar sesuai dengan sekumpulan spesifikasi,
pembuat tes boleh memilih dari berbagai macam jenis soal. Beberapa dari tipe soal
merupakan soal objektif, karena dapat diberikan skor secara objektif. Skor-skor kesamaan
kompetensi dapat memberikan penilaian secara independen dan memberikan hasil yang
sama. Soal-soal tes objektif termasuk juga soal tipe seleksi berikut: pilihan ganda, benar-
salah, dan mencocokkan. Soal-soal tipe mengisi yang dibatasi pada jawaban singkat
(beberapa kata atau kurang) juga termasuk soal tes objektif, meskipun soal seperti itu tidak
secara penuh bersifat objektif. Soal tipe mengisi yang lain yaitu soal esai adalah soal yang
bersifat subjektif. Penilaian subjektif dari pemberi skor masuk ke dalam penskoran dan skor
satu dengan lainnya berbeda dari segi orang dan waktu pemberian skornya meskipun berasal
dari pemberi skor yang sama.
Hasil belajar secara khas diukur dengan soal tes objektif karena soal jenis ini (1) dapat
diadaptasikan dengan lebih mudah ke hasil belajar khusus yang diukur, (2) menyediakan
sampel yang lebih memadai dari kemampuan siswa, dan (3) dapat dilakukan penskoran yang
lebih cepat dan bersifat objektif. Soal esai secara umum digunakan untuk mengukur hasil
belajar yang lebih kompleks, dimana kesulitan dalam penskoran diimbangi oleh pentingnya
hasil yang diperoleh dan oleh keunikan respon yang diperoleh oleh pertanyaan tersebut
(seperti kemampuan untuk membuat dan mengorganisasikan).
A. MEMILIH TIPE SOAL OBJEKTIF YANG DIGUNAKAN

Ada dua pertimbangan utama dalam memilih tipe soal tes spesifik yang digunakan.
Pertama adalah sifat dasar dari hasil belajar. Seperti yang dicatat sebelumnya, butir soal tes
harus mengukur hasil belajar secara langsung, dan sering kali mendikte tipe soal spesifik.
Pertimbangan kedua adalah kualitas dari butir soal yang dikonstruksi. Hal-hal lain yang sama,
soal pilihan ganda cenderung menyediakan butir soal dengan kualitas terbaik. Yaitu, saat
beragam butir tes secara equal dapat diadaptasikan ke hasil belajar dan materi yang akan
diukur, butir soal pilihan ganda secara umum akan menyediakan pengukuran yang lebih
memadai dari tipe soal lainnya. Sebagai tambahan, fakta bahwa soal pilihan ganda dapat
mengukur beragam hasil belajar, berkisar dari sederhana sampai kompleks, sangat mudah
untuk melihat kenapa tipe soal ini dinilai sangat tinggi dan digunakan secara luas.
Prosedur penyusunan tes yang efektif adalah yang memperhitungkan kedua
pertimbangan di atas, memulai setiap butir sebagai butir soal pilihan ganda, mengubah ke
butir soal lainnya hanya saat hasil belajar atau materi membuatnya perlu untuk diubah.
Dengan demikian, saat hanya terdapat dua alternatif yang mungkin, perubahan dapat
dilakukan dengan menjadikannya soal benar-salah, saat terdapat beberapa faktor serupa untuk
dihubungkan perubahan dapat dibuat menjadi soal mencocokkan, dan saat saat kemampuan
menjawab pertanyaan adalah elemen yang signifikan, perubahan dapat dibuat menjadi soal
jawaban singkat.
Soal pilihan ganda mempunyai peran penting dalam tes objektif dari hasil belajar
siswa yang akan diprioritaskan dan sangat detail. Dalam bab ini akan dibahas mengenai jenis-
jenis soal tes objektif: pilihan ganda, benar-salah, mencocokkan, dan jawaban singkat.

