Anda di halaman 1dari 24

Periodonal Abscess: A Review

Definisi

Periodontal abscess merupakan proses destruktif yang terjadi pada

jaringan periodontal, menyebabkan terbentuknya kumpulan pus pada daerah lokal

yang berhubungan dengan rongga mulut melalui sulkus gingiva atau daerah

jaringan periodontal lainnya dan tidak berasal dari pulpa gigi.

Karakteristik

1. Adanya tonjolan oval pada gingiva pada daerah lateral akar

2. Warna kemerahan

3. Mobilitas

4. Elevasi gigi pada soket

5. Lunak saat dilakukan perkusi atau mastikasi

6. Adanya kelainan periodontal dengan adanya poket dan bone loss pada gigi

vital

7. Keluarnya pus melalui poket periodontal atau sinus

(Singh and Saxena, 2015)

Dalam foto radiograf, jika lesi bersifat akut, maka mungkin tidak akan

terlihat adanya perubahan pada foto radiograf. Jika lesi terus ada, maka dapat

terlihat daerah radiolusen pada foto radiograf dan sering berada di atas akar gigi.

Area radiolusen dapat berupa daerah oval yang halus dan dapat terlihat garis
berupa tulang pada aspek koronal lesi, memisahkan lesi dari puncak tulang

alveolar. (White and Phaorah, 2014.)

Gambar 1 Abses

periodontal pada incisive

lateral kiri

Gambar 2 Foto radiograf abses periodontal yang melibatkan bagian lateral dan

periapikal gigi
Gambar 3 Abses periodontal pada gigi kaninus rahang atas

Introduction

Periodontium merupakan istilah yang mendeskripsikan jaringan yang

mengelilingi dan mendukung struktur gigi. Jaringan periodontal mencakup

gingiva, sementum, ligament periodontal dan tulang alveolar. Dari beberapa

kondisi akut yang terjadi pada jaringan periodontal, abses membutuhkan perhatian

lebih. Adanya abses pada jaringan periodontal merupakan infeksi bakteri akut

lokal. Abses pada jaringan periodontal telah diklasifikasikan berdarkan lokasi

pada jaringan periodontal. Terdapat empat tipe abses yang berhubungan dengan

jaringan periodontal, yaitu:

1. Gingival abscess
Gingival abses merupakan infeksi purulen lokal yang melibatkan margin

gingiva atau interdental papilla.

2. Periocoronal abscess

Pericoronal abscess merupakan infeksi purulen lokal dalam jaringan yang

mengelilingi seluruh mahkota atau sebagian mahkota yang belum erupsi.

3. Combined periodontal/endodontic abscesses

Combined periodontal/endodontic abscess merupakan abses lokal yang

berasal dari pulpa gigi atau jaringan periodontal yang mengelilingi apeks

akar gigi yang terlibat dan/atau apikal periodontium

4. Periodontal abscess

Periodontal abscess merupakan infeksi purulen lokal dalam jaringan

periodontal yang berdekatan dengan poket periodontal dan dapat

menyebabkan kerusakan pada ligamen periodontal dan tulang alveolar.

Periodontal abscess juga dikenal sebagai lateral periodontal abscess atau

parietal abscess.

Dari keseluruhan tipe abses yang melibatkan jaringan periodontal,

periodontal abscess merupakan yang paling penting, dikarenakan menggambarkan

keadaan penyakit yang kronis dan sulit untuk diatasi. Periodontal abscess

merupakan proses destruktif yang terjadi pada jaringan periodontal, menyebabkan

terbentuknya kumpulan pus pada daerah lokal yang berhubungan dengan rongga

mulut melalui sulkus gingiva atau daerah jaringan periodontal lainnya dan tidak

berasal dari pulpa gigi. Karakteristik yang penting dari abses periodontal

mencakup akumulasi pus secara lokal pada dinding gingiva dari poket
periodontal; biasanya pada bagian lateral gigi; penampulan merah edema dan

permukaan gingiva yang mengkilap; dengan kemungkinan penampilan seperti

kubah.

Berdasarkan karakteristik dari periodontal abscess, tindakan segera

dibutuhkan untuk mengurangi rasa sakit dan mengatasi komplikasi sistemik.

Terlebih lagi, adanya abses dapat merubah prognosis dari gigi yang terlibat, dan

dapat menyebabkan dibutuhkannya tindakan ekstraksi pada gigi yang terlibat.

