Anda di halaman 1dari 14

PENERAPAN MODEL DISCOVERY LEARNING UNTUK MELATIH

KETERAMPILAN PROSES SAINS PADA MATERI TEKANAN DI


KELAS VIII SEMESTER II SMP SANTA MARIA PALANGKA RAYA
TAHUN AJARAN 2018/2019

ARTIKEL

OLEH
RUSLIAN FERNANDO
ACB 114 068

UNIVERSITAS PALANGKARAYA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
JURUSAN PENDIDIKAN MIPA
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA
2019
ARTIKEL PENDIDIKAN FISIKA 2019, Universitas Palangka Raya

PENERAPAN MODEL DISCOVERY LEARNING UNTUK MELATIH KETERAMPILAN


PROSES SAINS PADA MATERI TEKANAN DI KELAS VIII SEMESTER II SMP SANTA
MARIA PALANGKA RAYA TAHUN AJARAN 2018/2019

Ruslian Fernando1), Dr. Pendi Sinulingga, M.Pd2), Saulim DT Hutahaean, S.Pd, M.Pd3)
1
Mahasiswa Program Studi Pendidikan Fisika, FKIP Universitas Palangka Raya
Jl. Yos Sudarso III, Palangka Raya-Kalteng
Email : ruslianfernando23@gmail.com
2, 3
Dosen Program Studi Pendidikan Fisika, FKIP Universitas Palangka Raya

ABSTRAK
Tujuan penelitian ini adalah: (1) untuk mendeskripsikan hasil pengamatan terhadap
keterampilan proses sains siswa secara kelompok dan individu (2) untuk mendeskripsikan
hasil belajar siswa setelah menggunakan model discovery learning pada materi tekanan.
Penelitian ini termasuk dalam penelitian pre-experimental. Populasi penelitian adalah seluruh
siswa kelas VIII SMP Santa Maria Palangka Raya yang berjumlah tiga kelas. Jumlah sampel
dalam penelitian ini sebanyak satu kelas yang berjumlah 23 siswa. Hasil penelitian yang
diperoleh adalah (1) Nilai hasil rata-rata keterampilan proses sains siswa dengan
menggunakan model discovery learning setiap kelompok tiap pertemuan sebesar 79.58%
dengan kategori baik dan penguasaan keterampilan proses sains individu dengan kategori
cukup baik sebanyak 2 siswa dengan nilai 12,50%, kategori baik sebanyak 6 siswa dengan
nilai 37,50%, dan kategori sangat baik sebanyak 8 siswa dengan nilai 50%. (2) hasil belajar
siswa setelah menerapkan model discovery learning dari 16 siswa yang mengikuti tes hasil
belajar di peroleh 11 orang siswa tuntas dan 5 orang siswa tidak tuntas. Secara klasikal tidak
tuntas, karena hanya diperoleh 68,75%, TPK yang tuntas sebanyak 23 TPK dari 31 TPK
dengan persentase TPK yang tuntas 74,19%.

Kata Kunci : model discovery learning, keterampilan proses sains, hasil belajar kognitif

ABSTRACT
The purpose of this study is: (1) to describe the observations of science process skills of
students in groups and individuals (2) to describe student learning outcomes after using a discovery
learning model on pressure material. This research was included in pre-experimental research. The
study population was all eighth grade students of Palangka Raya Santa Maria Middle School which
numbered three classes. The number of samples in this study were one class, amounting to 23
students. The results obtained were (1) the value of the average science process skills of students
using discovery learning models for each group at 79.58% with good categories and mastery of
individual science process skills with good enough categories of 2 students with a value of 12.50 %,
good categories as many as 6 students with a value of 37.50%, and a very good category of 8 students
with a value of 50%. (2) student learning outcomes after applying the discovery learning model of 16
students who took the test of learning outcomes were obtained 11 students completed and 5 students
did not complete. Classically it is not complete, because only 68.75% are obtained, TPK is completed
by 23 TPK from 31 TPK with a percentage of TPK completed 74.19%.

