Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Gangguan Sistem Presepsi Sensori
Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Gangguan Sistem Presepsi Sensori
Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas Keperawatan Medikal Bedah III
OLEH
KELOMPOK V
KELAS / SEMESTER :
PAGI / V
1. Hikma Wati
2. Mardiah Wali
3. Bryan Fernando Nahakleky
4. Fitri Kaimudin
5. Durimahu Sella
6. Hapsa Sella
7. Fitra Indriyani Mbisa
8. Antoneta Runtunuhu
MAKALAH
Disusun Oleh:
KELOMPOK V
1. Hikma Wati
2. Mardiah Wali
3. Bryan Fernando Nahakleky
4. Fitri Kaimudin
5. Durimahu Sella
6. Hapsa Sella
7. Fitra Indriyani Mbisa
8. Antoneta Runtunuhu
Mengetahui,
Dosen Mata Kuliah KMB I
Puji syukur kehadirat Tuhan YME atas segala rahmat serta karunia-Nya, sehingga peneliti dapat
menyelesaikan makalah yang berjudul “Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Gangguan
Sistem Presepsi Sensori: Tumor Otak” satu syarat memperoleh gelar Sarjana Keperawatan
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Maluku Husada.
Peneliti menyadari bahwa penulis makalah ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak, oleh
sebab itu peneliti ingin mengucapkan terima kasih kepada :
1. Hamdan Tunny S.Kep.,M.Kes selaku pembina yayasan STIKes Maluku Husada
2. Rasma Tunny S.Sos selaku ketua yayasan STKes Maluku Husada, yang telah menyediakan
fasilitas-fasilitas kepada penulis selama menempuh pendidikan di STIKes Maluku Husada
3. Lukman La Basy, S.Farm., M.Sc., Apt, Selaku Ketua Stikes Maluku Husada sekaligus
Pembimbing I yang telah memberikan bimbingan kepada peneliti dalam penyusunan proposal
penelitian ini
4. Ira Sandi Tunny, S.Si., M.Kes, selaku Ketua Program Studi beserta seluruh staf pengajar/Dosen
Ilmu Keperawatan STIKes Maluku Husada
5. Ns. La Rakhmat Wabula, S.Kep., M.Kep, selaku Dosen Mata Kuliah yang telah memberikan
bimbingan kepada penulis dalam penyusunan makalah ini.
6. Teman-teman sejawat seangkatan dan seperjuangan yang telah memberikan bantuan dan motivasi.
Ambon, Oktober 2020
Penulis
DAFTAR TABEL
COVER ………………………………………………………...........
LEMBARAN PERSETUJUAN……………….…………….............
KATA PENGANTAR……….………………………………...........
DAFTAR TABEL .........................................................................
DAFTAR GAMBAR .....................................................................
DAFTAR ISI…………………………………………………….......
BAB I PENDAHULUAN…………………………………….........
1.1 Latar Belakang…………………………………............
1.2 Rumusan Masalah……………………………...............
1.3 Tujuan Penulisan………………………………............
1.3.1 Tujuan Umum……………………………...........
1.3.2 Tujuan Khusus…………………………..............
1.4 Manfaat Penulisan……………………………..............
1.4.1 Manfaat Teoritis…………………………...........
1.4.2 Manfaat Praktis..………………………..............
BAB II TINJAUAN TEORI…..………………………………........
2.1 Konsep Teori Penyakit....................................................
2.1.1 Definisi…………………………..........................
2.1.2 Etiologi…………………………..........................
2.1.3 Manifestasi Klinis………………..........................
2.1.4 Patofisiologi (WOC)……………..........................
2.1.5 Pemeriksaan Diagnostik…...……..........................
2.1.6 Penatalaksanaan......................................................
2.2 Konsep Asuhan Keperawatan pada Pasien dengan Gangguan sistem presepsi
sensorik : Tumor Otak ……………….....................................................
