Anda di halaman 1dari 19

“LAPORAN MINI RISET”

Diajukan untuk memenuhi tugas UAS

Ekonomi Pembangunan Islam

Dosen Pengampu: lda Roza, SE., MEI.

INSTRUMEN WAKAF TUNAI SEBAGAI STIMULUS PEMBANGUNAN


EKONOMI

Nur Khakiki Rokhipah


(1805026091)

EKONOMI ISLAM

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI WALISONGO SEMARANG

2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan rahmat,
karunia, serta taufik dan hidayah-Nya lah penulis dapat menyelesaikan tugas Laporan Mini
Riset ini. Dan juga tidak lupa saya berterima kasih kepada Dosen mata kuliah Ekonomi
Pembangunan Islam.
Penulis sangat berharap tugas laporan mini riset ini dapat berguna dalam rangka
menambah wawasan serta pengetahuan kita. Penulis juga menyadari sepenuhnya bahwa di
dalam tugas ini terdapat kekurangan-kekurangan dan jauh dari apa yang penulis harapkan.
Untuk itu, penulis berharap adanya kritik, saran dan usulan demi perbaikan di masa yang
akan datang, mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa sarana yang membangun.
Semoga tugas sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun yang membacanya.
Sekiranya laporan yang telah disusun ini dapat berguna bagi penulis sendiri maupun bagi
orang yang membacanya. Sebelumnya penulis mohon maaf apabila terdapat kesalahan kata-
kata yang kurang berkenan dan penulis memohon kritik dan saran yang membangun demi
perbaikan di masa depan.

Semarang, 8 Juni 2020

Nur Khakiki Rokhipah


NIM : 18050226091
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Wakaf merupakan salah satu sumber dana yang memiliki potensi dalam
pengembangan ekonomi umat. Umat Islam di Indonesia telah lama mengenal dan
menerapkan wakaf, yaitu sejak agama Islam masuk ke Indonesia. Wakaf sangat erat
hubungannya dengan kegiatan sosial seperti halnya kegiatan sosial yang lain. Bahkan
wakaf bisa dijadikan sebagai dana abadi umat yang memberikan manfaat dalam
mensejahterakan masyarakat.

Jenis wakaf pun bervariasi, baik wakaf langsung maupun wakaf produktif.
Salah satu bentuk wakaf produktif salah satunya yaitu wakaf uang. Wakaf uang
ternyata sudah dilaksanakan sejak awal abad kedua Hijriyah. Imam az-Zuhri, salah
seorang ulama terkemuka dan peletak dasar tadwin al hadits memfatwakan,
dianjurkan wakaf dinar dan dirham untuk pembangunan sarana dakwah, sosial dan
pendidikan umat Islam. Adapun caranya dengan menginvestasikanya, kemudian
menyalurkan keuntungannya sebagai wakaf.

Menurut hasil sensus penduduk tahun 2010 (Na’im and Syaputra 2011)
Indonesia adalah negara dengan mayoritas penduduk beragama Islam (87.18%).
Religiusitas Muslim di Indonesia juga cukup baik, terbukti dengan banyaknya umat
Islam yang menunaikan ibadah haji di setiap tahunnya dan maraknya ibadah umrah.
Jumlah Muslim dan religiusitas masyarakat tersebut seharusnya memberikan korelasi
dan efek positif terhadap persoalan wakaf di Indonesia.

Setelah kita mengetahui bahwa Indonesia merupakan negara yang mayoritas


berpenduduk muslim, tentunya Indonesia mempunyai potensi yang sangat besar untuk
meningkatkan perekonomian melalui wakaf uang. Menurut perhitungan Badan Wakaf
Indonesia (BWI) potensi wakaf uang di Indonesia mencapai Rp120 triliun per tahun
dengan asumsi ada 100 juta warga negara Indonesia mewakafkan uangnya sebesar
Rp100 ribu per bulan. Namun demikian, dari potensi yang sangat besar tersebut yang
telah terkumpul oleh Badan Wakaf Indonesia masih sangat minimum. Menurut data
dari Badan Wakaf Indonesia, jumlah total wakaf uang selama tahun 2017 adalah Rp.
195.861.650.402.1

Melihat minimumnya jumlah total wakaf uang yang terkumpul oleh Badan
Wakaf Indonesia sangat jauh dari potensi yang telah diperkirakan. Regulasi wakaf
baik Uundang-undang maupun fatwa MUI ternyata belum menjadi stimulus yang kuat
terhadap pengembangan gerakan wakaf uang di Indonesia. Kondisi ini menjadi dasar
asumsi bahwa kehadiran UU Wakaf dan regulasi-regulasi di bawahnya tidak
mencerminkan kesadaran hukum wakaf uang sesungguhnya di kalangan stakeholder
wakaf uang. Secara lebih jauh diasumsikan kehadiran wakaf uang hanyalah sebuah
proses legislasi top down yang tidak mencerminkan kesadaran hukum di masyarakat
sesungguhnya, sehingga realisasi pemberdayaan wakaf untuk meningkatkan
perekonomian Indonesia hanyalah angan-angan semata.

