Anda di halaman 1dari 12

15

Firdalia dan Bambang Utoyo Sutiyoso, Penangangan Sengketa Tanah...

TANTANGAN KUALITAS PELAYANAN PUBLIK


PADA PEMERINTAH DAERAH

Robi Cahyadi Kurniawan


Jurusan Ilmu Pemerintahan Universitas Lampung
Email: robicahyadi9@gmail.com

ABSTRAK. Undang-Undang No. 25 Tahun 2009 tentang pelayanan publik telah menjadi
acuan awal bagi pemerintah, khususnya pemerintah daerah dalam menetapkan standar
pelayanan bagi masyarakat pengguna jasa pelayanan pemerintah. Berdasarkan data
Ombudsan RI , standar pelayanan membutuhkan waktu yang relatif lama dalam praktek
pelaksanaannya. Tulisan ini mengurai tentang faktor penghambat pelayanan publik,
tantangan yang dihadapi pemerintah daerah, masalah yang muncul seperti mal
administrasi, sampai dengan perlunya sinergi layanan antar pemerintah daerah dengan
Ombudsman RI guna percepatan kualitas layanan, hingga ide electronic government dengan
menggunakan teknologi informasi yang terkoneksi dengan menyeluruh. Tulisan ini
berbasiskan penelitian pustaka dengan analisa data-data sekunder, melalui beberapa
penelitian yang ada pada pemerintah daerah di Indonesia.Hasilnya tantangan kualitas
pelayanan publik di Indonesia terletak pada penyedia layanan (birokrasi) dan pengguna
layanan (masyarakat), keduanya sama-sama bermasalah namun dengan porsi birokrasi
dipihak yang lebih bermasalah dalam pelayanan publik.

Kata kunci: pelayanan publik, maladministrasi, sinergi pelayanan, pemerintah daerah

ABSTRACT. Law No. 25 of 2009 on public services has become an early reference for the
government, especially local governments in setting service standards for public service
users of the government. Based on data Ombudsman RI, service standards require a
relatively long time in practice implementation. This paper describes the inhibiting
factors of public services, the challenges faced by local governments, emerging problems
such as maladministration, to the need for service synergies between local governments
with the Ombudsman RI to accelerate the quality of service, to the idea of electronic
government by using information technology that is connected thoroughly . This paper is
based on literature research with the analysis of secondary data, through several studies
that exist in local government in Indonesia. The result of public service quality challenge
in Indonesia lies in service providers (bureaucracy) and service users (community), both
equally problematic With portions of bureaucracy on the more troubled side of public
service.

Keywords: public service, maladministration, service synergy, local government

A.PENDAHULUAN sayangnya mobilitas warga Negara yang


tinggi tidak diimbangi dengan ketepatan
Pelayanan pubik masih menjadi dan juga kecepatan pemerintah dalam hal
masalah dalam birokrasi di Indonesia, pelayanan khususnya pelayanan kepada
banyak faktor dan ragam yang publik.
menyebabkan hal tersebut menjadi
momok di mata masyarakat.Kebutuhan Warga negara mempunyai hak
masyarakat di era milleneal saat ini untuk mendapatkan pelayanan publik
cenderung besar dengan keinginan untuk yang berkualitas dari negara (birokrasi).
mendapatkan pelayanan yang cepat dan Warga negara juga memiliki hak untuk
tepat. Kecepatan dan ketepatan ini juga mendapatkan perlindungan akan hak-
dibutuhkan dalam proses interaksi haknya, didengar suaranya, sekaligus
pemerintah dan warga Negara, namun dihargai nilai dan preferensinya. Dengan

