Anda di halaman 1dari 11

TUGAS HEMATOLOGI (T)

Disusun untuk memenuhi tugas Hematolologi (T)

Disusun oleh :

Putri Rohma Diana

P27903118033

TLM 2A

TEKNOLOGI LABORATORIUM MEDIS

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTRIAN KESEHATAN

BANTEN

2019/2020
Eritropoesis

A. Pengertian
Eritropoiesis adalah proses pembentukan eritrosit yang terjadi di sumsum tulang hingga
terbentuk eritrosit matang dalam darah tepi yang dipengaruhi dan dirangsang oleh
hormon eritropoietin.
Eritropoietin adalah hormon glikoprotein yang terutama dihasilkan oleh sel-sel
interstisium peritubulus ginjal, dalam respon terhadap kekurangan oksigen atas bahan
globulin plasma, untuk digunakan oleh sel-sel induk sumsum tulang. Eritropoietin
mempercepat produksi eritrosit pada semua stadium terutama saat sel induk membelah
diri dan proses pematangan sel menjadi eritrosit.

B. Proses Pembentukan Sel Darah Merah


Semua sel darah terbentuk di sumsum tulang. Ini adalah pabrik eritrosit, yang lunak,
jaringan cellar tinggi yang mengisi rongga internal tulang. Selama perkembangan
intrauterine, tahap awal kehidupan, eritrosit diproduksi pertama oleh kantong kuning
telur dan kemudian oleh limpa berkembang selama bulan ketiga kehamilan, sampai
sumsum tulang terbentuk pada bulan ketujuh dan mengambil alih produksi eritrosit
eeksklusif.
1. Rubiblast / Pronormoblast / Proeritroblast
Memiliki ciri-ciri sel sebagai berikut :
 Bentuknya Ireguler
 Ukurannya 2-3 x eritrosit (12 - 21 u)
 Sel termuda dalam sel eritrosit
 Berinti bulat atau oval, menempati 85 – 90 % bagian sel.
 Warnanya tidak teratur, tampak agregasi kromatin, dikelilingi oleh “halo” yang
tipis yang kadang sulit dilihat.
2. Prorubrisit / Normoblast Basophilik / Eritoblas Basophilik
Memiliki ciri-ciri sel sebagai berikut :
 Bentuknya Irreguler
 Ukurannya sedikit lebih kecil dari rubliblast ( 12 – 18 u)
 Berinti besar dengan benang kromatin tampak jelas dengan warna gelap,
sering tersusun seperti terali sepeda.
 Sitoplasmanya menempati 60 – 70 % bagian sel, lebih banyak tetapi lebih
kurang basophilik daripada rubriblast.
3. Rubrisit / Normoblast Polikromatik / Eritroblast Poliokromatik

Memiliki ciri-ciri sel seperti berikut :

 Bentuknya Irreguler.
 Ukurannya mencapai 2x eritrosit ( 7 – 14 u ).
 Berinti besar dengan benang kromatin padat berwarna gelap dan sering tersusun
seperti terali sepeda, kadang ada nucleoli.
 Sitoplasma menempati 60 – 70 % bagian sel, lebih banyak dari sitoplasma
pronormoblast namun lebih kurang basofilik.
 Tidak bergranula.
4. Metarubrisit / Normoblast Ortokromatik / Eritroblast Ortokromatik
Memiliki ciri-ciri sel sebagai berikut :
 Bentuknya regular.
 Ukurannya sedikit lebih besar dari eritrosit (7 – 10 u).
 Intinya pknotik, kadang terletak eksentrik.
 Sitoplasma menempati 50 – 80 % bagian sel.
5. Retikulosit
Memiliki ciri-ciri sel sebagai berikut :
 Sel Darah Merah (SDM) yang masih muda tidak berinti berasal dari proses
pematangan normoblas di sumsum tulang.
 Setelah dilepaskan dari sumsum tulang sel normal akan beredar sebagai
retikulosit selama 1-2 hari.. Retikulosit akan masuk ke sirkulasi darah tepi dan
bertahan kurang lebih selama 24 jam sebelum akhirnya mengalami pematangan
menjadi eritrosit.
6. Eritrosit
Memiliki ciri-ciri sebagai berikut :
 Berwarna merah muda seluruhnya.
 Bentuknya adalah cakram bikonkaf tak berinti.
 Tak mempunyai mitokondria,ribosom dan tidak dapat bergerak.
C. Faktor Pembentukan Eritropoesis

Ada 3 faktor yang mempengaruhi eritropoiesis :

1. Eritropoietin
2. Kemampuan respon sumsum tulang (anemia, perdarahan )
3. Intergritas proses pematangan elektrolit

D. Kelainan Sel Darah Merah


1) Kelainan eritrosit biasanya dinyatakan dengan :
 Perubahan ukuran
 Bentuk
 Warnanya (atau derajat hemoglobin-nya).