Dalam sistem perkonomian islam yang sekarang dapat kita saksikan bersama,
wakaf memang belum banyak dieksplorasikan sebagai peran penting layaknya pada
zaman dahulu islam berkembang sebagai peran yang sangat penting perekonomian
suatu negara. Padahal kalau kita lihat sejarah pada zaman dahulu wakaf mempunyai
peranan yang sangat penting dalam berbagai kegiatan-kegiatan, utamanya kegiatan
sosial, ekonomi, dan kebudayaan masayarakat islam. Dalam penulisan penelitian kali
ini, yang ingin penulis kaji adalah bagaimana instrumen wakaf tunai dapat
meningkatkan pembangunan ekonomi di Indonesia.

Pembangunan ekonomi merupakan pembangunan suatu negara dalam


menciptakan kemakmuran ekonomi untuk kesejahteraan penduduknya (Huda 2015).
Dalam upaya menciptakan kemakmuran ekonomi, ada indikator-indikator yang dapat
digunakan, seperti; kemiskinan, ketimpangan, pengangguran, inflasi, dan
pertumbuhan ekonomi. Kelima indikator tersebut dapat menunjukkan tingkat
kesejahteraan masyarakat dalam menerima manfaat dari pembangunan ekonomi.

Kemampuan masyarakat miskin dalam mencukupi kebutuhan utama yaitu


makanan menjadi hal yang krusial. Semua pihak harus memikirkan solusinya, tidak
hanya pemerintah. Terdapat beberapa penelitian terdahulu yang membahas tentang
peran wakaf dalam mensejahterakan masyarakat. Di antaranya adalah penelitian yang

1
www.bwi.og.id
dilakukan oleh Medias (Medias 2017) yang membahas bagaimana bank wakafmampu
menjadi solusi dalam pemberdayaan sosial ekonomi Indonesia. Hasil penelitiannya
menunjukkan bahwa wakaf uang memiliki potensi jika dikembangkan dengan cara
yang optimal, yaitu dengan adanya bank wakaf tersebut. Sementara itu, penelitian
yang dilakukan Bahri (Bahri 2016) membahas tentang peran wakaf produktif yang
dilakukan oleh pemuda Muhammadiyah desa Longkeyang, Bodeh, Pemalang, dalam
kesejahteraan masyarakat. Hasil dari penelitian ini menunjukkan pengaruh yang
signifikan, bahwa wakaf produktif memberikan manfaat yang dapat dirasakan oleh
masyarakat setempat. Penelitian lainnya dilakukan oleh Abdullah (Abdullah 2018)
yang meneliti tentang bagaimana wakaf menjadi sebuah tujuan pembangunan
berkelanjutan dengan pendekatan maqāṣid sharī‘ah.

Setelah melihat potensi wakaf di Indonesia dan dengan melihat juga tingkat
kemiskinan di Indonesia, maka penting untuk membahas lebih lanjut bagaimana
wakaf dapat digunakan sebagai instrumen dalam pembangunan ekonomi, sehingga
wakaf mampu membantu masyarakat miskin dalam mencukupi kebutuhan utamanya
dan mengurangi angka kemiskinan di Indonesia

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana model pengelolaan wakaf tunai untuk pembangunan ekonomi?
2. Bagaimana wakaf tunai agar dapat dikelola dengan efektif?