Oleh karena itu, diagnosis yang tepat dan perawatan segera untuk abses

merupakan tahapan penting dalam pasien dengan abses.

Prevalensi

Prevalensi periodontal abscess relatif tinggi dan sering menjadi alasan

mengapa seseorang membutuhkan perawatan dental. Periodontal abscess

merupakan kasus ke-tiga terbanyak ditemukan pada dental emergencies dengan

jumlah 6 – 14% dari kasus dental emergencies. Dari keseluruhan kasus dental

emergencies, 8% kasus dental emergencies pada dunia adalah periodontal

abscess dan 14% pada Amerika.

Klasifikasi

Abses periodontal terbagi menjadi beberapa klasifikasi. Klasifikasi

tersebut adalah:

1. Klasisifikasi berdasarkan etiologi

1) Periodontitis related abscess


Periodontitis related abscess terjadi saat infeksi akut berasal dari

biofilm dari poket periodontal yang dalam.

2) Non-periodontitis related abscess

Non-periodontitis related abscess terjadi saat infeksi akut berasal dari

daerah lokal.

2. Klasifikasi berdasarkan proses kelainan

1) Acute periodontal abscess

Abses berkembang dalam periode waktu yang singkat dan bertahan

dalam beberapa hari atau satu minggu. Abses akut ditandakan dengan

adanya rasa sakit secara tiba-tiba saat menggigit dan rasa sakit

berdenyut pada gigi. Gingiva terlihat memerah, bengkak dan lunak.

Pada awal tahapan, tidak ada fluktuasi atau keluarnya pus, tetapi

seiring dengan berkembangnya kelainan, tanda-tanda tersebut menjadi

lebih terlihat pada gingival cervice. Pada acute periodontal abscess

juga dapat terlihat pembesaran nodus limfa.

2) Chronic periodontal abscess

Kondisi ini bertahan untuk waktu yang lama dan berkembang dengan

lama. Pada tahap kronis, adanya rasa tidak enak dan perdarahan

spontan dapat terjadi dengan rasa ketidaknyamanan. Gigi yang

berdekatan dengan abses lunak dan terkadang berpindah tempat. Pus

dapat ditemukan dan dapat keluar dari gingival cervice atau sinus pada

mukosa yang menutupi akar gigi yang terlibat. Rasa sakit yang dialami

biasanya berintensitas rendah.


3. Klasifikasi berdasarkan jumlah

1) Single abscess: Abses yang terbatasi pada satu gigi

2) Multiple abscess: Abses yang terbatasi pada lebih dari satu gigi

Mikrobiologi

Streptococcus viridans merupakan bakteri yang paling umum ditemukan

ada eksudat abses periodontal saat teknik aerob digunakan. Telah dilaporkan

bahwa mikroorganisme yang mengkolonisasi abses periodontal adalah bakteri

gram negatif dan anaerob rods. Walaupun tidak ditemukan pada seluruh abses

periodontal, tetapi Porphyromonas gingivalis, Prevotella intermedia,

Fusobacterium nucleatum, Campylobacter recturs, dan Capnocytophaga spp

ditemukan.

Actinobacillus actinomycetemcomitans biasanya tidak ditemukan.

Hilangnya Porpyromonas gingivalis dari daerah dengan abses setelah

dilakukannya perawatan menunjukkan adanya hubungan erat antara

mikroorganisme tersebut dengan pembentukan abses.

Spirochetes telah ditemukan pada tipe sel predomian pada abses

periodontal saat diperiksa oleh darkfield microscopy. Peptostreptococcus,

Streptococcus milleri, Bacteroides capillosus, Veillonella, B. fragilis, dan

Ekenella corrodens juga ditemukan.

Penelitian telah menunjukkan bahwa bakteri ini memiliki prevalensi tinggi

dalam abses periodontal:

1. Porphyromonas gingivalis (55 - 100%)


2. Prevotella intermedia (25 – 100%)

3. Fusobacterium nucleatum (44 - 65%)

4. Actinobacillus actinomycetemcomitans (25%)

5. Camphylobacter rectus (80%)

6. Prevotella melaninogenica (22%)

Patogenesis

Setelah infiltrasi bakteri patogenik ke dalam jaringan periodontal, bakteri

dan/atau hasil dari bakteri menginisiasi respon inflamasi. Kerusakan jaringan

disebabka oleh sel inflamasi dan enzim ekstraseluler. Setelah infiltrate inflamasi

terbentuk, diikuti dengan kerusakan jaringan ikat, enkapsulasi massa bakteri dan

pembentukan pus. Menurunnya resistensi dan virulensi jaringan dan jumlah

bakteri yang ada, dapat menentukkan perjalanan infeksi.

