DISUSUN OLEH :
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
dalam kehidupan profesinya setiap insan profesi tersebut melaksanakan kode etik
yang telah mereka sepakati dengan konsisten, ilmu pengetahuan, keahlian yang di
kesejahteraan rakyat.
disatukan dengan latar belakang pendidikan yang sama, memiliki keahlian yang
dalam bidang kesehatan. Ciri khusus pertama profesi apoteker mempunyai sistim
nilai yang mengikat tingkah apoteker baik sesama kolega, sejawat maupun
terhadap anggota masyarakat. Ciri khusus yang kedua bersifat otonom memiliki
otonom. Sistem nilai akan melahirkan etika profesi apoteker dan sistim otonom
No.36 tahun 2014) Pasal 66 ayat 1 bahwa Setiap tenaga kesehatan dalam
nilai dan sistem otonom sebagai profesi apoteker di Indonesia diwadahi dalam
suatu ikatan organisasi profesi yaitu Ikatan Apoteker Indonesia (IAI). Organisasi
B. Tujuan
C. Manfaat
PEMBAHASAN
bertanggung jawab kepada pasien yang berkaitan dengan sediaan farmasi dengan
maksud mencapai hasil yang pasti untuk meningkatkan mutu kehidupan pasien.
Izin Kerja Tenaga Kefarmasian pasal 17 ayat (1) Setiap tenaga kefarmasian yang
akan menjalankan pekerjaan kefarmasian wajib memiliki surat izin sesuai tempat
atau melakukan pekerjaan kefarmasian pada fasilitas Kefarmasian. Sampai saat ini
a. Seorang Apoteker harus berbudi luhur dan memberikan contoh yang baik
kesehatan.
b. Seorang Apoteker harus menjauhkan diri dari setiap tindakan yang dapat
Berlaku
malpraktek tersebut benar-benar terjadi karena salah obat yang mengarah pada
ranah pidana, atau kebutaan karena penyakit sehingga tidak ada kaitannya dengan
Kesehatan di jelaskan dalam Pasal 77, Pasal 78 dan Pasal 79 yaitu: Pasal 77
kelalaian Tenaga Kesehatan dapat meminta ganti rugi sesuai dengan ketentuan
Peraturan Perundang-undangan. Pasal 78 Dalam hal Tenaga Kesehatan diduga
malpraktek yang terjadi telah di selesaikan secara non penal atau diluar
pada kasus malpraktek terjadi karena kelalaian yang di lakukan oleh tenaga
penyelesaian perkara menggunakan cara di luar pengadilan atau non penal. Erna
seperti ikatan dokter, ikatan perawat, ikatan bidan, ikatan apoteker dan masih
banyak lagi.
Hal tersebut cukup kuat selagi masih bisa di selesaikan di antara mereka
pihak yang berselisih maka mereka akan menyelesaikan perkara atau kasus
pidana nya. Apabila kasus malpraktek di selesaikan secara penal atau secara
hukum pidana akan memakan proses yang panjang baik itu waktu dan lain-lain
bersifat win-win solution dimana para pihak tidak ada yang menang dan kalah,
sehingga sengketa tidak berlangsung lama dan berlarut-larut serta dapat
pengadilan sangat banyak diantaranya biaya murah, cepat, memuaskan para pihak
puskesmas Way Kandis Bandar Lampung di selesaikan secara non penal atau di
luar pengadilan
korban sudah mengalami luka pada mata nya yaitu gangguan Ulkus Kornea atau
luka pada kornea mata korban, untuk awal-awal luka tersebut tidak terdeteksi.
Ulkus kornea adalah luka terbuka yang terbentuk pada kornea oleh berbagai
sebab, penyebab tersering adalah infeksi. Kelalaian medis adalah salah satu
bentuk dari malpraktik medis, sekaligus merupakan bentuk malpraktik medis yang
melakukan sesuatu (omisi) yang seharusnya dilakukan oleh orang lain yang
memiliki kualifikasi yang sama pada suatu keadaan dan situasi yang sama. Perlu
diingat bahwa pada umumnya kelalaian yang dilakukan orang perorang bukanlah
merupakan perbuatan yang dapat dihukum, kecuali apabila dilakukan oleh orang
mengakibatkan kerugian atau cedera bagi orang lain.8 Dalam kasus malpraktek
pengadilan.