Beberapa kelainan tersebut antara lain:

a. Kelainan ukuran eritrosit: microsit dan macrosit.


b. Kelainan bentuk eritrosit: hipokromia dan hiperkromik.
c. Kelainan warna eritrosit: Ecchinocytes, Elliptocytes, Poikilocytes,
Schistocytes, Sickle cell dan Tear Drop Cell.

2) Anemia

Penyakit anemia merupakan kondisi ketika jumlah sel darah merah lebih rendah
dari jumlah normal. Selain itu, anemia terjadi ketika hemoglobin di dalam sel-
sel darah merah tidak cukup, seperti protein kaya zat besi yang memberikan
warna merah darah.
Granulapoesis
A. Pengertian Granulopoesis
Granulosit adalah sel darah putih yang jumlahnya terbanyak yaitu sekitar duapertiga
dalam keadaan normal dan sisanya sebesar sepertiga berupa agranulosit (limfosit dan
monosit). Namun demikian, jumlah total sel darah putih dan presentase masing-
masing jenisnya dapat bervariasi sesuai dengan kebutuhan tubuh.
Sel darah putih granulosit adalah yang sel darah putih yang mempunyai granula dalam
sitoplasmanya. Sel granulosit meliputi eosinofil, basofil dan neutrofil yang diberi
nama sesuai kekhasannya menurut pewarnaan di laboratorium. Eosinofil yang
mengikat warna eosin (asam), basofil yang mengikat warna biru (basa), dan neutrofil
yang bersifat netral memiliki sitoplasma berwarna keunguan. Sel-sel tersebut juga
memiliki banyak bentuk nukleus sehingga disebut pula polimorfonuklear (PMN).

Granulopoiesis meliputi enam tahapan, mulai dari mieloblas di sumsum tulang sampai
tahapan segmen yang berada di darah tepi.
1. Mieloblas
Sel muda dengan ukuran yang besar dan hanya terdapat di dalam sumsum tulang
saja pada kondisi normal.
Ciri-ciri mieloblas adalah sebagai berikut ;
 Ukuran sel: 15 - 25 (m, bentuk sel: oval, kadang-kadang bulat.
 Warna sitoplasma: biru, tanpa halo perinuklear jelas atau dengan halo dengan
halo perinuklear melebar.
 Granularitas: sitoplasma nongranular atau sedikit granula azurofilik atau
tanpa granula azzurofilik.
 Bentuk inti: biasanya oval, kadang-kadang tidak teratur, jarang bulat.
 Tipe kromatin: halus, dengan tampilan reticular, nukleolus: tampak, ukuran
sedang atau besar 1 sampai 4; lebih terang dari kromatin.
 Rasio inti/sitoplasma: tinggi atau sangat tinggi . Keberadaan di darah tepi tidak
ada, keberadaan di sumsum tulang: < 5% .
2. Promielosit
Promielosit masih merupakan sel muda dan hanya berada di sumsum tulang saja. Sel
ini sudah dapat dibedakan serinya dengan melihat warna sitoplasma dan ukuran
granula.
Promielosit memiliki ciri-ciri sebagai berikut ;
 ukuran sel 15 – 30
 bentuk sel oval atau bulat
 warna sitoplasma biru muda, dengan halo jelas, granularitas pekat, azurofilik
banyak.
 Bentuk inti oval, tipe kromatin awal kondensasi, nucleolus tampak ukuran
sedang atau besar ,lebih terang, kromatin, 1-2, kadang-kadang tak terlihat,
Ratio inti/sitoplasma tinggi.
 Keberadaan di peredaran darah tidak ada, sementara di sumsum tulang: < 5 %
(netrofil), < 1% (eosinofil), < 1% (basofil).
3. Mielosit
stadium muda dari leukosit agranular dan normalnya hanya ditemukan di
sumsum tulang saja.
Ciri-ciri mielosit adalah sebagai berikut ;
 Ukuran sel 15 - 25
 bentuk sel oval, kadang-kadang bulat, warna sitoplasma biru, tanpa halo
perinuklear jelas atau dengan halo perinuklear melebar.
 Sitoplasma nongranular atau sedikit granula azurofilik, bentuk inti biasanya
oval, kadang-kadang tidak teratur, jarang bulat.
 Tipe kromatin halus, dengan tampilan reticular, nucleolus tampak, ukuran
sedang atau besar 1 sampai 4; lebih terang dari kromatin.
 Rasio inti/sitoplasma sedang. Keberadaan di darah tidak ada, sementara di
sumsum tulang sumsum tulang: < 5% .
4. Metamielosit
Metamielosit juga masih merupakan stadium muda dari sel granulosit, sama
seperti mielosit. Metamielsoit sudah dapat dibedakan jenisnya dengan melihat warna
sitoplasma dan ukuran granula. Metamielosit normalnya hanya berada pada sumsum
tulang saja.
Ciri-ciri metamielosit adalah sebagai berikut ;
 ukuran sel: 14 – 20
 bentuk sel: oval atau bulat, warna sitoplasma pink, granula sedikit azurofilik
dan neutrofilik, berbeda dalam jumlah.
 Bentuk inti lonjong, semicircular, tipe kromatin padat , nucleolus tidak
terlihat.
 Rasio inti/sitoplasma sedang. Keberadaan darah tidak ada, sementara di
sumsum tulang: 10 - 25 %
5. Staf/ Batang
Ciri-ciri staf adalah sebagai berikut ; ukuran sel: 14 - 20 (m, bentuk sel oval
atau bulat, warna sitoplasma sesuai dengan jenis granulosit (basofil : biru, eosinofil
: merah, netrofil : jernih atau pink), granularitas sedikit azurofilik. Bentuk inti:
lonjong, semicircular, tipe kromatin padat, nucleolus tidak terlihat. Rasio
inti/sitoplasma rendah atau sangat rendah. Keberadaan di peredaran darah < 5% ,
sementara di sumsum tulang: 5 - 20 % (netrofil) , < 2 % (eosinofil)
6. Segmen
Segmen merupakan stadium dewasa/matur dari sel granulosit, dan lebih banyak
ditemukan dalam peredaran darah dibanding pada sumsum tulang. Segmen dapat
dibedakan dengan jelas dengan melihat warna sitoplasma dan ukuran granula
Ciri-ciri segmen adalah sebagai berikut ; ukuran sel: 14 - 20 (m bentuk sel oval
atau bulat. Bentuk inti berlobus (normal kurang dari 5 lobus), tipe kromatin padat,
rasio inti/sitoplasma rendah atau sangat rendah,, nukleolus tak terlihat.

