Anda di halaman 1dari 17

PENUGASAN

KEPERAWATAN HIV/AIDS
” ASUHAN KEPERAWATAN HIV/AIDS“

Dosen Pengampu:
Ns. Sovia, M.Kep
Disusun Oleh :
Regina.S. Turnip
( PO.71.20.1.18.0026 )
TINGKAT III D-IV KEPERAWATAN
SEMESTER V

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES JAMBI


PRODI SARJANA TERAPAN KEPERAWATAN
TAHUN AJARAN 2020/2021
Asuhan Keperawatan HIV/AIDS

1. Pengkajian Keperawatan
a. Riwayat Penyakit
Jenis infeksi sering memberikan petunjuk pertama karena sifat kelainan imun.
Umur kronologis pasien juga mempengaruhi imunokompetens. Respon imun
sangat tertekan pada orang yang sangat muda karena belum berkembangnya
kelenjar timus. Pada lansia, atropi kelenjar timus dapat meningkatkan kerentanan
terhadap infeksi. Banyak penyakit kronik yang berhubungan dengan melemahnya
fungsi imun. Diabetes meilitus, anemia aplastik, kanker adalah beberapa penyakit
yang kronis, keberadaan penyakit seperti ini harus dianggap sebagai factor
penunjang saat mengkaji status imunokompetens pasien. Berikut bentuk kelainan
hospes dan penyakit serta terapi yang berhubungan dengan kelainan hospes :
 Kerusakan respon imun seluler (Limfosit T )
Terapi radiasi, defisiensi nutrisi, penuaan, aplasia timik, limpoma,
kortikosteroid, globulin anti limfosit, disfungsi timik congenital.
 Kerusakan imunitas humoral (Antibodi)
Limfositik leukemia kronis, mieloma, hipogamaglobulemia congenital, protein
– liosing enteropati (peradangan usus)
b. Pemeriksaan Fisik (Objektif) dan Keluhan (Sujektif)
 Aktifitas / Istirahat
Gejala : Mudah lelah,intoleran activity,progresi malaise,perubahan pola tidur.
Tanda : Kelemahan otot, menurunnya massa otot, respon fisiologi aktifitas
(Perubahan TD, frekuensi Jantun dan pernafasan).
 Sirkulasi
Gejala : Penyembuhan yang lambat (anemia), perdarahan lama pada cedera.
Tanda : Perubahan TD postural,menurunnya volume nadi perifer, pucat /
sianosis, perpanjangan pengisian kapiler.
 Integritas dan Ego
Gejala : Stress berhubungan dengan kehilangan,mengkuatirkan penampilan,
mengingkari doagnosa, putus asa,dan sebagainya.
Tanda : Mengingkari,cemas,depresi,takut,menarik diri, marah.
 Eliminasi
Gejala : Diare intermitten, terus – menerus, sering dengan atau tanpa kram
abdominal, nyeri panggul, rasa terbakar saat miksi
Tanda : Feces encer dengan atau tanpa mucus atau darah, diare pekat dan sering,
nyeri tekan abdominal, lesi atau abses rectal, perianal, perubahan jumlah,
warna, dan karakteristik urine.
 Makanan / Cairan
Gejala : Anoreksia, mual muntah, disfagia
Tanda : Turgor kulit buruk, lesi rongga mulut, kesehatan gigi dan gusi yang
buruk, edema
 Hygiene
Gejala : Tidak dapat menyelesaikan AKS
Tanda : Penampilan tidak rapi, kurang perawatan diri.
 Neurosensoro
Gejala : Pusing, sakit kepala, perubahan status mental,kerusakan status indera,
kelemahan otot, tremor, perubahan penglihatan.
Tanda : Perubahan status mental, ide paranoid, ansietas, refleks tidak normal,
tremor, kejang, hemiparesis, kejang.
 Nyeri / Kenyamanan
Gejala : Nyeri umum / local, rasa terbakar, sakit kepala, nyeri dada pleuritis.
Tanda : Bengkak sendi, nyeri kelenjar, nyeri tekan, penurunan rentan gerak,
pincang.
 Pernafasan
Gejala : ISK sering atau menetap, napas pendek progresif, batuk, sesak pada
dada.
Tanda : Takipnea, distress pernapasan, perubahan bunyi napas, adanya sputum.
 Keamanan
Gejala : Riwayat jatuh, terbakar,pingsan,luka,transfuse darah,penyakit
defisiensi imun, demam berulang,berkeringat malam.
Tanda : Perubahan integritas kulit,luka perianal / abses, timbulnya nodul,
pelebaran kelenjar limfe, menurunya kekuatan umum, tekanan umum.
 Seksualitas
Gejala : Riwayat berprilaku seks beresiko tinggi, menurunnya libido,
penggunaan pil pencegah kehamilan.
Tanda : Kehamilan, herpes genetalia
 Interaksi Sosial
Gejala : Masalah yang ditimbulkan oleh diagnosis, isolasi, kesepian, adanya
trauma AIDS
Tanda : Perubahan interaksi
 Penyuluhan / Pembelajaran
Gejala : Kegagalan dalam perawatan, prilaku seks beresiko tinggi,
penyalahgunaan obat-obatan IV, merokok, alkoholik.
c. Pemeriksaan Diagnostik
1) Tes Laboratorium
Telah dikembangkan sejumlah tes diagnostic yang sebagian masih bersifat
penelitian. Tes dan pemeriksaan laboratorium digunakan untuk mendiagnosis
Human Immunodeficiency Virus (HIV) dan memantau perkembangan penyakit
serta responnya terhadap terapi Human Immunodeficiency Virus (HIV)
a) Serologis
- Tes antibody serum
Skrining Human Immunodeficiency Virus (HIV) dan ELISA. Hasil tes
positif, tapi bukan merupakan diagnosa
- Tes blot western
Mengkonfirmasi diagnosa Human Immunodeficiency Virus (HIV)
- Sel T limfosit
Penurunan jumlah total
- Sel T4 helper
Indikator system imun (jumlah <200>
- T8 ( sel supresor sitopatik )
Rasio terbalik ( 2 : 1 ) atau lebih besar dari sel suppressor pada sel helper
( T8 ke T4 ) mengindikasikan supresi imun.
- P24 (Protein pembungkus Human ImmunodeficiencyVirus (HIV)