B. MENYUSUN TES PILIHAN GANDA

Tes pilihan ganda terdiri atas pokok soal (stem) yang menyajikan situasi
permasalahan dan beberapa pilihan jawaban (option) yang menyediakan solusi-solusi yang
masuk akal dan terkait dengan masalah yang diajukan. Pilihan-pilihan ini mencakup jawaban
benar dan beberapa jawaban salah yang masuk akal yang disebut dengan pengecoh
(distracters). Fungsi dari pengecoh ini adalah untuk membingungkan siswa yang tidak yakin
pada jawaban yang seharusnya dipilih. Adapun pokok masalah dalam tes pilihan ganda dapat
berupa pertanyaan dari suatu pernyataan yang belum lengkap.
Ilustrasi berikut menunjukkan bentuk pertanyaan dan pernyataan tak lengkap dari
suatu soal tipe pilihan ganda.

Yang mana dari tipe tes berikut yang merupakan tes isian?
a. Item pilihan ganda.
b. Item benar-salah.
c. Item menjodohkan.
d. Item isian singkat.*

Contoh tes bentuk isian adalah…


a. item pilihan ganda.
b. item benar-salah.
c. item menjodohkan.
d. item isian singkat.*

Dapat dilihat bahwa dua contoh tersebut memiliki akar masalah yang sama, tapi
pernyataan tidak lengkap nampak lebih singkat. Adapun bentuk pertanyaan (contoh yang
diletakkan lebih di atas), lebih mudah dituliskan dan mendorong pembuat tes memperlihatkan
dengan jelas apa masalahnya. Konsekuensinya, bentuk kalimatnya menjadi lebih panjang.
Saran yang diberikan oleh Norman (1982) bagi para pemula dalam pembuat tes adalah mulai
dengan pertanyaan dan mengubahnya dalam bentuk pernyataan tak lengkap hanya jika hal
tersebut dapat membuat kalimat masalah menjadi jauh lebih singkat.

Alternatif di atas hanya mengandung satu jawaban benar dan pengecohnya jelas
terlihat salah. Bentuk soal pilihan ganda ini disebut dengan memilih jawaban tepat (correct
answer). Bentuk yang lainnya adalah memilih jawaban terbaik (best answer), dimana semua
alternatifnya benar sebagian tapi ada satu yang benar-benar lebih tepat dibandingkan yang
lain. Bentuk ‘jawaban terbaik’ ini digunakan untuk mengukur pencapaian yang lebih
kompleks, seperti ketika siswa harus memilih alasan terbaik atas suatu kejadian, metode
terbaik untuk melakukan sesuatu, atau penerapan sifat-sifat atau aturan-aturan dasar.
Penggunaan ‘jawaban tepat’ atau ‘jawaban terbaik’ ini perlu disesuaikan dengan hasil belajar
yang akan diukur. Oleh karena setiap tes yang diberikan dapat mengandung kedua bentuk
tipe tes tersebut, akan lebih baik jika petunjuk pengerjaan soal menugaskan siswa untuk
memilih jawaban terbaik.
Kedua contoh di atas juga mengilustrasikan penggunaan empat pilihan jawaban. Pada
item pilihan ganda biasanya memang terdiri atas empat sampai lima pilihan (kecuali pada
kelas-kelas awal di sekolah dasar yang biasa menggunakan hanya tiga pilihan). Secara
teoritis, semakin banyak pilihannya, semakin kecil peluang siswa untuk menjawab soal
dengan cara menebak-nebak tanpa memiliki kemampuan pengetahuan yang dibutuhkan untuk
menjawab soal tersebut. Contoh, dengan lima pilihan, kesempatan siswa untuk menebak

1
jawaban yang benar adalah , sedangkan pada item soal dengan empat pilihan, kesempatan
5

1
siswa untuk menebak jawaban benar adalah .
4

Akan tetapi, seringkali pembuat soal mengalami kesulitan untuk membuat lima
pilihan jawaban yang masuk akal. Apabila dipaksakan menambahkan pilihan jawaban yang
benar-benar salah hanya gara pilihannya tepat lima, solusi ini umumnya tidak akan
meningkatkan kualitas item soal. Kalau terjadi hal demikian, Norman (1982) menambahkan
bahwa tidak ada alasan yang mendasari bahwa setiap item dalam tes perlu memiliki banyak
pilihan yang sama. Oleh karenanya, jika menemui kesulitan dalam membuat lima pilihan
yang masuk akal, bisa saja dalam soal bercampur antara penggunaan empat dan lima pilihan
pada setiap item.