2.2.1 Pengkajian…………………………..........................
1. Keluhan utama………………………………….
2. Riwayat penyakit sekarang……………………..
3. Riwayat penyakit dahulu………..........................
4. Pemeriksaan per system (Range Of System)……
a. B1 (Breathing)………………………………..
b. B2 (Blood)……………………………………
c. B3 (Brain)……………………………………
d. B4 (Bladder)…………………………………
e. B5 (Bowel)…………………………………..
f. B6 (Bone)…………………………………….
2.2.2 Diagnosa Keperawatan……………..........................
2.2.3 Intervensi Keperawatan…………………………….
BAB III LITERATURE REVIEW……………………………………...
BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN………………………………..
DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………..
LAMPIRAN…………………………………………………………….
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Tumor otak merupakan masalah yang muncul pada pasien dengan gangguan penglihatan ,
gangguan fokal, ansietas, dan nyeri akibat dari peningkatan tekanan intrakranial. Tumor
intrakranial termasuk juga lesi desak ruang, ( lesi/bekas organ karena proses pertumbuhan nya
dapat mendesak organ yang ada disekitarnya, sehingga organ tersebut dapat mengalami
gangguan ) jinak maupun ganas, yang tumbuh diotak meningen dan tengkorak (Ariani,2017).
Permasalahan klinis pada tumor otak agak berbeda dengan tumor lain karena efek yang
ditimbulkannya, dan keterbatasan terapi yang dapat dilakukan. Kerusakan pada jaringan otak
secara langsung akan menyebabkan gangguan secara funsional pada sistem saraf pusat, berupa
gangguan motorik, sensorik, panca indra, bahkan kemampuan kognitif. Selain itu efek massa
yang ditimbulkan tumor otak juga akan memberikan masalah serius mengingat tumor berada
dalam rongga tengkorak yang ada pada orang dewasa merupakan suatu ruang tertutup dengan
ukuran tetap (Wahjoepramono,2016)
Menurut data WHO, pada tahun 2015 ada sekitar 4900 kasus tumor otak yang terjadi di
indonesia. Jika dilihat dari jenis kelaminnya, maka pengidap tumor otak berjenis kelamin pria
sedikit lebih banyak dibanding wanita. Penyakit genetik seperti neurofibromatosis (penyekit
genitik yang menyebabkan tumor tumbuh di saraf) bisa meningkatkan resiko munculnya tumor
otak. Namun, penyebab utama dari kebanyakan tumor otak belum diketahui. Tumor otak tidak
mengenal usia dan bisa menjangkiti siapa saja, termasuk anak-anak. ( WHO 2015 ).
Menurut Price (2010) Tumor otak diduga berawal dari selisih osmotik yang menyebabkan
perdarahan. Obstruksi vena dan oedema yang disebabkan kerusakan sawar darah otak, semuanya
menimbulkan kenaikan volume intrakranial. Observasi sirkulasi cairan serebrospinal dari
ventrikel laseral ke ruang sub arakhnoid menimbulkan hidrocepalus. Peningkatan tekanan
intrakranial akan membahayakan jiwa, bila terjadi secara cepat akibat salah satu penyebab yang
telah dibicarakan sebelumnya. Mekanisme kompensasi memerlukan waktu berhari-hari /
berbulan-bulan untuk menjadi efektif dan oleh karena itu tidak berguna apabila tekanan
intrakranial timbul cepat. Mekanisme kompensasi ini antara lain bekerja menurunkan volume
darah intrakranial, volume cairan serebrospinal, kandungan cairan intrasel dan mengurangi sel-
sel parenkim. Kenaikan tekanan yang tidak diobati mengakibatkan herniasi ulkus atau serebulum.