Keywords : discovery learning model, science process skills, cognitive learning outcomes
ARTIKEL PENDIDIKAN FISIKA 2019, Universitas Palangka Raya

A. Pendahuluan SMP Santa Maria Palangka Raya


Pendidikan adalah salah satu bentuk merupakan salah satu lembaga pendidikan
perwujudan kebudayaan manusia yang dinamis formal tingkat menengah pertama yang terdiri
dan sarat perkembangan. Perubahan atau antara kelas VII sampai dengan kelas IX yang
perkembangan pendidikan adalah hal yang berlokasi di Jalan Nila Putih Km 5,5 Tjilik
memang seharusnya terjadi sejalan dengan Riwut Palangka Raya. Sekolah ini
perubahan budaya kehidupan. Perubahan menggunakan kurikulum 2013. Sarana dan
dalam arti perbaikan pendidikan pada semua prasarana yang tersedia di sekolah berupa
tingkat perlu terus-menerus dilakukan sebagai ruangan kelas, perpustakaan, dan laboratorium
antisipasi kepentingan masa depan (Trianto, yang cukup memadai. Berdasarkan hasil
2010: 1). Perubahan pendidikan pada semua observasi pada bulan September 2018 dengan
tingkatan salah satunya pendidikan formal guru IPA kelas VIII SMP Santa Maria
yaitu terjadinya proses belajar mengajar di Palangka Raya yang terdiri dari satu kelas saja
sekolah. pada tahun 2017/2018 dan diperoleh informasi
Proses belajar mengajar pada hakikatnya nilai KKM IPA adalah 70. Nilai rata-rata
adalah suatu pola interaksi antara guru dengan ulangan harian IPA pada materi tekanan kelas
siswa dan antara siswa dalam situasi VIII Semester II yang hanya terdapat satu
pendidikan (Astuti, 2013: 88). Kegiatan proses kelas pada tahun Ajaran 2017/2018 yakni 69,5.
belajar mengajar diharapkan siswa berperan Nilai rata-rata hasil belajar siswa kelas VIII
aktif dalam upaya menemukan pengetahuan, pada materi tekanan semester II tahun ajaran
konsep, teori dan kesimpulan bukan upaya 2017/2018 belum mencapai KKM yang
mengumpulkan informasi atau fakta. Peran ditetapkan.
guru dalam hal ini yaitu membuat siswa Hasil observasi yang dilakukan pada kelas
berperan aktif dalam membangun VIII-C di SMP Santa Maria Palangka Raya,
pengetahuannya sendiri sehingga bukan hanya diperoleh bahwa dalam kegiatan praktikum
guru saja yang aktif tetapi siswa juga aktif guru tidak pernah melatih siswa bagaimana
dalam proses pembelajaran. Ayuningtyas merumuskan hipotesis, melakukan percobaan,
(2015: 637) menyatakan bahwa guru perlu menganalisis data, dan menyusun kesimpulan.
memberikan kesempatan kepada siswa untuk Keterampilan proses sains dalam melakukan
mengembangkan rasa ingin tahunya dan percobaan atau eksperimen jarang dilakukan
memberikan peluang pada mereka untuk oleh siswa. Pentingnya keterampilan proses
menemukan sendiri jawaban atas rasa sains bagi siswa agar memperoleh pengalaman
keingintahuannya. belajar secara langsung dan juga
Salah satu mata pelajaran untuk jenjang pengembangan sikap ilmiah siswa serta
pendidikan SMP sederajat adalah IPA. Ilmu dengan dilatihnya keterampilan proses sains
Pengetahuan Alam (IPA) merupakan salah satu siswa dalam melakukan percobaan, siswa
pelajaran yang memiliki daya tarik untuk dituntut untuk berpikir, bekerja dan bersikap
dipelajari oleh siswa. Wahyana dalam Trianto ilmiah sehingga menemukan konsep sendiri.
(2010: 136) menyatakan bahwa IPA adalah Pembelajaran IPA yang dilaksanakan
suatu kumpulan pengetahuan tersusun secara masih menggunakan metode ceramah dan
sistematik, dan dalam penggunaannya secara model konvensional. Model pembelajaran
umum terbatas pada gejala-gejala alam. IPA yang digunakan membuat siswa menjadi tidak
adalah suatu kumpulan teori yang sistematis, aktif karena guru sebagai satu satunya sumber
penerapannya secara umum terbatas pada informasi dalam proses belajar mengajar.
gejala-gejala alam, lahir dan berkembang Konsep yang diberikan oleh guru kepada siswa
metode ilmiah seperti observasi dan hanya sebatas teori. Siswa tidak melakukan
eksperimen serta menuntut sikap ilmiah seperti percobaan untuk menemukan konsep tersebut
rasa ingin tahu, terbuka, jujur, dan sebagainya sehingga siswa tidak memiliki keterampilan
(Trianto, 2010: 136). Kecenderungan proses sains. Hal in menyebabkan
pembelajaran IPA pada masa kini adalah siswa pembelajaran menjadi membosankan dan
hanya mempelajari IPA sebagai produk, siswa merasa jenuh. Pembelajaran yang
menghafalkan konsep, teori, dan hukum menyenangkan dengan memberikan tantangan
(Trianto, 2010: 154). Akibatnya IPA sebagai kepada siswa untuk berpikir, mencoba dan
proses, sikap, dan aplikasi tidak tersentuh belajar.
dalam pembelajaran.
ARTIKEL PENDIDIKAN FISIKA 2019, Universitas Palangka Raya

