Anda di halaman 1dari 17

GULMA AIR (AQUATIC WEEDS)

Kamis, 04 April 2013


I.                   PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang

Gulma merupakan tumbuhan yang tumbuh pada waktu, tempat, dan kondisi yang tidak
diinginkan manusia (Sukman dan Yakub, 2002). Menurut Kleiber (1968), definisi utama
gulma adalah tumbuhan yang muncul tidak pada tempatnya. Terdapat dua kelompok definisi
gulma yang dianggap penting yaitu definisi subjektif dan objektif. Definisi subjektif
menyatak an gulma merupakan tumbuhan kontroversial yang tidak semua buruk maupun
tidak semuanya baik, tergantung pandangan seseorang (Anderson, 1977).
Menurut definisi ekologis gulma didefinisikan sebagai tumbuhan yang telah beradaptasi
dengan habitat buatan dan menimbulkan gangguan terhadap segala aktivitas manusia
(Sastroutomo, 1990). Gulma sering di tempatkan dalam kompetisi atau campur tangannya
terhadap aktivitas manusia atau pertanian.
Bagi pertanian, gulma tidak dikehendaki karena:
a) 
     menurunkan produksi akibat bersaing dalam pengambilan unsur hara, air, sinar matahari
dan ruang hidup
b)      mengeluarkan senyawa allelopati yang dapat mengganggu pertumbuhan tanaman
c)      menjadi inang hama dan penyakit tanaman
d)     mengganggu tata guna air
e)      meningkatkan atau menambah biaya untuk usaha pengendalian.

Mengingat keberadaan gulma menimbulkan akibat - akibat yang merugikan maka


dilakukan usaha-usaha pengendalian secara teratur dan terencana. Pengendalian gulma bukan
lagi merupakan usaha sambilan, tapi merupakan usaha tersendiri yang memerlukan langkah
efisien, rasional berdasarkan pertimbangan ilmiah yang teruji (Sukman dan Yakub, 2002).

Gulma dapat dikelompokkan menurut morfologi daun, tingkat keganasan,


Mor fologi batang, habitat dan lokasi tumbuh. Menurut lokasi tumbuhnya dapat dibagi
menjadi gulma umum dan gulma ruderal. Gulma umum adalah gulma yang
umum ditemui pada agroekosistem atau sistem pertanaman yang spesifik lainya
seperti kehutanan. Gulma ruderal adalah gulma yang umum ditemui diluar kedua
sistem tersebut seperti pada areal publik, rel kereta api, bandara dan sebagainya.

Program pengendalian gulma yang tepat untuk memperoleh hasil yang memuaskan perlu
dipikirkan terlebih dahulu. Pengetahuan tentang biologis dari gulma (daur hidup), faktor yang
mempengaruhi pertumbuhan gulma, pengetahuan mengenai cara gulma berkembang biak,
menyebar dan bereaksi dengan perubahan lingkungan dan cara gulma tumbuh pada keadaan
yang berbeda- beda sangat penting untuk diketahui dalam menentukan arah program
pengendalian. Keberhasilan dalam pengendalian gulma harus didasari dengan pengetahuan
yang cukup dan benar dari sifat biologi gulma tersebut, misalnya a) dengan melakukan
identifikasi, b) mencari dalam pustaka tentang referensi gulma tersebut c) serta bertanya pada
para pakar atau ahli gulma. Ketiga cara ini merupakan langkah pertama untuk menjajaki
kemungkinan cara pengendalian yang tepat (Sukma dan Yakup, 2002).

