PENDAHULUAN
Pola pikir manusia dari tahun ke tahun terus berkembang. Hal ini terwujud
dalam berbagai kemajuan ilmu dan teknologi yang pada dasarnya bertujuan untuk
meningkatkan taraf dan kualitas hidup manusia itu sendiri. Perkembangan ilmu
kedokteran.
pula perubahan tata nilai dalam masyarakat, misalnya hal-hal yang dulu dianggap
pelayanan kesehatan yang lebih baik. Tidak jarang masyarakat merasa tidak puas
atas pelayanan kesehatan yang ada dan tidak tertutup kemungkinan seorang dokter
membutuhkan pedoman sikap dan perilaku tang harus dimiliki oleh seorang
dokter. Pedoman yang demikian dikenal dengan nama Kode Etik Kedokteran.
Untuk menjalankan dan mengamalkan kode etik tersebut seorang dokter juga
harus sudah dibekali dengan wawasan keagamaan yang kuat karena dalam ilmu
1
agama sudah tercakup pengetahuan mengenai moral dan akhlak yang baik antara
sesama manusia.
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
perikemanusiaan.
3. Saya akan menjalankan tugas saya dengan cara yang terhormat dan
kepentingan masyarakat.
sekalipun diancam.
3
8. Saya akan berikhtiar dengan sungguh-sungguh supaya saya tidak
pembuahan.
10. Saya akan memberikan kepada guru-guru dan bekas guru-guru saya
Indonesia.
etik adalah pedoman perilaku yang berisi garis-garis besar pemandu sikap
dan perilaku. Dalam hal etik kedokteran, kode etik menyangkut dua hal
4
Etik jabatan kedokteran menyangkut permasalahan yang berkaitan
tanggung jawabnya.
dokter/pasien sangat penting (kode etik pasal 10, 11, 12, 13, 14) hubungan
5
dari pasien. Dalam penerapannya terdapat jenis-jenis persetujuan tindakan
medis yaitu :
6
pembersihan luka tersebut disetujui oleh pasien melalui presumed
consent.
informasi tindakan medis yang diindikasikan. Hal ini yang disebut dengan
informed refusal.
medis harus bersifat eksplisit tertulis (written) karena dalam hal terjadi
4. Sanksi Perdata
7
Suatu tindakan medik terhadap seorang pasien tanpa memperoleh
5. Sanksi Pidana
suatu kalimat dalam Kode Etik Kedokteran Indonesia Pasal 15: “Saya akan
diperlakukan”. Pasal lain adalah Pasal 16: “Setiap dokter tidak boleh
8
3.1.3 Kewajiban Dokter terhadap Diri Sendiri
pasal KODEKI:
sumpah dokter.
memuji diri.
keresahan masyarakat.
9
g. Pasal 7: Seorang dokter wajib hanya memberi surat keterangan dan
sosial-kultural pasiennya.
m. Pasal 13: Setiap dokter dalam bekerja sama dengan para pejabat lintas
saling menghormati.
10
o. Pasal 15: Setiap dokter wajib memberikan kesempatan pasien
beribadah.
meninggal.
s. Pasal 19: Setiap dokter tidak boleh mengambil alih pasien dari teman
T.Beauchamp & Childress (1994) & Veatch (1989). Prima Facie terdiri
atas :
11
a. Benefience: prinsip berbuat baik
terbaik.
operasi cito.
sendiri.
12
sama”. Dokter menjungjung tinggi hukum dan menghormati hak
masyarakat.
13
sungguh untuk mengobati si pasien. Obyek perikatan adalah berupa
I. Hak-Hak Pasien
2. Kewajiban Pasien
kesehatannya
14
1. Hak-Hak Dokter
prosedur operasional
keluarganya
2. Kewajiban Dokter
adalah berkas yang berisi catatan dan dokumen tentang identitas pasien,
15
Rahasia medis adalah segala sesuatu yang diketahui oleh karena
sembilan bulan atau denda pidana paling banyak enam ratus rupiah.
tersebut dapat terjadi antara tenaga kesehatan dengan pasien dan antara
sesama tenaga kesehatan (baik satu profesi maupun antar profesi). Untuk
16
5.1.1 Prinsip Kerja Medikolegal
A. Prinsip Kedokteran
Prosedur
B. Kebebasan Profesi
2. Prosedural kedokteran
kepentingan hukum.
a. Dokumentasi Informasi/Prosedur
b. Dokumentasi Fakta
c. Dokumentasi Temuan
17
d. Analisis dan kesimpulan
e. Presentasi (Sertifikasi)
f. Masa Penyelidikan/Penyidikan
1. Pemeriksaan TKP
2. Analisis
g. Masa Penyidikan
1. Visum et Repertum
3. Keterangan Ahli
h. Di Persidangan
I. Konfidensialitas Dokter
Hindari: talk too soon, talk too much, talk too wrong person
dalam persidangan
18
6) Kompetensi pasien menghadapi proses pemeriksaan penyidik
(3) Mayat yang dikirim kepada ahli kedokteran kehakiman atau dokter
dilekatkan pada ibu jari kaki atau bagian lain badan mayat.