Satu catatan yang perlu diperhatikan adalah apabila suatu masalah dalam tes dapat
dijawab dengan cara menebak-nebak maka tes tersebut sebaiknya tidak digunakan sebagai tes
prestasi belajar di kelas.

a) Kegunaan Tes Pilihan Ganda

Tes pilihan ganda dapat digunakan untuk mengukur hasil belajar dan berbagai
keterampilan intelektual. Akan tetapi, diskusi pada makalah bab ini dibatasi pada pengukuran
pengetahuan, khususnya pada taksonomi kognitif. Luasnya ruang lingkup penerapan item
pilihan ganda salah satunya dapat dilihat pada beberapa tipe pertanyaan yang ditanyakan pada
setiap domain pengetahuan. Hanya porsi dari setiap pertanyaan yang dapat diaplikasikan pada
beragam domain isi yang telah dimasukkan. Seorang pemula dalam konstruksi tes mungkin
akan melihat contoh dengan tipe pertanyaan yang berbeda ini berguna dalam menyusun butir
soal objektif dari domain pengetahuan. Contohnya dapat dilihat pada Tabel 1 berikut.

Tabel 1. Domain Pengetahuan dan Contoh Pertanyaan Butir Soal Pilihan Ganda
Domain Pengetahuan Contoh Pertanyaan
1.1 Pengetahuan Tentang * Kata apakah yang memiliki makna sama
Terminologi dengan kata
------ ?
* Pernyataan manakah yang paling tepat
untuk
menyatakan istilah ------ ?
* Pada konteks berikut apakah yang
dimaksud dengan
kata ------ ?
* Apakah yang dimaksud dengan proses
----- ?
1.2 Pengetahuan Tentang * Bagaimana caramu menemukan ----- ?
Fakta yang Spesifik * Pada tahun berapakah ------ ?
* Siapakah yang pertama kali menemukan
------- ?
* Apakah sebutan untuk ------ ?
* Apakah karakteristik terpenting dari
------ ?
* Apakah perbedaan utama dari ------- ?
2.1 Pengetahuan Tentang * Apa bentuk umum dari ----- ?
Konvensi * Yang manakah dari simbol-simbol berikut
yang
digunakan untuk ------ ?
* Yang manakah dari pernyataan-
pernyataan berikut
yang menunjukkan penggunaan yang benar
dari -----
?
* Yang mana dari aturan berikut yang dapat
digunakan
untuk ------- ?
* Yang mana dari metode berikut yang
umum
digunakan untuk ----- ?
2.2 Pengetahuan Tentang * Yang mana diantara pernyataan-
Kecenderungan (trends) pernyataan berikut
dan Barisan yang paling tepat menggambarkan
kecenderungan
dari ------ ?
* Apakah penyebab utama dari ----- ?
* Apakah dampak yang ditimbulkan oleh
------ ?
* Bagaimanakan bentuk kurva dari -------- ?
* Dari barisan-barisan berikut yang
manakah yang
mengindikasikan urutan dari -------- ?
2.3 Pengetahuan Tentang * Apakah tipe utama dari ------ ?
Pengklasifikasian dan * Apakah klasifikasi utama dari ------- ?
Pengkategorian * Apakah karakteristik dari ------ ?
* Bagaimanakah cara mengelompokkan
------ ?
* Dari hal-hal berikut yang mana yang
merupakan
contoh dari ----- ?
2.4 Pengetahuan Tentang * Dari hal-hal berikut manakah yang
Kriteria merupakan
kriteria untuk memutuskan ----- ?
* Apakah kriteria yang digunakan oleh -----
untuk
memutuskan ------- ?
* Dari hal-hal berikut manakah yang
merupakan
kriteria untuk memutuskan ----- ?
* Apakah kriteria yang digunakan oleh -----
untuk
memutuskan ------- ?
2.5 Pengetahuan Tentang * Metode apakah yang digunakan untuk
Metodologi ----- ?
* Apakah cara terbaik untuk ------ ?
* Apa langkah pertama untuk membuat -----
?
* Apakah perbedaan utama antara metode
------ dan -
------ ?
* Dari hal-hal berikut manakah yang
memegang peran
paling penting dalam pembuatan ----- ?
* Apakah peralatan minimum yang
digunakan untuk
membuat ----- ?
3.1 Pengetahuan Tentang * Pernyataan manakah yang paling baik
Prinsip dan Generalisasi dalam
menunjukkan prinsip-prinsip dari ------ ?
* Pernyataan manakah yang paling baik
dalam
menyimpulkan keyakinan tentang ------ ?
* Dari prinsip-prinsip berikut, manakah
yang paling baik
dalam menjelaskan ------- ?
* Dari prinsip-prinsip berikut, manakah
yang paling baik
dalam memprediksi ------- ?
* Yang manakah dari pernyataan-
pernyataan berikut
yang paling baik untuk mengilustrasikan
prinsipprinsip dari ------ ?
3.2 Pengetahuan Tentang * Pernyataan mana yang paling konsisten
Teori dan Struktur dengan teori -
---- ?
* Prinsip mana yang penting bagi teori ------
?
* Dari hal-hal berikut yang merupakan
rumus lengkap
dari ----- ?
* Dari pilihan-pilihan berikut yang paling
tepat dalam
mendeskripsikan struktur dan organisasi
--- ?
* Bukti apa yang paling baik digunakan
untuk
mendukung teori ---- ?

