Anda di halaman 1dari 15

KEPERAWATAN JIWA

PROPOSAL TAK (TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK)


PADA PASIEN PK (PERILAKU KEKERASAN)
DI

OLEH:

ISNA APRILIA KATHUN NADA

20900065

1
PROPOSAL
TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK (TAK)
PADA PASIEN DENGAN PK (PERILAKU KEKERASAN)

A. Topik : : Perilaku Kekerasan

B. Latar Belakang

Terapi Aktivitas Kelompok Stimulasi Persepsi adalah terapi yang menggunakan


aktivitas sebagai stimulasi dan terkait dengan pengalaman dan/atau kehidupan
untuk didiskusikan dalam kelompok. Hasil diskusi kelompok dapat berupa
kesepakatan persepsi atau alternatif. Terapi aktivitas kelompok ini secara
signifikan memberi perubahan terhadap ekspresi kemarahan kearah yang lebih
baik pada klien dengan riwayat kekerasan. Pernyataan ini dapat dibuktikan dengan
adanya penurunan ekspresi kemarahan setelah dilakukan terapi aktivitas
kelompok sebesar 60,4%.
TAK stimulasi persepsi perilaku kekerasan adalah terapi yang menggunakan
aktivitas sebagai latihan mempresepsikan stimulus yang disediakan atau stimulus
yang dialami. Kemampuan persepsi klien dievaluasi dan ditingkatkan tiap sesi.
Dengan proses ini, diharapkan respon klien terhadap berbagai stimulasi dalam
kehidupan menjadi adaptif.
Terapi aktivitas kelompok ini memberi hasil : kelompok menunjukkan loyalitas
dan tanggung jawab bersama, menunjukkan partisipasi aktif semua anggotanya,
mencapai tujuan kelompok, menunjukkan teerjadinya komunikasi antaranggota
dan bukan hanya antara ketua dan anggota.

C. TUJUAN

1.  Tujuan Umum
Klien dapat mengendalikan perilaku kekerasan yang biasa dilakukannya.
2.  Tujuan Khusus
1.  Klien dapat mengenal perilaku kekerasan yang biasa dilakukannya.
2.  Klien dapat mencegah perilaku kekerasan melalui kegiatan fisik.
3.  Klien dapat mencegah perilaku kekerasan melalui interaksi sosial.

2
4.  Klien dapat mencegah perilaku kekerasan melalui kegiatan spiritual yang biasa
dilakukannya.
5.  Klien dapat mencegah perilaku kekerasan dengan cara patuh minum obat

D. LANDASAN TEORI :
Kelompok adalah sekumpulan individu yang mempunyai hubungan
satu sama lain, saling bergantung, dan mempunyai norma yang sama
(Stuart, 2013). Umumnya, anggota kelompok merupakan individu yang
mempunyai latar belakang berbeda. Walaupun begitu, hal ini akan
membuat antar individu dalam kelompok dapat belajar satu sama lain
melalui cerita atau pengalaman yang diutarakan. Pada pasien dengan
gangguan jiwa, kelompok dapat dijadikan sebagai salah satu bentuk terapi
yang dinamakan terapi aktivitas kelompok. Terapi ini merupakan
tanggung jawab penuh seorang perawat (Keliat, B & Akemat, 2009).
Manfaat dari terapi aktivitas kelompok secara umum adalah untuk
mengembangkan motivasi klien, melakukan sosialisasi, dan meningkatkan
kemampuan realitas melalui komunikasi dan umpan balik terhadap orang
lain (Susana & Sri, 2011).
Terapi aktivitas kelompok dilakukan oleh 7-10 orang. Sebelum
melakukan terapi aktivitas kelompok, terdapat beberapa hal yang perlu
diperhatikan antara lain lingkungan yang kondusif, rasa aman dan nyaman
klien dengan menjaga privasinya, serta dilakukan pada waktu yang tepat
(Direja, 2011). Selanjutnya, terdapat 4 macam terapi aktivitas kelompok
yaitu TAK stimulasi kognitif atau persepsi, TAK stimulasi sensori, TAK
orientasi realita, dan TAK sosialisasi. Pada proposal ini akan membahas
mengenai TAK stimulasi kognitif atau persepsi.
TAK stimulasi kognitif atau persepsi merupakan terapi yang terfokus
kepada pengalaman klien. Tujuan dari TAK stimulasi kognitif atau
persepsi adalah agar pasien mampu untuk menyelesaikan masalah akibat
stimulus yang diberikan kepadanya (Keliat, 2005). Stimulus tersebut dapat
berupa marah, benci, atau pandangan negatif kepada orang lain. Menurut