Peneliti berpendapat bahwa siswa yang terdapat 24 siswa tuntas, secara klasikal tidak
dapat menemukan sendiri, fakta, konsep, teori, tuntas dengan diperoleh 82,75% siswa yang
dan hukum, maka siswa dapat mengingatnya tuntas, dan ketuntasan TPK diperoleh 18 TPK
dalam jangka waktu yang panjang tuntas (81,82%) dari 22 TPK. Hasil penelitian
dibandingkan hanya mendapatkan teori dari Yustantin dengan judul penerapan model
guru saja. Hal ini dapat dibuktikan dengan discovery learning untuk meningkatkan
kerucut pengalaman Edgar Dale. Arsyad pemahaman konsep pada materi pokok usaha
(2010: 10) menyatakan bahwa pengalaman dan energi siswa kelas XI IPA semester I di
langsung akan memberikan kesan paling utuh SMAN-4 Palangka Raya tahun ajaran
dan paling bermakna mengenai informasi dan 2014/2015 adalah menyatakan bahwa
gagasan yang terkandung dalam pengalaman ketuntasan hasil belajar siswa diperoleh 27
ini karena melibatkan indera penglihatan, siswa tuntas dari 36 siswa, secara klasikal 75%
pendengaran, perasaan, penciuman dan peraba. siswa tuntas serta TPK yang tuntas sebanyak
Berdasarkan hasil observasi dan 16 TPK (69,57%).
wawancara, peneliti memilih model discovery Berdasarkan uraian yang dikemukakan di
learning. Model discovery learning adalah atas, peneliti tertarik untuk melakukan
model pembelajaran yang cocok melatih penelitian di kelas VIII SMP Santa Maria
digunakan untuk melibatkan siswa dalam Palangka Raya dengan judul “Penerapan
mendapatkan pengalaman pembelajaran secara Model Discovery Learning untuk Melatih
langsung dan diterapkan dalam melatih Keterampilan Proses Sains pada Materi
keterampilan proses sains siswa salah yaitu Tekanan di Kelas VIII Semester II SMP Santa
model discovery learning (Ratnasari, 2017: Maria Tahun Ajaran 2018/2019”.
325). Model discovery learning diartikan
sebagai suatu prosedur mengajar yang B. Metode Penelitian
mementingkan pengajaran, perseorangan, Penelitian ini termasuk dalam penelitian
manipulasi objek dan percobaan, sebelum pre-experimental karena desain penelitian ini
sampai pada generalisasi (Suryosubroto, 2009: belum merupakan eksperimen sungguh-
178). Model discovery learning mengarahkan sungguh dalam arti setelah variabel bebas
siswa untuk memahami konsep, arti, dan diberi perlakuan (treatment), maka variabel
hubungan melalui proses intuitif untuk akhir tersebut diobservasi akan menjadi variabel
pada suatu kesimpulan (Wahjudi, 2015: 2). terikat. Adapun desain penelitian ini adalah
Pengaplikasian model discovery learning di one shot case study yaitu terdapat suatu
dalam kelas ada beberapa prosedur yang kelompok diberi treatment/perlakuan, dan
dilaksanakan dalam kegiatan pembelajaran selanjutnya diobservasi hasilnya (Sugiyono,
menurut Syah dalam Setiani dkk (2015: 216) 2015: 110).
yaitu, stimulasi/pemberian rangsangan Instrumen 1 digunakan adalah tes
(stimulation), pernyataan masalah (problem keterampilan proses sains dalam bentuk tes
statement), pengumpulan data (data kinerja. Tes ini bertujuan untuk mengukur
collection), pemrosesan data (data processing), keterampilan proses sains siswa, yang
verifikasi (verification) dan berkaitan dengan membuat hipotesis,
generalisasi/menarik kesimpulan melakukan percobaan, menganalisis data dan
(generalization). Model discovery learning membuat kesimpulan. Keterampilan proses
akan memberi alternatif bagi pembelajaran sains yang dinilai yaitu keterampilan proses
IPA untuk melatih keterampilan proses sains sains secara kelompok dan keterampilan proses
siswa sehingga pembelajaran berpusat pada sains secara individu. Keterampilan proses
siswa. sains secara kelompok dilakukan di setiap
Hasil penelitian Predhana yang berjudul pertemuan pembelajaran secara kelompok
penerapan metode discovery learning untuk dengan mengerjakan lembar kerja siswa yang
melatih keterampilan proses sains pada materi terdapat pada masing-masing RPP.
kalor siswa di kelas VII SMPN 9 Palangka Keterampilan proses sains secara individu
Raya tahun ajaran 2014/2015 menyatakan dilaksanakan setelah diberi pembelajaran
keterampilan proses sains siswa terdapat model discovery learning pada materi tekanan
20,7% berkategori cukup baik, 51,72% dengan pengamatan dilakukan oleh 4 (empat)
berkategori baik, dan 27,58% berkategori orang pengamat.
sangat baik. Hasil belajar ketuntasan individu
ARTIKEL PENDIDIKAN FISIKA 2019, Universitas Palangka Raya

