Anda di halaman 1dari 24

LAPORAN PENDAHULUAN

STROKE HEMORAGIK

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Menyelesaikan

Departemen Keperawatan Gawat Darurat

Program Profesi Ners Stikes Bina Putera Banjar

Disusun Oleh :

Risnawati, S.Kep

NIM : 4012200021

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN BINA PUTERABANJAR


PROGRAM STUDI NERS ANGKATAN KE-15
TAHUN AKADEMIK 2019-2020

Jl. MayjenLiliKusumah-Sumanding Wetan No. 33 Kota Banjar


Tlp (0265) 741100 Fax (0265) 744043
web: www.stikesbp.ac.id
LAPORAN PENDAHULUAN

STROKE HEMORAGIK

A. Definisi

Menurut WHO stroke adalah adanya tanda-tanda klinik yang berkembang cepat akibat

gangguan fungsi otak fokal (global) dengan gejala-gejala yang berlangsung selama 24 jam

atau lebih yang menyebabkan kematian tanpa adanya penyebab lain yang jelas selain vaskular

(Muttaqin, 2008).

Stroke hemoragik adalah stroke yang terjadi karena pembuluh darah di otak pecah

sehingga timbul iskhemik dan hipoksia di hilir. Penyebab stroke hemoragi antara lain:

hipertensi, pecahnya aneurisma, malformasi arteri venosa. Biasanya kejadiannya saat

melakukan aktivitas atau saat aktif, namun bisa juga terjadi saat istirahat. Kesadaran pasien

umumnya menurun (Ria Artiani, 2009).

Stroke hemoragik adalah pembuluh darah otak yang pecah sehingga menghambat

aliran darah yang normal dan darah merembes ke dalam suatu daerah di otak dan kemudian

merusaknya (M. Adib, 2009).

B. Etiologi

Menurut Sylvia dan Lorraine (2006), SH terjadi akibat :

1. Perdarahan intraserebrum hipertensif.

2. Perdarahan subaraknoid (PSA): ruptura aneurisma secular (berry), rupture malformasi

arteriovena (MAV), trauma.

3. Penyalahgunaan kokain, amfetamin


4. Perdarahan akibat tumor otak

5. Infark hemoragik

6. Penyakit perdarahan sistemik termasuk penggunaan obat antikoagulan

C. Tanda & Gejala

Kemungkinan kecacatan yang berkaitan dengan stroke

1. Daerah a. serebri media

a) Hemiplegi kontralateral, sering disertai hemianestesi

b) Hemianopsi homonim kontralateral

c) Afasi bila mengenai hemisfer dominan

d) Apraksi bila mengenai hemisfer nondominan

2. Daerah a. Karotis interna

Serupa dengan bila mengenai a. Serebri media

3. Daerah a. Serebri anterior

a) Hemiplegi (dan hemianestesi) kontralateral terutama di tungkai

b) Incontinentia urinae

c) Afasi atau apraksi tergantung hemisfer mana yang terkena

4. Daerah a. Posterior

a) Hemianopsi homonim kontralateral mungkin tanpa mengenai

b) daerah makula karena daerah ini juga diperdarahi oleh a. Serebri media

c) Nyeri talamik spontan

d) Hemibalisme

e) Aleksi bila mengenai hemisfer dominan


5. Daerah vertebrobasiler

a) Sering fatal karena mengenai juga pusat-pusat vital di batang otak

b) Hemiplegi alternans atau tetraplegi

c) Kelumpuhan pseudobulbar (disartri, disfagi, emosi labil)

D. Pathofisiologi

Stroke hemoragik terjadi perdarahan yang berasal dari pecahnya arteri penetrans yang

merupakan cabang dari pembuluh darah superfisial dan berjalan tegak lurus menuju parenkim

otak yang di bagian distalnya berupa anyaman kapiler. Aterosklerosis dapat terjadi dengan

bertambahnya umur dan adanya hipertensi kronik, sehingga sepanjang arteri penetrans terjadi

aneurisma kecil-kecil dengan diameter 1 mm. Peningkatan tekanan darah yang terus menerus

akan mengakibatkan pecahnya aneurisme ini, sehingga dapat terjadi perdarahan dalam

parenkim otak yang bisa mendorong struktur otak dan merembas kesekitarnya bahkan dapat

masuk kedalam ventrikel atau ke ruang intrakranial.