3
Keliat & Akemat (2009), stimulasi kognitif diterapkan pada klien dengan
kondisi:
Klien dengan Harga Diri Rendah (HDR) menerapkan TAK
stimulasi persepi dengan 2 sesi yaitu mengidentifikasi hal positif pada diri
dan melatih hal positif pada diri. (2) Klien dengan halusinasi terdapat 5
sesi.
TAK yaitu mengenal halusinasi, mengontrol halusinasi dengan
menghardik, mengontrol halusinasi dengan melakukan kegiatan,
mencegah halusinasi melalui berbincang dengan orang lain, dan
mengontrol halusinasi dengan patuh minum obat. (3) Klien dengan defisit
perawatan diri mempunyai 5 sesi yaitu mengetahui manfaat perawatan
diri, menjaga kebersihan diri, tata cara makan dan minum, tata cara
eliminasi, dan tata cara berhias, dan (4) pada klien dengan risiko perilaku
kekerasan terdapat 5 sesi TAK yaitu mengenal perilaku kekerasan yang
dilakukan, mencegah perilaku kekerasan fisik, mencegah perilaku
kekerasan fisik, mencegah perilaku kekrasan sosial, mencegah perilaku
kekerasan spiritual, dan mencegah perilaku kekerasan dengan patuh
mengonsumi obat.
Tujuan dari Terapi Aktivitas pada klien yang mengalami perilaku
kekerasan yaitu: klien diharapkan dapat menyebutkan stimulasi penyebab
kemarahannya, dapat menyebutkan respon yang dirasakan saat marah
(tanda dan gejala marah), dapat menyebutkan reaksi yang dilakukan saat
marah (perilaku kekerasan), dan klien dapat menyebutkan akibat perilaku
kekerasan.

E. JADWAL KEGIATAN
Pelaksanaan kegiatan terapi aktivitas kelompok pada pasien dengan resiko
perilaku kekerasan, yaitu
a. Hari/Tanggal :Rabu, 16 Desember 2020
b. Waktu : Pkl. 09.30 – 10.20 WIB
c. Alokasi waktu : Perkenalan dan pengarahan (5 menit)

4
Terapi kelompok (35 menit)
Penutup (5 menit)
d. Tempat : Ruang poli jiwa RSUD tgk chik ditiro sigli.

D.Pengorganisasian kelompok
1. Jumlah dan nama klien
Jumlah pasien: 4 orang (Tn. Dedi, Tn. Cecep, Tn. Chaerul, Tn. Dadang)
Jumlah pasien cadangan: 1 (Tn. Ahdan)
2. Leader dan uraian tugas
Leader:Isna aprilia kathun nada
Memimpin TAK: merencanakan, mengontrol dan mengendalikan
jalannya TAK.
a. Membuka acara TAK
b. Memimpin perkenalan
c. Menjelaskan tujuan TAK
d. Menjelaskan proses kegiatan
e. Menutup kegiatan TAK
3. Co Leader dan uraian tugas
Co Leader:yuyun khairunnisa
Membacakan tata tertib dan program antisipasi
a. Mengambil alih tugas Leader apabila jalannya TAK pasif, dan
menyerahkan kembali kepada Leader apabila jalannya TAK sudah
normal kembali
b. Menuliskan apa yang diucapkan klien, dipapan tulis
4. Fasilitator dan uraian tugas
Fasilitator:Asraini,ica meilisa yofiana
Mempertahankan kehadiran peserta
a. Mempertahankan dan meningkatkan motivasi peserta
b. Mencegah gangguan atau hambatan terhadap kelompok baik dari luar
maupun dari dalam kelompok

5
5. Observer dan uraian tugas
Observer:julia
a. Mengobservasi jalannya kegiatan TAK dari awal sampai akhir
b. Mengobservasi semua perilaku klien dan peran anggota terapis
c. Mengevaluasi jalannya TAK dari awal sampai akhir
d. Mencatat modifikasi strategi kelompok yang akan dating
e. Memprediksi respon anggota kelompok pada session berikutnya

D.METODE
Diskusi dan tanya jawab
I. ALAT BANTU
A. Bola kertas
B. Laptop
C. Spidol
D. Penghapus