B.     Tujuan
-          Mengetahui morfologi dari gulma air
-          Mengetahui klasifikasi gulma air
-          Mengetahui sisi positif dari gulma air

II.                GULMA AIR (AQUATIC WEEDS)


Tumbuhan liar adalah tumbuhan yang beradaptasi terhadap keadaan air kontiu atau paling
tidak toleran terhadap kondisi tanah berair untuk periode waktu hidupnya. Tidak mudah
mendefinisikan vegetasi secra tepat, mengingat suatu jenis mungkin ditemukan dilingkungan
perairan maupun daratan dan terdapat kisaran yang luas terhadap kadar air. Dalam praktek
gulma air diklasifikasikan sebagai marginal (tepian), emergent (gabungan antara tenggelam
dan terapung), submerged ( melayang), anchored with floating leaves (tenggelam),
freefloating (mengapung), dan plankton/algae. Maupun contoh gulma untuk daerah perairan
adalah sebagai berikut;
1.      Typha Angustifolia

gambar :Typha spp

Typha Angustifolia atau biasa disebut Tipa termasuk tanaman air berbentuk rumpun dari
keluarga Thypaceae. Tanaman Tipa merupakan tumbuhan semi akuatik yang mana tidak
memerlukan kuantiti air yang banyak .

Menurut pengetahuan di landscape Typha Angustifolia merupakan salah satu tanaman


yang banyak dijumpai pada daerah bekas tsunami yang tersebar di seluruh daerah Kota
Banda Aceh. Pasca tsunami tahun 2004 lalu, tanaman tumbuhan obor (Typha Latifolia) ini
tumbuh di semua tempat yang tergenangi air tsunami. Hal ini menunjukkan bahwa tanaman
tersebut mampu bertahan hidup pada kondisi daerah yang tercemar.

Tanaman Tipa berkembang biak dengan dua cara yaitu seksual dan aseksual. Pembiakan
secara seksual adalah melibatkan organ pembiakan jantan dan betina, pembiakan ini berlaku
melalui penyebaran biji. Sedangkan pembiakan aseksual adalah dengan menggunakan rizom
yang terdapat pada pokok dasar banat.

a.      Klasifikasi

Kingdom Plantae (Tumbuhan)


Subkingdom Tracheobionta (Tumbuhan
berpembuluh)
Super Divisi Spermatophyta (Menghasilkan biji)
Divisi Magnoliophyta (Tumbuhan
berbunga)
Kelas Liliopsida (berkeping satu /
monokotil)
 Sub Kelas Commelinidae
Ordo Typhales
Famili Typhaceae
Genus Typha
Spesies Typha angustifolia L.
Nama Asing    : Tipa, Narrow leaf cat tail

Nama Indonesia: Tipa, Asiwung raja, embet, wawalingian

b.      deskrisi

Deskripsi / keterangan
Tanaman  Tinggi ± 1,5- Seperti ilalang
2,5 m
Batang Tinggi 3- 6 kaki  Bersifat kayu dan tidak
basah
 Tegak, tidak bercabang
 Meruncing ketika
mendekati struktur bunga,
 Batang berwarna hijau
muda hingga tua

Daun  Daun berwarna hijau,


 Daun tunggal berbentuk
leper, tirus, memanjang
keatas secara melurus.
 Ujung daun runcing,
 Tulang daun sejajar & tepi
daun rata,
 Daunnya ramping
menyerupai pita,
 Tumbuh tinggi sejajar
dengan tangkai.

Bunga Panjang bunga ±  Bunga betina & jantan


15-20 cm berbentuk silindris
berwarna coklat mirip ekor
kucing,
 Bunga jantan terletak
diatas bunga betina dengan
ukuran lebih kecil,
 Bila serbuk sari bunga
jantan jatuh di bunga
betina yang sudah matang
akan terjadi penyerbukan
secara alami,
 Bunga tumbuh lurus di
ujung tangkai yang
panjang.

Akar  Akar serabut


 Berwarna putih kecoklatan

c.       Penyebaran

         Tumbuh hampir di seluruh dunia : Amerika Utara, Amerika Tengah, Inggris, Eurasia,
Afrika, Selandia Baru, Australia dan Jepang.

         Di Malaysia biasanya dapat dijumpai di kawasan sawah, tepi Tasik

         Tumbuhan ini sering dijumpai di kawasan berair (wetland).

         Habitanta di rawa- rawa, kolam dan margin laut, muara pantai laut, saluran irigasi dan
daerah sungai

d.      Manfaat

         Banyak dipakai sebagai background kolam taman.

         Bunganya juga dipakai sebagai pelengkap rangkaian bunga segar untuk menambah kesan
alami.
         Tanaman Tipa mempunyai kanji dibagian bawah di daerah dekat akar. Yang dapat
dikonsumi.