ADMINISTRATIO ISSN: 2087-0825


16
Jurnal Ilmiah Administrasi Publik dan Pembangunan, Vol. 7 No. 1, Januari-Juni 2016

demikian, warga negara memiliki hak itu sendiri masih sangat minim. Tulisan ini
untuk menilai, menolak dan menuntut ingin memaparkan lebih lanjut mengenai
siapapun yang secara politis tantangan pelayanan publik, khususnya
bertanggungjawab atas penyediaan pada pemerintah daerah.
pelayanan publik. Konsep ini disebut
sebagai The New Public Service (NPS) B.KAJIAN LITERATUR
yang dikembangkan oleh Janet V.
Denhardt dan Robert B. Denhardt pada 1.Pelayanan Publik
tahun 2003 (Mindarti,2007:163-164). Pelayanan publik dapat diartikan
sebagai pemberian layanan (melayani)
Kinerja pelayanan publik dapat
keperluan orang atau masyarakat yang
ditingkatkan apabila ada mekanisme
”exit” dan ”voice”. Mekanisme ”exit” mempunyai kepentingan pada organisasi
itu sesuai dengan aturan pokok dan tata
berarti bahwa jika pelayanan publik tidak
cara yang telah ditetapkan. Pemerintahan
berkualitas maka konsumen harus
memiliki kesempatan untuk memilih pada hakekatnya adalah pelayanan
lembaga penyelenggara pelayanan publik kepada masyarakat, tidak dapat untuk
melayani dirinya sendiri, tetapi untuk
lain yang disukainya. Sedangkan
mekanisme ”voice” berarti adanya melayani masyarakat serta menciptakan
kondisi yang memungkinkan setiap
kesempatan untuk mengungkapkan
ketidakpuasan kepada lembaga penye- anggota masyaraakat mengembangkan
lenggara pelayanan publik. Pendekatan kemam-puan dan kreativitasnya demi
Pelayanan Publik Baru ini senada dengan mencapai tujuan bersama (Rasyid, 1998).
Teori ”Exit” dan ”Voice” yang lebih Masyarakat setiap waktu selalu
dahulu dikembangkan oleh Albert menuntut pelayanan publik yang
Hirschman (Ratminto & Winarsih, berkualitas dari birokrat, meskipun
2005:71-72) tuntutan tersebut sering tidak sesuai
dengan harapan karena secara empiris
Indonesia sejak tahun 2009 telah
memiliki peraturan perundangan pelayanan publik yang terjadi selama ini
bercirikan : berbelit-belit, lambat,
tersendiri sebagai sebuah standar bagi
mahal, dan melelahkan. Kecendrungan
pelayanan kepada masyarakat, maka pada
tanggal 18 Juli 2009 Indonesia mensahkan seperti itu terjadi karena masyarakat
masih diposisikan sebagai pihak yang
Undang-Undang No 25 tahun 2009 tentang
Pelayanan Publik. Menurut UU tersebut, melayani bukan yang dilayani. Reformasi
Pelayanan publik adalah kegiatan atau pelayanan publik dengan mengembalikan
rangkaian kegiatan dalam rangka dan mendudukkan “pelayan” dan
“dilayani” ke pengertian yang
pemenuhan kebutuhan pelayanan sesuai
dengan peraturan perundangan bagi sesungguhnya. Pelayanan yang seharusnya
setiap warga negara dan penduduk atas ditunjukan pada masyarakat umum
kadang dibalik menjadi pelayanan
barang, jasa, dan/atau pelayanan
administratif yang disediakan oleh masyarakat terhadap negara, meskipun
penyelenggara pelayanan publik. negara berdiri sesungguhnya adalah untuk
kepentingan masyarakat yang
Sejak UU pelayanan publik mendirikannya, birokrat sesungguhnya
diberlakukan sejak 2009 lalu, standar haruslah memberikan pelayanan
pelayanan yang tertera dalam peraturan terbaiknya kepada masyarakat.
perundangan itu sedikit demi sedikit (Sinambela dkk, 2006)
mulai dijalankan walau membutuhkan
proses yang panjang. Namun, hanya Pelayanan umum oleh Lembaga
sebatas pemenuhan standar-standar yang Administrasi Negara (dalam Shafrudin,
ada di undang-undang tersebut.Dilain 2014) diartikan sebagai segala bentuk
pihak, inovasi yang dilakukan oleh kegiatan pelayanan umum yang
pemerintah baik lembaga, instansi, dilaksanakan oleh Instansi Pemerintah di
Pusat, di Daerah dan di lingkungan Badan
BUMN, BUMD maupun pemerintah daerah

ADMINISTRATIO ISSN: 2087-0825


17
Firdalia dan Bambang Utoyo Sutiyoso, Penangangan Sengketa Tanah...

Usaha Milik Negara/Daerah dalam bentuk yang bernama rules atau aturan
barang dan atau jasa baik dalam rangka (kebijakan publik). Barang publik murni
upaya kebutuhan masyarakat maupun yang berupa aturan tersebut tidak pernah
dalam rangka pelaksanaan ketentuan dan tidak boleh diserahkan
peraturan perundang-undangan. penyediaannya kepada swasta di dalam
Pelayanan publik dengan demikian dapat aturan tersebut. Menimbulkan
diartikan sebagai pemberian layanan kepentingan-kepentingan swasta yang
(melayani) keperluan orang atau membuat aturan, sehingga aturan
masyarakat yang mempunyai kepentingan menjadi penuh dengan vested interest
pada organisasi itu sesuai dengan aturan dan menjadi tidak adil (unfair rule).
pokok dan tata cara yang telah Peran pemerintah yang akan tetap
ditetapkan. melekat di sepanjang keberadaannya
adalah sebagai penyedia barang publik
Birokrasi publik harus dapat murni yang bernama aturan (Widodo,
memberikan layanan publik yang lebih 2001: 101).
profesional, efektif, sederhana,
transparan, terbuka, tepat waktu, Dalam buku Delivering Quality
responsif dan adaptif serta sekaligus Services karangan Zeithaml, Valarie A.
dapat membangun kualitas manusia et.al, 1990 (dalam Shafrudin, 2014), yang
dalam arti meningkatkan kapasitas membahas tentang bagaimana tanggapan
individu dan masyarakat untuk secara dan harapan masyarakat pelanggan
aktif menentukan masa depannya sendiri terhadap pelayanan yang mereka terima,
(Effendi dalam Widodo, 2001). baik berupa barang maupun jasa. Menurut
Valarie hal-hal yang perlu diperhatikan
Menurut Thoha dalam Widodo adalah :
(2001), secara teoritis sedikitnya ada tiga a. Menentukan pelayanan publik yang
fungsi utama yang harus dijalankan oleh disediakan, apa saja macamnya;
pemerintah tanpa memandang b. Memperlakukan pengguna pelayanan,
tingkatannya, yaitu fungsi pelayan sebagai customers;
masyarakat (public service function), c. Berusaha memuaskan pengguna
fungsi pembangunan (development pelayanan, sesuai dengan yang
function) dan fungsi perlindungan diinginkannya;
(protection function). d. Mencari cara penyampaian pelayanan
yang paling baik dan berkualitas;
Pemerintah tidak harus berperan e. Menyediakan cara-cara, bila
sebagai monopolist dalam pelaksanaan
pengguna pelayanan tidak ada pilihan
seluruh fungsi-fungsi tadi. Bagian dari
lain.
fungsi tadi bias menjadi bidang tugas
yang pelaksanaannya dapat dilimpahkan Penilaian terhadap kualitas
kepada pihak swasta ataupun dengan pelayanan tidak dapat lepas dari
menggunakan pola kemitraan kemampuan pegawai dalam pemberian
(partnership), antara pemerintah dengan pelayanan serta penyediaan fasilitas fisik.
swasta untuk mengadakannya. Pola Hal ini sesuai dengan teori “The triangle
kerjasama antara pemerintah dengan of balance in service quality: dari Morgan
swasta dalam memberikan berbagai dan Murgatroyd (1994), bahwa perlu
pelayanan kepada masyarakat tersebut dipertahankan keseimbangan dari ketiga
sejalan dengan gagasan reinventing komponen (interpersonal component,
government yang dikembangkan Osborne procedures environment/process
dan Gaebler (1995). component, and technical/professional
component) guna menghasilkan pelayanan
Pemerintah adalah satu-satunya yang berkualitas.
pihak yang berkewajiban menyediakan
barang publik murni dalam kaitannya Memang pada dasarnya ada 3 (tiga)
dengan sifat barang privat dan barang ketentuan pokok dalam melihat tinggi
publik murni, khususnya barang publik rendahnya suatu kualitas pelayanan
ADMINISTRATIO ISSN: 2087-0825
18
Jurnal Ilmiah Administrasi Publik dan Pembangunan, Vol. 7 No. 1, Januari-Juni 2016