Herniasi timbul bila girus medialis lobus temporals bergeser keinferiormelalui insisura tentorial
oleh massa dalam hemisfer otak. Herniasi menekan menensefalon menyebabkan hilangnya
kesedaran dan menekan saraf ketiga. Pada herniasi sereblum, tonsil sebelum bergeser ke bawah
melalui foramen magnum oleh suatu massa posterior. Kompresi medula oblongata dab henti
nafas terjadi dengan cepat. Intrakranial yang cepat adalah bradicardi progresif, hipertensi
sistemik ( pelebaran tekanan nadi dan gangguan pernafasan).
Penatalaksanaan tumor otak dapat melalui terapi operasi jika obat-obat antiedema otak tidak
dapat diberikan secara terus menerus, terapi konservatif yang meliputi radioterapi, kemoterapi
dan imunoterapi. Radioterapi dilakukan untuk menghancurkan tumor dengan dosis yang masih
dapat ditoleransi oleh jaringan normal yang ditembusnya. Kemoterapi digunakan untuk tumor
otak astrositoma, glioblastoma dan astrosistoma anaplastik beserta variannya. Imunoterapi
digunakan jika terdapat gangguan fungsi imunologi tubuh.
Untuk mencegah agar tidak terjadi seperti halnya yang telah diuraikan diatas maka perlunya
penanganan masalah pada pasien dengan tumor otak secara maksimal salah satunya adalah
dengan cara pemberian asuhan keperawatan kepada pasien tumor otak oleh karena itu kita dapat
memberikan asuhan keperawatan yang cepat tepat dan efisien.
BAB II
TINJAUAN TEORI
1.1 Konsep Teori Penyakit
1.1.1 Definisi
Tumor otak atau tumor intracranial adalah neoplasma atau proses desak ruang (space
occupying lesion atsu space taking lision) yang timbul di dalam rongga tengkorak baik
didalam kompertemen supratentotrial maupun infratentotrial. (Satyanegara, 2015)
Tumor otak tau glioma adalah sekelompok tumor yang timbul dalam sestem saraf
pusat dan dapat dijumpai beberapa derajat diferensiasi glia. (Liau,2012)
1.1.2 Etiologi
Menurut Ngoerah (2015) faktor-faktor yang berperan dalam timbulnya suatu tumor otak
adalah :
A. Genetik
Riwayat tumor otak dalam satu anggota keluarga jarang ditemukan kecuali pada
Meningioma, Astrocytoma dan Neurofibroma dapat dijumpai pada anggota-
anggotasekeluarga, sklerosis tuberose atau penyakit struge-weber yang dapat dianggap
sebagai manifestasi pertumbuhan baru memperlihatkan faktor familiar yang jelas. Selain
jenis neoplasma tersebut tidak ada bukti-bukti yang kuat untuk memikirkan adanya
faktor-faktor hereditas yang kuat pada neoplasma
C. Radiasi
Jaringan dalam sistem saraf pusat peka terhadap radiasi dan dapat mengalami
perubahan degenerasi namun belum ada bukti radiasi dapat memicu terjadinya suatu
glioma. Meningioma pernah dilaporkan terjadi setelah timbulnya suatu radiasi.
D. Virus
Banyak penelitian tentang inokulasi virus pada binatang kecil dan besar yang
dilakukan dengan maksud untuk mengetahui peran infeksi virus dalam proses terjadinya
neoplasma tetapi hingga saat ini belum ditemukan hubungan antara infeksi virus dengan
perkembangan tumor pada sistem saraf pusat
E. Substansi-substansi Karsinogenik
Penyelidikan tentang substansi karsinogen sudah lama dan luas dilakukan. Kini telah
diakui bahwa ada substansi yang karsinogenik seperti methylcholanthrone, nitroso-ethyl-
urea. Ini berdasarkan percobaan yang dilakukan pada hewan.