         Selain itu tanamn Tipa juga dimanfaatkan di bidang Industri, daun dan batangnya dapat
dijadikan kertas.

         Daun dan batang yang sudah kering bisa diolah menjadi tas dan tikar.

2.      Hydrilla Verticillata (Ganggang Hijau)


a.      Klasifikasi (Hydrilla Vercillata)
Regnum : plantae
Divisi : Magnoliophyta
Sub divisi : Angiospermae
Class : Liliopsida
Sub class : Alismatidae
Ordo : Hydrocharitales
Family : Hydrocharitaceae
Genus : Hydrilla
Spesies : Hydrilla verticillata

b.      Nama Daerah dari hydrilla verticillata


         Indonesia: Ganggang
         Inggris: Water thyme
         Jawa; ganggeng

c.       Deskripsi hydrilla verticillata


-          Putih kekuningan
-          Batang tumbuh 1-2 m panjang
-          kelopak panjang 3-5 mm
-          Transparan dengan garis-garis merah
-          Bunga yang jarang terlihat
-          Pelepah daun sering kemerahan ketika segar
Gambar Hydrilla Verticillata (Ganggang Hijau)

3.      Eichornia crasssipes (Eceng gondok)


Eceng gondok atau enceng gondok (Latin: Eichhornia crassipes) adalah salah satu jenis
tumbuhan air mengapung. Selain dikenal dengan nama eceng gondok, di beberapa daerah di
Indonesia, eceng gondok mempunyai nama lain seperti di daerah Palembang dikenal dengan
nama Kelipuk, di Lampung dikenal dengan nama Ringgak, di Dayak dikenal dengan nama
Ilung-ilung, di Manado dikenal dengan nama Tumpe. Eceng gondok pertama kali ditemukan
secara tidak sengaja oleh seorang ilmuwan bernama Carl Friedrich Philipp von Martius,
seorang ahli botani berkebangsaan Jerman pada tahun 1824 ketika sedang melakukan
ekspedisi di Sungai Amazon Brasil. Eceng gondok memiliki kecepatan tumbuh yang tinggi
sehingga tumbuhan ini dianggap sebagai gulma yang dapat merusak lingkungan perairan.
Eceng gondok dengan mudah menyebar melalui saluran air ke badan air lainnya.
Eceng gondok hidup mengapung di air dan kadang-kadang berakar dalam tanah.
Tingginya sekitar 0,4 - 0,8 meter. Tidak mempunyai batang. Daunnya tunggal dan berbentuk
oval. Ujung dan pangkalnya meruncing, pangkal tangkai daun menggelembung. Permukaan
daunnya licin dan berwarna hijau. Bunganya termasuk bunga majemuk, berbentuk bulir,
kelopaknya berbentuk tabung. Bijinya berbentuk bulat dan berwarna hitam. Buahnya kotak
beruang tiga dan berwarna hijau. Akarnya merupakan akar serabut.

a.      Klasifikasi

Klasifikasi ilmiah
Kerajaan: Plantae
Divisi: Magnoliophyta
Kelas: Liliopsida
Ordo: Commelinales
Famili: Pontederiaceae
Genus: Eichhornia
Kunth
Spesies: E. crassipes
Nama binomial
Eichhornia crassipes
(Mart.) Solms

b.      Habitat

Eceng gondok tumbuh di kolam-kolam dangkal, tanah basah dan rawa, aliran air yang
lambat, danau, tempat penampungan air dan sungai. Tumbuhan ini dapat beradaptasi dengan
perubahan yang ekstrem dari ketinggian air, arus air, dan perubahan ketersediaan nutrien, pH,
temperatur dan racun-racun dalam air. Pertumbuhan eceng gondok yang cepat terutama
disebabkan oleh air yang mengandung nutrien yang tinggi, terutama yang kaya akan nitrogen,
fosfat dan potasium (Laporan FAO). Kandungan garam dapat menghambat pertumbuhan
eceng gondok seperti yang terjadi pada danau-danau di daerah pantai Afrika Barat, di mana
eceng gondok akan bertambah sepanjang musim hujan dan berkurang saat kandungan garam
naik pada musim kemarau.[3]