B. Kelainan Proses Granulopoesis


1. Granulositopenia Kongenital
Granulositopenia kongenital dapat terjadi karena penurunan sumsum tulang dalam
produksi granulosit dikarenakan gangguan dari pertumbuhan dan diferensiasi
granulosit.
A. Penyakit Kostmann (Agranulositosis Infantil Genetik)
Adalah suatu penyakit resesif autosomal yang bermanifestasi dalam usia tahun
pertama dengan infeksi yang mengancam jiwa.
B. Neutropenia Siklik
Penyakit ini adalah penyakit yang jarang terjadi yang ditandai dengan fluktuasi
siklik teratur 18 - 21 hari dalam jumlah neutrofil, monosit, eosinofil, limfosit,
trombosit, dan retikulosit darah.
C. Neutropenia Benigna Familia
Terjadi peningkatan fraksi marginal neutrofil darah serta penurunan yang
sejalan dalam fraksi yang terdapat dalam darah.
D. Sindrom Felty
Sindroma Felty ditandai dengan adanya artritis, splenomegali dan leukopenia
termasuk berkurangnya neutrofil sehingga mennujukkan kerentanan terhadap
infeksi.
E. Sindroma Shwachman-Diamond
Gangguan autosomal resesif ini ditandai oleh insufisiensi pankreas dan
neutropenia
2. Granulositopenia Autoimun (Neutropenia Kronis Benigna)
Pada beberapa kasus neutropenia kronik, dapat diperlihatkan adanya suatu mekanisme
autoimun. Antibodi dapat ditujukan terhadap salah satu antigen yang spesifik untuk
neutrofil (NA, NB, dll).
3. Granulositopenia Sementara
Granulositopenia dapat terjadi sementara pada penyakit infeksi dan akibat obat.
 Infeksi Virus
 Infeksi bakteri
 Nutrisi
 Akibat obat
Trombopoesis

A. Pengertian Trombopoiesis

Trombosit adalah fragmen atau keping – keping tidak berinti dari sitoplasma
megakariosit yang berukuran 1-4 mikron dan beredar dalam sirkulasi darah selama 10
hari. Ukuran trombosit bervariasi dari sekitar 1 sampai 4 mikron sebagaian sel
berbentuk piringan dan tidak berinti. Garis tengah trombosit 0,75-2,25 mm. meskipun
trombosit ini tidak berinti tetapi masih dapat melalkukan sintesis protein, walaupun
sangat terbatas, karena didalam sitoplasma masih terdapat sejumlah RNA. Fungsi
utama trombosit adalah pembentukan sumbat mekanik selamarespons hemostasis
normal terhadap cedera vascular.