C. Tujuan Laporan
1. Memahami model pengelolaan wakaf tunai untuk pembangunan ekonomi
2. Menjelaskan wakaf tunai agar dapat dikelola dengan efektif
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Wakaf
Menurut bahasa, wakaf berasal dari bahasa arab waqafa yang berarti menahan
atau berhenti di tempat. Menurut istilah, wakaf adalah penahanan harta yang dapat
diambil manfaatnya tanpa musnah seketika dan untuk penggunaan yang mubah serta
dimaksudkan untuk mendapatkan keridhaan Allah. Secara harfiah wakaf bermakna
“Pembatasan” atau “larangan”. Kata waqf digunakan dalam Islam untuk maksud
“pemilikan dan pemeliharaan” harta benda tertentu untuk kemanfaatan sosial yang
ditetapkan dengan maksud mencegah penggunaan harta wakaf tersebut di luar tujuan
khusus yang telah ditetapkan tersebut.
Dasar hukum wakaf secara khusus, nash yang menunjukan persyariatan wakaf
dalam Al-Qur’an dan Hadist tidak ditemukan. Akan tetapi, secara umum banyak
ditemukan ayat maupun hadist yang menganjurkan agar orang beriman menafkahkan
sebagian rezekinya untuk kebaikan. Yang menjadi dasar wakaf adalah Q.S Ali Imran:
92.
۟ ُ‫وا ِم َّما تُ ِحبُّونَ ۚ َوما تُنفِق‬
‫وا ِمن َش ْى ٍء فَإِ َّن ٱهَّلل َ بِ ِهۦ َعلِي ٌم‬ ۟ ُ‫وا ْٱلب َّر َحتَّ ٰى تُنفِق‬
۟ ُ‫لَن تَنَال‬
َ ِ
Artinya:
“Kamu sekali-kali tidak sampai kepada kebajikan (yang sempurna), sebelum kamu
menafkahkan sebahagian harta yang kamu cintai. Dan apa saja yang kamu nafkahkan,
maka sesungguhnya Allah mengetahuinya.” (Q.S Ali Imran: 92)
B. Wakaf Produktif
Wakaf produktif adalah harta atau benda benda yang diwakafkan untuk
dipergunakan dalam kegiatan produksi yang menghasilkan, kemudian hasilnya
dimanfaatkan sesuai dengan tujuan wakaf. Contoh dari wakaf produktif adalah wakaf
tanah yang digunakan untuk bercocok tanam, mata air untuk dijual airnya, jalan dan
jembatan untuk dimanfaatkan sebagai jasa penyeberangan dan ongkosnya diambil
dari orang yang menggunakannya. Wakaf produktif dikelola dengan profesional
sehingga menghasilkan keuntungan dan keuntungannya dapat dimanfaatkan sesuai
dengan tujuan wakaf.
Manajemen pengelolaan dan cara pelestarian wakaf produktif, sebagian
hasilnya dapat dipergunakan untuk perawatan dan pelestarian objek wakaf, dan
selebihnya dapatdibagikan kepada orang-orang yang berhak sesuai dengan tujuan
wakaf.
Yang termasuk dalam wakaf produktif diantaranya adalah wakaf uang. Wakaf
uang adalah wakaf yang dilakukan seseorang, kelompok orang, lembaga atau badan
hukum dalam bentuk uang tunai (Mardani 2015). Wakaf uang dikatakan lebih
strategis dan bernilai produktif dibanding wakaf-wakaf lainnya. Hal ini dikarenakan
uang sebagai alat beli/alat tukar dan modal lebih dibutuhkan masyarakat daripada
barang-barang yang tidak bergerak seperti tanah (Karim and Sahroni 2015).
C. Wakaf Uang
Wakaf uang atau sering disebut dengan wakaf tunai adalah wakaf yang
dilakukan seseorang, kelompok orang dan lembaga atau badan hukum dalam bentuk
uang tunai. yang termasuk kedalam pengertian uang dalah surat-surat berharga,
seperti saham, cek dan lainnya.
Komisi Fatwa Majelis Ulama Indonesia pun telah menetapkan fatwa tentang
wakaf uang sebagai berikut.
1. Wakaf uang (cash waqf/waqf al nuqud) adalah wakaf yang dilakukan seseorang,
kelompok orang, lembaga atau badan hukum dalam bentuk uang tunai.
2. TermasukTermasuk ke dalam pengertian uang adalah surat-surat berharga.
3. Wakaf uang hukumnya jawaz (boleh).
4. Wakaf uang hanya boleh disalurkan dan digunakan untuk hal-hal yang
diperbolehkan secara syar’i.
5. Nilai pokok wakaf uang harus dijamin kelestariannya, tidak boleh dijual,
dihibahkan, dan atau diwariskan.
Fatwa MUI tersebut kemudian diperkuat oleh hadirnya undang-undang No. 41
tahun 2004 tentang wakaf. Undang-undang tersebut menyebutkan bahwa wakaf tidak
hanya benda tidak bergerak, tetapi juga dapat berupa benda bergerak, seperti uang.
Dalam undang-undang tersebut juga diatur kebijakan perwakafan di Indonesia, mulai
dari pembentukan nadzir sampai dengan pengelolaan harta wakaf(Medias 2010).
Lahirnya undang-undang no 41 tahun 2004 dapat dikatakan sebagai
momentum titik balik dalam rangka pengembangan wakaf yang lebih luas. Wakaf
tidak lagi pada benda/barang yang tidak bergerak, melainkan juga untuk benda/barang
bergerak. Sehingga pengembangan wakaf menjadi lebih mudah dan bernilai
produktif, tidak hanya berkisar pada kuburan dan tempat peribadatan. Tujuan dari
wakaf untuk kemandirian dan kesejahteraan umat sangat mudah diperoleh. Bahkan
dengan wakaf akan menjadikan pertumbuhan ekonomi Indonesia semakin baik.
D. Pembangunan Ekonomi
Pembangunan ekonomi dan ekonomi pembangunan memiliki pengertian yang
sama, keduanya sering kali digunakan beriringan dan saling bergantian, padahal
keduanya memiliki arti dan orientasi yang berbeda. Ekonomi pembangunan
merupakan cabang ilmu ekonomi yang bertujuan untuk mencari solusi dari berbagai
permasalahan yang dihadapi oleh negara-negara yang baru merdeka, seperti
kemiskinan, kebodohan, pengangguran, keterbelakangan, dan ketertinggalan dalam
semua aspek kehidupan. Sementara itu, istilah pembangunan ekonomi biasanya
dikaitkan dengan perkembangan ekonomi suatu negara (Almizan 2016).
“Economic development is the development of economic wealth of countries
or regions for the well-being of their inhabitants. The study of economic development
is known as development economics”. Kalimat tersebut dapat diartikan bahwa
pembangunan ekonomi merupakan pembangunan kemakmuran ekonomi suatu negara