Instrumen 2 yang digunakan yaitu Tes penerapan model discovery learning selama 3
Hasil Belajar (THB) Kognitif Tes hasil belajar pertemuan yang diperoleh dari skor yang
dalam bentuk pilihan ganda. Tes ini bertujuan diberikan oleh pengamat untuk masing-masing
untuk mengukur hasil belajar kognitif siswa. kelompok. Skor yang diperoleh berdasarkan
Tes ini diberikan setelah semua pembelajaran komponen merumuskan hipotesis, melakukan
dengan menggunakan model discovery percobaan, menganalisis data dan menyusun
learning pada materi tekanan selesai. Tes hasil kesimpulan dalam setiap pertemuan disajikan
belajar (THB) kognitif berupa soal-soal materi pada Diagram 1 sebagai berikut.
tekanan. Tes yang digunakan berupa tes
tertulis dalam bentuk tes objektif dengan 4 Diagram 1. Hasil Keterampilan Proses
pilihan, yaitu a, b, c, dan d sebanyak 40 soal Sains Tiap Pertemuan
dengan acuan bahwa setiap item tes yang
dijawab benar skor 1 dan item yang dijawab
salah diberi skor 0. Sebelum dipergunakan,
soal terlebih dahulu diujicobakan untuk
mengetahui validitas, reliabilitas, tingkat
kesukaran dan daya. pembeda

