Anda di halaman 1dari 20

BAB IX

BENCH BLASTING

9.1. Latar Belakang


Peledakan jenjang atau yang biasa disebut dengan bench blasting adalah
peledakan memakai lubang bor vertikal atau hampir vertikal. Lubang bor diatur
dalam satu deretan atau beberapa deretan sejajar atau kearah bidang bebas (free
face).
Kondisi batuan dari suatu tempat ketempat yang lain akan berbeda walaupun
mungkin jenisnya sama. Hal ini disebabkan oleh proses genesa batuan yang akan
mempengaruhi karakteristik massa batuan secara fisik maupun mekanik. Perlu
diamati pula kenampakan struktur geologi, misalnya retakan atau rekahan, sisipan
(fissure) dari lempung, bidang diskontinuitas dan sebagainya.
Kondisi geologi semacam itu akan mempengaruhi kemampuledakan (blastability).
Tentunya pada batuan yang relatif kompak dan tanpa didominasi struktur geologi
seperti tersebut di atas, jumlah bahan peledak yang diperlukan akan lebih banyak
untuk jumlah produksi tertentu dibanding batuan yang sudah ada rekahannya.
Jumlah bahan peledak tersebut dinamakan specific charge atau powder faktor
(PF), yaitu jumlah bahan peledak yang dipakai per m 3 atau ton produksi batuan
(kg/m3 atau kg/ton). Dengan demikian makin keras suatu batuan pada daerah
tertentu memerlukan PF yang tinggi agar tegangan batuan terlampaui oleh
kekuatan (strength) bahan peledak.

9.2. Tujuan Praktikum


Tujuan dari praktikum bench blasting ini antara lain:
1. Memahami prinsip peledakan jenjang
2. Memahami macam pola pengeboran dan pola peledakan
3. Memahami rangkaian peledakan jenjang

Taqwim Ardhi Nurmansyah/112.180.058/BAB IX 1


9.3. Dasar Teori
Geometri peledakan yang ditentukan terlebih dahulu adalah burden (B). Jika B
sudah ditentukan maka besaran yang lain seperti spacing, stimming, subdrilling,
dan lain sebagainya dapat ditentukan.

9.3.1. Pedoman Perhitungan Geometri Peledakan menurut C.J. Konya


Untuk memperoleh hasil pembongkaran batuan sesuai dengan yang dinginkan,
maka perlu suatu perencanaan ledakan dengan memperhatikan besaran-besaran
geometri peledakan. Berikut akan dijelaskan perhitungan geometri peledakan
menurut C.J. Konya (1990) (lihat gambar 9.1).

Gambar 9.1
Geometri Peledakan menurut C.J. Konya (1990)

Geometri Peledakan menurut C.J. Konya (1990) adalah sebagai berikut:


1) Burden (B)
Burden yaitu jarak tegak lurus terpendek antara muatan bahan peledak dengan
bidang bebas yang terdekat atau kearah dimana batuan akan terlempar. Jarak
burden yang terlalu kecil akan menghasilkan bongkaran yang terlalu hancur dan
tergeser jauh dari dinding jenjang dan kemungkinan terjadinya batu terbang yang
sangat besar. Sedangkan bila jarak burden telalu besar akan menghasilkan
fragment produk yang kurang baik, karena gelombang tekan yang mencapai

Taqwim Ardhi Nurmansyah/112.180.058/BAB IX 2


bidang bebas menghasilkan gelombang tarik yang sangat lemah di bawah kuat
tarik batuan, sehingga batuan dalam area burden tidak hancur. Besarnya burden
tergantung pada karakteristik batuan, karakteristik bahan peledak dan diameter
lubang ledak.
Secara sistematis besarnya burden dan hubunganya dengan faktor-faktor tersebut
dinyatakan sebagai berikut:
SGe
B = 3,15 De ( ) 0,33
SGr
SGe
B = [(2 +1,5)] De
SGr
Stv
B = 0,67 De ( ) 0,33
SGr
Keterangan :
B = Burden (ft)
De = Diameter bahan peledak (inchi)
SGe = SG bahan peledak
Stv = Relative bulk strength (ANFO = 100)
Setelah diketahui nilai burden dasarnya, maka menurut Konya harus dikoreksi
terhadap beberapa faktor penentu, yaitu faktor jumlah garis lubang ledak (Kr),
Faktor bentuk lapisan batuan (Kd), dan faktor kondisi dari struktur geologinya
(Ks). Dengan adanya faktor koreksi tersebut maka hasil nilai burden dapat
dikoreksi dengan banyaknya baris yang akan diledakan serta kondisi geologi
setempat dalam pelaksanaan peledakan. Adapun besarnya faktor-faktor tersebut
dapat dilihat pada tabel 9.1, 9.2, dan 9.3.
Tabel 9.1
Faktor Koreksi Terhadap Jumlah Baris Dalam Satu Lubang Ledak
CORRECTION FOR NUMBER OF ROW Kr
One or two rows of holes 1,00
Third and subsequent rows or buffer blast 0,9