E.SETTING TEMPAT

Keterangan:
Leader
Co Leader
Klien
Fasilitator
Observer

F. Langkah-langkah
1. Persiapan:

6
a. Memilih klien yang memiliki prilaku kekerasan yang sudah kooperatif
b. Membuat kontrak dengan klien
c. Mempersiapkan alat dan tempat pertemuan
2.Orientasi (10 menit):
a. Salam terapeutik
1) Salam dari terapis pada klien
2) Perkenalan nama dan panggilan terapis
3) Menanyakan nama dan panggilan semua klien
b. Evaluasi dan validasi
1) Menanyakan perasaan klien saat ini
2) Menanyakan masalah yang dirasakan saat ini
c. Kontrak
1) Terapi menjelaskan tujuan kegiatan, yaitu mengenal prilaku
kekerasan yang biasa dilakukan.
2) Menjelaskan aturan main berikut:
a) Jika ada klien yang ingin meminta izin pada terapis
b) Lama kegiatan 45 menit.
c) Setiap klien mengikuti kegiatan dari awal sampai selesai

3. Tahap Kerja
a. Mendiskusi penyebab marah
1) Tanyakan pengalaman tiap klien
2) Tulis di papan tulis/flipchart/whiteboard
b. Mendiskusikan tanda dan gejala yang dirasakan klien saat terpapar
oleh penyebab marah sebelum perilaku kekerasan terjadi
1) Tanyakan perasaan tiap klien saat terpapar oleh penyebab (tanda
dan gejala)
2) Tulis dipapan tulis/flipchart/whiteboard
c. Mendiskusikan perilaku kekerasan yang pernah dilakukan klien
1) Tanyakan perilaku yang dilakukan saat marah
2) Tulis dipapan tulis/flipchart/whiteboard

7
d. Membantu klien memilih salah satu perilaku kekerasan yang paling
sering dilakukan untuk diperagakan
e. Melakukan bermain peran atau stimulasi untuk perilaku kekerasan
yang tidak berbahaya
f. Menanyakan perasaan klien setelah selesai bermain peran atau
stimulasi
g. Mendiskusikan dampak akbiat perilaku kekerasan
1) Tanyakan akibat perilaku kekerasan
2) Tulis dipapan tulis/flipchart/whiteboard
h. Memeberikan reinforcement pada peran serta klien.
i. Dalam menjalankan “a sampai h” upayakan semua klien terlibat
j. Beri kesimpulan penyebab, tanda dan gejala perilaku kekerasan, dan
akibat perilaku kekerasan
k. Menanyakan kesediaan klien untuk mempelajari cara baru yang sehat
untuk menghadapi kemarahan.

4.Tahap terminasi
a. Evaluasi
1) Terapis menanyakan perasaan klien setelah mengikuti TAK
2) Memberikan reinforcement positif terhadap perilaku klien yang
positif
b. Rencana Tindak Lanjut
1) Menganjurkan klien menilai dan mengevaluasi jika terjadi
penyebab marah yaitu tanda dan gejala, perilaku kekerasan yang
terjadi, serta akibat perilaku kekerasan
2) Menganjurkan klien mengingat penyebab tanda dan gejala perilaku
kekerasan dan akibatnya yang belum diceritakan.
c. Kontrak Yang Akan Datang
1) Menyepakati belajar cara baru yang sehat untuk mencegah perilaku
kekerasan
2) Menyepakati waktu dan tempat TAK berikutnya

8
3) Memberikan reinforcement positif terhadap perilaku klien yang
positif
d. Rencana Tindak Lanjut
3) Menganjurkan klien menilai dan mengevaluasi jika terjadi
penyebab marah yaitu tanda dan gejala, perilaku kekerasan yang
terjadi, serta akibat perilaku kekerasan
4) Menganjurkan klien mengingat penyebab tanda dan gejala perilaku
kekerasan dan akibatnya yang belum diceritakan.
e. Kontrak Yang Akan Datang
1) .Menyepakati belajar cara baru yang sehat untuk
mencegah perilaku kekerasan
2Menyepakati waktu dan tempat TAK berikutnya

II. ATURAN MAIN


A. Peserta bersedia mengikuti kegiatan TAK sampai dengan selesai
B. Peserta wajib hadir 5 menit sebelum acara TAKS dimulai
C. Peserta berpakaian rapi, bersih dan sudah mandi
D. Peserta tidak diperkenankan makan, minum, merokok selama kegiatan TAK
berlangsung
E. Jika ingin mengajukan/menjawab pertanyaan, peserta mengangkat tangan
kanan dan berbicara setelah dipersilahkan oleh pemimpin
F. Peserta yang mengacaukan jalannya acara akan dikeluarkan dari acara
G. Peserta dilarang meninggalkan tempat sebelum acara TAK selesai
H. Apabila waktu yang ditentukan untuk melaksananakan TAK telah habis,
sedangkan acara belum selesai, maka pemimpin akan meminta persetujuan
anggota untuk memeperpanjang waktu TAK kepada anggota.