publik menurut Morgan dan Murgatroyd kemampuan pemberi dan penerima


(1994), yaitu tinggi rendahnya kualitas pelayanan dengan tetap berpegang
pelayanan publik perlu diperhatikan pada prinsip efesiensi dan efektivitas.
adanya keseimbangan antara : d. Partisipatif, yaitu pelayanan yang
a. Bagian antar pribadi yang dapat mendorong peran serta
melaksanakan (Inter Personal masyarakat dalam penyelenggaraan
Component); pelayanan publik dengan
b. Bagian proses dan lingkungan yang memperhatikan aspirasi, kebu-tuhan,
mempengaruhi (Process and dan harapan masyarakat.
Environment); e. Kesamaan hak, yaitu pelayanan yang
c. Bagian profesional dan teknik yang tidak melakukan diskriminasi dilihat
dipergunakan (Professional and dari aspek apapun khususnya suku,
Technical) ras, agama, golongan, status social,
dan lain-lain.
2.Kualitas Pelayanan Publik f. Keseimbangan hak dan kewajiban,
yaitu pelayanan yang memper-
Kualitas merupakan suatu kondisi timbangkan aspek keadilan antara
dinamis yang berhubungan dengan pemberi dan penerima pelayanan
produk, jasa, manusia, proses dan publik.
lingkungan yang memenuhi atau melebihi
harapan (Fandy Tjiptono, Jika dihubungkan dengan administrasi
1997).Organisasi pelayanan publik publik, pelayanan adalah kualitas
mempunyai ciri public accuntability, pelayanan birokrat terhadap masyarakat.
dimana setiap warga negara mempunyai Kata kualitas memiliki banyak definisi
hak untuk mengevaluasi kualitas yang berbeda dan bervariasi mulai dari
pelayanan yang mereka terima. Sangat yang konvensional hingga yang lebih
sulit untuk menilai kualitas suatu strategis. Definisi konvensional dari
pelayanan tanpa mempertimbangkan kualitas biasanya menggambarkan
peran masyarakat sebagai penerima karakteristik langsung dari suatu produk,
pelayanan dan aparat pelaksana seperti (Sinambela dkk, 2006):
pelayanan itu. Evaluasi yang berasal dari - Kinerja (performance),
pengguna pelayanan, merupakan elemen - Keandalan (reliability),
pertama dalam analisis kualitas pelayanan - Mudah dalam penggunaan (easy of
publik. Elemen kedua dalam analisis use),
adalah kemudahan suatu pelayanan - Estetika (esthetics),
dikenali baik sebelum dalam proses atau
setelah pelayanan itu diberikan (Tjiptono, Adapun dalam definisi strategis
1997). dinyatakan bahwa kualitas adalah segala
sesuatu yang mampu memenuhi keinginan
Tujuan pelayanan publik pada atau kebutuhan pelanggan (meeting the
dasarnya adalah memuaskan masyarakat. needs of customers).
Untuk mencapai kepuasan itu dituntut
kualitas pelayanan prima yang tercermin Gaspersz (1997) mengemukakan
dari (Sinambela dkk, 2006): bahwa pada dasarnya kualitas mengacu
a. Transparansi, yakni pelayanan yang kepada pengertian pokok :
bersifat terbuka, mudah dan dapat di  kualitas terdiri atas sejumlah
akses oleh semua pihak yang keistimewaan produk, baik
membutuhkan dan disediakan secara keistimewaan langsung, maupun
memadai serta mudah di mengerti. keistimewaan atraktif yang
b. Akuntabilitas, yakni pelayan yang memenuhi keinginan pelanggan dan
dapat dipertanggung jawabkan sesuai memberikan kepuasan atas
dengan ketentuan peraturan penggunaan produk
perundang-undangan.
c. Kondisional, yakni pelayanan yang
sesuai dengan kondisi dan