c.       Dampak Negatif

Gambar :Kolam yang dipenuhi eceng gondok yang sedang berbunga


Akibat-akibat negatif yang ditimbulkan eceng gondok antara lain:
         Meningkatnya evapotranspirasi (penguapan dan hilangnya air melalui daun-daun tanaman),
karena daun-daunnya yang lebar dan serta pertumbuhannya yang cepat.
         Menurunnya jumlah cahaya yang masuk kedalam perairan sehingga menyebabkan
menurunnya tingkat kelarutan oksigen dalam air (DO: Dissolved Oxygens).

         Tumbuhan eceng gondok yang sudah mati akan turun ke dasar perairan sehingga
mempercepat terjadinya proses pendangkalan.

         Mengganggu lalu lintas (transportasi) air, khususnya bagi masyarakat yang kehidupannya
masih tergantung dari sungai seperti di pedalaman Kalimantan dan beberapa daerah lainnya.

         Meningkatnya habitat bagi vektor penyakit pada manusia.

         Menurunkan nilai estetika lingkungan perairan.

d.      Pembersih Polutan Logam Berat

Walaupun eceng gondok dianggap sebagai gulma di perairan, tetapi sebenarnya ia


berperan dalam menangkap polutan logam berat. Rangkaian penelitian seputar kemampuan
eceng gondok oleh peneliti Indonesia antara lain oleh Widyanto dan Susilo (1977) yang
melaporkan dalam waktu 24 jam eceng gondok mampu menyerap logam kadmium (Cd),
merkuri (Hg), dan nikel (Ni), masing- masing sebesar 1,35 mg/g, 1,77 mg/g, dan 1,16 mg/g
bila logam itu tak bercampur. Eceng gondok juga menyerap Cd 1,23 mg/g, Hg 1,88 mg/g dan
Ni 0,35 mg/g berat kering apabila logam-logam itu berada dalam keadaan tercampur dengan
logam lain. Lubis dan Sofyan (1986) menyimpulkan logam chrom (Cr) dapat diserap oleh
eceng gondok secara maksimal pada pH 7. Dalam penelitiannya, logam Cr semula berkadar
15 ppm turun hingga 51,85 persen. Selain dapat menyerap logam berat, eceng gondok
dilaporkan juga mampu menyerap residu pestisida.

Gambar : Eichhornia crassipes (eceng gondok) dan hasil kerajinan tangan berbahan eceng
gondok
4.      Salvinia Molesta (kiyambang)
a.      Klasifikasi

Kingdom : Plantae (Tumbuhan)

Subkingdom : Tracheobionta (Tumbuhan berpembuluh)

Divisi : Pteridophyta (paku-pakuan)

Kelas : Pteridopsida

Ordo : Salviniales

Famili : Salviniaceae

Genus : Salvinia

Spesies : Salvinia molesta Mitchell

b.      Deskripsi

Gambar : Salvinia molesta (kiyambang)

Salvinia molesta adalah tanaman apung yang bebas di air. Tanaman ini mempunyai
rimpang horizontal (yang terletak di bawah permukaan air) dan dua jenis daun palem (apung
dan tenggelam). Tanaman  dewasa menghasilkan kantung spora berbentuk telur yang
mengandung spora subur. Tidak memiliki akar sejati sehingga daun ke permukaan berfungsi
sebagai akar. Daunnya adalah bergelung dari tiga (dua mengambang dan satu terendam). Di
bagian atas permukaan mereka memiliki baris papila silinder. Masing-masing papilla
memiliki empat rambut pada ujung distal nya (masing terdiri dari satu baris sel) yang
bergabung bersama-sama di ujung untuk membentuk seperti pemukul-telur terbalik. Struktur
kandang-seperti dari ujung rambut merupakan perangkap udara yang efektif memberikan
daya apung tanaman di dalam air. Papila rambut akhir, dan permukaan atas tanaman adalah
anti air dibandingkan dengan di bawah permukaan daun, yang menarik air. Ini adalah
perbedaan dalam atraksi air yang mempertahankan orientasi yang baik tanaman di permukaan
air.