Tabel 9.2
Posisi Lapisan Batuan
CORRECTION FOR ROCK DEPOSITION Kd
Bedding steeply dipping into cut 1,18
Bedding steeply dipping into face 0,95

Taqwim Ardhi Nurmansyah/112.180.058/BAB IX 3


Other cases of deposition 1,00
Tabel 9.3
Faktor Koreksi Terhadap Struktur Geologi
CORRECTION FOR GEOLOGY STRUCTURE Ks
Heavy cracked, frequent with joint, weakly cemented 1,30
layers
Thin well cemented layers with tight joint 1,10
Massive intact rock 0,95

Secara matematis persamaan burden terkoreksi dapat ditulis :


Bc = Kr x Kd x Ks B
Keterangan:
B = Burden hasil perhitungan dengan rumus dasar(inch)
Bc = Burden terkoreksi(inch)
Kr = Faktor terhadap baris lubang ledak (Tabel 9.1)
Kd = Faktor terhadap posisi lapisan batuan (Tabel 9.2)
Ks = Faktor terhadap struktur geologi (Tabel 9.3)

2) Spacing (S)
Spacing adalah jarak diantara lubang ledak dalam satu garis yang sejajar dengan
bidang bebas (Free face). Jika spacing terlalu besar akan menghasilkan
fragmentasi yang tidak baik dan dinding akhir yang ditinggalkan relative tidak
rata, sebaliknya bila spacing terlalu kecil dari jarak burden maka akan
mengakibatkan tekanan sekitar stemming yang lebih dan mengakibatkan gas hasil
ledakan dihamburkan ke atmosfer diikuti dengan suara bising (noise).
Menentukan jarak spacing menurut konya, didasarkan pada jenis detonator listrik
yang digunakan dan berapa besar nilai perbandingan antara tinggi jenjang dan
jarak burden.
Bila perbandingan antara L/B lebih kecil dari 4 maka digolongkan jenjang rendah
dan bila lebih besar dari 4 digolongkan jenjang tinggi. Misalkan tinggi jenjang 6
meter dan burden menurut perhitungan pernilai antara 2,3-2,7 meter, maka
perbandingan L/B masih dibawah 4. Jenis detonator yang digunakan adalah delay
detonator maka persamaan yang digunakan adalah:

Taqwim Ardhi Nurmansyah/112.180.058/BAB IX 4


(L+7 B)
S= 8

Keterangan:
S = Spacing (m)
L = Tinggi jenjang (m)
B = Burden (m)
Tabel 9.4
Persamaan untuk menentukan Jarak Spacing

Tipe Detonator L/B < 4 L/B > 4


(L+2 B)
Instantaneous S= S = 2.B
3
(L+2 B)
Delay S= S = 1,4.B
8

3) Stemming
Stemming adalah kolom material penutup lubang ledak diatas kolom isian bahan
peledak. Stemming yang terlalu pendek dapat mengakibatkan batu terbang (fly
rock) dan suara ledakan yang keras sedangkan stemming yang terlalu panjang
akan mengakibatkan retakan ke belakang jenjang dan bongkah di sekitar dinding
jenjang. Sedangkan teoritik panjang stemming sama dengan panjang burden, agar
tekanan ke arah bidang bebas atas dan samping seimbang. Persamaan yang
digunakan untuk menghitung jarak stemming adalah :

Stv 0,33
T = 0,45 x De x [ ]
SGr

Keterangan:
De = Diameter Lubang Ledak, (inchi)
Stv = Relative Bulk Strength, (ANFO = 100)
SGr = Berat Jenis Batuan