ADMINISTRATIO ISSN: 2087-0825


19
Firdalia dan Bambang Utoyo Sutiyoso, Penangangan Sengketa Tanah...

 kualitas terdiri atas segala sesuatu mampu memenuhi keinginan atau


yang bebas dari kekurangan atau kebutuhan pelanggan (meeting theneeds
kerusakan. of customers)”.
 Konsep kualitas bersifat relatif,
maksudnya penilaian kualitas Kepuasan pelanggan menurut
bergantung kepada perspektif yang Fitzimmons (2001: 2) adalah “customer
digunakan untuk menentukan ciri-ciri satisfaction is customers perception that
pelayanan yang spesifik. a supplier has met or exceeded their
expectation”. Dari definisi tersebut dapat
Menurut Trilestari (2004:5) ditelaah bahwa kepuasan pelanggan
berpendapat pada dasarnya terdapat tiga dalam hal ini adalah persepsi masyarakat
orientasi kualitas yang seharusnya akan kenyataan dari realitas yang ada
konsisten antara yang satu dengan yang yang dibandingkan dengan harapan-
lain, yaitu persepsi pelanggan, produk, harapan yang ada. Atau adanya
dan proses. Untuk produk jasa pelayanan, perbedaaan antara harapan konsumen
ketiga orientasi tersebut dapat terhadap suatu pelayanan yang diberikan
menyumbang-kan keberhasilan organisasi oleh penyedia layanan. Fitzimmons
ditinjau dari kepuasan pelanggan. (2001:16), agar persepsi masyarakat
terhadap layanan yang diberikan
Norman (dalam Trilestari 2004:1-2) pemerintah semakin tetap terjaga
menuliskan, apabila kita ingin sukses kebermutuannya, perlu dilakukan
memberikan kualitas pelayanan, kita pengukuran kepuasan pelanggan dengan
harus memahami terlebih dahulu cara:
karakteristik tentang pelayanan sebagai - Mengetahui sejauh mana pelanggan
berikut: yang lari atau pindah kepada
- Pelayanan sifatnya tidak dapat penyedia layanan lainnya, bagi suatu
diraba, pelayanan sangat berlawanan perusahaan hal tersebut sebenarnya
sifatnya dengan barang jadi. merupakan kerugian bagi perusahaan.
- Pelayanan itu kenyataannya terdiri Dalam konteks pelayanan publik
dari tindakan nyata dan merupakan dimana pelayanan dilakukan secara
pengaruh yang sifatnya adalah tindak monopolistik dimana konsumen tidak
sosial. bisa memilih, maka kerugiannya
- Produksi dan konsumsi dari pelayanan bukan berpindahnya pelanggan tetapi
tidak dapat dipisahkan secara nyata, ketidakpedulian masyarakat akan
karena pada umumnya kejadian layanan/pembangunan yang
bersamaan dan terjadi di tempat dilakukan.
yang sama. - Mengetahui kesenjangan pelayanan
yaitu kesenjangan antara harapan
Karakteristik tersebut dapat dan pengalaman yaitu dengan cara
menjadikan dasar bagaimana dapat melihat kesenjangan antara
memberikan kualitas pelayanan yang pelayanan yang diberikan atau
baik. Pengertian kualitas lebih luas diharapkan pelanggan (expected
dikatakan oleh David dow dan Uttal service) dengan pelayanan yang
(1989:19) “Merupakan usaha apa saja dirasakan oleh penerima layanan
yang digunakanuntuk mempertinggi (percieved service).
kepuasan pelanggan (whatever enhances
customersatisfaction)”.Kotler (1997:49) C.PEMBAHASAN
berpendapat “Kualitas adalah
keseluruhan ciri serta sifat dari suatu 1. Kepatuhan terhadap Peraturan
produk atau pelayanan yang berpengaruh Perundangan
pada kemampuannya untuk memuaskan
kebutuhan yang dinyatakan atautersirat”. Soekanto (1982:152) berpendapat
Menurut, Sinambela, dkk (2006: 6) bahwa kesadaran hukum merupakan nilai-
“kualitas adalah segala sesuatu yang nilai yang terdapat di dalam diri manusia
ADMINISTRATIO ISSN: 2087-0825
20
Jurnal Ilmiah Administrasi Publik dan Pembangunan, Vol. 7 No. 1, Januari-Juni 2016