C. Hasil Penelitian dan Pembahasan


1. Keterampilan Proses Sains Diagram 1. Hasil Keterampilan Proses
a. Hasil Keterampilan Proses Sains Tiap Sains Tiap Pertemuan
Pertemuan Pertemuan ke-1 mengenai tekanan zat
Hasil keterampilan proses sains tiap padat dan tekanan zat cair merupakan hari
pertemuan dapat dilihat pada Tabel 1 yang pertama melakukan percobaan dan sebagian
disajikan. kelompok masih terlihat bingung dalam
Tabel 1. Rekapitulasi Nilai Keterampilan mengikuti prosedur kerja terkhusus ketika
Proses Sains Kelompok merumuskan hipotesis di awal sebelum
melakukan percobaan. Hal ini dapat terlihat
dari Tabel 1 yang disajikan dan terlihat jelas
pada kelompok II dan III yang merupakan
kelompok yang masuk dalam kategori baik
dengan perolehan skor 34,5 (78,41%).
Perolehan skor tersebut dikarenakan siswa
masih kesulitan di beberapa langkah kegiatan
seperti merumuskan hipotesis, menganalisis
dan menyimpulkan hasil kegiatan, siswa masih
perlu dibimbing dan diarahkan oleh guru dan
pengamat dalam melakukan kegiatan
praktikum. Pada saat melakukan percobaan
siswa masih kebingungan dalam meletakan
balok di atas tepung dengan benar sehingga
perlu dibimbing oleh guru dan pengamat,
selain itu kelompok tersebut dalam
menggunakan penggaris masih kebingungan
Tabel 1 merupakan rekapitulasi nilai dan keliru saat mengukur kedalaman dan jarak
keterampilan proses sains kelompok tiap pancuran air. Permasalahan seperti ini terjadi
pertemuan di kelas VIII-C SMP Santa Maria dimungkinkan karena siswa tidak benar-benar
Palangka Raya. Masing-masing kelompok dalam membaca lembar kerja siswa (LKS)
memiliki perbedaan dalam membuat hipotesis, yang sudah diberikan sebagai pedoman
melakukan percobaan, menganalisis data dan kegiatan percobaan. Selain itu siswa masih
menyusun kesimpulan tersebut sehingga belum bisa menggunakan penggaris untuk
mempengaruhi perolehan skor tiap kelompok. mengukur jarak pancuran, yang menyebabkan
Hasil keterampilan proses sains tiap pengukuran jarak pancuran air kurang tepat
pertemuan Hasil pengamatan keterampilan sehingga perlu dibimbing guru dan pengamat
proses sains siswa secara kelompok selama dalam menggunakan penggaris dengan benar.
ARTIKEL PENDIDIKAN FISIKA 2019, Universitas Palangka Raya