4) Subdrilling
Subdrilling merupakan panjang lubang ledak yang berada dibawah garis lantai
jenjang, yang berfungsi untuk membuat lantai jenjang relatif rata setelah

Taqwim Ardhi Nurmansyah/112.180.058/BAB IX 5


peledakan. Adapun persamaan untuk mencari jarak subdrilling menurut Konya
adalah sebagai berikut:

J = 0,3.B
Keterangan:
J = Subdrilling (m)
B = Burden (m)

5) Waktu Tunda
Pemakaian detonator tunda dimaksudkan untuk mendapatkan perbedaan waktu
peledakan antara dua lubang ledak sehingga diperoleh peledakan secara beruntun.
Pengaturan waktu ini dapat diterapkan pada peledakan beruntun dalam tiap-tiap
baris. Detonator tunda digunakan untuk peledakan beruntun antar baris lubang
ledak, maka persamaan yang digunakan untuk menentukan waktu tundanya
adalah sebagai berikut:
Tr = Tr x B

Keterangan:
tr = waktu tunda antara baris lubang ledak (ms)
Tr = Konstanta waktu tunda
B = Burden (ft)
Tabel 9.5
Konstanta waktu tunda antar baris
Akibat yang dihasilkan Konstanta Tr
Keras, airblast berlebihan, back break, dll 2
Runtuhan tinggi dekat jenjang, airblast moderat 2-3
Tinggi runtuhan cukup, airblast dan back break cukup 3-4
Runtuhan berpencar dengan back break minimum 4-6
Casting peledakan 7-14

6) Pemakaian bahan peledak


Untuk menentukan jumlah bahan peledak yang digunakan dalam setiap lubang
ledak maka terlebih dahulu ditentukan loading density. Untuk menentukan
loading density digunakan rumus:

de = 0,34 x SGe x De2


Keterangan:

Taqwim Ardhi Nurmansyah/112.180.058/BAB IX 6


De = loading density, lb handak/ft kolom isian
SGe = berat jenis bahan peledak
De = diameter bahan peledak, (inchi)

Untuk menentukan banyaknya bahan peledak pada setiap lubang digunakan


rumus:
E = Pc x de x N

Keterangan:
E = jumlah bahan peledak
Pc = tinggi kolom isian
de = loading density (kg/m)
N = jumlah lubang ledak

9.3.2. Pedoman Perhitungan Geometri Peledakan menurut RL. ASH


RL Ash (1967) membuat suatu pedoman perhitungan geometri peledakan jenjang
berdasarkan pengalaman empirik yang diperoleh di berbagai tempat dengan jenis
pekerjaan dan batuan yang berbeda-beda. Sehingga R.L Ash berhasil mengajukan
rumusan-rumusan empirik yang dapat digunakan sebagai pedoman dalam
rancangan awal suatu peledakan batuan.
Dalam pelaksanaannya nanti hasil perhitungan dengan cara RL. Ash harus dicoba
di lapangan untuk memperoleh gambaran dan perubahan kearah geometri yang
lebih mendekati kondisi sesungguhnya. Percobaan di lapangandilakukan dengan
cara trial dan error sampai diperoleh geometri peledakan optimal.

1) Penentuan Burden (B)


Dimensi yang pertama kali ditentukan ialah burden (B), yang diturunkan
bedasarkan diameter lubang tembak atau diameter mata boratau diameter dodol
bahan peledak (handak).
Untuk menentukan burden, R.L Ash (1967) mendasarkan pada acuan yang dibuat
secara empirik, yaitu adanya batuan standar dan bahan peledak standart. Batuan

Taqwim Ardhi Nurmansyah/112.180.058/BAB IX 7


standart memiliki bobot isi 160 lb/cuft, dan bahan peledak standart memiliki berat
jenis 1,2 dan kecepatan detonasi 12000 fps.
Apabila batuan yang akan diletakkan sama dengan batuan standart dan bahan
peledak yang dipakai ialah bahan peledak standart, maka digunakan burden ratio
(Kb) standar yaitu 30.
Tetapi apabila batuan yang akan diledakkan tidak sama dengan batuan standart
dan bahan peledak yang dipakai bukan pula bahan peledak standar maka harga Kb
standar itu harus dikoreksi menggunakan faktor penyesuai (adjustment factor).
Jika:
De = Diameter lubang ledak = Diameter dodol handak
B = Burden