b) Aturan dalam Menyusun Tes Pilihan Ganda


Idealnya, soal pilihan ganda menyediakan tugas yang penting dan dapat dipahami
dengan jelas, dan yang dapat dijawab secara benar hanya oleh siswa yang memahami materi
pelajaran. Aturan dalam mengkonstruksi tes pilihan ganda berikut dimaksudkan sebagai
pemandu untuk mempersiapkan soal yang mendekati ideal.
1. Merancang setiap item untuk mengukur hasil belajar yang penting/esensial
Situasi masalah yang diberikan pada setiap item soal hendaknya esensial dan secara
langsung berkaitan dengan hasil belajar dari pembelajaran yang dilakukan. Untuk itu
pembuat tes perlu menghindari pembuatan soal yang menguji detail yang tidak esensial, tidak
terlalu berkaitan dengan informasi belajar, dan materi-materi yang tidak relevan dengan hasil
belajar yang ingin diukur. Pertanyaan-pertanyaan pada Tabel 1 telah mengilustrasikan
beberapa aspek pengetahuan fundamental yang mungkin akan diukur. Dalam menyusun tes
pengetahuan, pembuat tes juga hendaknya mengingat bagaimana tes dibuat untuk melihat
kinerja siswa yang akan membantu dalam pembuatan keputusan mengajar berikutnya. Hal ini
sangat berkaitan dengan paradigma penilaian: bukan mengajar untuk kepentingan tes, tapi tes
untuk kepentingan mengajar.

2. Memformulasikan masalah dengan tunggal pada pokok soal


Soal yang diberikan hendaknya jelas sehingga siswa dapat memahaminya tanpa harus
membaca alternatif jawaban yang diberikan.
Contoh:
Kurang Baik
Suatu tabel spesifikasi:
a. mengidentifikasikan bagaimana tes digunakan untuk meningkatkan pembelajaran.
b. menyajikan sebaran konten materi yang lebih seimbang.*
c. menyusun tujuan pembelajaran sesuai dengan tingkat kepentingannya.
d. menspesifikasikan metode penelitian yang digunakan dalam tes.

Lebih Baik
Keuntungan utama dari penggunaan tabel spesifikasi ketika mempersiapkan tes prestasi
adalah:
a. mengurangi waktu yang diperlukan.
b. meningkatkan penyebaran materi.*
c. memudahkan penyusunan tes.
d. meningkatkan objektivitas tes.