c.       Habitat dan Kisaran Range

Salvinia molesta lebih menyukai daerah tropis, sub-tropis atau hangat dan mengalami
pertumbuhan terbaik di badan air yang diam atau bergerak lambat  termasuk selokan, kolam,
danau, sungai dan saluran irigasi. Pertumbuhan  optimal pada suhu air antara 20 ° C dan 30 °
C. Tunas mengalami kematian setelah  terpapar selama lebih dari dua jam untuk suhu di
bawah -3 ° C atau di atas 43 ° C. Salvinia mampu mentolerir tingkat salinitas sepersepuluh
bahwa air laut, memungkinkan gulma untuk beradaptasi dengan berbagai lingkungan bentik.
Laju pertumbuhannya menurun sebesar 25% pada tingkat salinitas 0,3%. Pertumbuhan sangat
dirangsang oleh peningkatan kadar gizi. Sebagai akibatnya gulma sangat cepat berkembang
di daerah di mana rezim hidrologi telah diubah oleh manusia, mendorong kenaikan tingkat
gizi (misalnya dengan aliran meningkat atau pencucian pupuk) (WAPMS 2003; Mitchell D.
Pers Comm 2005.. ; ARMCANZ ANZECC 2000; Howard dan Harley 1998).

5.      Azolla Pinnata (azola)


a.      Klasifikasi

Kingdom : Plantae (Tumbuhan)


Subkingdom : Tracheobionta (Tumbuhan berpembuluh)
Divisi : Pteridophyta (paku-pakuan)
Kelas : Pteridopsida
Ordo : Salviniales
Famili : Azollaceae
Genus : Azolla
Spesies : Azolla pinnata R. Br.

Azolla adalah jenis tumbuhan paku air yang mengapung banyak terdapat di perairan yang
tergenang terutama di sawah-sawah dan di kolam.
Gambar : Azolla Pinnata (azola)

b.      Anatomi                                 
Mempunyai permukaan daun yang lunak mudah berkembang dengan cepat dan hidup
bersimbosis dengan Anabaena azollae yang dapat memfiksasi Nitrogen (N2) dari udara.
c.       Morfologi                                 
Azolla pinnata merupakan tumbuhan kecil yang mengapung di air, terlihat berbentuk
segitiga atau segiempat. Azolla berukuran 2-4 cm x 1 cm, dengan cabang, akar rhizoma dan
daun terapung. Akar soliter, menggantung di air, berbulu, panjang 1-5 cm, dengan
membentuk kelompok 3-6 rambut akar. Daun kecil, membentuk 2 barisan, menyirap
bervariasi, duduk melekat, cuping dengan cuping dorsal berpegang di atas permukaan air dan
cuping ventral mengapung. Kebanyakan berwarna hijau dan makin lama makin menguning.

d.      Fisiologi                                   
Spesies Azolla pinnata memiliki kandungan protein yang baik sehingga dapat
dimanfaatkan sebagai pakan hewan ternak, unggas, dan ikan.Spesies Azolla pinnata dikenal
mampu bersimbiosis dengan bakteri biru (Anabaena azollae) dan mengikat nitrogen langsung
dari udara. Kemampuan Azolla pinnata tersebut memiliki nilai ekologis dan ekonomis yang
baik saat diolah maupun dimanfaatkan sebagai pupuk hijau dan pakan hewan ternak.
e.       Ekologi           
Azolla pinnata ditemukan di daerah tropis asia (termasuk Asia Tenggara), Cina selatan
dan timur, Jepang selatan, Australia utara dan di daerah tropis Afrika selatan (termasuk
Madagaskar).
Azolla merupakan satu-satunya genus dari paku air mengapung suku Azollaceae.
Terdapat tujuh spesies yang termasuk dalam genus ini. Suku Azollaceae sekarang dianjurkan
untuk digabungkan ke dalam suku Salviniaceae, berdasarkan kajian morfologi dan molekular
dari Smith et al. (2006)
Azolla dikenal mampu bersimbiosis dengan bakteri biru-hijau Anabaena azollae dan
mengikat nitrogen langsung dari udara. Potensi ini membuat Azolla digunakan sebagai pupuk
hijau baik di lahan sawah maupun lahan kering. Pada kondisi optimal Azolla akan tumbuh
baik dengan laju pertumbuhan 35% tiap hari Nilai nutrisi Azolla mengandung kadar protein
tinggi antara 24-30%. Kandungan asam amino essensialnya, terutama lisin 0,42% lebih tinggi
dibandingkan dengan konsentrat jagung, dedak, dan beras pecah (Arifin, 1996) dalam
Akrimin 2002.
Meskipun demikian, seiring dengan perkembangan pupuk hijau, penggunaan azolla ini
kini lebih banyak dimanfaatkan untuk budidaya perikanan. Dengan adanya mindazbesi yang
menggabungkan mina padi dengan azolla, selain menjadikannya sebagai pakan perikanan
juga konstribusi dapat digunakan untuk peningkatan produksi padi.