KbxDe
B= ft atau B=
12

Bobot isi batuan standar =160 lb/cuft


Bahan peledak: SGstd=1,20; Vestd = VOD std= 12000fps
Kb standar = 30
Faktor penyesuai (adjustment factor):
 Batuan yang akan diledakkan (Af1)
 Bahan peledak yang dipakai (Af2)

1/ 3
Dstd
(
Af1=
D )
Kb terkoreksi= 30 x Af1 x Af2

Maka:
Kb terkoreksi = 30 x Af1x Af2
Af1 = Adjustment faktor untuk batuan yang diledakkan
Af2 = Adjustment factor untuk handak yang dipakai

Taqwim Ardhi Nurmansyah/112.180.058/BAB IX 8


1 /3
SGVe 2
Af2= ( SGstdx Vestd2 )
Dengan:
D = Bobot isi batuan yangdiledakkan
SG = BJ handak yang dipakai
Ve = VOD handak yang dipakai
KbTerkoreksi x De
Jadi: BB= = Kb Terkoreksi x De
meter
meter
39,3
39,3

2) Spacing (S)

Ks = S/B
Ks = Spacing Ratio (1,00-2,00)
S = Ks.B (meter)
Ukuran spacing dipengaruhi oleh:
 Cara peledakan yang digunakan: serentak atau beruntun
 Fragmentasi yang diinginkan
 Delay interval
Spacing yang lebih kecil dari ketentuan akan menyebabkanukuran batuan hasil
peledakan terlalu hancur. Tetapi jika spacing lebih besar dari ketentuan, akan
menyebabkan banyak terjadi bongkah (boulder) dan tonjolan (stump) di antara
dua lubang ledak setelah peledakan.
Berdasarkan cara urutan peledakannya, pedoman penentuan spacing adalah
sebagai berikut:
 Peledakan serentak S=2B
 Peledakan dengan delay interval lama (second delay) S=B
 Peledakan dengan milisecond delay S antara 1B hingga 2B
 Jika terdapat kekar yang tidak saling tegak lurus. Antara 1,2B hingga 1,8B
 Peledakan dengan pola equilateral dan beruntun tiap lubang ledak dalam baris
yang sama S= 1,15 B

Taqwim Ardhi Nurmansyah/112.180.058/BAB IX 9


Gambar 9.2
Pengaruh spacing pada penyebaran energi ledakan

3) Stemming (T)
Kt = T/B

Kt = Stemming Ratio (0,75-1,00)


T = Kt.B
Fungsi stemming:
 Meningkatkan confining pressure dari akumulasi gas hasil ledakan
 Menyeimbangakan tekanan di daerah stemming

4) Kedalaman Lubang Ledak (H)

Kh = H/B

Kh = Hole dept ratio (1,5-4,0)


H = Kh.B (meter)
Kedalaman lubang ledak biasanya disesuaikan dengan tingkat produksi (kapasitas
alat muat) dan pertimbangan geoteknik.

5) Subdrilling (J)
Kj = J/B

Kj = Subdrilling Ratio (0,2-0,3)


J = Kj.b (meter)
Panjang subdrilling dipengaruhi oleh struktur geologi, tinggi jenjang dan
kemiringan lubang ledak.

Taqwim Ardhi Nurmansyah/112.180.058/BAB IX 10


6) Charge Lenght (PC)
PC = H-T

PC = Panjang kolom isian (meter)


H = Kedalaman lubang tembak (meter)
T = Stemming (meter)

7) Stick Count (SC)


Jumlah dodol ukuran standar 3,175 cm x 20,32 cm yang terdapat dalam satu dos
seberat 22,68 kg.

8) Loading Density (de)


Loading density ialah jumlah isian handak per meter panjang kolom isian

de = 71,63 De2/SC
de = 0,508 De2(SG)

de = Loading density (kg/m)


De = Diameter lubang ledak (inchi)
SG = BJ bahan peledak
Jadi jumlah handak dalam satu lubang ledak (E) = PC.de.Kilogram

9) Powder Factor (P)


Powder Factor adalah jumlah bahan eledak yang diperlukan untuk membongkar
per m3 bahan galian.