Peningkatan nilai kuantitatif protein mengidentifikasi progresi infeksi
- Kadar Ig
Meningkat, terutama Ig A, Ig G, Ig M yang normal atau mendekati
normal
- Reaksi rantai polimerase
Mendeteksi DNA virus dalam jumlah sedikit pada infeksi sel perifer
monoseluler.
- Tes PHS
Pembungkus hepatitis B dan antibody, sifilis, CMV mungkin positif
b) Budaya
Histologis, pemeriksaan sitologis urine, darah, feces, cairan spina, luka,
sputum, dan sekresi, untuk mengidentifikasi adanya infeksi : parasit,
protozoa, jamur, bakteri, viral.
c) Neurologis
EEG, MRI, CT Scan otak, EMG (pemeriksaan saraf)
d) Tes Lainnya
1) Sinar X dada
Menyatakan perkembangan filtrasi interstisial dari PCP tahap lanjut atau
adanya komplikasi lain
2) Tes Fungsi Pulmonal
Deteksi awal pneumonia interstisial
3) Skan Gallium
Ambilan difusi pulmonal terjadi pada PCP dan bentuk pneumonia
lainnya.
4) Biopsis
Diagnosa lain dari sarcoma Kaposi
5) Brankoskopi / pencucian trakeobronkial
Dilakukan dengan biopsy pada waktu PCP ataupun dugaan kerusakan
paru-paru
2) Tes Antibodi
Jika seseorang terinfeksi Human Immunodeficiency Virus (HIV), maka system
imun akan bereaksi dengan memproduksi antibody terhadap virus tersebut.
Antibody terbentuk dalam 3 – 12 minggu setelah infeksi, atau bisa sampai 6 –
12 bulan. Hal ini menjelaskan mengapa orang yang terinfeksi awalnya tidak
memperlihatkan hasil tes positif. Tapi antibody ternyata tidak efektif,
kemampuan mendeteksi antibody Human Immunodeficiency Virus (HIV)
dalam darah memungkinkan skrining produk darah dan memudahkan evaluasi
diagnostic.
Pada tahun 1985 Food and Drug Administration (FDA) memberi lisensi tentang
uji – kadar Human Immunodeficiency Virus (HIV) bagi semua pendonor darah
atau plasma. Tes tersebut, yaitu :
a) Tes Enzym – Linked Immunosorbent Assay ( ELISA)
Mengidentifikasi antibody yang secara spesifik ditujukan kepada virus
Human Immunodeficiency Virus (HIV). ELISA tidak menegakan diagnosa
AIDS tapi hanya menunjukkan bahwa seseorang terinfeksi atau pernah
terinfeksi Human Immunodeficiency Virus (HIV). Orang yang dalam
darahnya terdapat antibody Human Immunodeficiency Virus (HIV) disebut
seropositif.
b) Western Blot Assay
Mengenali antibody Human Immunodeficiency Virus (HIV) dan
memastikan seropositifitas Human Immunodeficiency Virus (HIV)
c) Indirect Immunoflouresence
Pengganti pemeriksaan western blot untuk memastikan seropositifitas.
d) Radio Immuno Precipitation Assay ( RIPA )
Mendeteksi protein dari pada antibody.
3) Pelacakan Human Immunodeficiency Virus (HIV)
Penentuan langsung ada dan aktivitasnya Human Immunodeficiency Virus
(HIV) untuk melacak perjalanan penyakit dan responnya. Protein tersebut
disebut protein virus p24, pemerikasaan p24 antigen capture assay sangat
spesifik untuk HIV – 1. tapi kadar p24 pada penderita infeksi Human
Immunodeficiency Virus (HIV) sangat rendah, pasien dengantiter p24 punya
kemungkinan lebih lanjut lebih besar dari menjadi AIDS.
Pemeriksaan ini digunakan dengan tes lainnya untuk mengevaluasi efek anti
virus. Pemeriksaan kultur Human Immunodeficiency Virus (HIV) atau kultur
plasma kuantitatif dan viremia plasma merupakan tes tambahan yang mengukur
beban virus (viral burden)
AIDS muncul setelah benteng pertahanan tubuh yaitu sistem kekebalan alamiah
melawan bibit penyakit runtuh oleh virus HIV, dengan runtuhnya/ hancurnya sel-sel
limfosit T karena kekurangan sel T, maka penderita mudah sekali terserang infeksi dan
kanker yang sederhana sekalipun, yang untuk orang normal tidak berarti. Jadi bukan AIDS
nya sendiri yang menyebabkan kematian penderita, melainkan infeksi dan kanker yang
dideritanya.
HIV biasanya ditularkan melalui hubungan seks dengan orang yang mengidap virus
tersebut dan terdapat kontak langsung dengan darah atau produk darah dan cairan tubuh
lainnya. Pada wanita virus mungkin masuk melalui luka atau lecet pada mulut
rahim/vagina. Begitu pula virus memasuki aliran darah pria jika pada genitalnya ada
luka/lecet. Hubungan seks melalui anus berisiko tinggi untuk terinfeksi, namun juga
vaginal dan oral. HIV juga dapat ditularkan melalui kontak langsung darah dengan darah,
seperti jarum suntik (pecandu obat narkotik suntikan), transfusi darah/produk darah dan ibu
hamil ke bayinya saat melahirkan. Tidak ada bukti penularan melalui kontak sehari-hari
seperti berjabat tangan, mencium, gels bekas dipakai penderita, handuk atau melalui closet
umum, karena virus ini sangat rapuh.
Masa inkubasi/masa laten sangat tergantung pada daya tahan tubuh masing-masing
orang, rata-rata 5-10 tahun. Selama masa ini orang tidak memperlihatkan gejala-gejala,
walaupun jumlah HIV semakin bertambah dan sel T4 semakin menururn. Semakin rendah
jumlah sel T4, semakin rusak sistem kekebalan tubuh.
Pada waktu sistem kekebalan tubuh sudah dalam keadaan parah, seseorang yang
mengidap HIV/AIDS akan mulai menampakkan gejala-gejala AIDS.