tentang hukum yang ada atau tentang ciri atau kriteria akan adanya
hukum yang diharapkan ada. Dengan kepatuhan atau ketaatan hukum yang
demikian, pada dasarnya setiap manusia cukup tinggi.
mempunyai rasa keadilan, dan asas Penelitian mengenaikepatuhan dalam
kesadaran hukum ada di dalam diri setiap pelaksanaan Undang-Undang Nomor 25
manusia. Tahun 2009 tentang Pelayanan Publik
Ada pendapat yang menyatakan telah dilaksanakan oleh Ombudsman RI
bahwa kesadaran hukum yang tinggi pada sejak tahun 2013 dengan objek
menyebabkan warga masyarakat penelitian Kementerian Negara, Instansi
mematuhi ketentuan-ketentuan yang Pemerintah, dan Pemerintah daerah baik
berlaku. Sebaliknya apabila kesadaran Provinsi , Kabupaten dan Kota khususnya
hukum sangat rendah maka derajat unit pelayanan perizinan langsung kepada
kepatuhan terhadap hukum juga rendah kelompok
(Soekanto, 1982:216). Indikator-indikator masyarakat/perorangan/instansi.
kesadaran hukum menurut B. Kutschincky Penelitian atau survey tersebut
adalah : mengkategorisasipenilaian berdasarkan
2. Pengetahuan tentang peraturan- perolehan nilai dari setiap Pemerintah
peraturan hukum (law awareness); Daerah. Pertama, zona merah (skor 0-50):
3. Pengetahuan tentang isi peraturan- menggambarkan kepatuhan yang rendah
peraturan hukum (law dari penyelenggara pelayanan publik
acquaintance); terhadap pelaksanaan Undang-Undang
4. Sikap terhadap peraturan-peraturan Nomor 25 Tahun 2009 tentang Pelayanan
hukum (legal attitude); Publik; kedua, zona kuning (skor 51-80):
5. Pola-pola perilaku hukum (law menggambarkan kepatuhan yang sedang;
behavior). dan ketiga, zona hijau (skor 81-100):
menggambarkan kepatuhan yang tinggi.
Indikator tersebut di atas
menunjukkan pada tingkat kesadaran Berdasarkan Pasal 15 dan Bab V
hukum tertentu mulai dari yang terendah Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2009
sampai dengan yang tertinggi. Apabila tentang Pelayanan Publik ini
indikator–indikator kesadaran hukum, Penyelenggara Pelayanan Publik wajib
yaitu pengetahuan tentang hukum, memenuhi 10 unsur mengenai
pengeta-huan tentang isi hukum, sikap penyelenggaraan pelayanan publik itu
terhadap hukum serta pola perilaku sendiri, yang terdiri atas:
hukum dihubungkan dengan kepatuhan 1. Standar Pelayanan
hukum, maka akan diperoleh pengertian Komponen standar pelayanan yang
sebagai berikut: dimaksud sekurang-kurangnya
1. Pengetahuan tentang peraturan meliputi : dasar hukum, persyaratan,
hukum tidak mempengaruhi sistem mekanisme dan prosedur,
kepatuhan terhadap peraturan; jangka waktu penyelesaian,
2. Pengetahuan tentang isi peraturan biaya/tarif, produk pelayanan,
hukum sangat mempengaruhi sikap sarana, prasarana, atau fasilitas,
terhadap suatu peraturan, akan kompetensi pelaksana, pengawasan
tetapi sukar untuk menetapkan internal, penanganan pengaduan,
secara pasti derajat kepatuhan saran dan masukan, jumlah
macam apakah yang dicapai dengan pelaksana, jaminan pelayanan yang
pengetahuan tersebut; dilaksanakan sesuai dengan standar
3. Sikap terhadap peraturan cenderung pelayanan, jaminan keamanan dan
mempengaruhi taraf kepatuhan keselamatan pelayanan dalam bentuk
hukum; komitmen untuk memberikan rasa
4. Pola perilaku hukum sangat aman bebas dari bahaya dan resiko
mempengaruhi kepatuhan hukum, keragu-raguan, dan evaluasi kinerja
yang mana perilaku yang sesuai pelaksana.
dengan hukum merupakan salah satu

ADMINISTRATIO ISSN: 2087-0825


21
Firdalia dan Bambang Utoyo Sutiyoso, Penangangan Sengketa Tanah...

2. Maklumat Pelayanan pelaksanaan UU 25 Tahun 2009 tentang


3. Sistem Informasi Pelayanan Publik Pelayanan Publik. 15% atau 4 SKPD di
Rangkaian kegiatan yang meliputi Kota Bandar Lampung masuk kedalam
penyimpanan dan pengelolaan zona kuning atau zona tengah, yang
informasi serta mekanisme berarti sedang tingkat kepatuhannya ,
penyampaian informasi dari dan 8% atau 2 SKPD di Kota Bandar
penyelenggara pelayanan publik Lampung masuk dalam zona hijau yang
kepada masyarakat dan sebaliknya berarti tinggi tingkat kepatuhannya
dalam bentuk lisan, tulisan latin, (Ombudsman RI, 2013).
tulisan dalam huruf braile, bahasa Data hasil survey di Provinsi
gambar, dan/atau bahasa lokal, serta Lampung sebanyak 80% atau 16 SKPD di
disajikan secara manual ataupun Provinsi Lampung masuk dalam zona
elektronik. merah yang berarti rendah tingkat
4. Pengelolaan Sarana, Prasarana, kepatuhannya dalam pelaksanaan UU 25
dan/atau Fasilitas Pelayanan Publik. Tahun 2009 tentang Pelayanan Publik,
5. Pelayanan Khusus 15% atau 3 SKPD di Provinsi Lampung
Pelayanan dengan perlakuan khusus masuk kedalam zona kuning atau zona
kepada anggota masyarakat tertentu tengah, yang berarti sedang tingkat
antara lain penyandang cacat, lanjut kepatuhannya dalam pelaksanaan UU 25
usia, wanita hamil, anak-anak, Tahun 2009 tentang Pelayanan Publik,
korban bencana alam, tanpa dan 5% atau 1 SKPD di Provinsi Lampung
tambahan biaya. masuk dalam zona hijau yang berarti
6. Biaya/Tarif Pelayanan Publik tinggi tingkat kepatuhannya dalam
7. Perilaku Pelaksana dalam Pelayanan pelaksanaan UU 25 Tahun 2009 tentang
8. Pengawasan Penyelenggaraan Pelayanan Publik (Ombudsman RI, 2013).
Pelayanan
9. Pengelolaan Pengaduan Pada tahun berikutnya
10. Penilaian Kinerja Ombudsman RI perwakilan Lampung juga
mengadakan survey pada Kabupaten dan
Peraturan Pemerintah Nomor 96 Kota yang lain di wilayah Provinsi
Tahun 2012 tentang Pelaksanaan Undang- Lampung. Ombudsman RI Perwakilan
Undang Nomor 25 Tahun 2009 tentang Provinsi Lampung telah mengadakan
Pelayanan Publik juga menjadi dasar survey kepatuhan di lima pemerintah
dalam penilaian. Di dalam Peraturan daerah kurun waktu April-Agustus 2016,
Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara survey dilakukan dengan objek penilaian
Nomor 38 Tahun 2012 tentang Pedoman produk pelayanan administratif dimasing-
Penilaian Kinerja Pelayanan Publik, masing penyelenggara. Hasilnya lebih
selain kewajiban penyelenggara tersebut baik, empat pemda di Lampung meraih
di atas, perlu juga kiranya meletakan zona hijau, yakn Pemerintah Provinsi
Visi, Misi dan Motto yang dapat Lampung, Kota Bandar Lampung, Kota
memotivasi dalam memberikan pelayanan Metro dan Kabupaten Tanggamus,
terbaik kepada masyarakat, serta sedangkan Kabupaten Lampung Selatan
menerapkan Sistem Manajemen Mutu ISO masih berada di zona kuning. (Tribun
9001:2008 guna memberikan kepastian Lampung, Kamis, 8 Desember 2016, hal.
mutu layanan yang berkualitas kepada 9-10).
masyarakat.
2.Tantangan Pelayanan Publik
Penilaian awal dilakukan pada sampel
dua pemerintah daerah, yakni Provinsi Pembangunan di Indonesia,
Lampung dan Kota Bandar Lampung. Data setidaknya memiliki tiga masalah;
hasil survey menunjukkan bahwa 77% pertama mengenai birokrasi yang masih
atau 20 SKPD di Kota Bandar Lampung gemuk, lamban, dan belum mampu
masuk dalam zona merah yang berarti memberikan pelayanan prima pada
rendah tingkat kepatuhannya dalam masyarakat Daninvestor. Kedua adalah
ADMINISTRATIO ISSN: 2087-0825
22
Jurnal Ilmiah Administrasi Publik dan Pembangunan, Vol. 7 No. 1, Januari-Juni 2016