III. PENUTUP
Demikian proposal terapi aktivitas kelompok sesi 1 ini kami susun sebagai
media penuntun dalam pelaksanaan terapi aktifitas kelompok yang akan

9
dilaksanakan di rumah sakit RSUD tgk chik ditiro sigli pada praktik
keperawatan jiwa Program Profesi Ners Sarjana Keperawatan. Besar harapan
kami agar terapi aktivitas ini berjalan dengan lancar dan dapat memberikan
manfaat bagi semua pihak terkait, terutama klien perilaku kekerasan/risiko
perilaku kekerasan. Atas kerja sama yang baik dan dukungannya kami
mengucapkan terimakasih.

Sesi 1: TAK
Mengenal Perilaku Kekerasan Yang Biasa Dilakukan

Memberi Tanggapan Tentang


No Nama Klien Penyebab PK Tanda dan Perilaku Akibat
gejala PK kekarasan PK

Petunjuk :
1. Tulis nama panggilan klien yang ikut TAK pada kolom nama pasien.
2. Untuk tiap pasien, beri penilaian tentang kemampuan mengetahui mengenai
penyebab perilaku kekerasan, tanda dan gejala yang dirasakan perilaku
kekerasan yang dilakukan dan akibat perilaku kekerasan. Beri tanda ( √ )
jika klien mampu dan tanda ( - ) jika klien tidak mampu

10
PERILAKU KEKERASAN

LAPORAN PENDAHULUAN
A. Pengertian Perilaku Kekerasan
Perilaku kekerasan adalah suatu keadaan dimana seseorang melakukan
tindakan yang dapat membahayakan secara fisik baik terhadap diri sendiri,
orang lain maupun lingkungan. Hal tersebut dilakukan untuk mengungkapkan
perasaan kesal atau marah yang tidak konstruktif. (Stuart dan Sundeen, 1995).

B. Penyebab Perilaku Kekerasan


Perilaku kekerasan bisa disebabkan adanya gangguan harga diri: harga diri
rendah. Harga diri adalah penilaian individu tentang pencapaian diri dengan
menganalisa seberapa jauh perilaku sesuai dengan ideal diri. Dimana gangguan
harga diri dapat digambarkan sebagai perasaan negatif terhadap diri sendiri,
hilang kepercayaan diri, merasa gagal mencapai keinginan.
Frustasi, seseorang yang mengalami hambatan dalam mencapai
tujuan/keinginan yang diharapkannya menyebabkan ia menjadi frustasi. Ia
merasa terancam dan cemas. Jika ia tidak mampu menghadapi rasa frustasi itu
dengan cara lain tanpa mengendalikan orang lain dan keadaan sekitarnya
misalnya dengan
kekerasan.
Hilangnya harga diri: pada dasarnya manusia itu mempunyai kebutuhan yang
sama untuk dihargai. Jika kebutuhan ini tidak terpenuhi akibatnya individu

11
tersebut mungkin akan merasa rendah diri, tidak berani bertindak, lekas
tersinggung, lekas marah, dan sebagainya.

C. Perilaku yang berkaitan dengan perilaku kekerasan antara lain :


1. Menyerang atau menghindar (fight of flight)
Pada keadaan ini respon fisiologis timbul karena kegiatan sistem saraf
otonom beraksi terhadap sekresi epinephrin yang menyebabkan tekanan
darah meningkat, takikardi, wajah merah, pupil melebar, sekresi HCl
meningkat, peristaltik gaster menurun, pengeluaran urine dan saliva
meningkat, konstipasi, kewaspadaan juga meningkat diserta ketegangan
otot, seperti rahang terkatup, tangan dikepal, tubuh menjadi kaku dan
disertai reflek yang cepat.
2. Menyatakan secara asertif (assertiveness)
Perilaku yang sering ditampilkan individu dalam mengekspresikan
kemarahannya yaitu dengan perilaku pasif, agresif dan asertif. Perilaku
asertif adalah cara yang terbaik untuk mengekspresikan marah karena
individu dapat mengekspresikan rasa marahnya tanpa menyakiti orang lain
secara fisik maupun psikolgis. Di samping itu perilaku ini dapat juga untuk
pengembangan diri klien.
3. Memberontak (acting out)
Perilaku yang muncul biasanya disertai akibat konflik perilaku “acting out”
untuk menarik perhatian orang lain.
4. Perilaku kekerasan
Tindakan kekerasan atau amuk yang ditujukan kepada diri sendiri, orang
lain maupun lingkungan