(inspanningverbintenis)
Kandis adalah merujuk korban ke dokter spesialis mata pada rumah sakit Graha
Husada Bandar Lampung, kemudian dokter spesialis mata pada rumah sakit Graha
Husada Bandar Lampung menyatakan bahwa tidak terjadi ada apa-apa terhadap
korban. Sengketa terjadi karena kurangnya komunikasi antara korban dan pihak
puskesmas way kandis, setelah korban diperiksa oleh dokter spesialis mata di
rumah sakit Graha Husada Bandar Lampung dan korban di beri obat. Tetapi tetap
tidak dibenarkan human error, adapun akan terjadi human error yang dilakukan
oleh apoteker karena overloadpasien, karena tenaga kesehatan dituntut untuk tidak
saja, untuk tingkat ketelitian nya. Apoteker mampu melayani pasien lebih dari 50
orang pasien tetapi akan terjadi kemungkinan semakin banyaknya error human.
Untuk itu pihak tenaga kesehatan menerapkan upaya pencegahan berupa gerakan
atas kejadian kasus malpraktek tersebut dan langsung secara keseluruhan dibuat
surat edaran guna mencegah terulangnya kasus serupa, yaitu dibuat lagi tanda
untuk membedakan mana untuk obat mata dan mana untuk obat untuk telinga.9
Bagi tenaga farmasi, mempelajari dan memahami obat dari segala sudut
wajib diketahui oleh seorang tenaga farmasi, terutama apoteker atau farmasis.
Tapi bagi masyarakat awam kesehatan maupun profesi lain, termasuk tenaga
kesehatan non farmasi, belum tentu ilmu farmasi dapat dipahami dengan mudah.
orang sejak lahir hingga dewasa. Seringkali pada saat (terpaksa) mengonsumsi
obat, seseorang akan pasrah terhadap obat apapun yang diresepkan oleh dokter.
obat bebas dengan dipandu oleh iklan atau promosi obat di berbagai media.
memperoleh obat melalui sistem online. Hal inilah yang belakangan mulai
O”. Melalui tagline ini diharapkan masyarakat dapat lebih aktif lagi mencari
informasi tentang obat, baik kepada tenaga kesehatan khususnya tenaga farmasi,
maupun dari sumber informasi lainnya yang valid dan terpercaya, seperti kemasan
terjawab sebelum seseorang mengonsumsi obat merujuk pada kata “obat”, yaitu:
dapat bertanya hal lain yang diperlukan terkait dengan obat yang akan dan sedang
dikonsumsi. Pada obat bebas yang dapat diperoleh tanpa resep dokter, semua
informasi tersebut tercantum dengan jelas pada kemasan obat. Sedangkan pada
obat keras yang diperoleh dengan resep dokter, masyarakat dapat bertanya pada
dokter yang meresepkan atau pada apoteker pada saat menebus resep. Upaya yang
di lakukan oleh pihak puskesmas adalah dengan merujuk pasien ke rumah sakit
dan di periksa langsung oleh dokter spesialis mata, diberikan perwatan yang
apoteker di puskesmas way kandis sudah tepat, karena apoteker nya sudah
mendapat teguran dan sanksi sosial meskipun kebutaan tidak disebabkan dari efek
obat yang diberikan oleh apoteker kepada korban. Pihak puskesmas Way Kandis
selesai dan ditangani oleh dokter spesialis mata di rumah sakit Graha Husada
Bandar Lampung.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
kekeluargaan. Pihak korban selaku pihak yang dirugikan atas kelalaian dari
apoteker yang bertugas pada puskemas way kandis Bandar lampung tersebut
negosiasi tersebut pihak yang bertanggung atas kelalaian yang dilakukan oleh
pihak puskesmas tersebut adalah Dinas Kesehatan Kota Bandar Lampung. Hasil
negosiasi yang disepakati kedua belah pihak adalah bahwa pihak korban diberikan
fasilitas perawatan secara intensif dan segala biaya perawatan tersebut ditanggung
oleh pihak Dinas Kesehatan Kota Bandar Lampung selaku pihak yang
Anonim, 1990, The Role Of The Pharmacist In Health Care System, Jakarta:
Yogyakarta: Liberty
Depkes RI, 2009, Peraturan Pemerintah No. 51 Tahun 2009 Tentang Pekerjaan
Isvandyarie, Anny, 2005, Malpraktek dan Risiko Medik (Dalam Hukum Pidana),
Komalawati, Veronica, 1989, Hukum dan Etika Praktik Dokter, Jakarta: Pustaka
Sinar Harapan.
Indonesia: Jakarta.
Refika Aditama.
Jakarta.
Tenaga Kesehatan.