BENCH BLASTING
Gambar 9.1
Geometri Peledakan menurut C.J. Konya (1990)
Tabel 9.2
Posisi Lapisan Batuan
CORRECTION FOR ROCK DEPOSITION Kd
Bedding steeply dipping into cut 1,18
Bedding steeply dipping into face 0,95
2) Spacing (S)
Spacing adalah jarak diantara lubang ledak dalam satu garis yang sejajar dengan
bidang bebas (Free face). Jika spacing terlalu besar akan menghasilkan
fragmentasi yang tidak baik dan dinding akhir yang ditinggalkan relative tidak
rata, sebaliknya bila spacing terlalu kecil dari jarak burden maka akan
mengakibatkan tekanan sekitar stemming yang lebih dan mengakibatkan gas hasil
ledakan dihamburkan ke atmosfer diikuti dengan suara bising (noise).
Menentukan jarak spacing menurut konya, didasarkan pada jenis detonator listrik
yang digunakan dan berapa besar nilai perbandingan antara tinggi jenjang dan
jarak burden.
Bila perbandingan antara L/B lebih kecil dari 4 maka digolongkan jenjang rendah
dan bila lebih besar dari 4 digolongkan jenjang tinggi. Misalkan tinggi jenjang 6
meter dan burden menurut perhitungan pernilai antara 2,3-2,7 meter, maka
perbandingan L/B masih dibawah 4. Jenis detonator yang digunakan adalah delay
detonator maka persamaan yang digunakan adalah:
Keterangan:
S = Spacing (m)
L = Tinggi jenjang (m)
B = Burden (m)
Tabel 9.4
Persamaan untuk menentukan Jarak Spacing
3) Stemming
Stemming adalah kolom material penutup lubang ledak diatas kolom isian bahan
peledak. Stemming yang terlalu pendek dapat mengakibatkan batu terbang (fly
rock) dan suara ledakan yang keras sedangkan stemming yang terlalu panjang
akan mengakibatkan retakan ke belakang jenjang dan bongkah di sekitar dinding
jenjang. Sedangkan teoritik panjang stemming sama dengan panjang burden, agar
tekanan ke arah bidang bebas atas dan samping seimbang. Persamaan yang
digunakan untuk menghitung jarak stemming adalah :
Stv 0,33
T = 0,45 x De x [ ]
SGr
Keterangan:
De = Diameter Lubang Ledak, (inchi)
Stv = Relative Bulk Strength, (ANFO = 100)
SGr = Berat Jenis Batuan
4) Subdrilling
Subdrilling merupakan panjang lubang ledak yang berada dibawah garis lantai
jenjang, yang berfungsi untuk membuat lantai jenjang relatif rata setelah
J = 0,3.B
Keterangan:
J = Subdrilling (m)
B = Burden (m)
5) Waktu Tunda
Pemakaian detonator tunda dimaksudkan untuk mendapatkan perbedaan waktu
peledakan antara dua lubang ledak sehingga diperoleh peledakan secara beruntun.
Pengaturan waktu ini dapat diterapkan pada peledakan beruntun dalam tiap-tiap
baris. Detonator tunda digunakan untuk peledakan beruntun antar baris lubang
ledak, maka persamaan yang digunakan untuk menentukan waktu tundanya
adalah sebagai berikut:
Tr = Tr x B
Keterangan:
tr = waktu tunda antara baris lubang ledak (ms)
Tr = Konstanta waktu tunda
B = Burden (ft)
Tabel 9.5
Konstanta waktu tunda antar baris
Akibat yang dihasilkan Konstanta Tr
Keras, airblast berlebihan, back break, dll 2
Runtuhan tinggi dekat jenjang, airblast moderat 2-3
Tinggi runtuhan cukup, airblast dan back break cukup 3-4
Runtuhan berpencar dengan back break minimum 4-6
Casting peledakan 7-14
Keterangan:
E = jumlah bahan peledak
Pc = tinggi kolom isian
de = loading density (kg/m)
N = jumlah lubang ledak
KbxDe
B= ft atau B=
12
1/ 3
Dstd
(
Af1=
D )
Kb terkoreksi= 30 x Af1 x Af2
Maka:
Kb terkoreksi = 30 x Af1x Af2
Af1 = Adjustment faktor untuk batuan yang diledakkan
Af2 = Adjustment factor untuk handak yang dipakai
2) Spacing (S)
Ks = S/B
Ks = Spacing Ratio (1,00-2,00)
S = Ks.B (meter)
Ukuran spacing dipengaruhi oleh:
Cara peledakan yang digunakan: serentak atau beruntun
Fragmentasi yang diinginkan
Delay interval
Spacing yang lebih kecil dari ketentuan akan menyebabkanukuran batuan hasil
peledakan terlalu hancur. Tetapi jika spacing lebih besar dari ketentuan, akan
menyebabkan banyak terjadi bongkah (boulder) dan tonjolan (stump) di antara
dua lubang ledak setelah peledakan.