2. Diagnosa Keperawatan
Berikut adalah Daftar Diagnosa yang dapat ditegakkan pada pasien HIV-AIDS adalah :
a. Intoleransi aktivitas
b. Citra tubuh terganggu
c. Kelelahan
d. Keputusasan
e. Hipertermia
f. Nutrisi tidak seimbang: kurang dari kebutuhan tubuh
g. Gangguan selaput lendir mulut
h. Integritas kulit terganggu
i. Integritas jaringan yang terganggu
j. Penanganan yang tidak efektif
k. Pemeliharaan kesehatan yang tidak efektif
l. Perlindungan yang tidak efektif
m. Pola seksualitas yang tidak efektif
n. Proses keluarga terputus
o. Ketidakpatuhan (rejimen pengobatan)
p. Ketidakberdayaan
q. Risiko volume cairan yang kurang
r. Risiko infeksi
s. Isolasi sosial
t. Nyeri berhubungan dengan inflamasi/ kerusakan jaringan ditandai dengan
keluhan nyeri, perubahan denyutnadi,kejang otot, ataksia, lemah otot dan gelisah
u. Perubahan nutrisi yang kurang dari kebutuhan tubuh dihubungkan dengan
gangguan intestinal ditandai dengan penurunan berat badan, penurunan nafsu
makan, kejang perut, bising usus hiperaktif, keengganan untuk makan,
peradangan rongga bukal.
v. Resiko tinggi kekurangan volume cairan berhubungan dengan diare berat
w. Resiko tinggi pola nafas tidak efektif berhubungan dengan proses infeksi dan
ketidak seimbangan muskuler (melemahnya otot-otot pernafasan)
x. Intoleransi aktovitas berhubungan dengan penurunan produksi metabolisme
ditandai dengan kekurangan energy yang tidak berubah atau berlebihan,
ketidakmampuan untuk mempertahankan rutinitas sehari-hari, kelesuan, dan
ketidakseimbangan kemampuan untuk berkonsentrasi.
y. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan imunosupresi, malnutrisi dan pola
hidup yang beresiko.
z. Resiko tinggi infeksi (kontak pasien) berhubungan dengan infeksi HIV, adanya
infeksi nonopportunisitik yang dapat ditransmisikan.
aa. Diare berhubungan dengan infeksi GI
bb. Tidak efektif koping keluarga berhubungan dengan cemas tentang keadaan yang
orang dicintai.