Gejala tumor otak bervariasi dari satu penderita lain tergantung pada ukuran dan
bagian otak yang terjangkit. Tumor bisa membuat are otaak yaang terjangkit tidak
berfungsi dengan baik dan menekan jaringan otak sehingga menyebabkan sakit kepala
serta kejang-kejang. Berikut ini tanda dan gejala umum tumor otak berupa ( Schiff,
youman 2018 ):
Tumor
Gangguan fokal Kenaikan tekanan intrakranial
bert
Penekanan pada jaringan otak,
infiltrasi atau irivasi langsung Bertambahnya Perubahan Terbentuknya
pada parenkim otak dengan massa dalam sirkulasi edema sekitar
kerusakan jaringan neuron tengkorak cairan tumor
serebrospinal
Obstruksi sirkulasi
Perubahan survei darah akibat Mekanisme kompensasi cairan serebrospinal
tekanan yang ditimbulkan tumor dari peningkatan tekanan
yang bertumbuh menyebabkan intrakranial
nekrosis jaringan otak Hidrosefalus
Herniasi usus atau serebelum
Kehilangan fungsi secara akut
sesuai area yang terkena
Kelemahan Nyeri
Kelemahan
pada wajah
pada kaki dan
lidah, dan ibu Pembengkakan papila
eksremitas
jari saraf optikus
bawah
papiledema
Lobus parietalis
Lobus oksipitalis
Hilangnya fungsi
sensorik Serangan kejang
kortikalis,
gangguan Risiko tinggi trauma
lokalisasi
sensorik,
diskriminasi dua
titik, grafestesia ,
Tumor ventrikel
dan hipotalamus
Intoleransi
aktifitas
Gambar 2.3 hasil pemeriksaan CT-SCAN pada pasien dengan tumor otak
Sumber : image.slideshaharecdn.com
Elektroensefalogram (EEG)
Memberi informasi mengenai perubahan kepekaan neuron dan mendeteksi
gelombang otak abnormal pada daerah yang ditempati tumor dan dapat
memungkinkan untuk mengevaluasi lobus temporal pada waktu kejang.
Gambar 2.4 hasil pemeriksaan EEG pada pasien dengan tumor otak
1.1.6 Penatalaksanaan
1. Medis
Pemeriksaan neuroradiologis yang dilakukan bertujuan untuk mengidentifikasi ada
tidaknya kelainan intrakranial, adalah dengan :
a) Rontgen foto (X-ray)
kepala lebih banyak sebagai screening test, jika ada tanda-tanda peninggian tekanan intra
kranial, akan memperkuat indikasi perlunya dilakukan pemeriksaan lebih lanjut.
b) Angiografi
suatu pemeriksaan dengan menyuntikan bahan kontras kedalam pembuluh darah leher
agar dapaat melihat gambaran peredaran darah ( vaskularisasi ) otak.
e) Chemotherapy
pemberian obat-obatan anti tumor yang sudah menyebar dalam aliran darah. Efek
sampiang yaitu lelah, mula, muntah, hilang nafsu makan, kerontokan rambut, mudah
terserang penyakit
Gambar 2.9 Pemeriksaan Chemotherapy pada pasien tumor otak
Sumber : https://images.app.goo.gl/etuXziMX3Rw1jVQE6
1.1.7 Komplikasi
Adapun komplikasi yang dapat kita temukan pada pasien yang menderita tumor otak
adalah :
A) Gangguan fisik neurologist
B) Gangguan kognitif
C) Gangguan Tidur dan Mood
D) Disfungsi seksual
1.2 Konsep Asuhan Keperawatan pada Pasien dengan Gangguan Sistem Presepsi Sensorik:
Tumor Otak
Asuhan keperawatan adalah bagian dari pelayanan kesehatan yang berperan besar
menentukan pelayanan kesehatan yang berperan besar menentukan pelayanan keperawatan
sesuai dengan kompetensi dan kewenangan yang dimilikinya secara mandiri maupun
bekerjasama dengan anggota kesehatan lainnya ( Depkes RI, 2016 ).
1.2.1 Pengkajian
Pengkajian keperawatan yang menyeluruh dan akurat sangat penting dalam merawat
pasien yang memiliki masalah saraf. Perawat perlu waspada terhadap berbafgai
perubahan yang kadang samar dalam kondisi pasien yang mungkin menunjukan
perburukan kondisi.