Faktor Predisposisi

1. Perubahan komposisi microflora, virulensi bakteri atau pertahanan tubuh

dapat menyebabkan poket untuk menguras supurasi yang meningkat.

2. Jarak dekat margin poket periodontal dapat menyebabkan perluasan

infeksi ke jaringan disekitar dikarenakan adanya tekanan oleh supurasi

dalam poket. Sekresi fibrin akan menyebabkan akumulasi lokal pus.

3. Tortuous periodontal pocket berhubungan dengan defek furkasi. Hal ini

dapat mempercepat pembentukan abses.


4. Setelah dilakukan prosedur seperti scalling, dimana kalkulus lepas dan

terdorong ke dalam jaringan lunak. Dapat juga disebabkan oleh scalling

yang tidak adekuat, yang akan menyebabkan kalkulus menetap di bagian

terdalam poket sedangkan inflamasi pada derah coronal pocket akan

menutup drainase normal dan menjebak subgingival flora pada daerah

terdalam poket dan menyebabkan formasi abses

5. Abes periodontal juga dapat terjadi walaupun tidak adanya periodontitis,

dikarenakan:

1) Impaksi objek asing (seperti dental floss, popcorn, bagian dari tusuk

gigi, tulang ikan atau benda asing lainnya)

2) Infeksi kista lateral

3) Faktor lokal yang mempengaruhi morfologi akar gigi

Faktor iatrogenic yang berhubungan dengan abses periodontal:

1. Post non-surgical therapy periodontal abscess

1) Post scalling periodontal abscess, dikarenakan oleh adanya sebagian

kalkulus yang dapat menggalangi jalan masuk poket atau saat sebagian

kalkulus tertekan ke dalam jaringan yang tidak membengkak.

2. Post-surgical therapy periodontal abscess

1) Saat abses terbentuk segera setelah bedah periodontal. Sering

disebabkan oleh adanya sisa pada pembuangan subgingiva calculus.

2) Perforasi pada gigi dikarenakan instrumen endodontik

3) Adanya benda asing pada jaringan periodontal

3. Post antibiotic periodontal abscess


1) Perawatan menggunakan antibiotik sistemik tanpa subgingival

debridement pada pasien dengan periodontitis dapat menyebabkan

pembentukkan abses.

Diagnosis

Diagnosis dari abses periodontal biasanya tergantung dari keluhan utama

dan riwayat munculnya rasa sakit. Biasanya,tingkat rasa sakit akan berbeda dari

akut hingga kronis. Riwayat dental dan medis diperlukan untuk diagnosis yang

tepat.

Hal penting yang harus dipertimbangkan ketika mempertanyakan riwayat medis

antara lain:

1. Apakah pasien berada dalam perawatan dokter atau dokter gigi

2. Apakah sedang mengkonsumsi obat atau memiliki kondisi yang dapat

mempengaruhi diagnosis periodontal atau perawatannya

3. Apakah terdapat perawatan dental sebelumnya yang dapat mempengaruhi

diagnosis atau rencana peawatan

4. Kebiasaan merokok penting diketahui dikarenakan perokok berat dapat

memiliki penyakit periodontal lebih berat dan mereka tidak memberi

reaksi yang baik terhadap perawatan.

Setelah mengetahui riwayat medis, tahapan penting berikutnya adalah memeriksa

pasien dan lesi. Tahapan ini antara lain:

1. Pemeriksaan umum

1) Keadaan sistemik dari pasien


2) Pemeriksaan gejala yang dapat menunjukkan penyakit sistemik,

kemampuan sistem imun, dan kelelahan.

2. Pemeriksaan ekstra oral

1) Pemeriksaan simetrisasi bentuk wajah, untuk mengetahui adanya

pembengkakkan, kemerahan, fluktuasi, pemeriksaan sinus, trismus

dan nodus limfatik servikal.

3. Pemeriksaan intra oral

1) Pemeriksaan mukosa oral dan gigi geligi.

2) Pemeriksaan pembengkakkan gingiva, kemerahan serta

kelembutan.

