Anda di halaman 1dari 7

1.

Pengertian vaksin
Vaksin adalah produk biologi yang berisi antigen berupa mikroorganisme yang sudah
mati atau masih hidup yang dilemahkan, masih utuh atau bagiannya, atau berupa toksin
mikroorganisme yang telah diolah menjadi toksoid atau protein rekombinan, yang
ditambahkan dengan zat lainnya, yang bila diberikan kepada seseorang akan
menimbulkan kekebalan spesifik secara aktif terhadap penyakit tertentu.

2. Jenis – jenis imunisasi


Menurut PMK No. 12 tahun 2017 Berdasarkan jenis penyelenggaraannya, Imunisasi
dikelompokkan menjadi Imunisasi Program dan Imunisasi Pilihan. Vaksin untuk
Imunisasi Program dan Imunisasi Pilihan harus memiliki izin edar sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang- undangan.

A. Imunisasi program
Imunisasi Program harus diberikan sesuai dengan jenis Vaksin, jadwal atau waktu
pemberian yang ditetapkan dalam Pedoman Penyelenggaraan Imunisasi.Imunisasi
Program terdiri atas:
a. Imunisasi rutin
b. Imunisasi tambahan
c. Imunisasi khusus.

a. Imunisasi rutin
Imunisasi rutin dilaksanakan secara terus menerus dan berkesinambungan.
Imunisasi rutin terdiri atas Imunisasi dasar dan Imunisasi lanjutan.
 Imunisasi dasar terdiri atas Imunisasi terhadap penyakit :
a. Hepatitis B
b. Poliomyelitis
c. Tuberculosis
d. Difteri
e. Pertussis
f. Tetanus
g. Pneumonia dan meningitis yang disebabkan oleh Hemophilus Influenza
tipe b (Hib)
h. Campak.

 Imunisasi lanjutan merupakan ulangan Imunisasi dasar untuk


mempertahankan tingkat kekebalan dan untuk memperpanjang masa
perlindungan anak yang sudah mendapatkan Imunisasi dasar. Imunisasi
lanjutan dapat diberikan pada :
a. anak usia bawah dua tahun (Baduta)
terdiri atas Imunisasi terhadap penyakit difteri, pertusis, tetanus, hepatitis
B, pneumonia dan meningitis yang disebabkan oleh Hemophilus Influenza
tipe b (Hib), serta campak
b. anak usia sekolah dasar
terdiri atas Imunisasi terhadap penyakit campak, tetanus, dan difteri.
c. wanita usia subur (WUS)
terdiri atas Imunisasi terhadap penyakit tetanus dan difteri.

b. Imunisasi tambahan
Imunisasi tambahan merupakan jenis Imunisasi tertentu yang diberikan
pada kelompok umur tertentu yang paling berisiko terkena penyakit sesuai dengan
kajian epidemiologis pada periode waktu tertentu. dilakukan untuk melengkapi
Imunisasi dasar dan/atau lanjutan pada target sasaran yang belum tercapai

c. Imunisasi khusus
Imunisasi khusus dilaksanakan untuk melindungi seseorang dan
masyarakat terhadap penyakit tertentu pada situasi tertentu. berupa persiapan
keberangkatan calon jemaah haji/umroh, persiapan perjalanan menuju atau dari
negara endemis penyakit tertentu, dan kondisi kejadian luar biasa/wabah penyakit
tertentu seperti Imunisasi terhadap meningitis meningokokus, yellow fever
(demam kuning), rabies, dan poliomyelitis.

B. Imunisasi Pilihan

Imunisasi Pilihan dapat berupa Imunisasi terhadap penyakit :


a. Pneumonia dan meningitis yang disebabkan oleh pneumokokus
b. Diare yang disebabkan oleh rotavirus
c. Influenza
d. Cacar air (varisela)
e. Eondongan (mumps)
f. Campak jerman (rubela)
g. Demam tifoid
h. Hepatitis A
i. Kanker leher rahim yang disebabkan oleh Human Papillomavirus
j. Japanese Enchephalitis
k. Herpes zoster
l. Hepatitis B pada dewasa
m. Demam berdarah
3. Perencanaan vaksin
Perencanaan harus disusun secara berjenjang mulai dari puskesmas, kabupaten/kota,
provinsi dan pusat (bottom up). Perencanaan merupakan kegiatan yang sangat penting
sehingga harus dilakukan secara benar oleh petugas yang profesional. Ketidaktepatan
dalam perencanaan akan mengakibatkan terhambatnya pelaksanaan program, tidak
tercapainya target kegiatan, pemborosan keuangan negara serta hilangnya kepercayaan
masyarakat. Perencanaan Imunisasi program, meliputi:
A. Penentuan sasaran
a. Sasaran imunisai rutin
 Bayi pada imunisasi dasar
 Anak dibawah dibawah usia 2 tahun (Baduta) pada Imunisasi lanjutan
 Anak sekolah dasar pada Imunisasi lanjutan
 Wanita Usia Subur (WUS) pada Imunisasi lanjutan
b. Sasaran Imunisasi Tambahan
c. Sasaran Imunisasi Khusus