untuk kesejahteraan penduduknya.
Pembangunan ekonomi merupakan suatu usaha guna untuk mengembangkan
serta meningkatkan taraf hidup bangsa yang biasa dilihat dari pendapatan riil
perkapita. Pembangunan ekonomi salah satu indikator akan keberhasilan pelaksanaan
pembangunan yang dijadikan titik berat secara makro merupakan makna dari
pertumbuhan ekonomi.
Menurut Fahim Khan strategi pembangunan ekonomi bertumpu pada strategi
perluasan aktivitas wirausaha produktif, bukan bertumpu pada strategi perluasan
lapangan kerja sektor formal (Murtadho 2017). Oleh karenanya, prinsip ekonomi
Islam dalam pembangunan ekonomi tidak hanya dalam mencapai angka-angka
pertumbuhan saja, melainkan lebih kepada manfaat yang didapatkan masyarakat baik
yang sifatnya duniawi maupun ukhrawi. Bagaimana pertumbuhan ekonomi mampu
meningkatkan tingkat religiusitas dari manusia, dan bagaimana pertumbuhan ekonomi
memberikan maslahat kepada dunia dan seisinya. Namun sebaliknya, apabila
ekonomi pembangunan menimbulkan kemudaratan seperti terjadinya
keterbelakangan, kekacauan dan jauh dari nilai-nilai keadilan dan kemanusiaan, maka
pertumbuhan ekonomi tersebut tidak sesuai dengan ekonomi Islam (Beik 2016).
BAB III
METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian
Penelitian ini adalah penelitian kualitatif yang bersifat studi pustaka (library
research) yang menggunkan buku-buku dan literatur-literatur lainnya sebagai objek yang
utama. Jenis penelitian yang digunakan adalah kualitatif, yaitu penelitian yang
menghasilkan informasi berupa catatan dan data deskriptif yang terdapat di dalam teks
yang diteliti.
Dengan penelitian kualitatif, perlu dilakukan analisis deskriptif. Metode analisis
deskriptif memberikan gambaran dan keterangan yang secara jelas, objektif, sistematis,
analitis dan kritis mengenai instrumen wakaf sebagai stimulus untuk meningkatkan
pembangunan ekonomi. Pendekatan kualitatif yang didasarkan pada langkah awal yang
ditempuh dengan mengumpulkan data-data yang dibutuhkan, kemudian dilakukan
klasifikasi dan deskripsi.
B. Sumber Data
Ada dua sumber data yang dugunakan peneliti dalam skripsi ini, yaitu:
a) Data Primer, yaitu suatu referensi yang dijadikan sumber utama acuan penelitian.
Dalam penelitian ini, sumber primer yang digunakan adalah Jurnal E-payment:
Inovasi Layanan Penghimpunan Dan Redistribusi Wakaf Uang Berbasis Online
Dalam Percepatan Pembangunan Ekonomi Indonesia karya Izra Berakon, dkk dari
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta.
b) Data Sekunder, yaitu referensi-referensi pendukung dan pelengkap bagi sumber
primer. Dalam penelitian ini sumber sekunder berupa jurnal-jurnal sebagai berikut:
1. Jurnal Manfaat Wakaf Tunai Dalam Pembangunan Ekonomi Ummat karya M.
Hasan Ubaidillah Prodi Ekonomi Syariah Fakultas Syariah IAIN Sunan Ampel.
2. Jurnal Wakaf sebagai Instrumen Ekonomi Pembangunan Islam karya Nasrul
Fahmi Zaki Fuadi Universitas Islam Negeri Walisongo Semarang.
3. Jurnal Urgensi Wakaf Produktif Dalam Pembangunan Ekonomi Masyarakat karya
Dewi Sri Indriati.
4. Jurnal Pembangunan Ekonomi dan Ekonomi Pembangunan: Telaah Istilah dan
Orientasi dalam Konteks Studi Pembangunan karya Mit Witjaksono.
C. Metode Pengumpulan Data
Dalam penelitian kepustakaan, metode yang digunakan untuk mengumpulkan data
penelitian berupa data-data kepustakaan yang telah dipilih, dicari, disajikan dan
dianalisis. Sumber data penelitian ini mencari data-data kepustakaan yang substansinya
membutukan tindakan pengolahan secara filosofis dan teoritis. Studi pustaka di sini
adalah studi pustaka tanpa disertai uji empirik.
Data yang disajikan adalah data yang berbentuk kata yang memerlukan
pengolahan supaya ringkas dan sistematis. Pengumpulan data yang dilakukan dalam
penelitian ini adalah dengan mengumpulkan jurnal-jurnal tentang Pembangunan ekonomi,
wakaf produktif, dan wakaf uang. Kemudian dipilih, disajikan dan dianalisis serta diolah
supaya ringkas dan sistematis.
D. Teknik Analisis Data
Analisis adalah serangkaian upaya sederhana tentang bagaimana data penelitian
pada gilirannya dikembangkan dan diolah ke dalam kerangka kerja sederhana. Data yang
sudah terkumpul kemudian dianalisis untuk mendapatkan informasi, namun terlebih
dahulu data tersebut diseleksi atas dasar reliabilitasnya.
Dalam penelitian ini menggunakan teknik analisi data berupa analisis isi (content
analysis). Analisis isi merupakn analis ilmiah tentang isi pesan suatu data.
Jadi, sebagai bahan analisis dan komparatif terhadap instrumen wakaf uang adalah
data sekunder, sehingga dapat diketahui bagaimana instrumen wakaf sebagai stimulus
dapat meningkatkan pembangunan ekonomi.
BAB IV
PEMBAHASAN
A. Model Pengelolaan Wakaf Tunai Untuk Pembangunan Ekonomi
Model pengelolaan wakaf tunai ini menurut Monzer Kahf, gagasan untuk
menginvestasikan dana wakaf mislanya untuk mengkonstruksi harta yang
bergerak dapat diwakafkan atau untuk meninggalkan modal harta tetap wakaf
tidak dibahas dalam fikh klasik. Kahf membedakan model
investasi wakaf dalam dua model, model pembiayaan harta wakaf
tradisional dan model pembiayaan secara institusional.
1. Model pembiayaan harta wakaf secara tradisional.
Dalam buku-buku fiqh klasik menjelaskan bahwa pembiayaan harta
wakaf tradisional terdapat lima model pembiayaan rekonstruksi harta wakaf,
yaitu:
a) Pinjaman digunakan untuk membiayai operasional dan pemeliharan harta