Perdarahan intracranial biasanya disebabkan oleh karena ruptur arteri serebri.

Ekstravasasi darah terjadi di daerah otak dan atau subaraknoid, sehingga jaringan yang ada

disekitarnya akan tergeser dan tertekan. Darah ini sangat mengiritasi jaringan otak, sehingga

dapat mengakibatkan vasospasme pada arteri di sekitar perdarahan. Spasme ini dapat

menyebar ke seluruh hemisfer otak dan sirkulus willis. Bekuan darah yang semula lunak

akhirnya akan larut dan mengecil. Daerah otak disekitar bekuan darah dapat membengkak dan

mengalami nekrosis, karena kerja enzim-enzim maka bekuan darah akan mencair, sehingga

terbentuk suatu rongga. Sesudah beberapa bulan semua jaringan nekrotik akan diganti oleh

astrosit dan kapiler-kapiler baru sehingga terbentuk jalinan desekitar rongga tadi. Akhirnya
rongga-rongga tersebut terisi oleh astroglia yang mengalami proliferasi (Sylvia & Lorraine

2006). Perdarahan subaraknoid sering dikaitkan dengan pecahnya aneurisma. Kebanyakan

aneurisma mengenai sirkulus wilisi.

Hipertensi atau gangguan perdarahan mempermudah kemungkinan terjadinya ruptur,

dan sering terdapat lebih dari satu aneurisma. Gangguan neurologis tergantung letak dan

beratnya perdarahan. Pembuluh yang mengalami gangguan biasanya arteri yang menembus

otak seperti cabang lentikulostriata dari arteri serebri media yang memperdarahi sebagian dari

3 ganglia basalis dan sebagian besar kapsula interna. Timbulnya penyakit ini mendadak dan

evolusinya dapat cepat dan konstan, berlangsung beberapa menit, beberapa jam, bahkan

beberapa hari. Gambaran klinis yang sering terjadi antara lain; sakit kepala berat, leher bagian

belakang kaku, muntah, penurunan kesadaran, dan kejang. 90% menunjukkan adanya darah

dalam cairan serebrospinal (bila perdarahan besar dan atau letak dekat ventrikel), dari semua

pasien ini 70-75% akan meninggal dalam waktu 1-30 hari, biasanya diakibatkan karena

meluasnya perdarahan sampai ke system ventrikel, herniasi lobus temporalis, dan penekanan

mesensefalon, atau mungkin disebabkan karena perembasan darah ke pusat-pusat yang vital

(Hieckey, 1997; Smletzer & Bare, 2005).

Penimbunan darah yang cukup banyak (100 ml) di bagian hemisfer serebri masih

dapat ditoleransi tanpa memperlihatkan gejala-gejala klinis yang nyata. Sedangkan adanya

bekuan darah dalam batang otak sebanyak 5 ml saja sudah dapat mengakibatkan kematian.

Bila perdarahan serebri akibat aneurisma yang pecah biasanya pasien masih muda, dan 20 %

mempunyai lebih dari satu aneurisma (Black & Hawk, 2005).


E. Data Pengkajian

a. Identitas klien

Meliputi nama, umur (kebanyakan terjadi pada usia tua), jenis kelamin, pendidikan,

alamat, pekerjaan, agama, suku bangsa, tanggal dan jam MRS, nomor register, diagnose

medis.

b. Keluhan utama

Biasanya didapatkan kelemahan anggota gerak sebelah badan, bicara pelo, dan tidak

dapat berkomunikasi. (Jusuf Misbach, 1999)

c. Riwayat penyakit sekarang

Serangan stroke hemoragik seringkali berlangsung sangat mendadak, pada saat klien

sedang melakukan aktivitas. Biasanya terjadi nyeri kepala, mual, muntah bahkan kejang

sampai tidak sadar, disamping gejala kelumpuhan separoh badan atau gangguan fungsi

otak yang lain. (Siti Rochani, 2000).

