Anda di halaman 1dari 6

TUGAS KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH II

“studi kasus luka bakar”

NAMA KELOMPOK 1:
1. JUHRA M PO713201181165
2. LAYLY REZKY AMALIAH ASNUR PO713201181166
3. RATNI PO713201181174
4. SARIPA PO713201181178
5. WILDA NUN HARDIAN PO713201181194

POLTEKKES KEMENKES MAKASSAR


JURUSAN D.III KEPERAWATAN TAHUN 2020/2021
Studi Kasus Luka Bakar
1. Bagaimana gambaran luka bakar yang dialami Alfi?
Jawaban:
Alfi mengalami luka bakar stadium 3 di badan anterior dan posterior

serta seluruh lengan kiri, dengan luka bakar tahap 2 di leher anterior.

Luka bakar tahap 2, yaitu luka bakar yang tejadi pada epidemis dengan

lapisan dermis kulit. Ketika mengalami luka bakar hatap dua, kulit akan tampak

memerah, lecet, melepuh, bengkak, dan terasa sakit (ditangai dengan beberapa

metode pengobatan tanpa operasi atau bedah)

Luka bakar stadium 3 adalah luka bakar yang mengakibatkan kerusakan

jaringan mengenai seluruh lapisan epidermis dan dermis, atau lebih dalam lagi.

Secara klinis kulit yang terbakar tampak putih dan kasar, namun juga dapat

terlihat hangus dan mati rasa. (di tangani dengan tindakan bedah dan

pencengkokan kulit, bila terjadi kerusakan parah).

2. Bagaimana Cara menentukan Luas Luka bakar dengan menggunakan


Rule of Nine?
Jawaban:
Luas luka bakar dibuat dengan perhitungan persentase. Untuk perhitungan

cepat luka bakar pada orang dewasa rumus luka bakar yang digunakan adalah

“Rule of Nine“ yang dibuat oleh Polaski dan Tennison. Persentase luka bakar
berdasarkan “Rule of Nine” yaitu :

Kepala dan leher : 9 % Punggung : 9 %

Dada : 9 % bokong : 9 %

Perut : 9 % Lengan dan tangan kanan : 9 %

Lengan dan tangan kiri : 9 %

Paha kanan : 9 %

Paha kiri : 9 %

Betis - kaki kanan : 9 %

Betis - kaki kiri : 9 %

Perineum dan genitalia : 1 %


3. Selama resusitasi cairan awal untuk luka bakar ALFI, Ringer Lactat
adalah cairan pilihan untuk diinfuskan. Mengapa perawat memilih
Ringer Lactat sebagai cairan pemberian yang lebih disukai?
Jawaban:
Ringer laktat merupakan jenis cairan kristaloid yang mengandung
kalsium, kalium, laktat, natrium, klorida, dan air. Cairan ringer laktat
umumnya diberikan untuk menggantikan cairan tubuh yang hilang saat
mengalami luka, cedera, atau menjalani operasi yang menyebabkan
kehilangan darah dengan cepat dalam jumlah yang banyak. Selain itu,
cairan ini juga sering digunakan sebagai cairan pemeliharan ketika sedang
menjalani perawatan di rumah sakit.

4. seorang perawat menilai pasien luka bakar yang datang ke ICU luka
bakar. Berapa luas total permukaan tubuh luka bakar untuk
memberikan resusitasi cairan?
Jawaban:
Resusitasi cairan (diperlukan untuk luka bakar permukaan tubuh >
10%). Gunakan larutan Ringer laktat dengan glukosa 5%, larutan garam
normal dengan glukosa 5%, atau setengah garam normal dengan glukosa
5%.24 jam pertama: hitung kebutuhan cairan dengan menambahkan
cairan dari kebutuhan cairan rumatan (lihat bagan 17) dan kebutuhan
cairan resusitasi (4 ml/kgBB untuk setiap 1% permukaan tubuh yang
terbakar)Berikan ½ dari total kebutuhan cairan dalam waktu 8 jam
pertama, dan sisanya 16 jam berikutnya.
Contoh: untuk pasien dengan berat badan 20 kg dengan luka bakar
25%
Total cairan dalam waktu 24 jam pertama
= (60 ml/jam x 24 jam) + 4 ml x 20kg x 25% luka bakar
= 1440 ml + 2000 ml
= 3440 ml (1720 ml selama 8 jam pertama)
24 jam kedua: berikan ½ hingga ¾ cairan yang diperlukan selama
hari pertama
Awasi pasien dengan ketat selama resusitasi (denyut nadi, frekuensi
napas, tekanan darah dan jumlah air seni)
Transfusi darah mungkin diberikan untuk memperbaiki anemia atau
pada luka-bakar yang dalam untuk mengganti kehilangan darah.
5. ALFI mengalami berbagai komplikasi kompleks setelah luka bakar.
Dia menderita masalah fisiologis dengan luka bakar dan rujukan
psikologis. Terapi apa yang dibutuhkan ALFI?
Jawaban:
a. Terapi nonfarmakologis untuk penanganan stres psikologis pada pasien

dengan SEFT terapi. SEFT (Spiritual Emotional freedom Technique)

merupakan terapi yang mampu menurunkan stres psikologis seperti

ketakutan yang berlebihan secara signifikan pada penderita gangguan fobia

spesifik. Dengan SEFT terapi pasien menjadi rileks dan pikiran menjadi

lebih tenang. Relaksasi yang diciptakan tersebut dapat menstimulasi

hipotalamus untuk menstimulasi kelenjar pituitari menurunkan sekresi

ACTH dan diikuti dengan penurunan kadar glukokortikoid dan kortisol

yang berperan dalam mengatur respon inflamasi, respon imun, dan

pengaturan kadar gula darah yang merupakan faktor-faktor internal ini

sangat berpengaruh dalam proses penyembuhan luka.

b. Terapi farmakologis untuk penanganan pada luka bakar pasien dengan

melakukan pemeriksaan darah seperti hemoglobin, hematokrit, leukosit,

trombosit, laju endap darah, kimia darah, analisis gas darah, maupun

analisis urin. Pasien dapat diberikan obat antibiotik berupa injeksi

ceftazidime 1 g/12 jam (skin test), injeksi metronidazol 500 mg/8 jam,

injeksi gentamisin 80 mg/8 jam, hal ini di lakukan untuk mencegah

terjadinya infeksi dikarenakan bakteri positif, negatif dan anaerob dimana

ketika adanya luka bakar maka lebih mudah terjadinya suatu infeksi.

Ketorolak diberikan untuk mengurangi rasa sakit yang diderita pasien dan

ranitidin diberikan untuk mengurangi keluhan lambung yang disebabkan

oleh pemberian dari ketorolak.

Anda mungkin juga menyukai