Berdasarkan cara urutan peledakannya, pedoman penentuan spacing adalah
sebagai berikut:
Peledakan serentak S=2B
Peledakan dengan delay interval lama (second delay) S=B
Peledakan dengan milisecond delay S antara 1B hingga 2B
Jika terdapat kekar yang tidak saling tegak lurus. Antara 1,2B hingga 1,8B
Peledakan dengan pola equilateral dan beruntun tiap lubang ledak dalam baris
yang sama S= 1,15 B
3) Stemming (T)
Kt = T/B
Kh = H/B
5) Subdrilling (J)
Kj = J/B
de = 71,63 De2/SC
de = 0,508 De2(SG)
Pf =W/E
Pf = E/W
Dimana:
Pf = Powder faktor, kg handak/ton batuan
E = berat bahan peledak yang digunakan, kg
W = berat batuan yang diledakkan, ton
Penulis lain menggunakan Pf = W/E. Pada prinsipnya tidak ada perbedaan
pengertian. Istilah powder factor sering disamakan dengan blasting ratio.
7. Leg wire
8. Besi dan kawat
Adapun Prosedur Praktikum sebagai berikut :
1. Buat perhitungan rancangan peledakan jenjang
2. Membuat bentuk peledakan jenjang sesuai desain yang sudah ditentukan
burden, spacing, stemming, subdrilling, dan kedalaman lubang ledaknya.
3. Merangkai inslatasi peledakan jenjang dengan pola peledakan sesuai desain.
4. Menguji arus pada instalasi yang telah dibuat.
Gambar 9.5
Pola Peledakan
Gambar 9.6
Af1 =
( Dstd
D ) 1/3
=
(160 lb/cuft
1,56 ton/m x 62 , 428 )
3 1/3
1/3
160lb/cuft
=
( 97,388lb/cuft )
= 0,9138
KB std =30
Konstanta Burden (KB) = 30 x 1,179 x 0,9138
= 32,3211
=
([ 53 , 501−2×2
3 ,3548
, 3963
)+1]+2
= 15,519 + 2 = 18 lubang
d) Total Jumlah Lubang Ledak (N) = 3 baris x 18 lubang
= 54 lubang ledak
e) Vjenjang = ΣB×ΣS x Tinggi Jenjang
= (3B) x (2B+16S) x 10 m
= (3x2,3963) x ((2x2,3963)+(16x3,3548)) x 10
= 4203,3067 m3
9. Loading density (de) = 0,508 x De2 x SGe
= 0,508 x (2,8)2 x 1
= 3,9827 kg/m
a) Total Kebutuhan ANFO = De x PC
= 3,9827 kg/m x 9,18339 m = 36,5747 kg
9.6. Kesimpulan
Bench blasting adalah peledakan yang dilakukan pada jenjang tambang terbuka.
Faktor yang dapat dikontrol dalam bench blasting yaitu geometri pemboran,
geometri peledakan, bahan peledak, sistem penyalaan dan urutannya.
Pedoman perhitungan dalam peledakan bench blasting terdapat dua cara, yaitu
menurut CJ Konya dan RL Ash.
Geometri pemboran mencakup diameter lubang ledak, kedalaman lubang ledak,
inklinasi lubang ledak, tinggi jenjang, jumlah pemboran lubang ledak yang
berpengaruh pada peledakan pada jenjang (bench blasting).
Geometri peledakan mencakup burden, spacing, stemming, subdrilling, waktu
tunda, pemakaian bahan peledakan (powder factor dan powder charge) dapat
menentukan keberhasilan peledakan pada jenjang.
Dari pembahasan di atas hasil dari pedoman RL ASH adalah :
1. Burden(B) = 2,2987 m(true burden) dan 2,3341 m(apparent burden)
2. Spasi(S) = 3,21818 m
3. Stemming(T) = 1,63387 m
4. Subdrilling(J) = 0,70023 m
5. Kedalaman(H) = 10,70023 m
6. PC = 9,06636 m
Untuk hasil dari pedoman CJ KONYA adalah :
1. Burden (B) = 2,3963 m
2. Spacing (S) = 3,3548 m
3. Steaming (T) = 1,5355 m
4. Subdrilling (J) = 0,71889 m
5. Kedalaman(H) = 10,71889 m