6.      Limnocharis flava (Genjer)

a.      Klasifikasi
Klasifikasi tanaman genjer ( Limnocharis  flava ) adalah sebagai berikut :
Kingdom         : Plantae
Divisi               : Magnoliophyta
Kelas               : Liliopsida
Ordo                : Alismatales
Famili              : Limnocharitaceae 
Genus             : Limnocharis
Spesies            : Limnocharis  flava

b.      Morfologi
Gambar : Limnoscharis flava (genjer)
Berdasarkan susunan tulang daun, tanaman genjer memiliki tulang daun yang
melengkung yaitu daun yang susunan tulang daunnya melengkung. Bagian daun terlebar pada
genjer terletak pada bagian tengah helaian daun. Ujung distal helai daun (apex) meruncing
(acuminatus). Tunggal, roset akar, bertangkai persegi, lunak, panjang 15-25 cm, helai daun
lonjong, ujung meruncing pangkal tumpul, tepj rata, panjang 5-50 cm, lebar 4 25 cm,
pertulangan sejajar, hijau. Berdasarkan sifat batang genjer termasuk pada batang basah
(herba), karena batang ini biasanya mengandung air, tidak berkayu dan berwarna hijau.
Batang tanaman genjer berbentuk bundar (globosus).  Arah batang di atas tanah
genjer memiliki batang yang tegak (erectus) dengan berarah tegak lurus ke atas. Apabila
dilihat tanaman ini mempunyai akar serabut. Akar lembaga dari tanaman ini dalam
perkembangan selanjutnya mati atau kemudian disusul oleh sejumlah akar yang kurang lebih
sama besar dan semuanya keluar dari pangkal batang. Akar-akar ini karena bukan berasal dari
calon akar yang asli yang dinamakan akar liar, bentuknya seperti serabut, oleh karena itu
dinamakan akar serabut (radix adventicia).

c.       Maanfaat 
            Pemanfaatan tanaman genjer (Limnocharis flava) dilakukan terhadap daun muda
dengan petiole dan buah yang belum terbuka yang dimakan sebagai sayuran, di Indonesia
terutama di Jawa Barat, Malaysia, dan Thailand. Tanaman ini biasanya tidak dimakan mentah
tetapi dipanaskan di atas api atau dimasak untuk waktu yang singkat. Pengolahan genjer
sebagai penambah nafsu makan adalah dengan pengukusan genjer segar hingga setengah
matang yang dikonsumsi sebagai lalapan. Daun dan bunga genjer berkhasiat sebagai
penambah nafsu makan.

d.      Habitat
Genjer (Limnocharis flava) merupakan tumbuhan darat liar sama seperti kangkung,
semanggi dan bopong yang termasuk pada jenis yang sama, tapi genjer hanya akan tumbuh
subur di lahan yang banyak tergenang air. Tumbuh di lembah sungai, genjer juga mudah
ditemui pada lapisan tanah gembur dan lapisan lumpur yang tergenang air dangkal. Selain itu
lahan persawahan yang digenangi air setelah masa panen atau disela tanaman padi yang
masih muda. Tanaman genjer yang sering disebut sebagai tanaman terna ini berasal dari
daerah tropis Amerika, tetapi terdapat juga tumbuh liar di daerah panas lain.