Pertemuan ke-2 dengan melakukan keterampilan proses sains tiap individu diikuti
percobaan mengenai Hukum Pascal dan oleh 16 siswa dari 23 siswa sedangkan 7 orang
Hukum Archimedes. Berdasarkan Tabel 1 siswa tidak mengikuti tes dikarenakan adanya
diagram maka terlihat bahwa kelompok III kegiatan sekolah.
memiliki skor 34,5 (78,41%) sedangkan Tabel 2. Hasil Keterampilan Proses Sains Tiap
kelompok IV mengalami penurunan skor Individu
menjadi 33,5 (76,16%). Penurunan perolehan No Skor
skor kelompok pada pertemuan ke-2 dapat Nilai Kategori
Urut Total
terlihat pada Tabel 1. Perolehan skor tersebut
1 35 79.55 Baik
dikarenakan sebagian kelompok siswa sedikit
2 33 75.00 Baik
kebingungan dalam mengikuti langkah kerja
3 36 81.82 Sangat Baik
dan merangkai alat percobaan Hukum Pascal
dan Hukum Archimedes sesuai dengan lembar 4 43 97.73 Sangat Baik
kerja siswa (LKS). Permasalahan seperti ini 5 43 97.73 Sangat Baik
terjadi dimungkinkan karena beberapa faktor 6 35 79.55 Baik
diantaranya siswa tidak benar-benar dalam 7 25 56.82 Cukup Baik
membaca lembar kerja siswa (LKS) yang 8 33 75.00 Baik
sudah diberikan sebagai pedoman kegiatan 9 38 86.36 Sangat Baik
percobaan. Selain itu siswa belum terlalu 10 41 93.18 Sangat Baik
mengenal alat dan bahan yang digunakan 11 31 70.45 Baik
dalam percobaan Hukum Archimedes 12 31 70.45 Baik
sehingga siswa sulit memahami prosedur kerja 13 26 59.09 Cukup Baik
dan juga kurang kerja sama dalam kelompok. 14 42 95.45 Sangat Baik
Siswa sedikit kesulitan dalam menganalisis 15 37 84.09 Sangat Baik
data hasil percobaan sehingga cenderung lama 16 39 88.64 Sangat Baik
dalam mengerjakannya. Permasalahan seperti Hasil keterampilan proses sains siswa yang
ini terjadi dimungkinkan karena beberapa dilakukan siswa per individu pada kegiatan tes
faktor diantaranya siswa yang ada dalam keterampilan proses sains secara sederhana
kelompok tersebut kurang memahami akan disajikan pada Diagram 2.
materi karena guru hanya memberikan
penguatan di akhir setelah kegiatan percobaan.
Pada pertemuan ke-3 dengan melakukan
percobaan mengenai Hukum Tekanan Gas.
Ditinjau dari perolehan skor masing-masing
kelompok pada pertemuan ke-3 terdapat
kelompok yang mengalami penurunan
perolehan skor kelompok. Penurunan
perolehan skor kelompok pada pertemuan ke-3
dapat terlihat pada Tabel 1, hal ini terlihat jelas Diagram 2. Hasil Keterampilan Proses
pada kelompok II, III dan IV yang termasuk ke Sains Individu
dalam kriteria baik dengan perolehan masing- Hasil keterampilan proses sains individu
masing skor 33 (75%), 32 (72,73%) dan 32 dengan kategori sangat baik diperoleh siswa
(72,73%). Perolehan skor tersebut dikarenakan dengan nomor 3, 4, 5, 9, 10, 14, 15 dan 16.
siswa telah mengambil alat dan bahan dengan Faktor yang menyebabkan 8 orang siswa
tepat serta mengikuti prosedur kerja dengan memperoleh kategori sangat baik karena siswa
cukup baik, namun dalam melakukan melakukan percobaan dengan sangat baik, dan
percobaan menyalakan lilin dan menuang air mendengar serta memperhatikan arahan dari
kesumba serta menutup lilin menggunakan guru. Sehingga siswa mampu merumuskan
gelas masih memerlukan bantuan oleh guru hipotesis dengan benar berdasarkan rumusan
dan pengamat. masalah, mampu merangkai alat dan bahan
percobaan dengan benar, melakukan percobaan
b. Hasil Keterampilan Proses Sains Tiap sesuai petunjuk yang diberikan dalam LKS,
Individu siswa juga mampu membaca skala neraca
Hasil keterampilan proses sains tiap pegas dengan tepat dan benar serta siswa dapat
individu disajikan pada Tabel 2. Tes menganalisi hasil percobaan tanpa bantuan dari
ARTIKEL PENDIDIKAN FISIKA 2019, Universitas Palangka Raya