Kriteria Hasil
Pasien akan:
1. Menyatakan pentingnya menyeimbangkan aktivitas, seperti yang ditoleransi, dengan
istirahat.
2. Mengungkapkan perasaan tentang citra tubuh yang berubah
3. Ekspresikan yang memiliki lebih banyak energy
4. Membuat keputusan atas namanya sendiri
5. Pertahankan suhu tubuh normal
6. Mempertahankan berat badan saat ini atau mencapai berat badan ideal
7. Selaput lendir mulut pasien akan tetap utuh
Pasien akan:
1. Menyuarakan perasaan tentang perubahan identitas seksual
2. Pasien luka dan lesi akan sembuh tanpa komplikasi
3. Situs jaringan yang rusak akan berkurang kemerahan, bengkak, nyeri
4. Menggunakan sistem pendukung untuk membantu mengatasi
5. Melakukan kegiatan pemeliharaan kesehatan sesuai dengan tingkat kemampuannya

Pasien akan:
1. Keluarga akan menyatakan cara untuk mendukung dan membantu pasien
2. Mematuhi rejimen pengobatan
3. Mengungkapkan perasaan mengontrol kondisi dan situasinya
4. Pertahankan keseimbangan cairan yang adekuat
5. Tidak mengalami demam, menggigil, atau tanda atau gejala penyakit lainnya
6. Memelihara hubungan teman sebaya dan keluarga