tentang korupsi, dimana masih banyak kepuasan pelayanan publik, serta


penyelenggara negara yang menyalah penyampaian keluhan, pengaduan dan
gunakan pengelolaan keuangan negara. apresiasi. Keterlibatan dan partisipasi
Ketiga; terkait masalah infrastruktur yang masyarakatini akan mendukung
belum memadai, serta kurangnya penyempurnaan standar pelayanan yang
anggaran negara untuk pembangunan telah ditetapkan. Sebagai contoh, hasil
danpemeliharaannya.Berangkat dari tiga dari survei kepuasan pelayanan publik
kondisi itu maka program percepatan akan dapat lebih mengetahui dari sisi apa
reformasi birokrasi sangatlah diperlukan pelayanan yang diberikan dinilai kurang
guna menciptakan birokrasi bersih dari memuaskan.
korupsi kolusi dan nepotisme, melayani,
serta berkompeten terhadap tugas dan Untuk memacu peningkatan
tanggung jawab yang diemban. pelayanan publik, KemenPAN RB
menerapkan kebijakan bahwa sejak tahun
Permasalahan pelayanan publik 2014 adalah tahun inovasi pelayanan
yang sering terjadi diantaranya adalah publik. Seluruh instansi pemerintah, baik
praktek mal administrasi, yang terjadi di pusat maupun daerah diharapkan dapat
karena adanya kontak langsung antara membuat suatu ide kreatif atau jawaban
penyedia layanan dan pengguna terhadap cara kerja/metode pelayanan
layanan.Bentuk mal administrasi yang publik. KemenPAN RB mengumpulkan dan
terkait dengan arogansi pejabat publik menilai inovasi-inovasi yang telah
misalnya adalah bertindak sewenang- dilakukan di sejumlah instansi di seluruh
wenang, penyalahgunaan wewenang, Indonesia. Semoga kualitas dan inovasi
bertindak tidak patut atau tidak layak. pelayanan publik BPS dapat selalu
Bentuk-bentuk mal administrasi dalam meningkat, sehingga bisa terus bersaing
pelayanan publik diantaranya adalah secara sehat dengan instansi
permintaan imbalan uang (dapat disebut lain.(https://www.bps.go.id/KegiatanLai
juga korupsi), penguasaan tanpa hak yang n/view/id/93)
biasanya dilakukan oleh pejabat publik,
penggelapan barang bukti ketika pejabat Kementerian Pendayagunaan
publik tersangkut masalah pidana. Mal Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi
administrasi dapat diatasi dalam konsep (PANRB) telah mengumumkan Top 35
electronic government (e-gov) dengan Inovasi Pelayanan Publik.Penetapan Top
meniadakan kontak antara penyedia dan 35 melalui Keputusan Menteri PANRB No.
pengguna layanan (Holle, 2011). 99/ 2016 tentang Penetapan Top 35
Inovasi Pelayanan Publik Tahun 2016.Yang
Pelayanan publik merupakan suatu telah seleksi dari Top 99 Inovasi
tolok ukur kinerja pemerintah yang paling Pelayanan Publik, dari 2.476 inovasi
kasat mata.Masyarakat dapat menilai peserta kompetisi inovasi pelayanan
langsung kinerja pemerintah berdasarkan publik 2016. Top 35 ini terdiri dari 3
pelayanan yang diterimanya.Untuk itu kementerian, 2 lembaga, 8 provinsi, 14
kualitas pelayanan publik di semua kabupaten, 5 kota, 3 BUMN/BUMD yang
kementerian/lembaga adalah suatuhal masuk dalam top 35
yang mendasar yang harus segera ini.(http://www.menpan.go.id/berita-
ditingkatkan. Dalam Undang-Undang terkini/4888-inilah-top-35-inovasi-
Nomor 25 tahun 2009 disebutkan bahwa pelayanan-publik-2016)
pelayanan prima adalah pelayanan yang
cepat, mudah, pasti, murah, dan Pelajaran penting dapat dicontoh
akuntabel. dari inovasi pelayanan publik di
Kabupaten Bantaeng (Tamimi, 2015),
Untuk meningkatkan pelayanan, beberapa hal yang patut ditiru dalam
masyarakat diupayakan terlibat dalam inovasi khususnya dalam hal Tim
penyusunan kebijakan, penyusunan Emergency Service adalah adanya standar
standar pelayanan, pelaksanaan survei kerja yang tegas dan jelas, tersedianya