d. Riwayat penyakit dahulu: Adanya riwayat hipertensi, diabetes militus, penyakit jantung,

anemia, riwayat trauma kepala, kontrasepsi oral yang lama, penggunaan obat-obat anti

koagulan, aspirin, vasodilator, obat-obat adiktif, kegemukan. (Donna D. Ignativicius,

1995).

e. Riwayat penyakit keluarga: Biasanya ada riwayat keluarga yang menderita hipertensi

ataupun diabetes militus. (Hendro Susilo, 2000).

f. Riwayat psikososial: Stroke memang suatu penyakit yang sangat mahal. Biaya untuk

pemeriksaan, pengobatan dan perawatan dapat mengacaukan keuangan keluarga

sehingga faktor biaya ini dapat mempengaruhi stabilitas emosi dan pikiran klien dan

keluarga.
F. PEMERIKSAAN FISIK

a. Keadaan umum

mengelami penurunan kesadaran, Suara bicara : kadang mengalami gangguan yaitu sukar

dimengerti, kadang tidak bisa bicara/afasia: tanda-tanda vital: TD meningkat, nadi

bervariasi.

b. Pemeriksaan integument

1) Kulit : jika klien kekurangan O2 kulit akan tampak pucat dan jika kekurangan

cairan maka turgor kulit kan jelek. Di samping itu perlu juga dikaji tanda-tanda

dekubitus terutama pada daerah yang menonjol karena klien CVA Bleeding harus

bed rest 2-3 minggu.

a) Kuku : perlu dilihat adanya clubbing finger, cyanosis.

b) Rambut : umumnya tidak ada kelainan.

2) Pemeriksaan kepala dan leher:

a) Kepala: bentuk normocephalik

b) Wajah: umumnya tidak simetris yaitu mencong ke salah satu sisi.

c) Leher: kaku kuduk jarang terjadi (Satyanegara, 1998).

3) Pemeriksaan dada: Pada pernafasan kadang didapatkan suara nafas terdengar

ronchi, wheezing ataupun suara nafas tambahan, pernafasan tidak teratur akibat

penurunan refleks batuk dan menelan.

4) Pemeriksaan abdomen: Didapatkan penurunan peristaltik usus akibat bed rest

yang lama, dan kadang terdapat kembung.

5) Pemeriksaan inguinal, genetalia, anus: Kadang terdapat incontinensia atau

retensio urine.
6) Pemeriksaan ekstremitas: Sering didapatkan kelumpuhan pada salah satu sisi

tubuh.

7) Pemeriksaan neurologi:

a) Pemeriksaan nervus cranialis: Umumnya terdapat gangguan nervus cranialis

VII dan XII central.

b) Pemeriksaan motorik:Hampir selalu terjadi kelumpuhan/ kelemahan pada

salah satu sisi tubuh.

c) Pemeriksaan sensorik: Dapat terjadi hemihipestesi.

d) Pemeriksaan refleks: Pada fase akut reflek fisiologis sisi yang lumpuh akan

menghilang. Setelah beberapa hari refleks fisiologis akan muncul kembali

didahuli dengan refleks patologis.(Jusuf Misbach, 1999).

G. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK

Pemeriksaan penunjang disgnostik yang dapat dilakukan adalah :

1. laboratorium: mengarah pada pemeriksaan darah lengkap, elektrolit, kolesterol, dan bila

perlu analisa gas darah, gula darah dsb.

2. CT scan kepala untuk mengetahui lokasi dan luasnya perdarahan atau infark

3. MRI untuk mengetahui adanya edema, infark, hematom dan bergesernya struktur otak

4. Angiografi untuk mengetahui penyebab dan gambaran yang jelas mengenai pembuluh

darah yang terganggu.