3. Rencana Keperawatan
a) Diagnosis Keperawatan : Nyeri berhubungan dengan inflamasi/ kerusakan jaringan
ditandai dengan keluhan nyeri, perubahan denyutnadi,kejang otot, ataksia, lemah
otot dan gelisah.
Hasil yang diharapkan :
keluhan hilang, menunjukkan ekspresi wajah rileks,dapat tidur atau beristirahat
secara adekuat.
INTERVENSI KEPERAWATAN RASIONAL
Kaji keluhan nyeri, perhatikan lokasi, Mengindikasikan kebutuhan untuk
intensitas, frekuensi dan waktu. Tandai intervensi dan juga tanda-tanda
gejala nonverbal misalnya gelisah, perkembangan komplikasi.
takikardia, meringis.
Instruksikan pasien untuk Meningkatkan relaksasi dan perasaan sehat.
menggunakan visualisasi atau
imajinasi, relaksasi progresif, teknik
nafas dalam.
Dorong pengungkapan perasaan Dapat mengurangi ansietas dan rasa sakit,
sehingga persepsi akan intensitas rasa sakit.
Berikan analgesik atau antipiretik M,emberikan penurunan nyeri/tidak
narkotik. Gunakan ADP (analgesic nyaman, mengurangi demam. Obat yang
yang dikontrol pasien) untuk dikontrol pasien berdasar waktu 24 jam
memberikan analgesia 24 jam. dapat mempertahankan kadar analgesia
darah tetap stabil, mencegah kekurangan
atau kelebihan obat-obatan.
Lakukan tindakan paliatif misal Meningkatkan relaksasi atau menurunkan
pengubahan posisi, masase, rentang tegangan otot.
gerak pada sendi yang sakit.

b) Diagnosis keperawatan : Perubahan nutrisi yang kurang dari kebutuhan tubuh


dihubungkan dengan gangguan intestinal ditandai dengan penurunan berat badan,
penurunan nafsu makan, kejang perut, bising usus hiperaktif, keengganan untuk makan,
peradangan rongga bukal.
Hasil yang harapkan :
Mempertahankan berat badan atau memperlihatkan peningkatan berat badan yang mengacu
pada tujuan yang diinginkan, mendemostrasikan keseimbangan nitrogen po;sitif, bebas dari
tanda-tanda malnutrisi dan menunjukkan perbaikan tingkat energy.
INTERVENSI KEPERAWATAN RASIONAL
Kaji kemampuan untuk mengunyah, Lesi mulut, tenggorok dan
perasakan dan menelan. esophagus dapat menyebabkan
disfagia, penurunan kemampuan
pasien untuk mengolah makanan dan
mengurangi keinginan untuk makan.
Auskultasi bising usus Hopermotilitas saluran intestinal
umum terjadi dan dihubungkan
dengan muntah dan diare, yang
dapat mempengaruhi pilihan diet
atau cara makan.
Rencanakan diet dengan orang terdekat, jika Melibatkan orang terdekat dalam
memungkinakan sarankan makanan dari rencana member perasaan control
rumah. Sediakan makanan yang sedikit tapi lingkungan dan mungkin
sering berupa makanan padat nutrisi, tidak meningkatkan pemasukan.
bersifat asam dan juga minuman dengan Memenuhi kebutuhan akan
pilihan yang disukai pasien. Dorong makanannonistitusional mungkin
konsumsi makanan berkalori tinggi yang juga meningkatkan pemasukan.
dapat merangsang nafsu makan
Batasi makanan yang menyebabkan mual Rasa sakit pada mulut atau ketakutan
atau muntah. Hindari menghidangkan akan mengiritasi lesi pada mulut
makanan yang panas dan yang susah untuk mungkin akan menyebabakan pasien
ditelan enggan untuk makan. Tindakan ini
akan berguna untuk meningkatakan
pemasukan makanan.
Tinjau ulang pemerikasaan laboratorium, Mengindikasikan status nutrisi dan
misal BUN, Glukosa, fungsi hepar, fungsi organ, dan mengidentifikasi
elektrolit, protein, dan albumin. kebutuhan pengganti.
Berikan obat anti emetic misalnya Mengurangi insiden muntah dan
metoklopramid. meningkatkan fungsi gaster

c) Diagnosa keperawatan : Resiko tinggi kekurangan volume cairan berhubungan dengan