3) Pemeriksaan supurasi, apakah terdapat tekanan spontan atau aliran

dari sinus

4) Pemeriksaan mobilitas dan elevasi gigi

5) Evaluasi status kebersihan mulut pasien

6) Pemeriksaan jaringan periodontal

Setelah pemeriksaan, tahap yang dilakukan adalah memastikan pemeriksaan klinis

dengan cara metode diagnosa berupa foto radiografi, tes vitalitas pulpa, tes

mikroba, tes laboratorium dan lainnya.

Foto Radiografi

Terdapat beberapa teknik radiografi dental tersedia (periapikal, bite wings

dan OPG) yang dapat memperlihatkan tampilan normal dari tulang interdental
atau adanya pengurangan tulang, beragam dari pelebaran ligament periodontal

hingga pengurangan tulang pada beberapa kasus.

Radiografi intraoral, seperti periapikal dan vertikal bite wing biasa

digunakan untuk menilai pengurangan tulang di marginal dan kondisi periapikal

gigi terlibat. Ujung gutta percha biasa diletakkan melalui sinus untuk melihat

lokasi abses.

Tes vitalitas pulpa

Tes vitalitas pulpa seperti tes termal atau elektris dapat digunakan untuk

memeriksa vitalitas gigi.

Tes mikroba

Sampel pus yang didapat dari sinus/ abses atau yang dikeluarkan dari

sulkus gingiva dapat dikirim untuk kultur dan tes sensitivitas. Tes mikroba juga

membantu menentukan pemberian antibiotik yang sesuai.

Tes laboratorium

Tes laboratorium dapat digunakan untuk memastikan diagnosis.

Peningkatan jumlah leukosit dan peningkatan neutrophil dan monosit dapat

mengarah pada respon inflamasi tubuh terhadap bakteri toksin di abses

periodontal.

Lainnya

Abses periodontal multiple biasa berkaitan dengan peningkatan gula darah

dan respon imun yang berubah pada pasien diabetes.


Oleh karena itu, penilaian status diabetes melalui pemeriksaan gula darah,

gula darah sewaktu atau tingkat hemoglobin glikosilat diharuskan untuk mencari

etiologi dari abses periodontal.

Differential Diagnosis

1. Gingival abscess

Karakteristik yang membedakan gingival abscess dengan periodontal

abscess adalah:

1) Riwayat trauma

2) Lokalisasi pada gingiva

3) Tidak ada poket periodontal

2. Periapical abscess

1) Berada di apeks akar

2) Gigi non-vital, terdapat restorasi besar

3) Karies yang besar yang melibatkan pulpa

4) Riwayat reaksi sensitif terhadap makanan

panas dan dingin

5) Tidak ada tanda dan gejala kelainan

periodontal

6) Adanya gambaran radiolusen di

daerah periapical pada foto radiograf


Gambar 4 Early Periapical Abscess

Gambar 5 Pericapical abscess


Gambar 6

Perubahan pada jaringan periapikal

3. Perio-endo lesion

1) Kelainan periodontal yang parah dan melibatkan furkasi

2) Kehilangan atau adanya penurunan tulang alveolar yang parah,

mendekati apeks, menyebabkan infeksi pulpa

3) Gigi non-vital yang masih sehat atau dengan restorasi kecil


Gambar 8 Hilangnya tulang alveolar bergubungan dengan lesi perio-endo. Pasien

secara klinis menunjukkan abses periodontal.

4. Lesi Endo-Perio

Lesi endo-perio dapat dibedakan:

1) Infeksi pulpa menyebar via kanal lateral menuju poket periodontal

2) Gigi biasanya dalam keadaan non-vital, dengan periapikal radiolusen

3) Poket dalam lokal

5. Fraktur Gigi

Gejala fraktur gigi dapat dibedakan:

1) Adanya riwayat sakit ketika mengunyah

2) Ditemukan garis retak pada mahkota gigi

3) Gigi vital

4) Nyeri terlepas setelah menggitkan cotton roll, rubber dis atau tooth

sleuth
5) Rasa sakit tidak hilang setelah perawatan endodontik.