5. Fungsi Lumbal : Menunjukan adanya tekanan normal dan biasanya ada trombosis,

emboli serabral dan TIA, sedangkan tekanan meningkat dan cairan yang mengandung
darah menujukan adanya hemoragi suaraknoid intrakranial. Kadar protein meningkat

pada kasus trombosis sehubungan dengan adanya proses imflamasi.

6. Mengidentifikasi maslah didasarkan pada gelombang otak dan mungkin adanya daerah

lesi yang spesifik.

7. Menggambarkan perubahan kelenjar lempeng pineal daerah yang berlawanan dari masa

yang meluas; klasifikasi karptis interna terdapat pada trombosis serebral.

8. Ultrasonografi Doppler : Mengidentifikasi penyakit arteriovena (masalah system arteri

karotis), aliran darah / muncul plak (arteriosklerotik).

H. Analisa Data

N DATA PROBLEM ETIOLOGI

O
1. DS : Gangguan rasa nyaman; Peningkatan TIK

-Klien mengatakan nyeri nyeri

kepala dengan

pengkajian P,Q,R,S,T.

DO:

-Klien tampak

mengerutkan muka dan

memegang kepala.

- Tangan tampak

menggenggam erat.
2. DS :- Gangguan perfusi Perdarahan

DO : jaringan otak intracerebral


-Penurunan kesadaran

Kelemahan/kelumpuhan

Hasil tes diagnostik


3. DS: - Klien mengatakab Gangguan mobilitas Hemiparese/hemiplagia

tidak mampu fisik

bergerak/menggerakan

ekstermitas.

DO:

-Hanya terbaring di

tempat tidur.

- Aktivitas dibantu
4. DS: Gangguan persepsi Penurunan sensori,

-Klien mengatakan sensori penurunan penglihatan

kabur melihat

tulisan/kata-kata

DO :

-Visus mata menurun.

-Kurang konsentrasi
5. DS: - Gangguan komunikasi penurunan sirkulasi

DO: verbal darah otak

-Bicara pelo/afasia

-Verbalisasi tidak sesuai

Bicara gagap
6. DS: Resiko gangguan nutrisi Kelemahan otot
-Perubahan sensasi rasa mengunyah dan

DO: menelan

-Kesulitan/ tidak

mamapu menelan dan

mengunyah

7. DS: Resiko gangguan Tirah baring lama

-Klien mengatakan sulit integritas kulit

menggerakan anggota

tubuhnya

DO:

-Klien hanya berada di

tempat tidur.

-Tidak mampu

mobilisasi

I. Diagnosa Keperawatan

1. Gangguan rasa nyaman; nyeri berhubungan dengan peningkatan TIK

2. Gangguan perfusi jaringan otak yang berhubungan dengan perdarahan intracerebral

3. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan hemiparese/hemiplagia

4. Gangguan persepsi sensori berhubungan dengan penurunan sensori, penurunan

penglihatan

5. Gangguan komunikasi verbal berhubungan dengan penurunan sirkulasi darah otak

6. Resiko gangguan nutrisi berhubungan dengan kelemahan otot mengunyah dan menelan
7. Resiko gangguan integritas kulit yang berhubungan tirah baring lama

J. Perencanaan Keperawatan

N TUJUAN INTERVENSI RASIONAL

O
1. Rasa nyaman pasien terpenuhi. 1. Kaji tingkat 1. Untuk

Kriteria hasil : nyeri yang mengetahui

Nyeri berkurang atau hilang. dialami berapa berat

pasien. nyeri yang

2. Berikan dialami

posisi yang pasien.

nyaman, 2. Untuk

usahakan mendukung

situasi mengurangi

ruangan yang rasa nyeri.

tenang. 3. Dengan

3. Alihkan melakukan

perhatian aktivitas lain

pasien dari pasien dapat

rasa nyeri. melupakan

4. Kolaborasi perhatiannya

berikan obat- terhadap nyeri

obat yang dialami.