diare berat
Hasil yang diharapkan :
Mempertahankan hidrasi dibuktikan oleh membrane mukosa lembab, turgor kulit baik,
tanda-tanda vital baik, keluaran urine adekuat secara pribadi.
INTERVENSI KEPERAWATAN RASIONAL
Pantau pemasukan oral dan pemasukan Mempertahankan keseimbangan cairan,
cairan sedikitnya 2.500 ml/hari. mengurangi rasa haus dan melembabkan
membrane mukosa.
Buat cairan mudah diberikan pada pasien; Meningkatkan pemasukan cairan
gunakan cairan yang mudah ditoleransi tertentu mungkin terlalu menimbulkan
oleh pasien dan yang menggantikan nyeri untuk dikomsumsi karena lesi pada
elektrolit yang dibutuhkan, misalnya mulut.
Gatorade.
Kaji turgor kulit, membrane mukosa dan Indicator tidak langsung dari status
rasa haus. cairan.
Hilangakan makanan yang potensial Mungkin dapat mengurangi diare
menyebabkan diare, yakni yang pedas,
berkadar lemak tinggi, kacang, kubis,
susu. Mengatur kecepatan atau konsentrasi
makanan yang diberikan berselang jika
dibutuhkan
Nerikan obat-obatan anti diare misalnya Menurunkan jumlah dan keenceran
ddifenoksilat (lomotil), loperamid feses, mungkin mengurangi kejang usus
Imodium, paregoric. dan peristaltis.

d) Diagnosa keperawatan: resiko tinggi pola nafas tidak efektif berhubungan dengan proses
infeksi dan ketidak seimbangan muskuler (melemahnya otot-otot pernafasan)
Hasil yang diharapkan :
Mempertahankan pola nafas efektif dan tidak mengalami sesak nafas.
INTERVENSI KEPERAWATAN RASIONAL
Auskultasi bunyi nafas, tandai daerah Memperkirakan adanya perkembangan
paru yang mengalami penurunan, atau komplikasi atau infeksi pernafasan,
kehilangan ventilasi, dan munculnya misalnya pneumoni,
bunyi adventisius. Misalnya krekels,
mengi, ronki.
Catat kecepatan pernafasan, sianosis, Takipnea, sianosis, tidak dapat
peningkatan kerja pernafasan dan beristirahat, dan peningkatan nafas,
munculnya dispnea, ansietas menuncukkan kesulitan pernafasan dan
adanya kebutuhan untuk meningkatkan
pengawasan atau intervensi medis
Tinggikan kepala tempat tidur. Usahakan Meningkatkan fungsi pernafasan yang
pasien untuk berbalik, batuk, menarik optimal dan mengurangi aspirasi atau
nafas sesuai kebutuhan. infeksi yang ditimbulkan karena
atelektasis.
Berikan tambahan O2 Yng dilembabkan Mempertahankan oksigenasi efektif
melalui cara yang sesuai misalnya kanula, untuk mencegah atau memperbaiki
masker, inkubasi atau ventilasi mekanis krisis pernafasan
e) Diagnose keperawatan : Intoleransi aktovitas berhubungan dengan penurunan
produksi metabolisme ditandai dengan kekurangan energy yang tidak berubah atau
berlebihan, ketidakmampuan untuk mempertahankan rutinitas sehari-hari, kelesuan, dan
ketidakseimbangan kemampuan untuk berkonsentrasi.
Hasil yang diharapkan :
Melaporkan peningkatan energy, berpartisipasi dalam aktivitas yang diinginkan dalam
tingkat kemampuannya.
INTERVENSI KEPERAWATAN RASIONAL
Kaji pola tidur dan catat perunahan dalam Berbagai factor dapat meningkatkan
proses berpikir atau berperilaku kelelahan, termasuk kurang tidur,
tekanan emosi, dan efeksamping obat-
obatan
Rencanakan perawatan untuk Periode istirahat yang sering sangat yang
menyediakan fase istirahat. Atur aktifitas dibutuhkan dalam memperbaiki atau
pada waktu pasien sangat berenergi menghemat energi. Perencanaan akan
membuat pasien menjadi aktif saat
energy lebih tinggi, sehingga dapat
memperbaiki perasaan sehat dan control
diri.
Dorong pasien untuk melakukan apapun Memungkinkan penghematan energy,
yang mungkin, misalnya perawatan diri, peningkatan stamina, dan mengijinkan
duduk dikursi, berjalan, pergi makan pasien untuk lebih aktif tanpa
menyebabkan kepenatan dan rasa
frustasi.
Pantau respon psikologis terhadap Toleransi bervariasi tergantung pada
aktifitas, misal perubahan TD, frekuensi status proses penyakit, status nutrisi,
pernafasan atau jantung keseimbangan cairan, dan tipe penyakit.
Rujuk pada terapi fisik atau okupasi Latihan setiap hari terprogram dan
aktifitas yang membantu pasien
mempertahankan atau meningkatkan
kekuatan dan tonus otot
Diagnosa Perencanaan Keperawatan
Keperawatan
Tujuan dan Intervensi Rasional
criteria hasil
Resiko tinggi Pasien akan bebas 1. Monitor tanda-tanda Untuk pengobatan dini
infeksi infeksi infeksi baru.
Mencegah pasien
berhubungan oportunistik dan 2. gunakan teknik terpapar oleh kuman
dengan komplikasinya aseptik pada setiap
patogen yang
imunosupresi, dengan kriteria tak tindakan invasif.
malnutrisi dan ada tanda-tanda Cuci tangan diperoleh di rumah
sebelum meberikan sakit.
pola hidup yang infeksi baru, lab
tindakan.
beresiko. tidak ada infeksi
oportunis, tanda 3. Anjurkan pasien
Mencegah
metoda mencegah
vital dalam batas
terpapar terhadap bertambahnya infeksi
normal, tidak ada lingkungan yang
luka atau eksudat. patogen.