wakaf. Sebelum harta wakaf dipinjamkan, maka syaratnya harus dapat izin
dari pihak dewan pengawas.
b) Model hukr diperkenalkan oleh fuqaha’ guna mensiasati larangan menjual
harta wakaf. Dari pada menjual harta wakaf, maka nadzir dapat menjual
hak dari harta wakaf dengan cara disewakan dalam jangka waktu tertentu
dan hasil sewa itu dimanfaatkan sesuai dengan tujuan wakaf.
c) Model Ijaratain menghasilkan sewa dalam waktu yang lama dan terdri dari
dua bagian. Pertama, berupa uang muka Lump Sum yang besar untuk
merekonstruksi harta wakaf, dan Kedua, sewa tahunan.
d) Menambah harta wakaf baru terhadap wakaf yang lama. Misalnya,
perluasan masjid Nabi Muhammad SAW di Madinah diperluas selama
pemerintahan Khalifah Umar, Usman, Bani Umayyah, dan Bani
Abbasiyah. Perluasan masjid itu dapat diartikan sebagai penambahan harta
baru terhadap harta wakaf yang lama.
e) Model substitusi, yaitu model pertukaran harta wakaf yang satu dengan
yang lainnya, sebab harta wakaf yang awal sudah lagi tidak dapat dipakai
atau kurang bermanfaat. Secara prinsip pertukaran ini dilakukan karena
untuk bisa memproduktifkan harta wakaf.
2. Model pembiayaan secara institusional.
Sesuai dengan perkembangan zaman maka fikih juga harus berkembang
yang sesuai dengan keuangan islami. Harta wakaf dapat diinvestasikan guna
membiayai proyek-proyek yang menguntungkan. Yang harus diperhatikan dalam
menginvestasikan dana wakaf dalam bentuk tunai harus berpegang teguh pada
prinsip-prinsip investasi islami, yaitu prinsip berbagi hasil, resiko, jualbeli, dan
sewa.
Investasi dana wakaf dengan beragam modelnya sebaiknya dikerjakan
Nadzir yang professional. Menurut fikh ada dua pandangan posisi nadzir dalam
kaitannya dengan masalah wakaf. Pertama, pendapat yang menagatakan bahwa
nadzir adalah penerima, penyalur, sekaligus pengelola harta (dana) wakaf. Kedua,
pendapat menyatakan bahwa Nadzir hanyalah sebagai penerima dan penyalur
dana wakaf, sedangkan pengelolaannya harus dipisahkan agar menghindari
adanya kemungkinan negative.
Munculnya bank-bank syari’ah membuat kalangan umat muslim membuat
antusias untuk ikut menyertakan dananya agar produktif. Utamanya pengelolaan
dana wakaf secara produktif. Dalam bentuk wakaf tunai pihak bank dapat
langsung mengelola dana, mengembangkannya, dan menyalurkan dana tersebut
sesuai tujuan yang dimaksudkan wakif atau pihak bank.
Sejak awal pengelolaan hingga penyaluran harus disadari bahwa wakaf
tunai merupakan dana publik. Karena dana wakaf dihimpun dari masyarakat luas
yang dengan suka rela menyisihkan hartanya untuk diwakafkan dan harus
dimanfaatkan pula oleh masyarakat luas pula.
Lembaga apapun yang akan mengelola dana wakaf tersebut harus
memenuhi persyaratan diantaranya ialah:
1) Profesional,
2) Transparan,
3) Dapat dipertanggungjawabkan.
Setelah munculnya undang-undang No. 41 Tahun 2004 tentang wakaf dan
Peraturan Pemerintah Nomor 42 tahun 2006, pengelolaan wakaf tunai mulai jelas,
baik dasar hukum maupun mekanisme pelaksanaan dari pada wakaf uang itu
sendiri.
Pelaksanaan wakaf tunai berupa uang dilakukan oleh wakif melalui
Lembaga Keuangan Syariah (LKS) yang ditunjuk oleh menteri sebagai Lembaga
Keuangan Syariah Penerima Wakaf Uang (LKSPWU). LKS yang ditunjuk oleh
menteri sebagai penerima wakaf didasarkan atas saran dan pertimbangan dari
Badan Wakaf Indonesia (BWI), yang terlebih dahulu mempertimbangkan saran
dari instansi terkait. (Pasal 23 dan 24 ayat (1), ayat (2) PP No. 42 Tahun 2006).
Lembaga keuangan syariah yang telah ditunjuk oleh menteri sebagai
penerima wakaf tunai pada pokoknya memiliki tugas sebagai berikut:
a. Mengumumkan kepada publik atas keberadaanya sebagai LKS-PWU;
b. Menyediakan forum sertifikat wakaf tunai;
c. Menerima secara uang wakaf tunai dari wakif atas nama nazir
d. Menempatkan wakaf tunai ke dalam rekening titipan (wadi’ah) atas nama
nazir yang ditunjuk wakif;
e. Menerima pernyataan kehendak wakif yang dituangkan secara bertulis dalam
forum pernyataan kehendak wakif;
f. Menerbitkan sertifikat wakaf tunai serta menyerahkan sertifikat tersebut
kepada wakif dan menyerahkan tembusan sertifikat kepada nazir yang
ditunjuk oleh wakif;
g. Mendaftarkan wakaf kepada menteri atas nama nazir. (Pasal 25 PP No. 42
Tahun 2006).
Perwujudan serta pengembangan wakaf tunai di Indonesia bermula di
kembangkan oleh Dompet Dhuafa Republika. Lembaga ini mempunyai misi
kemanusiaan membantu golongan dhuafa melalui Zakat, Infaq, Shadakah dan
wakaf (ZISWAF). Lebih lanjut oleh Dompet Dhuafa diperkenalkan pula apa yang
dikenal dengan wakaf investasi dan sekaligus mendirikan Tabung Wakaf
Indonesia sebagai lembaga.
B. Model Pengelolaan Wakaf Tunai Yang Efektif
Untuk mendapatkan pengelolaan wakaf tunai secara efektif kita bisa
menelisik masa sejarah islam terdahulu, yang kaya akan tanda-tanda adanya
kebangkitan lembaga-lembaga islam. Seharusnya diteliti secara obyektif dengan
menunjuk sedikitnya lima fakta sejarah:
1) Sistem masyarakat islam yang ideal, sebagaimana yang berkembang pada
awal Islam.
2) Peninggalan kebudayaan Islam.
3) Periode pasang surut penjajahan terhadap wilayah muslim yang berlangsung
berabad-abad mengakibatkan terabaikannya masalah ijtihad.
4) Dipertahankannya nilai-nilai dasar dan kelembagaan islam pada masyarakat
muslim, terutama kalangan bawah.
5) Kebangkitan sebagian besar negeri muslim dan lembaga-lembaga keislaman
belakangan ini.
Pada dasarnya pengelolaan wakaf tunai secara efektif untuk pembangunan
