Anda di halaman 1dari 3

Dampak Covid-19 Terhadap Perekonomian

Slide 1
Terdapat banyak ragam lembaga yang turut menganalisis apa dampak yang ditimbulkan oleh
adanya pandemi covid-19. Salah satu yang menjadi analisis dampaknya yaitu kemerosotan dan
juga perlambatan ekonomi dunia pada tahun 2020 ini, tidak terkecuali di Indonesia.

Slide 2
Indonesia menjadi salah satu negara yang terjebak atas resesi yang terjadi. Presiden republik
Indonesia menerbitkan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2020
tentang Kebijakan Keuangan Negara dan Stabilitas Sistem Keuangan untuk Penanganan
Pandemi Virus Corona.

Slide 3
Kondisi seperti ini memiliki dampak yang besar bagi masyarakat yang memiliki pendapatan
kecil. Dalam masa pandemi, pemerintah membuat kebijakan perlindungan sosial untuk
membantu perekonomian masyarakat. Pemerintah membuat kebijakan berupa program Bantuan
Langsung Tunai.

Slide 4
 Program Bantuan Langsung Tunai merupakan program yang ditetapkan oleh pemerintah
guna membantu perlindungan ekonomi dan sosial masyarakat. Bantuan Langsung Tunai
yang diberikan kepada masyarakat senilai Rp. 600.000/KK, dan disalurkan setiap bulan.

 Syaratnya yaitu bukan merupakan penerima Program Keluarga Harapan (PKH), tidak
memperoleh Kartu Sembako dan Kartu Prakerja. Penyelenggaraan BLT sesuai dengan
peraturan perundang-undangan Nomor 3 Tahun 2008 tentang pelaksanaan program
bantuan langsung tunai (BLT) untuk rumah tangga sasaran (RTS).

Slide 5
Tujuan BLT adalah :
1) Membantu masyarakat miskin agar tetap dapat memenuhi kebutuhan dasarnya,
2) Mencegah penurunan taraf kesejahteraan masyarakat miskin akibat kesulitan
ekonomi,
3) Meningkatkan tanggung jawab sosial bersama.

Slide 6
kelemahan-kelemahan dan masalah-masalah yang ditimbulkan dari kebijakan BLT yang
dirincikan sebagai berikut :
1) Kebijakan BLT bukan kebijakan yang efektif dan efisien untuk menyelesaikan
kemiskinan di Indonesia, ini dikarenakan kebijakan ini tidak mampu
meningkatkan derajat dan tingkat kesejahteraan masyarakat miskin.
2) Efektifitas dan efisiensi penggunaan dana BLT yang tidak dapat diukur dan
diawasi karena lemahnya fungsi pengawasan pemerintah terhadap kebijakan
tersebut.
3) Kebijakan BLT memiliki kecenderungan menjadi pemicu konflik sosial di
masyarakat.
4) Validitas data masyarakat miskin yang diragukan sehingga akan berdampak
pada ketepatan pemberian dana BLT kepada masyarakat yang berhak.
5) Peran aktif masyarakat yang kurang / minim, sehingga optimalisasi kinerja
program yang sulit direalisasikan.

Studi kasus
Penyaluran dana Bantuan Langsung Tunai juga tidak terlepas dari konflik-konflik yang terjadi di
masyrakat. Seperti yang terjadi di Desa Air Batu, Kecamatan Renah Pembarap, Kabupaten
Merangin, Provinsi Jambi, Selasa 19 Mei 2020, terjadi aksi pembakaran Posko Gugus Tugas
Penanganan Covid-19 dan kantor kepala desa. Pemicunya karena penyaluran Bantuan Langsung
Tunai (BLT) Covid-19 yang tidak tepat sasaran. BLT yang semestinya diberikan kepada warga
sebesar Rp. 600.000/KK, namun kenyataannya BLT yang dialokasikan dari Dana Desa (DD) ada
yang tidak tepat sasaran. Warga yang rumahnya tidak layak huni tidak mendapat bantuan,
sementara warga yang rumahnya permanen mendaat bantuan. Warga mensinyalir kepala desa
pilih kasih, sehingga warga mengamuk (Iping, 2020).
Kesimpulan
Pemerintah haruslah mengevaluasi program ini dan mengawasinya secara ketat, sebab
beberapa orang yang seharusnya berhak mendapatkan BLT malah tidak mendapatkan bantuan
sama sekali. Hal ini perlu menjadi evaluasi agar penyalurannya menjadi lebih tepat sasaran dan
mengurangi data yang tidak valid atau pura-pura miskin agar bisa mendapat bantuan.

Anda mungkin juga menyukai