analgetik dan 4. Analgetik

penurun TIK. mengurangi

nyeri

pasien,penuru

nan TIK

membuat

nyeri

berkurang.
2. Setelah melakukan tindakan 1. Berikan penjelasan 1. Keluarga

keperawatan selama 3X24 jam kepada keluarga lebih

perfusi jaringan otak tercapai klien tentang sebab- berpartisipasi

maksimal ditandai dengan: sebab peningkatan dalam proses

1. Klien tidak gelisah TIK dan akibatnya. penyembuhan.

2. Tidak ada keluhan nyeri 1. Anjurkan kepada

kepala, mual, kejang. klien untuk bed 2. Untuk

3. GCS 456 rest total mencegah

4. Pupil isokor, reflek 2. Observasi dan perdarahan

cahaya (+) catat tanda-tanda ulang.

Tanda-tanda vital normal vital dan kelain

tekanan 3. Mengetahui

intrakranial tiap setiap

dua jam perubahan

3. Berikan posisi yang terjadi

kepala lebih pada klien


tinggi 15-30 secara dini

dengan letak dan untuk

jantung (beri penetapan

bantal tipis) tindakan yang

4. Anjurkan klien tepat.

untuk 4. Mengurangi

menghindari tekanan arteri

batuk dan dengan

mengejan meningkatkan

berlebihan drainage vena

5. Ciptakan dan

lingkungan yang memperbaiki

tenang dan batasi sirkulasi

pengunjung serebral

Kolaborasi dengan 5. Batuk dan

tim dokter dalam mengejan

pemberian terapi dapat

cairan intravena dan meningkatkan

obat-obatan sesuai tekanan intra

program dokter. kranial dan

potensial

terjadi

perdarahan
ulang.

6. Rangsangan

aktivitas yang

meningkat

dapat

meningkatkan

kenaikan TIK.

7. Memperbaiki

sel yang

masih viable

dan

mengobati

perdarahan

yang ada di

otak.

3. Setelah melakukan tindakan 1. Ubah posisi 1. Menurunkan

keperawatan Klien mampu klien tiap 2 jam resiko

melaksanakan aktivitas fisik 2. Ajarkan klien terjadinnya

sesuai dengan kemampuannya untuk iskemia

dengan kriteria hasil: melakukan jaringan

1. Tidak terjadi kontraktur latihan gerak akibat

sendi. aktif pada sirkulasi darah

2. Bertabahnya kekuatan otot. ekstrimitas yang yang jelek


3. Klien menunjukkan tidak sakit. pada daerah

tindakan untuk 3. Lakukan gerak yang tertekan.

meningkatkan mobilitas. pasif pada 2. Gerakan aktif

ekstrimitas yang memberikan

sakit massa, tonus

4. Kolaborasi dan kekuatan

dengan ahli otot serta

fisioterapi untuk memperbaiki

latihan fisik fungsi jantung

klien. dan

pernapasan.

3. Otot volunter

akan

kehilangan

tonus dan

kekuatannya

bila tidak

dilatih untuk

digerakkan.

4. Membantu

mobilisai

klien.
4. setelah melakukan tindakan 1. Tentukan 1. Untuk

keperawatan selama 2X24 jam kondisi mengetahui


terjadi peningkatan persepsi patologis klien tipe dan lokasi

sensorik secara optimal yang

dengan kriteria hasil: 2. Kaji gangguan mengalami

1. Adanya perubahan penglihatan gangguan,

kemampuan yang nyata. terhadap sebagai

2. Tidak terjadi disorientasi perubahan penetapan

waktu, tempat, orang. persepsi. rencana

3. Latih klien tindakan

untuk melihat 2. Untuk

suatu obyek mempelajari

dengan telaten kendala yang

dan seksama. berhubungan

4. Observasi dengan

respon perilaku disorientasi

klien, seperti klien

menangis, 3. Agar klien

bahagia, tidak

bermusuhan, kebingungan

halusinasi setiap dan lebih

saat. konsentrasi.