19
BAB III
ASPEK MEDIKOLEGAL
Dalam pelayanan kesehatan baik di rumah sakit maupun di luar rumah sakit
dengan tenaga kesehatan lain, atau dengan pasien, hal yang lebih khusus dalam
penangganan gawat darurat fase pra-rumah sakit, juga melibatkan unsur tenaga
non kesehatan..
pengaturan hukum yang khusus dan akan menimbulkan hubungan hukum yang
berbeda dengan keadaan bukan gawat darurat. Beberapa hal yang perlu jadi
perhatian adalah
yang beresiko kepada Kematian, tentunya pada hal ini mudah menyulut
20
konflik emosional yang terjadi antara pihak keluarga pasien dengan tenaga
kesehatan. (Harkutanto,2007).
Dalam keadaan yang bukan gawat darurat, hubungan dokter dan pasien
berdasarkan atas kesepakatan dari kedua belah pihak, pasien boleh memutuskan
untuk memilih dokter yang akan dimintai bantuan nya (azaz voluntarisme).
Demikian pula dalam pelayanan selanjutnya, kewajiban yang timbul pada dokter
Dalam keaadaan darurat hal ini tidak terjadi dan diberlakukan azaz khusus.
menetapkan jenis tindakan medik tanpa memberi informasi, jika ada kemungkinan
Bagi dokter sendiri sebagai tenaga kesehatan, dalam kondisi pasien yang
gawat darurat tetap harus menjunjung tinggi kode etik dalam memberikan
pelayanan kesehatan, hal ini dijelaskan dalam salah satu prinsip yaitu benefience (
pertolongan darurat yang dibutuhkan pasien, kecuali bila ada rekan sejawat lain
yang lebih kompeten dan bersedia melakukannya, atau dengan fasilitas yang lebih
memadai.
21
3.1.3 Peraturan perundang-undangan yang berkaitan dengan kegawat
daruratan
perlu persetujuan (inform consent), hal ini secara eksplisit tertuang dalam
ketentuan :
2. Pasal 4 permenkes No. 290 tahun 2008 secara tegas ditentukan dalam 3
butir ayat.
pada ayat 1 diputuskan oleh dokter atau dokter gigi dan dicatat dalam
rekam medis
terdekat.
22
kesehatan baik pemerintah maupun swasta, wajib memberikan pelayanan
terlebih dahulu
pelayanan gawat darurat 24 jam sehari sebagai salah satu persyaratan izin rumah
gawat darurat dikenal pelayanan fase pra-rumah sakit dan fase rumah sakit,
rumah sakit, dimana pada pasal 23 telah disebutkan bahwa rumah sakit wajib
antara lain
23
b. Pelayanan kegawat daruratan sebagaimana yang dimaksud pada ayat
24
pengobatan/perawatan, sehingga akibat yang dapat merugikan atau
25
Adakalanya pasien untuk menempatkan dirinya dalam keadaan gawat darurat
problems and may or may not require admission after work-up and observation.
pasien diselenggarakan lah triage. Tenaga kesehatan yang menangani hal tersebut
yang paling ideal adalah dokter, namun jika tenaga terbatas, di beberapa
tempat dikerjakan oleh perawat melalui standing order yang disusun rumah sakit.
berlaku pada fase pra rumah sakit untuk melindungi pihak yang sukarela beritikad
baik menolong seseorang dalam keadaan gawat darurat. Dengan denikian seorang
pasien dilarang menggugat dokter atau tenaga kesehatan untuk kecederaan yang
dialaminya, terdapat dua syarat dari doktrin ini yang harus terpenuhi :
kompensasi dalam bentuk apapun, bila penolong menarik biaya pada akhir
26
2. Itikad baik pihak penolong. Itikad baik tersebut dapat dinilai dari tindakan
sendiri
Dalam hal pertanggung jawaban hukum, bila pihak pasien menggugat tenaga
tersebut menyebabkan kerugian atau cacat (proximate cause), namun jika tuduhan
kelalaian tersebut diberikan pada situasi gawat darurat maka perlu diberikan
pertimbangan beberapa faktor dan kondisi saat peristiwa tersebut terjadi, benar
atau tidaknya tindakan tenaga medis perlu diperhatikan pada kualifikasi dan
Setiap tindakan medis harus mendapatkan persetujuan dari pasien. Hal itu
telah diatur dalam hak pasien dalam UU No. 23/1992 tentang kesehatan pasal 53
tindakan medis. Dalam keadaan darurat dimana harus dilakukan tindakan pada
pasien yang tidak sadar, tidak perlu persetujuan medis (Pasal 11 Peraturan
tertulis, yang mana lembar persetujuannya harus disimpan dalam berkas rekam
medik.