ADMINISTRATIO ISSN: 2087-0825


23
Firdalia dan Bambang Utoyo Sutiyoso, Penangangan Sengketa Tanah...

kemudahan dan kejelasan tentang setiap Provinsi) untuk melakukan


informasi, respon time yang jelas atau penguatan kinerja dan juga pengawasan
tanggapan terhadap persoalan dan terhadap proses pelayanan publik (Kabir,
penyelesaiannya yang cepat, dukungan 2016). Pelayanan publik yang dilakukan
teknologi yang benar-benar membantu pada dinas, instansi, lembaga terkait
pekerjaan, revolusi mental atau mindset didaerah-daerah, khususnya pada provinsi
berfikir dari pemerintah atau birokrasi, dan kabupaten kota yang ada di provinsi
serta tidak cepat puas atau perbaikan tersebut perlu diawasi serta dievaluasi
dengan terus menerus. oleh pemda bekerjasama dengan
Ombudsman RI.
D.PENUTUP
Tamimi (2015) menuliskan ide
Beberapa kendala dalam proses bahwa untuk menghasilkan pelayanan
pelayanan publik (Hasjimzum,2014) yang publik yang berkualitas diperlukan
menjadi tantangan bersama adalah mixmanagement antara managemen
sebagai berikut : Pertama; Tindakan pemerintahan dan managemen
pemerintah daerah sampai saat ini perusahaan. Pelayanan publik yang
bersifat tertutup dalam hal pelayanan dilakukan secara online (terintegrasi oleh
publik, posisi pemerintah yang seharusnya sistem) juga dapat memperlancar kualitas
bersikap melayani, justru masih meminta pelayanan (Marom, 2015).
dilayani, dengan maraknya aksi pungutan
liar dan sebagainya. Dilain pihak Tantangan dalam pelayanan publik
pelayanan pemerintah masih berbelit- di Indonesia, khususnya dalam hal
belit, lambat, tidak melayani, biaya peningkatan kualitas layanan dengan
tinggi yang dipengaruhi oleh sistem mengacu pada beberapa kasus penelitian
sentralistik yang kuat.Komunikasi yang di beberapa daerah seperti Provinsi
tidak terbentuk menimbulkan rendahnya Lampung, DKI Jakarta, Kota Metro,
kualitas dari pelayanan publik. Kedua; Kabupaten Bantaeng, Kabupaten Kudus,
Standar pelayanan publik yang dan beberapa daerah lain telah
ditetapkan, tidak sensitif dan menunjukkan bahwa kualitas pelayanan
mengakomodasi kebutuhan dan publik dapat dipacu menjadi lebih baik.
kepentingan masyarakat sehingga ketika Caranya dengan menerapkan mix
diterapkan tidak dapat diaplikasikan management, electronic government,
dengan baik. Ketiga; petugas yang menghilangkan mal administrasi, sinergi
menyediakan pelayanan publik atau pemda dengan Ombudsman, hingga
birokrasi yang ditugaskan belum dapat revolusi mental baik penyedia jasa
bersikap netral (professional) karena (pemerintah, birokrasi) maupun pengguna
masih dipengaruhi oleh kepentingan jasa (masyarakat, khalayak).
politik dan ekonomi tertentu dan juga
kepentingan daerah.Keempat; kontrol DAFTAR PUSTAKA
masyarakat dan pengaduan masyarakat
tidak dapat berjalan optimal, karena Daviddow, William H. & Bro Uttal. 1989.
ketidaktahuan masyarakat bahwa mereka Total Customer Service. New York:
dapat melakukan kontrol terhadap Harper & Row Publisher.
jalannya pelayanan publik melalui
pengawasan dan pengaduan atau Denhardt, Janet V. and Denhardt, Robert
menyapaikan keluhan ketika B.2003, The New Public Service:
penyelenggara melakukan kesalahan atau Serving, not Steering, New York,
berbuat diluar prosedur pelayanan publik M.E. Sharpe, Inc.
yang ditetapkan.
Fitzsimmons, James A and Mona J.
Di lain pihak, diperlukan sinergi Fitzsimmons. 2001. Service
antar pemerintah daerah dengan Management: Operations, Strategy,
Ombudsman RI (khususnya perwakilan di and Information Technology. Third
ADMINISTRATIO ISSN: 2087-0825
24
Jurnal Ilmiah Administrasi Publik dan Pembangunan, Vol. 7 No. 1, Januari-Juni 2016

Edition. Singapore: McGraw-Hill Tjiptono, Fandy.1997, Prinsip-prinsip


Book Co. Total Quality (TQS)Penerbit ANDI,
Yogyakarta
Gasperz, Vincent, 1997. Manajemen
Kualitas Dalam Industri Jasa, PT. -------------------- 2002.Manajemen Jasa,
Gramedia Pustaka, Jakarta Cetakan ketiga, Penerbit Andi,
Yogyakarta.
Hoffman, K. Douglas and John E.G.
Bateson,1997. Essential of Service Ratminto , Atik Septi Winarsih, 2006.
Marketing, The Dryden Press, Manajemen Pelayanan:
Harcourt Brace College Publisher. Pengembangan Modal Konseptual,
Penerapan Citizen's Charter dan
Kotler, Philip. 2004. Manajeman Standar Pelayanan Minimal. Pustaka
Pemasaran. Jakarta: PT Indeks Pelajar. Yogyakarta.