1. Data Demografi
Identitas pada klien yang harus diketahui diantaranya : nama, umur, agama,
pendidikan, pekerjaan, suku/bangsa, alamat, jenis kelamin, status perkawinan, dan
penanggung jawab.
2. Keluhan Utama
Biasanya klien mengeluh nyeri kepala yang hilang timbul dan durasinya makin
meningkat.
6. Pengkajian psiko-sosio-spiritual
Perubahan kepribadian dan perilaku klien, perubahan mental, kesulitan mengambil
keputusan, kecemasan dan ketakutan hospitalisasi, diagnostik tes dan prosedur
pembedahan, adanya perubahan peran.
7. Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan fisik pada klien dengan tumor otak meliputi pemeriksaan fisik umum per
sistem dari observasi keadaan umum, pemeriksaan fisik umum persystem dari
observasi keadaan umum, pemeriksaan tanda-tanda vital, B1 (breathing), B2 (Blood),
B3 (Brain), B4 (Bladder), B5 (Bowel), B6 (Bone).
A. Pernafasan B1 (Breathing)
Adanya peningkatan irama pernafasan (pola nafas tidak teratur) dan sesak nafas terjadi
karena tumor mendesak otak sehingga hermiasi dan kompesi medulla oblongata.
Bentuk dada dan suara nafas klien normal, tidak menunjukan batuk, adanya retraksi
otot bantu nafas, dan biasanya memerlukan alat bantu napas, dan biasanya
memerlukan alat bantu pernapasan dengan kadar oksigen 2 LPM.
B. Kardiovaskuler B2 (Blood)
Desak ruang intracranial akan menyebabkan peningkatan tekanan intracranial sehingga
mengakibatkan peningkatan tekanan darah. Selain itu terjadi ketidakaturan irama
jantung (irreguler) dan bradikardi. Klien tidak mengeluhkan nyeri dada, bunyi jantung
normal, akral, hangat, nadi bradikardi.
C. Persyarafan B3 (Brain)
a. Penglihatan (mata) : penurunan penglihatan, hilangnya ketajaman atau diplopia.
b. Pendengan (telinga) : Terganggu bila mengenai lobus temporal
c. Penciuman (hidung) : Mengeluh bau yang tidak biasanya, pada lobus frontaal
d. Pengecapan (lidah) : Ketidakmampuan sensasi (parathesia atau anathesia)
1. Afasia : Kerusakan atau kehilangan fungsi bahasa, kemungkinan ekspresif atau
kesulitan berkata-kata) komperhensif, maupun kombinasi dari keduanya.
3. GCS : Skala yang digunakan untuk menilai tingkat kesadaran pasien, (apakah
dalam kondisikoma atau tidak) dengan menilai respon pasien terhadap
rangsangan yang diverikan.
Hasil pemeriksaan dinyatakan dalam derajat (score) dengan rentang angka1-6
tergantung responnya yaitu :
a. Eye (respon membuka mata)
(4): spontan
(3): dengan rangsang suara (suruh pasien membuka mata)
(2): dengan rangsang nyeri (berikan rangsang nyeri, misalnya menekan kuku jari)
(1): tidak ada respon
b. Verbal (respon verbal)
(5): orientasi baik
(4): bingung, berbicara mengacau (sering bertanya berulang-ulang) disorientasi
tempat dan waktu.
(3): kata-kata saja (berbicara tidak jelas, tapi kata-kata masih jelas, namun tidak
dalam satu kalimat.
(2): suara tanpa arti (mengerang)
(1): tidak ada respon
c. Motor (respon motorik)
(6): mengikuti perintah
(5): melokalisir nyeri (menjangkau & menjauhkan stimulus saat diberi rangsangan
nyeri)
(3): flexi abnormal (tangan satu atau keduanya posisi kaku di atas dada & kaki
extensi saat diberi rangsangan nyeri)
(2): extensi abnormal (tangan satu atau keduanya extensi disisi tubuh, dengan jari
mengepal & kaki extensi saat diberi rangsangan nyeri.