guru serta menarik kesimpulan berdasarkan keterampilan proses sains ke dalam rangkaian
rumusan masalah untuk membuktikan proses belajar mengajar guna mengarahkan
kebenaran dari hipotesis yang dituliskan oleh siswa pada proses kontruksi pengetahuan
siswa. secara mandiri.
Hasil keterampilan proses sains individu
dengan kategori baik diperoleh siswa dengan c. Hasil Keterampilan Proses Sains Setiap
nomor 1, 2, 6, 8, 11 dan 12 Faktor yang Aspek
menyebabkan 6 orang siswa memperoleh Hasil keterampilan proses sains setiap
kategori baik karena karena dalam melakukan aspek disajikan pada Tabel 3.
percobaan siswa tersebut memperhatikan Tabel 3. Hasil Keterampilan proses Sains
arahan yang diberikan guru meski ada Setiap Aspek
beberapa siswa yang masih bertanya pada
langkah kerja percobaan yang masih kurang
dimengerti pada saat melakukan tes seperti
cara menggunakan neraca pegas dan
menganalisis data sehingga perlu bimbingan
guru dan pengamat. Selain itu, siswa tersebut
merupakan siswa yang tertib melakukan
percobaan pada saat keterampilan proses sains
kelompok.
Hasil keterampilan proses sains individu
dengan kategori cukup baik diperoleh siswa
dengan nomor 7 dan 13. Faktor yang
menyebabkan 2 orang siswa memperoleh
kategori cukup baik siswa tersebut kurang Hasil keterampilan proses sains setiap
mengerti dengan yang dilakukan ketika aspek bertujuan untuk mengetahui hasil
kegiatan percobaan mana yang belum keterampilan proses sains siswa tiap aspek
dimengerti oleh siswa dan siswa juga kurang seperti merumuskan hipotesis, melakukan
bertanya pada guru tentang hal yang tidak percobaan, menganalisis data dan menyusun
dimengerti selama kegiatan percobaan kesimpulan. Hasil keterampilan proses sains
sehingga membuat kesulitan dalam melakukan setia aspek disajikan pada Diagram 3.
tes keterampilan proses sains individu,
sehingga perlu bimbingan guru dan pengamat
dalam melakukan percobaan di beberapa aspek
seperti pada saat merangkai alat dan bahan,
menggunakan neraca pegas dan menganalisis
data hasil pengukuran.
Melatih keterampilan proses sains siswa
selama pembelajaran merupakan hal yang
sangat penting. Siswa semakin terlatih dalam
membuat hipotesis yang benar, mengenal alat
dan bahan yang digunakan selama praktikum,
mampu menganalisis hasil percobaan yang
dilakukan dan mampu membuat kesimpulan Diagram 3. Hasil Keterampilan Proses Sains
sesuai dengan rumusan yang ada selama Setiap Aspek
kegiatan percobaan. Selain itu menurut Berdasarkan Diagram 5 di atas
pendapat Ambarsari (2013: 91) menunjukkan hasil keterampilan setiap
mengemukakan bahwa melatih keterampilan komponen keterampilan proses sains siswa.
proses sains mengarahkan pada pembentukan Perolehan skor yang paling rendah adalah
pengetahuan oleh siswa sebagai hasil dari aspek melakukan percobaan Hal ini
proses pencarian dan penemuannya sendiri. dikarenakan ketidaktepatan siswa dalam
Hal tersebut didukung oleh pernyataan melakukan percobaan dengan persentase skor
Haryono dalam Ambarsari (2013: 91) bahwa 78%. Perolehan skor tertinggi adalah aspek
keterampilan proses sains adalah pembentukan menganalisis data yaitu menyusun data hasil
pembelajaran yang mengintegrasikan percobaan dengan skor 84%.
ARTIKEL PENDIDIKAN FISIKA 2019, Universitas Palangka Raya