Pf =W/E

Pf = Powder Factor (ton/kg)


W = Berat batuan yang dsiledakkan (ton)
E = Berat bahan yang digunakan (kg)
Target produksi merupakan jumlah batuan yang akan diledakkan yang dihitung
dari luas area dan kedalaman lubang ledaknya. Persamaan umum yang digunakan
untuk menentukan target produksi peledakan adalah:

Taqwim Ardhi Nurmansyah/112.180.058/BAB IX 11


W = A x L x dr
Dengan :
W = jumlah batuan yang diledakkan
A = luas daerah yang diledakkan
L = tinggi jenjang

dr = bobot isi batuan ton/m3

9.3.3. Powder Factor


Powder factor adalah perbandingan antara banyaknya bahan peledak yang digunakan
untuk meledakkan sejumlah batuan. Persamaan umum yang digunakan untuk menentukan
besarnya powder faktor adalah:

Pf = E/W
Dimana:
Pf = Powder faktor, kg handak/ton batuan
E = berat bahan peledak yang digunakan, kg
W = berat batuan yang diledakkan, ton
Penulis lain menggunakan Pf = W/E. Pada prinsipnya tidak ada perbedaan
pengertian. Istilah powder factor sering disamakan dengan blasting ratio.

9.4. Pelaksanaan Praktikum


Pada praktikum acara IV ini dilaksanakan pada:
Hari, Tanggal : Kamis , 3 Desember 2020
Sesi / Jam : II / 13.00 – 15.00WIB
Acara : IV (Bench Blasting)
Tempat : Online (Zoom)
Peralatan dan perlengkapan yang digunakan dalam praktikum antara lain:
1. Dummy detonator nonel dan primer
2. Dummy bidang / face jenjang
3. Circuit tester (galvanometer)

Taqwim Ardhi Nurmansyah/112.180.058/BAB IX 12


4. Pipa (lubang ledak)
5. Meteran
6. Lead wire

7. Leg wire
8. Besi dan kawat
Adapun Prosedur Praktikum sebagai berikut :
1. Buat perhitungan rancangan peledakan jenjang
2. Membuat bentuk peledakan jenjang sesuai desain yang sudah ditentukan
burden, spacing, stemming, subdrilling, dan kedalaman lubang ledaknya.
3. Merangkai inslatasi peledakan jenjang dengan pola peledakan sesuai desain.
4. Menguji arus pada instalasi yang telah dibuat.

Gambar 9.3 Gambar 9.4


Circuit Tester Lead Wire

Gambar 9.5
Pola Peledakan

Gambar 9.6

Taqwim Ardhi Nurmansyah/112.180.058/BAB IX 13


Geometri Peledakan
9.5. Pembahasan
Tabel 9.6
Tabel Data Perhitungan
Diketahui Nilai
Diameter lubang ledak (De) 2,80 inch
Produksi per hari 6000 ton
Bobot isi 1,56 ton/m3
Sgr 1,5
Sge 1
Stv 100
Vod 3500 m/s
Jumlah Primer 1 x @250 gram
Tinggi Jenjang (L) 10 m
Kr 0,90
Kd 0,95
Ks 1,10
Jumlah row 3 row
SGe Std 1,20
VOD Std 12000.00 fps
SGr Std 160.00 lb/cuft
Ks 1,40
Kt 0,70
Kj 0,3
Keterangan: Pola peledakan boxcut, delay detonator, dan parallel pattern.
Tentukan:
a. Tentukan perhitungan geometri peledakan, dengan pedoman RL. ASH
b. Tentukan perhitungan geometri peledakan dengan pedoman CJ. KONYA
 Tentukan jumlah isisan ANFO per meter kolom handak (loading density)
 Tentukan powder factornya
Penyelesaian:
A. Pedoman RL. ASH
1) Burden (B)

Af1 =
( Dstd
D ) 1/3

=
(160 lb/cuft
1,56 ton/m x 62 , 428 )
3 1/3

1/3
160lb/cuft
=
( 97,388lb/cuft )

Taqwim Ardhi Nurmansyah/112.180.058/BAB IX 14


= 1,179
SgxVe 2
Af2 = ( )1/3
Sg . StdxVe. std 2
(3500 x3 , 28084 )2 x 1
=
( 1 , 20 x 120002 ) 1/3