ekonomi itu terkait dengan opersionalnya. Garis besar operasionalisasi wakaf
tunai itu meliputi:
1) Wakaf tunai harus diterima sebagai sumbangan sesuai dengan syari’ah.
2) Wakaf harus dilakukan tanpa batas waktu.
3) Wakif berhak memilih tujuan-tujuan dimana wakif mewakafkan.
4) Wakaf tunai selalu menerima pendapatan dengan tingkat rate tertinggi yang
ditawarkan bank dari waktu ke waktu.
5) Kuantitas tetap utuh dan hanya keuntungan saja yang akan dibelanjakan untuk
tujuan-tujuan yang telah ditentukan oleh wakif.
6) Wakif dapat meminta bank mempergunakan profit sesuai tujuan.
7) Wakif dapat memberikan wakaf tunai untuk sekali saja.
8) Wakif dapat meminta pada nadzir untuk merealisasikan pengelolaan wakaf
tunai tersebut.
Hasil pengelolaan dana wakaf tunai dapat dimanfaatkan secara lebih luas
dalam rangka kesejahteraan masyarakat banyak dan bisa diaplikasikan sebagai
pembangunan ekonomi. Oleh karena itu, dana-dana segar yang didapatkan dari
hasil pemberdayaan wakaf tunai tersebut tidak hanya untuk kepentingan yang
selalu terkait dengan ibadah secara sempit seperti membangun masjid, musholla,
makam, pondok pesantren dan lain-lain, tapi juga bisa dimanfaatkan untuk
kepantingan umum. Maka untuk mengoptimalisasi wakaf tunai akan difokuskan
pada dua aspek besar yaitu pembangunan yang bersifat fisik dan pemberdayaan
dan pengembangan. Penyaluran dana hasil wakaf itu bisa untuk:
1) Dalam bidang pendidikan.
Mencermati anggaran pendidikan yang selama ini masih sangat
memprihatinkan. Hal ini membuktikan pemerintah masih belum secara serius
menggarap sector pendidikan. Setelah tersedianya wakaf tunai bisa dilakukan
langkah-langkah skala prioritas antara lain:
a) Pembangunan Pesantren,
b) Pembangunan Madrasah dan perguruan tinggi,
c) Lembaga riset untuk masyarakat,
d) Perpustakaan,
Sedangkan pemberdayaan dan pengembangan meliputi:
a. Kurikulum
b. Sumber daya manusia
c. Proyek-proyek riset teknologi tepat guna
2) Dalam bidang kesehatan dan fasilitas RS
Keberadaan wakaf juga terbukti telah banyak membantu bagi
pengembangan-pengembangan ilmu medis melalui penyediaan fasilitas public
dibidang kesehatan dan pendidikan. Untuk pembangunannya:
a. Rumah sakit dan poliklinik,
b. Apotik dan alat-alat medis,
Sedangkan untuk pemberdayaan dan pengembangannya meliputi:
a. Pengembangan SDM Kesehatan
b. Pengembangan riset bidang kesehatan.
3) Dalam bidang pelayanan sosial
Harus diakui bahwa pelayanan sosial di Indonesia terkenal sangatlah
buruk. Hal tersebut terkait dengan sumber pendanaan pemerintah yang masih
sangat minim. Oleh karena itu dengan adanya dan wakaf tunai diharapkan dapat
menunjang hal-hal yang terkait dengan:
a. Pembangunan fasilitas umum yang lebih memadai dan manusiawi,
b. Pembangunan tempat-tempat ibadah dan lembaga keagamaan yang
representative.
Sedangkan dalam rangka pemberdayaan dalam bidang pelayanan sosial ini
dapat diadakan berbagai aktifitas untuk pengembangan antara lain:
a. Meningkatkan kemampuan kaum dhuafa melalui berbagai pelatihan disiplin
dan kerja keras,
b. Membuat sebuah pola manajemen pengelolaan lembaga santunan untuk kaum
lemah, cacat dan terlantar lainnya,
c. Membuat proyek-proyek dakwah yang mencakup di bidang luas.
4) Dalam bidang pengembangan usaha kecil dan menengah (UKM)
Krisis ekonomi yang masih melanda Indonesia berdampak pada kondisi
sosial masyarakat banyak. Ambruknya bangunan dasar ekonomi bangsa menjadi
kunci persoalan untuk memperbaiki ekonomi masyarakat. Para pelaku ekonomi
yang merasakan betul dampak buruk dari kondisi tersebut adalah para pengusaha
kecil dan menengah. Untuk pengembangan dan pemberdayaannya meliputi:
a. Memprioritaskan pembinaan dan pengembangan UKM yang menggunakan
bahan baku berasal dari sumber daya alam dan industry,
b. Memberi peluang lebih besar kepada lembaga professional perbankkan,
c. Pelatihan bagi UKM dalam hal kemampuan teknologi proses dan produksi,
d. Membantu pemasaran UKM baik dalam maupun luar negeri,
e. Pembangunan infrastuktur yang mendukung pemberdayaan ekonomi rakyat.
Selain faktor modal usaha kecil dan menengah secara umum maish
menghadapi banyak kendala seperti tidak punya kemampuan produksi, jaringan
atau factor lain. Factor eksternal seperti iklin usaha yang tidak kondusif.
Sebenarnya untuk iklim yang tidak kondusif biasanya memicu UKM. Namun
biasanya pertimbuhan UKM ini bukan karena bagus, tetapi karena kurangnya
peluang di bidang yang lain.
Untuk memajukan UKM dengan sistem syari’ah merupakan hal yang
sangat berpengaruh dalam perbaikan ekonomi umat, terutama bagi pelaku bisnis
UKM. Mekanisme pasar yang terbaik menurut syariah adalah mengikuti
mekanisme pasar. Kuncinya masyarakat yang bisa mengatur diri sendiri. Tetapi,
pemerintah perlu berperan memberikan proteksi dan perangkat hukum untuk
memajukan sistem UKM yang bersifat wakaf tersebut agar mereka memiliki
kepastian usaha. Untuk itu dalam rangka menerapkan sitem islam yang berlabel
Syari’ah utamanya adalah segi wakaf tunai dalam masyarakat membutuhkan
strategi dan keseriusan untuk penggalangan kekuatan.
Untuk permodalan misalnya, dibutuhkan strategi untuk transfer dana,
dengan cara yang lebih islami dan tidak menggunakan sistem bunga. Sistem
permodalan dengan sistem syari’ah dapat dilakukan melalui institusi perbankkan
syari’ah dan juga lembaga-lembaga keagamaan yang lain, seperti perbankkan
syari’ah, badan amil zakat, lembaga amil zakat, dan badan wakaf Indonesia yang
di dalamnya mengelola wakaf tunai.

BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Wakaf adalah penahanan harta yang dapat diambil manfaatnya tanpa
musnah seketika dan untuk penggunaan yang mubah serta dimaksudkan untuk
mendapatkan keridhaan Allah. Secara harfiah wakaf bermakna “Pembatasan” atau
“larangan”. Kata waqf digunakan dalam Islam untuk maksud “pemilikan dan
pemeliharaan” harta benda tertentu untuk kemanfaatan sosial yang ditetapkan
dengan maksud mencegah penggunaan harta wakaf tersebut di luar tujuan khusus
yang telah ditetapkan tersebut.
Wakaf uang atau sering disebut dengan wakaf tunai adalah wakaf yang
dilakukan seseorang, kelompok orang dan lembaga atau badan hukum dalam
bentuk uang tunai. yang termasuk kedalam pengertian uang dalah surat-surat
berharga, seperti saham, cek dan lainnya.
Indonesia merupakan negara yang mayoritas berpenduduk muslim,
tentunya Indonesia mempunyai potensi yang sangat besar untuk meningkatkan
perekonomian melalui wakaf uang. Namun, dana wakaf uang yang terkumpul oleh
Badan Wakaf Indonesia masih minimum. Ditambah lagi, angka kemiskinan di
Indonesia masih sangat tinggi.
Setelah melihat potensi wakaf di Indonesia dan dengan melihat juga
tingkat kemiskinan di Indonesia, maka penting untuk membahas lebih lanjut
bagaimana wakaf dapat digunakan sebagai instrumen dalam pembangunan
ekonomi, sehingga wakaf mampu membantu masyarakat miskin dalam
mencukupi kebutuhan utamanya dan mengurangi angka kemiskinan di Indonesia