27
Pada prinsipnya setiap pasien yang meninggal pada saat dibawa ke
Pihak rumah sakit harus menjaga keutuhan jenazah dan benda-benda yang berasal
dari tubuh jenazah (pakaian dan benda lainnya) untuk pemeriksaan lebih lanjut.
POLRI yang akan menentukan apakah jenazah akan diautopsi atau tidak. Dokter
28
1. meninggal pada saat dibawa ke UGD
yang boleh dibuatkan
Malpraktek, terdapat dua istilah yang lazim dipakai dan didengar oleh
mengalami dan berurusan kondisi kesehatan fisik dan psikis seseorang. Dalam
pihak tenaga medis (kesehatan) seperti dokter, perawat ataupun petugas kesehatan
atau disambung dengan ikutan kata “medis”, jadilah sebutan istilah “malpraktik
medis.
artinya praktik yang buruk (bad practice). Atau praktik yang jelek, disebutkan
demikian karena menyimpang dari yang seharusnya. Yang dalam sudut pandang
kedokteran artinya adalah suatu praktik kedokteran yang buruk dan jelek, karena
29
Ada beberapa pendapat dari para ahli atau doktrin yang memberikan
batasan pengertian serta makna istilah malpraktik medik atau medical malpractice
sebagai berikut :
medik yang tidak sesuai dengan standar profesi medik dalam menjalankan
2. Danny wiradharma ; melihat dari sudut perikatan antara dokter dan pasien
cacat yang dapat diukur yang terjadinya pada pasien yang mengajukan
terjadi yaitu:
30
untuk menyembuhkan atau setidaknya meringankan beban penderitaan
1) Ethical malpractice
Kelalaian dalam menjalani panduan dan standar etika yang ada secara
maupun kepada pasiej karena dokter telah melalaikan standar etika yang
standar etika yang ada umum nya hanya berurusan dengan komite
2) Legal malpractice
a) Administrative malpractice
31
Apabila dokter melakukan pelanggaran terhadap hukum dan
dokter tanpa lisensi atau izin praktek, menjalankan praktek dengan izin
b) Civil malpractice
yang sama tidak melanggar hukum pidana. Sementara negara tidak dapat
menuntut secara pidana tapi pihak pasien bisa menuntut secara perdata
c) Criminal malpractice
32
2. Melakukan praktik kedokteran tanpa memiliki surat izin praktek (pasal
76)
organ tubuh atau jaringan tubuh atau transfusi darah (pasal 80 ayat 3)
33
6. Mengambil organ dari donor tanpa kesepakatan dan persetujuan ahli
ayat 1 huruf b)
1 huruf c)
Pengaturan yang ada dalam undang undang hukum pidana (KUHP) yang
(pasal 359,360,361)
5. Melakukan pelanggaran kesopanan (pasal 290 ayat (1), 294 ayat (2),
9. Euthanasia (344).
34
BAB IV
KESIMPULAN
4.1 Kesimpulan
Dalam memberikan pelayanan baik diluar dan didalam rumah sakit tidak
ataupun dengan pasien, hal ini disebabkan oleh periode pelayanan yang relatif
singkat, perubahan klinis dan mobilitas yang tinggi. Tercantum dalam aturan dan
tinggi kode etik serta memperhatikan norma yang berlaku, untuk menghindari
Dokter harus memahmi kode etik dan mengikuti sumpah kedokteran yang
ditetapkan oleh badan organisasi atau pemerintah. Banyak nya isu yang harus
diperhatikan tentunya juga menjadi hal yang harus membuat dokter sebagai
tenaga medis untuk mempersiapkan diri, memahami kriteria pelayanan dan aspek
dokter, terkait dengan lisensi, obat-obatan yang merugikan atau tidak sesuai
dapag berupa penggantian materi oleh dokter, atau pencabutan lisensi, tergantung
pada tingkat dan golongan tindak pidana yang sesuai pasal dan ketetapan yang
berlaku.
35
DAFTAR PUSTAKA
Tangerang
4. Kemenkumham,2018
http://ditjenpp.kemenkumham.go.id/arsip/bn/2018/bn1799-2018.pdf
Jakarta.
6. Nur Rohim Yunus, 2018, Jurnal Cita Hukum, Fakultas sharia dan
Surakarta.
36
8. Eriska Kurniati Sitio, 2016, Hukum Pidana dan Undang-Undang
Udayani, Bali.
37