III.             PENUTUP

A.    Kesimpulan

-          Gulma merupakan tumbuhan yang tumbuh pada waktu, tempat, dan kondisi yang tidak
diinginkan manusia (Sukman dan Yakub, 2002).
-          Sedangkan Menurut definisi ekologis gulma didefinisikan sebagai tumbuhan yang telah
beradaptasi dengan habitat buatan dan menimbulkan gangguan terhadap segala aktivitas
manusia (Sastroutomo, 1990).
-          Program pengendalian gulma yang tepat untuk memperoleh hasil yang memuaskan perlu
dipikirkan terlebih dahulu. Pengetahuan tentang biologis dari gulma (daur hidup), faktor yang
mempengaruhi pertumbuhan gulma
-          Dalam praktek gulma air diklasifikasikan sebagai marginal (tepian), emergent (gabungan
antara tenggelam dan terapung), submerged ( melayang), anchored with floating leaves
(tenggelam), freefloating (mengapung), dan plankton/algae.
-          Menurut pengetahuan di landscape Typha Angustifolia merupakan salah satu tanaman yang
banyak dijumpai pada daerah bekas tsunami yang tersebar di seluruh daerah Kota Banda
Aceh
-          Eceng gondok atau enceng gondok (Latin: Eichhornia crassipes) adalah salah satu jenis
tumbuhan air mengapung.
-          Walaupun eceng gondok dianggap sebagai gulma di perairan, tetapi sebenarnya ia berperan
dalam menangkap polutan logam berat.
-          Azolla dikenal mampu bersimbiosis dengan bakteri biru-hijau Anabaena azollae dan
mengikat nitrogen langsung dari udara.

B.     Saran

Dibalik banyaknya dampak negative dari gulma ternyata masih banyak manfaat yang
terkandung dan belum diketahui dari gulma yang ada disekitar tanaman budidaya. baik itu
bernilai positif bagi manusia juga bagi tanaman budidaya itu sendiri.

DAFTAR PUSTAKA
Chisaka, H. 1988. Kerusakan oleh Gulma pada Tanaman, Kerugian Hasil Disebabkab oleh
Persaingan Gulma dalam Penanggulangan Gulma Secara Terpadu. PT Bina Aksara. Jakarta.

Crafts, A. S. & Robbin, W. W. 1973. A Textbook and Manual Weed Control. Tata McGrow Hill
Publishing Comp. Ltd., New Delhi.

 Erida, G. dan hasanuddin. 1996. Penentuan Periode Kritis Tanaman Kedelai (Glycine max)
terhadap Kompetisi Gulma. Prosiding Konf. 13 HIGI : 14-18.

Fryer, J.D. & S. Matsunaka. 1988. Penanggulangan Gulma Secara Terpadu. PT Bina Aksara.
Jakarta.

Kuntohartono, T. 1980. Pengantar Ilmu Gulma. Dept. Agronomi Fak. Pertanian Univ. Brawijaya,
Malang.

Moenandir, J. 1988. Persaingan Tanaman Budidaya dengan Gulma. Cv Rajawali. Jakarta Utara.
Muzik, T.J. 1970. Weed Biology and Control. McGrow Hill Book Comp. New York.
Sastroutomo, S. S. 1990. Ekologi Gulma. PT Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.
Sumintapura, A.H. & Iskandar, S. 1980. Pengantar Herbisida. P.T. Karya Nusantara. Jakarta.
Sundaru, M.; Syam, M. & J. Baker. 1976. Beberapa Jenis Gulma Pada Padi Sawah. LPPP. Bogor
Suroto, D., Y.E. Susilowati dan E. Widanarti. 1996. Pengaruh Kerapatam Awal dan waktu
Infestasi Teki (Cyperus rotundus L.) terhadap Hasil kacang Tanah (Arachis hypogeae L.).
Pros. Konf. 13 HIGI : 39-44.

Anda mungkin juga menyukai