= 0,9138
KB std =30
Konstanta Burden (KB) = 30 x 1,179 x 0,9138
= 32,3211

True Burden(B) = ( KBXDe


39,3 )
32,3211 x 2 , 80
(
= 12
) ft x 0,3048 m
= 2,2987 m
2,2987
0
Apparent Burden = sin 80
= 2,3341 m
2) Spacing (S)
S = Ks x B
= 1,4 x 2,2987 m
= 3,21818 m
3) Steaming (T)
T = Kb x B
= 0,7 x 2,3341
= 1,63387 m
4) Subdrilling (J)
J = Kj x B
= 0,3 x 2,3341
= 0,70023 m
5) Kedalaman Lubang Ledak (H)
H=L+J
= 10 + 0,70023 = 10,70023 m
6) Power Charge

Taqwim Ardhi Nurmansyah/112.180.058/BAB IX 15


Pc = H-T
= 10,70023 m – 1,63387 m
= 9,06636 m
B. Pedoman CJ. KONYA
1. Burden (B)
B1 = 3,15 x De x (SGe/SGr)0,33
= 3,15 x2,8 inci x (1/1,5) 0,33
= 7,7154 ft x 0,3048
= 2,9395 m
B2 = ((2 x (SGe/SGr) + 1,5) x De
= ((2 x (1/1,5) + 1,5) x 2,8 inci
= 7,9334 ft x 0,3048
= 2,4181 m
B3 = 0,67 x De x (STV/SGr) 0,33
= 0,67 x 2,8 inci x (100/1,5) 0,33
= 7,50106 ft x 0,3048
= 2,2863 m
Brata-rata = (2,9395 + 2,4181 + 2,2863)/3
= 2,5479 m
Bterkoresi = Brata-rata x Kd x Kr x Ks
= 2,5479 x 0,95 x 0,9 x 1,1
= 2,3963 m
2. Stiffiness Ratio = L/B
= (10/2,3963)
= 4,1731 (L/B > 4), delay
3. Spasi (S) = 1,4B
= 1,4 x 2,3963
= 3,3548 m
4. Stemming (T) = 0,45 x De x (STV/SGr) 0,33
= 0,45 x 2,8 inci x (100/1,5) 0,33
= 5,03802 ft = 1,5355 m
5. Subdrilling (J) = 0,30 x B

Taqwim Ardhi Nurmansyah/112.180.058/BAB IX 16


= 0,3 x 2,3963
= 0,71889 m
6. Kedalaman (H) = L + J
= 10 + 0,71889
= 10,71889 m
7. Powder Charge (PC) = H – T
= 10,71889 – 1,5355
= 9,18339 m
8. Produksi Peledakan
a) Volume target produksi (V) = 6000 ton / 1,56 ton/m3
= 3846,154 m3
3846 ,154
b) Panjang tiap kali peledakan (P) = r×B×L
3846,154
= 3×2,3963×10
= 53,501 m
P−2 B
c) Jumlah lubang ledak(N) =
[( S ) ]
+1 +2

=
([ 53 , 501−2×2
3 ,3548
, 3963
)+1]+2
= 15,519 + 2 = 18 lubang
d) Total Jumlah Lubang Ledak (N) = 3 baris x 18 lubang
= 54 lubang ledak
e) Vjenjang = ΣB×ΣS x Tinggi Jenjang
= (3B) x (2B+16S) x 10 m
= (3x2,3963) x ((2x2,3963)+(16x3,3548)) x 10
= 4203,3067 m3
9. Loading density (de) = 0,508 x De2 x SGe
= 0,508 x (2,8)2 x 1
= 3,9827 kg/m
a) Total Kebutuhan ANFO = De x PC
= 3,9827 kg/m x 9,18339 m = 36,5747 kg

Taqwim Ardhi Nurmansyah/112.180.058/BAB IX 17


b) Total Kebutuhan Handak = Total lubang ledak x (E + primer)
= 54 x (36,5747 + 0,25)
= 1988,53 kg
10) Powder Factor
PF = Kebutuhan Bahan Ledak/Vjenjang
= 1988,53kg/4203,3067m3
= 0,47309 kg/m3