B. Perencanaan Kebutuhan Logistik


 Perencanaan Vaksin
Dalam menghitung jumlah kebutuhan vaksin, harus diperhatikan beberapa hal,
yaitu jumlah sasaran, jumlah pemberian, target cakupan 100% dan indeks
pemakaian vaksin dengan memperhitungkan sisa vaksin (stok) sebelumnya
 Perencanaan Auto Disable Syringe
Alat suntik yang dipergunakan dalam pemberian Imunisasi adalah alat suntik
yang akan mengalami kerusakan setelah sekali pemakaian (Auto Disable
Syringe/ADS). berdasarkan sistem bundling maka perencanaan dan
penyediaanADS mengikuti jumlah vaksin dan indeks pemakaian vaksin
 Perencanaan Safety Box
Safety box digunakan untuk menampung alat suntik bekas pelayanan
Imunisasi sebelum dimusnahkan. Berdasarkan sistem bundling maka
penyediaansafety box mengikuti jumlah ADS. Safety box yang sudah berisi
alat suntik bekas tidak boleh disimpan lebih dari 2 x 24 jam
 Perencanaan Kebutuhan Peralatan Cold Chain
Cara perhitungan kebutuhan Cold Chain adalah dengan mengalikan jumlah
stok maksimal vaksin (semua jenis vaksin) dengan volume setiap jenis vaksin,
dan membandingkannya dengan volume vaccine refrigerator/freezer.
4. Pendistribusian logistic
Seluruh proses distribusi vaksin program dari pusat sampai ketingkat pelayanan,
harus mempertahankan kualitas vaksin tetap tinggi agar mampu memberikan kekebalan
yang optimal kepada sasaran sehingga dalam distribusi harus disimpan pada suhu yang
sesuai.
5. Penyimpanan logistic
Untuk menjaga kualitas vaksin tetap tinggi sejak diterima sampai didistribusikan
ketingkat berikutnya (atau digunakan), vaksin harus selalu disimpan pada suhu yang telah
ditetapkan, yaitu: untuk vaksin polio tetes disimpan pada suhu -150C – 250C dan untuk
vaksin DPT-HB-Hib, DT, BCG, Campak, TD, IPV dan Hepatitis B disimpan pada suhu
20C – 80C.
Beberapa ketentuan yang harus selalu diperhatikan dalam pemakaian vaksin
secara berurutan adalah paparan vaksin terhadap panas, masa kadaluwarsa vaksin, waktu
pendistribusian/penerimaan serta ketentuan pemakaian sisa vaksin
6. Pencatatan vaksin
Semua jenis Penerimaan dan pengeluaran vaksin menurut jumlah, nomer batch
dan tanggal kadaluarsa harus dicatat dibuku stok, Sisa atau stok vaksin harus dihitung dan
di catatt serta Kondisi VVM ( Vaccine Vial Monitor) harus dicatat di buku stok agar
memudahkan dalam pengendaliannya.
7. Pengolahan limbah
Limbah dibagi menjadi 2 jenis yaitu jenis limbah infeksius ( yang menularkan
penyakit ) contohnya alat suntik vaksin, sisa vaksin, vaksin yang telah kadaluarsa dan
limbah non infeksius ( tidak menularkan penyakit ) contohnya kertas pembungkus alat
suntik dan kardus vaksin.
Limbah infeksius tajam dimusnakan dengan incinerator, alternative bak beton dan
alternative pengelolaan syring sedangkan limbah infeksius non tajam dimusnahkan
dengan cara dengan mengeluarkan cairan vaksin dari dalam botol atau ampul, kemudian
cairan vaksin tersebut didesinfeksi terlebih dahulu dalam killing tank (tangki desinfeksi)
untuk membunuh mikroorganisme yang terlibat dalam produksi. Limbah yang telah
didesinfeksi dikirim atau dialirkan ke Instalasi Pengelolaan Air Limbah (IPAL).
Sedangkan botol atau ampul yang telah kosong dikumpulkan ke dalam tempat sampah
(kantong plastik) berwarna kuning selanjutnya diinsenerasi (dibakar dalam
incinerator)atau menggunakan metode non insenerasi (autoclaving, microwave)
Lampiran 1. Jadwal imunisasi

Lampiran 2. Penyimpanan vaksin


Lampiran 3. VVM ( Vaccine Vial Monitor )
Lampiran 4. Pemakaian vaksin sisa

Anda mungkin juga menyukai