Contoh yang diberi label “kurang baik” pada dasarnya adalah kumpulan pernyataan benar
salah dengan satu cabang utama. Adapun masalah yang diberi label “lebih baik” sudah cukup
jelas dan bahkan dapat disajikan dalam bentuk item uraian singkat. Pada item yang “lebih
baik” juga disajikan satu masalah dalam pokok soal. Apabila menambahkan lebih dari satu
masalah umumnya akan meningkatkan kompleksitas dan mengurangi kemampuan tes untuk
mendiagnosa kondisi testi. Ketika testi gagal menyelesaikan soal yang melibatkan lebih dari
satu masalah, tidak dapat ditentukan masalah mana yang menghalangi testi untuk menjawab
dengan benar.

3. Membuat Pokok Soal dengan Sederhana dan Bahasa yang Jelas


Masalah dalam item pilihan ganda hendaknya dapat dibuat sebenar mungkin dan
terbebas dari kompleksitas maupun struktur kalimat yang tidak perlu. Dengan demikian,
siapapun testi yang akan memiliki kemampuan yang akan diukur melalui tes tersebut, akan
dapat memilih jawaban yang benar. Item tes yang kurang baik seringkali memiliki soal yang
ambigu sehingga menghalangi siswa yang berpengetahuan untuk menjawab dengan benar.
Selain itu, struktur kalimat yang kompleks juga lebih condong untuk mengukur kemahiran
membaca dibandingkan dengan luaran pengetahuan yang akan diukur.
Contoh
Kurang Baik
Kemungkinan yang masuk akal, tapi tidak tepat, suatu pernyataan yang bisa jadi berkaitan
dengan ide pokok dari masalah yang diajukan, ditemui ketika menyusun salah satu dari tes
berikut adalah:
a. isian singkat.
b. benar-salah.
c. pilihan ganda.*
d. uraian.

Lebih Baik
Kelemahan yang masuk akal, tapi kurang tepat, dimana menyediakan pilihan jawaban dapat
menjadi kesulitan terbesar ketika menyusun tes dengan tipe:
a. isian singkat.
b. benar-salah.
c. pilihan ganda.*
d. uraian.

Kesalahan umum lainnya yang sering terjadi adalah mengarahkan soal pada hal yang tidak
relevan dan seringkali tidak perlu. Ini mungkin disebabkan karena pengajar ingin tetap
mengajar siswanya, meskipun saat menguji mereka. Contoh berikut mengilustrasikan
penggunaan item soal sebagai “kesempatan lain untuk menginformasikan siswa”.
Contoh
Kurang Baik
Memberikan tes dapat berkontribusi pada program pembelajaran di sekolah dalam banyak
cara. Akan tetapi, fungsi utama dari pemberian tes dalam mengajar adalah:
Lebih baik
Fungsi utama memberikan tes dalam mengajar adalah:

Dapat dicermati bahwa item “kurang baik” menyebabkan testi menghabiskan waktu lebih
banyak untuk membaca soal dan tidak berkontribusi pada hasil belajar spesifik yang ingin
diukur. Waktu yang dihabiskan untuk membaca materi yang tidak ada kaitannya akan lebih
baik digunakan untuk memikirkan permasalahan intinya. Tapi jika tujuan item soal tersebut
adalah untuk mengukur kemampuan testi dalam membedakan materi yang relevan dan tidak
relevan, tentunya aturan ini dapat diabaikan.

4. Menaruh Sebanyak Mungkin Kata Pada Pokok Soal


Dibandingkan dengan mengulang kata-kata yang sama pada setiap pilihan jawaban,
lebih baik kata-kata tersebut ditulis dalam soal, sehingga waktu yang digunakan testi untuk
membaca alternatif jawaban dapat dikurangi.
Contoh
Kurang baik
Dalam tes objektif, istilah objektif:
a. mengacu pada metode dalam mengidentifikasikan hasil belajar.
b. mengacu pada metode dalam memilih konten tes.
c. mengacu pada metode dalam menyajikan masalah.
d. mengacu pada metode dalam memberikan skor pada jawaban.*

Lebih Baik
Pada tes objektif, istilah objektif mengacu pada metode untuk:
a. mengidentifikasi hasil belajar.
b. memilih konten tes.
c. menyajikan masalah.
d. memberikan skor jawaban.*