DAFTAR PUSTAKA
Suhendi, Hendi. 2010. Fiqh Muamalah. Bandung: PT Rajagrafindo Persada.

Berakon, Izra, dkk. 2017. E-payment: Inovasi Layanan Penghimpunan Dan


Redistribusi Wakaf Uang Berbasis Online Dalam Percepatan Pembangunan Ekonomi
Indonesia. Jurnal Al Qardh, Volume V, Nomor 1

Ubaidillah, M. Hasan. 2012. Manfaat Wakaf Tunai Dalam Pembangunan Ekonomi


Ummat. Jurnal ElQist Vol. 02, No. 02

Fuadi, Nasrul Fahmi Zaki. 2018. Wakaf sebagai Instrumen Ekonomi Pembangunan
Islam. Jurnal Ekonomi Islam – Volume 9, Nomor 1

Indriati, Dewi Sri. 2017. Urgensi Wakaf Produktif Dalam Pembangunan Ekonomi
Masyarakat. Jurnal Ilmiah Al-Syir’ah Vol 15 No. 2

Mit Witjaksono. 2009. Pembangunan Ekonomi dan Ekonomi Pembangunan: Telaah


Istilah dan Orientasi dalam Konteks Studi Pembangunan. Jurnal JESP Vol. 1, No. 1

Anda mungkin juga menyukai