Kurniawan, Agung. Transformasi Sampara ,Lukman,2000. Managemen


Pelayanan Publik, Yogyakarta, Kualitas Pelayanan, Jakarta, STIA
Liberty, 2005. LAN Press.

Morgan and Murgatroyd. 1994. Total Surjadi, 2009.Pengembangan Kinerja


Quality Management in the Public Pelayanan Publik, PT Refika
Sector : An international Aditama,Bandung.
perspective. Philadelphia: Open
University Press. Soekanto, Soerjono, 1982. Kesadaran
Hukum Dan Kepatuhan Hukum,
Osborne, David dan Gaebler, Ted. 1995. Jakarta : CV Rajawali.
Mewirausahakan Birokrasi. PPM.
Jakarta Jurnal-Jurnal

Trilestari, Endang Wirjatmi. 2004. Model Hasjimzum, Yusnani. 2014. “Model


Kinerja Pelayanan Publik dengan Demokrasi Dalam Peningkatan
Pendekatan Systems Thinkinks and Kualitas Pelayanan Publik”. Jurnal
System Dinamics. Disertasi. Depok: Dinamika Hukum, Volume 14 No 3
FISIP UI September 2014, hal 445-457.

Santoso, Singgih dan Tjiptono, Fandy Holle, Erick S. 2011. “Pelayanan Publik
2001, Riset Pemasaran: Konsep dan Melalui Electronic Government:
Aplikasi dengan SPSS, PT. Elex Upaya Meminimalisir Praktek Mal
Media Komputindo, Jakarta. Administrasi dalam Meningkatkan
Public Service”. Jurnal Sasi, Volume
Simamora, Bilson. 2003. Memenangkan 17, No. 3 Bulan Juli-September
Pasar dengan Pemasaran Efektif dan 2011, hal.21-30.
Profitabel. Jakarta: PT Gramedia
Pustaka Utama Kabir. 2016. “Pelayanan Publik dalam
Kerangka Otonomi
Sinambela, Lijan P. Rochadi, Sigit. Daerah”.Prosiding Seminar Nasional
Ghazali, Rusman. Muksin, Akhmad. Unisbank , Semarang 28 Juli 2016,
Setiabudi, Didit. Bima, Djohan. dan hal 709-716
Syaifudin. 2006. Reformasi
Pelayanan Publik: Teori, Kebijakan, Marom, Aufarul. 2015. “ Inovasi Birokrasi
dan Implementasi. Bumi Aksara: Pelayanan Publik Bidang Sosial
Jakarta Tenaga Kerja dan Transmigrasi di
Kabupaten Kudus”. Gema Publica,
Jurnal Manajemen dan Kebijakan

ADMINISTRATIO ISSN: 2087-0825


25
Firdalia dan Bambang Utoyo Sutiyoso, Penangangan Sengketa Tanah...

Publik Vol.1, No.1, Oktober 2015, (https://www.bps.go.id/KegiatanLain/vie


hal. 45-63. w/id/93) diakses 7 Desember 2016,
pukul 21.40 WIB
Prawira, Maulana Arif, Irwan Noor, Farida
Nurani.2014. “Inovasi Layanan, (http://www.menpan.go.id/berita-
Studi pada Dinas Kesehatan Provinsi terkini/4888-inilah-top-35-inovasi-
DKI Jakarta”, Jurnal Administrasi pelayanan-publik-2016), diakses 7
Publik (JAP) Volume 2, No. 4, Hal Desember 2016, pukul 21.40 WIB
715-721

Tamimi, Zindar. 2015. “Inovasi


Manajemen Pelayanan Publik Tim
Emergency Service Kabupaten
Bantaeng”. Jurnal Politika Volume
6, No. 1, April 2015

Sumber Lain

Shafrudin, Hadi. 2014. Analisis Indeks


Kepuasan Masyarakat (IKM) di RSUD
Jendral Ahmad Yani Kota Metro.
Skripsi. Bandar Lampung, FISIP
UNILA

Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2009


tentang Pelayanan Publik

Peraturan Pemerintah Nomor 96 Tahun


2012 tentang Pelaksanaan Undang-
Undang Nomor 25 Tahun 2009
tentang Pelayanan Publik

Peraturan Menteri Pendagunaan Aparatur


Negara dan Reformasi Birokrasi
Nomor 38 Tahun 2012 tentang
Pedoman Penilaian Kinerja Unit
Pelayanan Publik

Kepatuhan Pemerintah Daerah Provinsi


Lampung dalam Pelaksanan UU No
25 tahun 2009 tentang Pelayanan
Publik, OMBUDSMAN RI Kantor
Perwakilan Provinsi Lampung, 2013

Kepatuhan Pemerintah Daerah Kota


Bandar Lampung dalam Pelaksanan
UU No 25 tahun 2009 tentang
Pelayanan Publik, OMBUDSMAN RI
Kantor Perwakilan Provinsi
Lampung, 2013

Tribun Lampung, Kamis, 8 Desember


2016, hal. 9-10.

ADMINISTRATIO ISSN: 2087-0825


26
Jurnal Ilmiah Administrasi Publik dan Pembangunan, Vol. 7 No. 1, Januari-Juni 2016

Anda mungkin juga menyukai