Trombopoiesis merupakan proses pembentukan trombosit yang berlangsung


di sumsum tulang. Proses ini dipengaruhi oleh hormon trombopoietin. Atas pengaruh
hormone trombopoietin, sel mieloid berkembang menjadi Colony Forming Unit–
Megakaryocyte (CFU-MK) yang kemudian akan berkembang lebih lanjut menjadi
sel-sel precursor trombopoiesis yaitu megakarioblast. Selanjutnya, megakarioblast
berkembang lagi menjadi megakariosit, suatu sel besar yang tersusun atas 2000 – 3000
fragmen.

B. Proses terbentuknya trombosit


Proses pembentukan dan perkembangan semua sel darah dari prekusor induknya
disebut Hemopoiesis. Sel darah pada orang dewasa dibentuk di sumsum tulang.
Sedangkan saat masa janin, hemopoiesis terjadi di yolk, kemudian pindah ke hati dan
limpa, hingga akhirnya ke tulang.
Pembentukan trombosit disebut megakariopoiesis karena dihasilkan dari sumsum
tulang dengan fragmentasi sitoplasma megakariosit. Prekusor megakriosit –
megakarioblas timbul dengan proses diferensiasi dari sel hemopoietik. Megakariosit
saat proses replikasinya akan memperbesar volume sitoplasma ketika jumlah inti
meningkat menjadi dua kali lipat.
Tiap megakariosit dapat menghasilkan sekitar 4000 buah trombosit. Trombosit ini
berada di bawah kontrol sebuah zat yang disebut trombopoietin (dihasilkan oleh ginjal
dan hati). Trombosit baru yang terbentuk memiliki kapasatias hemostatik yang lebih
kuat dan berukuran sedikit lebih besar.
C. Kelainan Sel Trombosit
Kelainan/gangguan dalam proses pembekuan yang disebabkan oleh kelainan trombosit
disebut trombopati. Kelainan trombosit dapat berupa :
1. Kelainan Jumlah Trombosit
 Trombositopeni
 Trombositosis
2. Kelainan Fungsi Trombosit
Trombositemia, yaitu keadaan dimana agregasi trombosit berkurang yang
disebabkan karena berkurangnya ADP dalam trombosit.
3. Kelainan Perdarahan Akibat Trombosit
 Kegagalan produksi trombosit
 Peningkatan destruksi trombosit
4. Infeksi
Tampaknya trombositopenia yang terkait dengan banyak infeksi virus
dan protozoa diperantarai oleh system imun. Pada infeksi HIV, produksi
trombosit yang menurun juga terlibat.
5. Purpura pascatransfusi
Trombositopenia yang terjadi sekitar 10 hari setelah transfuse darah telah
dikaitkan dengan terbentuknya antibody pada penerima darah terhadap
antigen-1a trombosit manusia (HPA-1a) pada trombosit yang ditransfusikan
(yang tidak terdapat pada trombosit pasien itu sendiri).
6. Trombositopenia imun yang diinduksi obat
Suatu mekanisme imunologis telah dianggap sebagai penyebab sebagian
besar trombositopenia yang diinduksi obat. Penyebab terutama adalah kuinin,
kuinidin, dan heparin.
7. Purpura trombositopenia trombotik dan sindrom hemolitik uremik
Purpura trombositopenia trombotik (TTP) terjadi dalam bentuk familial
atau didapat.Terdapat defisiensi metalloprotease (kaspase) yang memecah
multimer factor von Willebrand (vWF) berberat molekul tinggi.
8. Koagulasi intravascular disseminate
Trombositopenia dapat terjadi akibat peningkatan kecepatan destruksi
trombosit melalui konsumsi trombosit karena perannya pada koagulasi
intravascular disseminate.
9. Peningkatan penimbunan di limpa
Factor utama yang menyebabkan trombositopenia pada splenomegaly adalah
penimbunan trombosit oleh limpa. Pada splenomegaly, hingga 90% trombosit
dapat mengalami sekuestrasi hanya terjadi pada sekitar sepertiga massa
trombosit total.

Anda mungkin juga menyukai