Dalam banyak kasus, seringkali tidak sederhana untuk memindahkan kalimat umum ke dalam
soal yang diberikan, tetapi perlu juga membahasakan kembali apa yang akan menjadi sasaran
soal tersebut. Contoh berikut mengilustrasikan bagaimana suatu item dapat dikembangkan
dengan merevisi soal dan mempersingkat alternatif jawaban.
Kurang Baik
Tujuan pembelajaran sangat tepat untuk dimanfaatkan sebagai tujuan dalam penyusunan tes
jika tujuan-tujuan tersebut berada pada posisi dimana mereka memperlihatkan:
a. mencakup isi materi belajar yang terjadi selama periode belajar.
b. bentuk-bentuk kinerja yang harus siswa ditunjukkan siswa untuk meraih tujuan.*
c. hal-hal yang harus dilakukan guru untuk memperoleh pembelajaran maksimal dari
siswa.
d. tipe aktivitas belajar yang diikuti selama pembelajaran.
Lebih Baik
Tujuan pembelajaran akan sangat berguna untuk tujuan penyusunan tes, apabila istilah tujuan
tersebut merujuk pada:
a. isi pembelajaraan.
b. kinerja siswa.*
c. perilaku guru.
d. aktivitas belajar.
Tentu saja, tidak mungkin untuk mempersingkat semua butir dalam cara ini, namun kekayaan
kosakata dan kejelasan ucapan adalah tujuan penting untuk usaha mengkonstruksi tes.

5. Sebisa Mungkin Menggunakan Kalimat Soal dalam Bentuk Positif


Suatu frase positif dalam soal cenderung untuk mengukur hasil belajar yang lebih
penting dibandingkan dengan soal bentuk negatif. Hal ini dikarenakan mengetahui sesuatu
sebagai metode terbaik atau argumen yang paling relevan secara umum memiliki dampak
pendidikan yang jauh lebih signifikan dibandingkan dengan mengetahui metode terburuk atau
argumen yang memiliki kaitan paling sedikit. Penyusunan item soal dengan penggunaan
pernyataan negatif, seringkali digunakan karena lebih mudah dibuat, tanpa melihat
pentingnya hasil belajar yang akan diukur. Pembuat soal yang kesulitan dalam memikirkan
banyak pengecoh masuk akal yang dapat dimasukkan dalam pilihan jawaban akan tertarik
untuk melihat betapa mudahnya menyusun soal dengan pernyataan negatif.
Contoh
Dari hal-hal berikut yang merupakan kategori dalam taksonomi kognitif adalah:
a. pemahaman.*
b. (pengecoh).
c. (pengecoh).
d. (pengecoh).

Dari hal-hal berikut yang bukan merupakan kategori dalam taksonomi kognitif adalah:
a. pemahaman.
b. aplikasi.
c. analisis.
d. (jawaban yang diharapkan).*

Pada contoh kedua nampak kategori dalam taksonomi ditempatkan sebagai pengecoh
sehingga pembuat soal hanya perlu menuliskan satu pilihan lagi sebagai jawaban yang
dibutuhkan. Jawaban ini bisa merupakan istilah apa saja yang tidak termasuk dalam kategori
taksonomi. Meskipun item yang seperti ini mudah disusun, hal ini agaknya memiliki level
kesulitan yang rendah dan cenderung mengukur hasil belajar yang kurang penting. Mampu
mengidentifikasi jawaban yang salah tidak menjamin siswa menunjukkan pengetahuan yang
diharapkan.

Kelemahan pengecoh seperti contoh di atas lebih sering muncul apabila pembuat tes
membuat tes yang sepenuhnya hanya terdiri atas item pilihan ganda saja. Prosedur yang lebih
baik untuk mengukur “kemampuan mengenali kategori dalam taksonomi kognitif adalah
dengan memodifikasi soal ke dalam bentuk Benar-Salah, seperti pada contoh berikut.