9.6. Kesimpulan
Bench blasting adalah peledakan yang dilakukan pada jenjang tambang terbuka.
Faktor yang dapat dikontrol dalam bench blasting yaitu geometri pemboran,
geometri peledakan, bahan peledak, sistem penyalaan dan urutannya.
Pedoman perhitungan dalam peledakan bench blasting terdapat dua cara, yaitu
menurut CJ Konya dan RL Ash.
Geometri pemboran mencakup diameter lubang ledak, kedalaman lubang ledak,
inklinasi lubang ledak, tinggi jenjang, jumlah pemboran lubang ledak yang
berpengaruh pada peledakan pada jenjang (bench blasting).
Geometri peledakan mencakup burden, spacing, stemming, subdrilling, waktu
tunda, pemakaian bahan peledakan (powder factor dan powder charge) dapat
menentukan keberhasilan peledakan pada jenjang.
Dari pembahasan di atas hasil dari pedoman RL ASH adalah :
1. Burden(B) = 2,2987 m(true burden) dan 2,3341 m(apparent burden)
2. Spasi(S) = 3,21818 m
3. Stemming(T) = 1,63387 m
4. Subdrilling(J) = 0,70023 m
5. Kedalaman(H) = 10,70023 m
6. PC = 9,06636 m
Untuk hasil dari pedoman CJ KONYA adalah :
1. Burden (B) = 2,3963 m
2. Spacing (S) = 3,3548 m
3. Steaming (T) = 1,5355 m
4. Subdrilling (J) = 0,71889 m
5. Kedalaman(H) = 10,71889 m

Taqwim Ardhi Nurmansyah/112.180.058/BAB IX 18


6. PC = 9,18339 m
7. Produksi Peledakan :
a) Volume target produksi = 3846,154 m3
b) Panjang tiap kali peledakan(P) = 53,501 m
c) Jumlah lubang ledak per baris(N) = 18 lubang
d) Total jumlah lubang ledak = 54 lubang ledak
e) Vjenjang = 4203,3067 m3
8. Loading Density(de) = 3,9827 kg/m
a) Pemakaian ANFO per lubang (E) = 36,5747 kg
b) Total Kebutuhan Handak = 1988,53 kg
9. Powder Factor(PF) = 0,47309 kg/m3

Taqwim Ardhi Nurmansyah/112.180.058/BAB IX 19


DAFTAR PUSTAKA

Barlian Dwinagara. 2013.Buku Petunjuk Praktikum Teknik


Peledakan.Laboratorium Pemboran & Peledakan Program Studi Teknik
Pertambangan, FTM, UPN ‘Veteran’ Yogyakarta.

R. Hariyanto. 2015. Buku Panduan Praktikum Teknik Peledakan. Program Studi


Teknik Pertambangan, Fakultas Teknoloigi Mineral, UPN “Veteran”
Yogyakarta. Yogyakarta.

S. Koesnaryo. 2001. Pemboran Untuk Penyediaan Lubang Ledak. Program Studi


Teknik Pertambangan, FTM, UPN “Veteran” Yogyakarta. Yogyakarta.

Taqwim Ardhi Nurmansyah/112.180.058/BAB IX 20

Anda mungkin juga menyukai

  • DRAFT. 1docx
    DRAFT. 1docx
    Dokumen21 halaman
    DRAFT. 1docx
    Taqwim Ardhi Nurmansyah
    Belum ada peringkat
  • Tugas PCMB
    Tugas PCMB
    Dokumen12 halaman
    Tugas PCMB
    Taqwim Ardhi Nurmansyah
    Belum ada peringkat
  • Cover Pengedsahan
    Cover Pengedsahan
    Dokumen3 halaman
    Cover Pengedsahan
    Taqwim Ardhi Nurmansyah
    Belum ada peringkat
  • Langkah Software
    Langkah Software
    Dokumen9 halaman
    Langkah Software
    Taqwim Ardhi Nurmansyah
    Belum ada peringkat
  • Lembar Konsultasi)
    Lembar Konsultasi)
    Dokumen7 halaman
    Lembar Konsultasi)
    Taqwim Ardhi Nurmansyah
    Belum ada peringkat
  • Daftar Daftar
    Daftar Daftar
    Dokumen4 halaman
    Daftar Daftar
    Taqwim Ardhi Nurmansyah
    Belum ada peringkat
  • BIOTEKNOLOGI Keju
    BIOTEKNOLOGI Keju
    Dokumen9 halaman
    BIOTEKNOLOGI Keju
    Taqwim Ardhi Nurmansyah
    Belum ada peringkat
  • Materi PPT Genesa
    Materi PPT Genesa
    Dokumen54 halaman
    Materi PPT Genesa
    Taqwim Ardhi Nurmansyah
    Belum ada peringkat