(1): tidak ada respon
Berdasarkan Fokal Tumor
Tumor lobus Frontalis
a. Gangguan kepribadian dan mental seperti apatis, kesukaan dalam pandangan
ke depan, regresi dalam tingkah laku social)
b. Graps refleks (reflek memegang)
c. Spasme tonik pada jari-jari kaki atau tangan
d. Kejang fokal atau wajah
e. Todds paralisis
f. Afasia motorik
g. Jika terjadidi traktus kortikospinalis : himeparasis sampai hemiplegia
kontralateral lesi
h. Sindrom foster kennedy
Tumor lobus temporalis
a. Kajang parsil
b. Movement motoric automatic
c. Nyeri epigastrium
d. Perasaan fluttering di epigastrik atau toraks
e. Dejavu
Tumor lobus parietalis
a. Astereognosis
b. Antogponosis
c. Hemianestesia
d. tidak dapat membedakan kanan dan kiri
e. loss of body image
Tumor lobus oksipitalis
a. Gangguan yojana penglihatan
b. Nyeri kepala di daerah oksipital
c. Hemianopsia homonym
Tumor lobus Serebellum
a. Nyeri kepala, muntah dan pupil edema
b. Gangguan gait dan gangguan koordinasi
c. Bila berjalan akan jatuh ke sisi lesi
d. Ataksia, tremor, nistagmus hipotonia
Tumor daerah thalamus
a. Refleks babinsky positif, hemiparesis, hiperrefleks
b. Tekanan intracranial yang tinggi
c. Lama kelamaan bisa menjadi hidrosefalus
Tumor daerah pineal/epifise
a. Tanda perinaud fenomena bell
b. Fenomena puppenkoft
c. Pupil argyl robertson
d. Pubertas prekoks
e. Diabetes insipidus
Tumor batang otak
a. Kesadaran menurun
b. Gangguan N III
c. Sindrom webber
d. Sindrom benedict
c. sindrom claude
Tumor sudut sereblo pontin
a. Gangguan pendengaran
b. Vertigo
Berdasarkan PTIK
Nyeri kepala, kejang, gangguan mental, pembesaran kepala, papiledema, sensasi
abnormal di kepala, false localizzing sign
D. Perkemihan b4 (bladder)
Gangguan control sfinter urine, kebersihan bersih, bentuk alat kelamin normal,
produksi urine normal
E. Pencernaan B5 (bowel)
Mual dan muntah terjadi akibat peningkatantekanan intracranial sehingga menekan
pust muntah pada otak. Gejala mual dan muntah ini biasanya akan diikuti dengan
penurunan nafsu makan pada pasien, kondisi mulut bersih dan mukosa lembab
F. Muskulosketal/integument B6 (bone)
Keterbatasan pergerakan anggota gerak karena kelemahan bahkan kelumpuhan.
Kemampuan pergerakan sendi bebas, kondisi tubuh kelelahan.
Diagnosa Keperawatan
1) Defisit nutrisi berhubungan dengan faktor psikologis
2) Defisit perawatan diri berhubungan dengan gangguan neuromuskuler
3) Nyeri kronis berhubungan dengan infiltrasi tumor
4) Pola napas tidak efektif berhubungan dengan gangguan neuromuskuler
Mampu melakukan
tugas fisik yang
paling mendasardan
aktifitas perawatan
pribadi secara
mandiri dengan atau
tanpa alat bantu 2. Dukungan 2. Untuk memfasilitasi
Mampu perawatan diri : pemenuhan kebutuhan
mempertahankan Berpakaian berpakaian dan berhias
kebersihan pribadi
dan penampilan
yang rapi secara
mandiri dengan atau
tanpa alat bantu
Menggunakan
pakaian secara rapi
dan bersih .