Meyakinkan diagnosis
4. Kumpulkan
spesimen untuk tes akurat dan
lab sesuai order. pengobatan

5. Atur pemberian Mempertahankan


antiinfeksi sesuai kadar darah yang
order terapeutik

Resiko tinggi Infeksi HIV tidak 1. Anjurkan pasien Pasien dan keluarga
infeksi (kontak ditransmisikan, atau orang penting mau dan memerlukan
pasien) tim kesehatan lainnya metode informasikan ini
mencegah transmisi
berhubungan memperhatikan
HIV dan kuman
dengan infeksi universal patogen lainnya.
HIV, adanya precautions
2. Gunakan darah dan
infeksi dengan kriteriaa
cairan tubuh
nonopportunisitik kontak pasien dan precaution bial Mencegah transimisi
yang dapat tim kesehatan merawat pasien. infeksi HIV ke orang
ditransmisikan. tidak terpapar Gunakan masker
lain
HIV, tidak bila perlu.
terinfeksi patogen
lain seperti TBC.
Diare Pasien merasa 1. Kaji konsistensi Mendeteksi adanya
berhubungan nyaman dan dan frekuensi feses darah dalam feses
dengan infeksi GI mengnontrol dan adanya darah.
diare, komplikasi
minimal dengan 2. Auskultasi bunyi Hipermotiliti mumnya
kriteria perut usus dengan diare
lunak, tidak
tegang, feses lunak 3. Atur agen
dan warna normal, Mengurangi motilitas
antimotilitas dan
kram perut hilang, psilium usus, yang pelan,
(Metamucil) sesuai emperburuk perforasi
order pada intestinal

4. Berikan ointment A Untuk menghilangkan


dan D, vaselin atau distensi
zinc oside
Tidak efektif Keluarga atau 1. Kaji koping keluarga Memulai suatu
koping keluarga orang penting lain terhadap sakit pasein hubungan dalam
berhubungan mempertahankan dan perawatannya bekerja secara
dengan cemas suport sistem dan konstruktif dengan
tentang keadaan adaptasi terhadap 2. Biarkan keluarga keluarga.
yang orang perubahan akan mengungkapkana Mereka tak menyadari
dicintai. kebutuhannya perasaan secara
bahwa mereka
dengan kriteria verbal
berbicara secara
pasien dan bebas
keluarga 3. Ajarkan kepada
berinteraksi keluaraga tentang
dengan cara yang penyakit dan Menghilangkan
konstruktif transmisinya. kecemasan tentang
transmisi melalui
kontak sederhana.