5. Berbicaralah 4. Untuk

dengan klien mengetahui

secara tenang keadaan


dan gunakan emosi klien.

kalimat-kalimat 5. Untuk

pendek. memfokuskan

perhatian

klien,

sehingga

setiap masalah

dapat

dimengerti.
5. Setelah melakukan 1. Berikan metode 1. Memenuhi

tindakan keperawatan alternatif kebutuhan

selam 3X24 jam, Proses komunikasi, komunikasi

komunikasi klien dapat misal dengan sesuai dengan

berfungsi secara optimal bahasa isarat. kemampuan

dengan kriteria hasil: 2. Antisipasi klien.

1. Terciptanya suatu setiap 2. Mencegah

komunikasi dimana kebutuhan klien rasa putus asa

kebutuhan klien dapat saat dan

dipenuhi. berkomunikasi. ketergantunga

2. Klien mampu 3. Bicaralah n pada orang

merespon setiap dengan klien lain.

berkomunikasi secara secara pelan dan 3. Mengurangi

verbal maupun isarat. gunakan kecemasan

pertanyaan yang dan


jawabannya kebingungan

“ya” atau pada saat

“tidak”. komunikasi.

4. Anjurkan

kepada keluarga 4. Mengurangi

untuk tetap isolasi sosial

berkomunikasi dan

dengan klien. meningkatkan

5. Hargai komunikasi

kemampuan yang efektif.

klien dalam 5. Memberi

berkomunikasi. semangat

pada klien

agar lebih

sering

melakukan

komunikasi.

6. setelah melakukan 1. Tentukan 1. Untuk

tindakan keperawatan kemampuan menetapkan

selama 3X24 jam tidak klien dalam jenis makanan

terjadi gangguan nutrisi, mengunyah, yang akan

dengan kriteria hasil: menelan dan diberikan

1. Berat badan dapat reflek batuk. pada klien.


dipertahankan/ditingka 2. Letakkan posisi 2. Klien lebih

tkan. kepala lebih mudah untuk

2. Hb dan albumin dalam tinggi pada menelan

batas normal waktu, seama karena gaya

dan sesudah gravitasi.

makan. 3. Menjaga

3. Pasang NGT intake nutrisi

dan berikan tetap adekuat.

makanan lewat 4. Membantu

NGT jika klien dalam melatih

tidak mampu kembali

mengunyah dan sensori dan

menelan. meningkatkan

4. Berikan makan kontrol

dengan berlahan muskuler.

pada 5. Menguatkan

lingkungan otot fasial dan

yang tenang. dan otot

5. Anjurkan klien menelan dan

menggunakan merunkan

resiko

terjadinya

tersedak.
7. setelah melakukan 1. Anjurkan untuk 1. Meningkatka

tindakan keperawaran melakukan n aliran darah

selama 3X24 Klien latihan ROM kesemua

mampu mempertahankan (range of daerah

keutuhan kulit dengan motion) dan 2. Menghindari

kriteria hasil: mobilisasi jika tekanan dan

1. Klien mau mungkin. meningkatka

berpartisipasi terhadap 2. Rubah posisi n aliran darah

pencegahan luka. tiap 2 jam 3. Menghindari

2. Klien mengetahui 3. Gunakan bantal tekanan yang

penyebab dan cara air atau berlebih pada

pencegahan luka. pengganjal yang daerah yang

3. Tidak ada tanda-tanda lunak di bawah menonjol.

kemerahan atau luka. daerah-daerah 4. Menghindari

yang menonjol kerusakan-

4. Lakukan kerusakan

massage pada kapiler-

daerah yang kapiler.

menonjol yang

baru mengalami

tekanan pada 5. Hangat dan

waktu berubah pelunakan

posisi adalah tanda


5. Observasi kerusakan

terhadap jaringan

eritema dan

kepucatan dan

palpasi area
DAFTAR PUSTAKA

Aplikasi NANDA NIC-NOC 2015

Asuhan Keperawatan Stroke Hemoragic. Diakses pada tanggal 12 agustus 2018 di

http://nursingbegin.com/askep-stroke-hemoragik/

Konsep Teori Stroke Hemoragik. Diakses pada tanggal 12 agustus 20128

http://digilib.unimus.ac.id/files/disk1/109/

Anda mungkin juga menyukai