3. Defisit nutrisi Setelah dilakukan 1. Menejemen nutrisi 1. Untuk mengidentifikasi
berhubungan dengan tindakan dan mengelola asupasn
faktor psikologis keperawatan ...X24 nutrisi yang seimbang
jam, di harapkan
masalah pola nafas
tidak efektif dapat
teratasi dangan KH :
2. Promosi berat 2. Untuk memfasilitasi
Mampu badan peningkatan berat badan
mengidentifikasi
kebutuhan nutrisi
Tidak ada tanda
tanda malnutrisi
Tidak terjadi
penurunan berat 3. Pemantauan nutrisi 3. Untuk mengumpulkan
badan yang berarti dan menganalisis data yang
berkaitan dengan asupan
dan status gizi.
4. Pola napas tidak Setelah dilakukan 1. Menejemen jalan 1. Untuk mengidentifikasi
efektif berhubungan tindakan nafas dan mengelola kepatenan
dengan gangguan keperawatan ...X24 jalan nafas.
neuromuskuler jam, di harapkan
masalah pola nafas
tidak efektif dapat
teratasi dangan KH :
Mendemonstrasikan
batuk efekktif dan
suara nafas yang 2. Pemantauan 2. Untuk mengumpulkan
bersih, tidak ada respirasi dan menganalisis data
sianosis dan untuk memastikan
dyspneu (mampu kepatenan jalan nafas dan
mengeluarkan keefektifan pertukaran gas.
sputum, mampu
bernafas dengan
mudah, tidak ada
pursed lips ).
Menunjukan jalan
nafas yaang paten
( klien tidak merasa
tercekik, irama
nafas, frekuensi
prnafasan dalam
rentang normal,
tidak ada suara
nafas abnormal).
BAB III
LITERATURE REVIEW
3.1 Kesimpulan
Tumor otak adalah suatu pertumbuhan jaringan yang abnormal di dalam otak. Yang terdiri
atas Tumor otak benigna dan maligna. Tumor otak benigna adalah pertumbuhan jaringan abnormal
di dalam otak, tetapi tidak ganas, sedangkan tumor otak maligna adalah kanker di dalam otak yang
berpotensi menyusup dan menghancurkan jaringan di sebelahnya atau yang telah menyebar
(metastase) ke otak dari bagian tubuh lainnya melalui aliran darah.
Tumor disebabkan oleh mutasi DNA di dalam sel. Akumulasi dari mutasi-mutasi tersebut
menyebabkan munculnya tumor. Sebenarnya sel kita memiliki mekanisme perbaikan DNA (DNA
repair) dan mekanisme lainnya yang menyebabkan sel merusak dirinya dengan apoptosis jika
kerusakan DNA sudah terlalu berat. Apoptosis adalah proses aktif kematian sel yang ditandai dengan
pembelahan DNA kromosom, kondensasi kromatin, serta fragmentasi nukleus dan sel itu sendiri.
Mutasi yang menekan gen untuk mekanisme tersebut biasanya dapat memicu terjadinya kanker.
Pengobatan tumor otak tergantung kepada lokasi dan jenisnya.Pemilihan jenis terapi pada
tumor otak tergantung pada beberapa faktor, antara lain kondisi umum penderita, tersedianya alat
yang lengkap, pengertian penderita dan keluarganya, luasnya metastasis. adapun terapi yang
dilakukan, meliputi terapi steroid, pembedahan, radioterapi dan kemoterapi.
3.2. Saran
DAFTAR PUSTAKA
Nurarif,Amin Huda, dkk, 2015.”Aplikasi Asuhan Keparawatan Berdasarkan Diagnosa
Medis Nic-Noc”Edisi Jilid 1 Jogjakarta : Mediaction Jogja.
Price, Sylvia A dan Lorrance M. Wilson. 2016.” Patofisiologi Konsep Klinis Proses-proses
Penyakit Vol.2.” Jakarta: EGC.