4. Implementasi Keperawatan
 Ketahuilah bahwa diagnosis dari bantuan sangat menyusahkan karena dampak
sosial penyakit dan prognosis yang mengecewakan.
 Pasien mungkin kehilangan pekerjaannya, keamanan finansial,
dukungan keluarga dan teman.
 Mengatasi citra tubuh yang berubah, beban emosional dari penyakit
yang serius, dan ancaman kematian dapat membuat pasien kewalahan
 Memantau demam, catat pola apa pun, tanda-tanda kerusakan kulit, batuk, sakit
tenggorokan, diare.
 Mengkaji kelenjar getah bening yang bengkak dan lunak
 Memeriksa nilai laboratorium secara teratur
 Menghindari penyeka gliserin untuk selaput lender
 Coba obat kumur normal saline atau bikarbonat untuk pembilasan oral
setiap hari.
 Mencatat asupan kalori pasien
 Memastikan asupan cairan yang adekuat selama episode diare
 Memberikan perawatan kulit yang cermat, terutama jika pasien lemah
 Mendorong pasien untuk mempertahankan aktivitas fisik sebanyak yang dapat
dia toleransi.
 Pastikan jadwalnya mencakup waktu untuk berolahraga dan istirahat
 Jika pasien mengalami sarkoma kaposi, pantau perkembangan lesi
 Memantau infeksi oportunistik atau tanda perkembangan penyakit
 Mengobati infeksi sesuai anjuran.

Edukasi pada Pasien :


1. Terapi antiretroviral kombinasi digunakan untuk secara maksimal menekan replikasi
HIV, sehingga meningkatkan kelangsungan hidup.
 Kepatuhan obat yang buruk dapat menyebabkan resistensi dan kegagalan
pengobatan.
 Pasien harus memahami bahwa regimen pengobatan harus diikuti dengan
cermat dan mungkin diperlukan selama bertahun-tahun, jika tidak sepanjang
hidup
2. Anjurkan pasien untuk menginformasikan calon pasangan seksual dan petugas
kesehatan bahwa dia telah terinfeksi HIV
3. Ajari pasien bagaimana mengidentifikasi tanda-tanda infeksi yang akan dating
 Menekankan pentingnya mencari perhatian medis segera
4. Libatkan pasien dengan perawatan hospiceb sejak awal dalam pengobatan sehingga dia
bisa menjalin hubungan
5. Jika pasien mengembangkan demensia AIDS secara bertahap, bantu dia memahami
perkembangan gejala ini
5. Evaluasi Keperawatan

Evaluasi hasil yang diharapkan setelah dilakukan tindakan adalah sebagai berikut:

 Pasien tidak kontak dengan individu terinfeksi.


 Pasien dan keluarga menjalankan praktik kesehatan yang baik.
 Pasien tidak menunjukkan bukti-bukti infeksi.
 Orang lain tidak mendapatkan penyakit tersebut.
 Pasien mengkonsumsi jumlah nutrien yang cukup.
 Pasien dapat berinteraksi dengan orang lain.

6. Perencanaan Pemulangan
1. Ajarkan kepada pasien dan keluarga untuk menghubungi tim kesehatan bila
terdapat tanda-tanda atau gejala infeksi.
2. Ajarkan kepada pasien dan keluarga untuk mengamati respon terhadap pengobatan
dan memberi tahu dokter tentang adanya reaksi yang merugikan.
3. Ajarkan kepada pasien dan keluarga tentang penjadwalan pemeriksaan tindak
lanjut.
Hasil yang diharapkan
1. Pasien tidak menunjukan tanda-tanda atau gejala infeksi.
2. Pasien dan keluarga menunjukan pemahaman tentang perawatan dirumah dan
perlunya pemeriksaan tindak lanjut.
3. Pasien akan berpartisipasi dalam aktivitas bersama keluarga dan masyarakat. s

Anda mungkin juga menyukai