6. Fraktur Akar

Gejala fraktur akar ditandai dengan:

1) Restorasi besar mahkota

2) Gigi non-vital dengan mobilitas

3) Mahkota pasak dengan threaded post

4) Kemungkinan garis fraktur dan gambaran radiolusen sekitar akar yang

terlihat pada radiografi periapikal

5) Poket dalam lokal, biasanya hanya pada satu sisi

6) Diperlukan flap untuk memastikan diagnosa

Perawatan

Perawatan abses periodontal tidak begitu berbeda dengan infeksi

odontogenik lainnya. Perinsip penanganan infeksi simple gigi adalah sebagai

berikut:

1. Pengukuran lokal

1) Drainase

2) Penanganan drainase

3) Menghilangkan penyebab

2. Pengukuran sistemik berkaitan dengan pengukuran lokal

Penanganan pasien dengan abses periodontal dapat dibagi menjadi tiga

tahap:
1) Penanganan segera

2) Perawatan awal

3) Perawatan definitif

Penanganan Segera

Penanganan segera biasa digunakan pada kasus infeksi yang mengancam

nyawa yang dapat mengarah pada infeksi spasia dari region orofasial atau

penyebaran infeksi yang diffuse (facial cellulities). Perawatan rawat inap dengan

terapi pendukung, ditambah dengan antibiotik intravena biasa disarankan. Namun,

bergantung dengan tingkat keparahan infeksi dan gejala lokal, pemeriksaan klinis

dan penanganan segera dapat tertunda karena satu dan lain hal. Pada kondisi yang

tidak mengancam jiwa, penanganan sistemik seperti pemberian analgesic oral dan

kemotrapi antimikroba cukup untuk menghilangkan gejala sistemik dan trismus

berat bila ada.

Antibiotic dapat diresepkan sebelum dilakukan analisis mikrobiologidan sebelum

tes sensitivitas antibiotic dari pus dan jaringan. Aturan pemberian tergantung dari

tingkat keparahan infeksi

Antibiotik umum yang biasa dilakukan:

1. Phenoxymethylepenicillin 250-500 mg qid 5/7 hari

2. Amoxicillin 250-500mg tds 5-7 hari

3. Metronidazole 200-400 mg tds 5-7 hari

Bila alergi terhadap penicillin, antibiotic yang dapat diberikan :


1. Erythromycin 250-500 mg qid 5-7 hari

2. Doxycycline 100 mg bd 7-14 hari

3. Clindamycin 150-300 mg qid 5-7 hari

Perawatan Awal

Perawatan awal biasa dianjurkan untuk menangani abses akut tanpa

disertai gangguan sistemik dan abses periodontal kronis. Pada dasarnya,

perawatan awal terdiri dari:

a. Irigasi poket abses dengan saline atau antiseptic

b. Pembuangan benda asing, bila ada

c. Drainase melalui sulkus dengan probe atau light scaling pada permukaan

gigi

d. Pembersihan dinding jaringan lunak

e. Instruksi kebersihan mulut

f. Tinjauan selama 24-48 jam, seminggu kemudian, perawatan definitive

harus dilakukan

Pilihan perawatan untuk abses periodontal selama perawatan awal

1. Dranase melalui retraksi poket atau insisi


Drainase melalui poket merupakan pilihan perawatan bila abses tidak

dipersulit oleh faktor lain. Tahapan bedah trainase melalui poket

periodontal telah didemonstrasikan pada gambar 1 hingga 8. Secara

umum, tahapan drainase melalui poket antara lain :

1) anestesi topikal/ lokal (disarankan anestesi blok)

2) dinding poket secara perlahan ditarik menggunakan probe/ kuret

dengan tujuan membuat drainase awal melalui jalan masuk poket

3) tekan perlahan menggunakan jari

4) irigasi mungkin diperlukan untuk mempercepat eksudat dan untuk

membersihkan poket

5) bila lesi kecil dan akses baik, scaling dan kuretase perlu dilakukan

6) bila lesi besar dan drainase tidak dapat dilakukan, scaling/ kuretase

dan bedah akan ditunda hingga tanda klinis mayor telah teratasi

dengan pemberian antibiotic.

7) Pada pasien tersebut, penggunaan antibiotic sistemik dengan waktu

singkat dan dosis tinggi diperlukan

8) Pemberian antibiotic saja tanpa diikuti drainase dan scaling

subgingival merupakan kontraindikasi

2. Scaling dan root planning

Namun, bila lesi besar, pin-pointed dan fluktuatif, maka insisi eksternal

dapat dilakukan untuk mengeluarkan abses. Tahapannya adalah sebagai

berikut:

1) Abses dikeringkan, diisolasi menggunakan gauze sponge


2) Anestes lokal (anestesi blok disarankan)