Contoh
Petunjuk.
Tunjukkan yang mana dari kategori berikut yang masuk dalam kategori taksonomi
kognitif melingkari Y untuk jawaban ya dan N untuk jawaban tidak pada setiap pilihan
jawaban yang diberikan!
*Y N Pemahaman
Y N* Berpikir Kritis
Y N* Penalaran
*Y N Sintesis

Pada Contoh mencocokkan, testi harus dapat membuat keputusan terpisah untuk setiap
pernyataan dimana pernyataan itu sendiri bisa jadi merupakan atau bukan merupakan salah
satu kategori dalam taksonomi kognitif. Dengan demikian, item tersebut mengharapkan
kemunculan aksi yang masuk dalam hasil belajar, sekaligus juga menghindari masalah
ketidakcukupan banyak pengecoh dan meminimalkan kemunculan frase negatif pada pokok
soal. Hal ini merupakan ilustrasi yang dimaksudkan dari prosedur yang dibahas sebelumnya,
mulai dengan item pilihan ganda dan merubahnya ke tipe soal lain ketika diperlukan
pengukuran lain yang lebih efektif.

6. Menegaskan Susunan Kata Negatif Jika Frase Tersebut Digunakan Pada Pokok Soal
Dalam beberapa contoh, susunan kata negatif adalah dasar untuk pengukuran hasil
belajar. Mengetahui bahwa tidak boleh menyeberang jalan dengan kendaraan ketika lampu
merah atau tidak boleh mencampur unsur kimia tertentu, misalnya, merupakan hal yang
sangat penting sehingga aturan ini bisa secara langsung dibelajarkan dan juga diujikan.

Ketika susunan kata negatif digunakan dalam pokok soal, hendaknya hal tersebut
diberikan penekanan dengan menambahkan garis bawah, menggunakan cetak miring/tebal
atau ditulis dengan huruf kapital, dan diletakkan di akhir pernyataan ataupun sekitarnya.
Contoh
Kurang baik
Dari hal-hal berikut, manakah yang tidak perlu diperhatikan ketika menyusun soal tipe
pilihan ganda?
a. Memulai pokok soal dengan bentuk positif.
b. Menggunakan pokok soal yang dapat berfungsi sebagai item isian singkat.
c. Menggarisbawahi kata-kata tertentu dalam pokok soal untuk memberikan penekanan.
d. Mempersingkat pokok soal dengan memperpanjang pilihan jawaban.*

Lebih baik
Berikut ini merupakan hal-hal yang perlu dilakukan ketika menyusun soal tipe pilihan ganda,
KECUALI:
a. memulai pokok soal dengan bentuk positif.
b. menggunakan pokok soal yang dapat berfungsi sebagai item isian singkat.
c. menggarisbawahi kata-kata tertentu dalam pokok soal untuk memberikan penekanan.
d. mempersingkat pokok soal dengan memperpanjang pilihan jawaban.*

Contoh pada kolom “lebih baik” memberi kesempatan kepada testi untuk
mempertimbangkan informasi yang diketahuinya dari hasil belajar terkait dengan hal-hal
mana yang masuk kategori benar, sebelum mereka membaca pilihan jawaban.

7. Memastikan Jawaban yang Diharapkan Merupakan Hal yang Benar dan Terbaik
Diantara Pilihan yang Lain
Ketika meminta testi untuk memilih “jawaban tepat” pada item pilihan ganda,
hendaknya memang hanya ada satu jawaban yang benar dan tidak perlu dipertanyakan lagi
kadar kebenarannya. Apabila meminta testi untuk memilih “jawaban terbaik” pada item
pilihan ganda, jawaban yang diharapkan hendaknya memang telah disepakati secara luas oleh
pihak-pihak yang berwenang dan berkompeten dibidangnya, sebagai “yang terbaik”. Hal ini
mengingat pada tes dengan “jawaban terbaik” bisa jadi lebih dari satu pilihan yang diajukan
merupakan jawaban benar, tapi perlu dipertimbangkan satu jawaban yang paling baik
diantara yang lain.

Dalam contoh berikut juga akan disampaikan perlunya menyertakan kata “dari hal-hal
berikut/berikut ini” pada pokok soal, untuk menyatakan adanya kemungkinan jawaban lain
yang juga memenuhi pertanyaan yang diajukan, selain yang diberikan pada pilihan jawaban.
Contoh
Kurang baik
Metode manakah yang paling baik dalam memilih materi pelajaran yang akan dimasukkan ke
dalam tes?