D. Tanda dan gejala :


1. Perasaan malu terhadap diri sendiri akibat penyakit dan tindakan terhadap
penyakit (rambut botak karena terapi).
2. Rasa bersalah terhadap diri sendiri (mengkritik/menyalahkan diri sendiri).
3. Gangguan hubungan sosial (menarik diri).
4. Percaya diri kurang (sukar mengambil keputusan).

12
5. Mencederai diri (akibat dari harga diri yang rendah disertai harapan yang
suram, mungkin klien akan mengakiri kehidupannya. (Budiana Keliat,
1999)

E. Akibat dari Perilaku Kekerasan


Resiko tinggi menciderai diri sendiri dan orang lain, seseorang dengan resiko
perilaku kekerasan dimana dia mengalami kegagalan yang menyebabkan
frustasi yang dapat menimbulkan respon menentang dan melawan seseorang
melakukan hal sesuai dengan keinginannya akibatnya dia menunjukkan
perilaku yang mal adaptif yang menciderai diri sendiri, orang lain dan
lingkungan.
Tanda dan Gejala :
1. Memperlihatkan permusuhan.
2. Mendekati orang lain dengan ancaman.
3. Memberikan kata-kata ancaman dengan rencana melukai.
4. Menyentuh orang lain dengan cara yang menakutkan.
5. Mempunyai rencana untuk melukai.

F. Rentang Respon Perilaku Kekerasan.


1. Marah merupakan perasaan jengkel yang timbul sebagai respon terhadap
kecemasan, kebutuhan yang tidak terpenuhi yang dirasakan sebagai
ancaman. Kemarahan atau rasa tidak setuju yang dinyatakan atau
diungkapkan tampa menyakiti orang lain akan memberikan kelegaan dan
tidak menimbulkan masalah. Kegagalan yang menimbulkan frustasi dapat
menimbulkan respon pasif dan melarikan diri atau respon melawan dan
menentang.
2. Frustasi adalah respon yang terjadi akibat gagal mencapai tujuan.
3. Pasif adalah suatu keadaan dimana individu tidak mampu untuk
mengungkapkan perasaan yang sedang dialami untuk menghindari, suatu
tuntutan nyata.
4. Agresif adalah perilaku yang menyertai marah dan merupakan dorongan
untuk bertindak dalam bentuk destruktif dan masih terkontrol.

13
5. Amuk atau kekerasan adalah perasaan marah dan bermusuhan yang kuat
disertai kehilangan kontrol diri. Individu dapat merusak diri sendiri, orang
lain dan lingkungan.
6. Bunuh diri.

G. Tindakan keperawatan pada klien perilaku kekerasan


Keliat dkk. (2002) mengemukakan cara khusus yang dapat dilakukan keluarga
dalam mengatasi marah klien yaitu :
1. Tindakan Keperawatan
a. Distraksi
Terima marah klien, diam sebentar, arahkan klien untuk memukul barang
yang tidak mudah rusak seperti bantal, kasur.
b. Relaksasi
Bantu klien latihan relaksasi misalnya latihan fisik maupun olahraga,
Latihan pernafasan 2X/ hari, tiap kali 10 kali tarikan dan hembusan
nafas.
c. Bantu melalui humor.
Jaga humor tidak menyakiti orang, observasi ekspresi muka orang yang
menjadi sasaran dan diskusi cara umum yang sesuai.
2. Terapi Medis
Psikofarmaka adalah terapi menggunakan obat dengan tujuan untuk
mengurangi atau menghilangkan gejala gangguan jiwa.

14
DAFTAR PUSTAKA

Keliat, Budi Anna. Keperawatan Jiwa: Terapi Aktivitas Kelompok. Jakarta: EGC.
2005.
Stuar, Gail W. 2007. Buku Saku Keperawatan Jiwa. Jakarta:EGC, Edisi 5
Yosep, Iyus.2007. Keperawatan Jiwa. Bandung: Refika Aditama
http://ferimalinda.blogspot.co.id/2011/02/terapi-aktifitas-kelompok-perilaku.html
(diakses tanggal 17 Desember 2017)
https://www.catatanperawat.id/ (diakses tanggal 17 Desember 2017)

15

Anda mungkin juga menyukai