3) Insisi vertikal dilakukan melalui pusat paling fluktuatif dari abses

menggunakan pisau bedah

4) Aringan yang terletak di lateral insisi dipisahkan dengan periosteal

elevator/ curette

5) Tekanan perlahan dengan menggunakan jari diaplikasikan dengan

moist gauze

6) Pada pasien dengan abses,, dengan pembengkakan yang jelas,

tegangan serta sakit, direkomendasikan menggunakan antibiotic

sistemik seperti pada perawatan awal dengan tujuan menghindari

kerusakan jaringan periodontal sehat

7) Pada kondisis tersebut, ketika kondisi akut teratasi, debridement

mekanis termasuk root planning dilakukan

8) Ketika perdarahan dan supurasi telah terhenti, pasien dapat

diperbolehkan pulang

Instruksi post treatment

a. Berkumur menggunakan air garam hangat secara sering

b. Aplikasi berkala menggunakan chlorhexidine gluconate (bilas/

ulaskanmenggunakan cotton bud)

c. Kurangi kerja berat dan tingkatkan asupan cairan

d. Berikan analgesic untuk kenyamanan pasien

e. Potensi perbaikan untuk abses periodontal akut ialah sangat baik

f. Gingiva kembali normal dalam 6-8 minggu


g. Tekanan ringan cukup untuk mempercepat pengeluaran purulent

3. Bedah periodontal

1) Bedah (gingivektomi atau prosedur flap) dapat digunakan dalam

penanganan abses yang berkaitan dengan defek vertikal yang

dalam, dimana abses hanya dapat dilihat dengan dilakukan bedah

terlebih dahulu.

2) Bedah flap digunakan pada kasus dimana kalkulus tertinggal secara

subgingival setelah perawatan

3) Tujuan utama dari perawatan adalah untuk mengilangkan sisa

kalkulus dan sekaligus melakukan drainase

4) Dianjurkan perawatan kombinasi antara flap dengan scaling dalam

dan irigasi dengan chlorhexidine

5) Sebagai tambahan perawatan konservatif, perawtan laser jaringan

lunak digunakan untuk mengurangi sakit dan pembengkakan

gingiva

4. Antibiotik sistemik dengan atau tanpa drainase

Antibiotic merupakan perawatan yang isukai. Tapi, lokal drainase dari

abses bersifat wajib untuk menghilangkan faktor etiologi. Antibiotic yang

disarankan mengikuti tes sensitive. Pada umumnya antibiotic yang dapat

digunakan antara lain:

a. Phenocymethyl penicillin 250-500 mg qid 7-10 hari


b. Amoxycllin/ augmentin 250-500 tds 7-10 hari

c. Metronidazole 25 mg tds 7-10 hari (dapat dikombinasi dengan

amoxicillin. Penggunaan metronidazole merupakan kontraindikasi

pada pasien hamil/ yang mengonsumsi alcohol)

d. Tetracycline HCl 250 mg qid 7-14 hari

e. Doxycycline 100 mg bd 7-14 hari (penggunaan tetracycline merupakan

kontraindikasi pada pasien hamil ldan anak di bawah 10 tahun)

5. Ekstraksi gigi

Ekstraksi gigi merupakan pilihan terakhir pada perawtan abses

periodontal. Namun, terdapat pedoman untuk melakukan prognosis buruk

ini sebelum mencabut gigi. Pedomannya antara lain

a. Mobilitas horizontal lebh dari 1 mm

b. Ikutnya furkasi kelas II-III dari gigi molar

c. Kedalaman prob >8 mm

d. Respon buruk terhadap perawatan

e. Hilangnya tulang alveolar lebih dari 40 %

Perawatan Definitif

Perawatan lanjutan merupakan penilaian ulang terhadap perawatan awal

untuk mengembalikan fungsi dan estetik dan memungkinkan pasien menjaga

kesehatan jaringan periodontal. Perawatan definitive dilakukan sesuai kebutuhan

perawatan dari pasien.


Kesimpulan

Tingkat kejadian abses periodontal pada pasien di bawah perawatan

periodontal telah banyak digambarkan. Diagnosis awal dan penanganan yang

tepat sangat penting dalam mengatasi abses periodontal, secara kondisi dapat

mengarah pada hilangnya gigi. Kasus abses periodontal yang mendapatkan respon

positif dari pasien belum tentu mempengaruhi bertahan tidaknya gigi tersebut.

Keputusan pencabutan gigi bisa saja terjadi dengan pertimbangan antara lain,

derajat hilangnya perlekatan, terdapatnya mobilitas gigi, derajat terlibatnya

furkasi, ada tidaknya periodontitis terkait dengan kondisi sistemik.

Anda mungkin juga menyukai