Lebih baik
Dari hal-hal berikut manakah metode terbaik untuk memilih materi pelajaran yang akan
dimasukkan ke dalam tes?

Mengutarakan maksud soal dengan sejelas-jelasnya juga perlu diperhatikan pada item
soal yang menggunakan ‘jawaban tepat”, untuk menghindari adanya kemungkinan jawaban
ganda. Penyampaian masalah yang kurang tegas dikhawatirkan akan menyebabkan jawaban
yang diharapkan menjadi hanya benar sebagian atau ada pilihan jawaban lain yang juga layak
untuk dijadikan jawaban yang tepat.
Contoh
Kurang baik
Apakah tujuan dari pelaksanaan tes di kelas?

Lebih baik
Salah satu tujuan pengadaan tes di kelas adalah:
ATAU
Tujuan utama dari pengadaan tes di kelas adalah:

Hal yang tidak kalah penting tentunya adalah dalam pengecekan pengecoh agar
jangan sampai ada pengecoh yang mempunyai kemungkinan menjadi jawaban yang tepat. Ini
tidak hanya meningkatkan kualitas soal, namun juga mencegah argumen penganggu selama
dikusi dari hasil tes.

8. Membuat Semua Pilihan Memiliki Aturan Tata Bahasa yang Konsisten dan Bentuk
yang Paralel dengan Pokok Soal
Jawaban yang tepat biasanya merupakan frase tertentu yang secara tata bahasa
konsisten dengan pokok soal, sehingga biasanya pembuat tes tergelincir pada saat membuat
pengecoh. Kurangnya perhatian pada pemeriksaan susunan kata pada pokok soal dan pilihan
jawaban dimana kadang kala terjadi ketidakkonsistenan pada kata sandang (article),
keterangan waktu kalimat (tense), atau bentuk tata bahasanya (grammatical form). Hal ini
dapat memberikan petunjuk pada jawaban yang tepat atau paling tidak membuat beberapa
pengecoh menjadi tidak efektif.
Kasus tata bahasa ini lebih banyak dijumpai pada soal dengan bahasa Inggris,
misalnya pada contoh berikut.
Contoh
Kurang baik
The recall of factual information can be measured best with a:
a. matching item.
b. multiple-choice item.
c. short-answer item.*
d. essay question.

Lebih baik
The recall of factual information can be measured best with:
a. matching items.
b. multiple-choice items.
c. short-answer items.*
d. essay questions

Awalan a pada contoh “kurang baik” membuat pengecoh terakhir menjadi benar-
benar salah. Dengan merubah bentuk pilihan dari tunggal ke jamak, memungkinkan untuk
mengabaikan tambahan kata sandang di depan kalimat atau bisa saja menambahkan kata
sandang pada setiap pilihan. Selain itu juga perlu diperhatikan penggunaan struktur tata
bahasa yang paralel, karena jika suatu pilihan memiliki tata bahasa berbeda dari yang lain
atau sama dengan pokok soal, testi bisa mendeteksi pilihan tersebut sebagai respons yang
tepat/tidak.
Contoh
Kurang baik
Mengapa bentuk negatif dihindari dalam pokok soal pada item pilihan ganda?
a. Bentuk negatif bisa jadi terlalu mudah ditebak.*
b. Pokok soal menjadi lebih panjang.
c. Penyusunan pilihan jawaban menjadi lebih sulit.
d. Penskoran menjadi lebih sulit.

Lebih baik
Mengapa bentuk negatif dihindari dalam pokok soal pada item pilihan ganda?
a. Bentuk negatif bisa jadi terlalu mudah ditebak.*
b. Bentuk negatif dapat memperpanjang pernyataan pada pokok soal.
c. Bentuk negatif menyulitkan penyusunan pilihan jawaban.
d. Bentuk negatif bisa jadi menyulitkan saat pemberian skor

Dalam contoh “kurang baik” beberapa siswa yang kurang pengetahuannya condong memilih
jawaban benar karena awalan kata dalam pilihan. Struktur tata bahasa parareln pada contoh
“lebih baik” menghilangkan petunjuk ini.

Anda mungkin juga menyukai