Aspek merumuskan hipotesis dengan skor 2. Hasil Belajar Kognitif


83.60%. Hal ini dikarenakan siswa sudah a. Ketuntasan Individu
terbiasa dalam merumusakan hipotesis selama Ketuntasan hasil belajar siswa di kelas
kegiatan percobaan di setiap pertemuan VIII-C disajikan dalam Tabel 4.
pembelajaran. Sehingga saat dilakukan test Tabel 4. Ketuntasan Individu
keterampilan proses sains, siswa dapat
merumuskan hipotesis sesuai dengan yang
diharapkan. Akan tetapi, pada saat dilakukan
tes keterampilan proses sains ada siswa
meminta bantuan kepada pengamat untuk
membuat hipotesis yang tepat. Sehingga siswa
tepat dalam membuat hipotesis sesuai dengan
rumusan masalah.
Aspek melakukan percobaan dengan skor
78%. Hal in dikarenakan pada pertemuan 1,
pertemuan 2, dan pertemuan 3 guru selalu
membimbing siswa melakukan percobaan. Hasil analisis ketuntasan individu
Saat siswa mengalami kesulitan melakukan dengan menerapkan model discovery learning
percobaan, siswa berusaha bertanya kepada dengan pada materi tekanan disajikan dalam
guru bagaimana melakukan percobaan yang Diagram 2.
benar, efektif, dan efisien. Hal ini membuat
siswa telah terbiasa dalam melakukan
percobaan sehingga saat dilakukan test
keterampilan proses sains, siswa dapat
melakukan percobaan sesuai dengan yang
diharapkan.
Aspek menganalisis data memperoleh skor
84% dikarenakan siswa mencatat data pada
tabel dengan tepat dan sesuai data pada alat
ukur. Selain itu pada proses pembelajaran
ketika siswa mengalami kesulitan menganalisis
data, siswa berusaha bertanya kepada guru Diagram 4. Ketuntasan Individu
bagaimana menganalisis data yang benar, Berdasarkan Diagram 4 terlihat bahwa
tepat, dan sesuai data pengamatan. Hal ini hasil belajar kognitif yang diikuti sebanyak 16
membuat siswa telah terbiasa dalam siswa, terdapat 11 siswa yang dinyatakan
melakukan percobaan sehingga saat dilakukan tuntas dan sebanyak 5 siswa yang dinyatakan
test keterampilan proses sains, siswa dapat tidak tuntas. Siswa yang tidak tuntas
menganalisis data sesuai dengan yang merupakan siswa yang tidak memperoleh nilai
diharapkan. KKM yang diterapkan di sekolah yaitu ≥70.
Aspek menyusun kesimpulan dengan skor Faktor yang menyebabkan siswa tuntas
79% dikarenakan Siswa membuat kesimpulan pada tes hasil belajar kognitif antara lain
sendiri secara ringkas dan lengkap. Ketepatan sebagai berikut.
siswa dalam menyusun kesimpulan 1) Siswa yang tuntas merupakan siswa yang
dikarenakan pada proses pembelajaran guru mampu menyelesaikan soal evaluasi yang
selalu membimbing siswa untuk menyusun diberikan oleh guru pada pertemuan
kesimpulan sesuai dengan hasil percobaan pertama hingga pertemuan ketiga kegiatan
yang telah dilakukan. Guru menjelaskan dan pembelajaran. Evaluasi diakhir
menyimpulkan konsep yang benar dari hasil pembelajaran dilakukan untuk mengetahui
percobaan yang telah dilakukan. Hal ini tingkat keberhasilan yang dicapai oleh
membuat siswa telah terbiasa dalam menyusun siswa setelah pembelajaran (Dimyati dan
kesimpulan sehingga saat dilakukan tes Mudjiono, 2013: 200). Siswa yang mampu
keterampilan proses sains, siswa dapat menyelesaikan soal evaluasi maka akan
menyusun kesimpulan sesuai dengan yang mampu menyelesaikan tes hasil belajar
diharapkan. kognitif, karena tujuan pembelajaran tes
hasil belajar kognitif sama dengan tujuan
ARTIKEL PENDIDIKAN FISIKA 2019, Universitas Palangka Raya

pembelajaran pada soal-soal evaluasi Faktor penyebab ketidaktuntasan 5 orang


setiap pertemuan. siswa kelas VIII menurut peneliti adalah:
2) Siswa yang tuntas merupakan siswa yang 1) Siswa yang tidak tuntas merupakan siswa
terlibat aktif dalam kegiatan percobaan yang tidak bersungguh-sungguh
dalam kelompok dan memperoleh nilai mengerjakan soal evaluasi. Siswa tersebut
keterampilan proses sains kelompok yang tidak memperhatikan penjelasan dan
sangat baik. Siswa tersebut mampu penekanan yang diberikan guru mengenai
melakukan percobaan dengan baik dan jawaban soal evaluasi pada akhir
mampu menjawab pertanyaan yang ada di pembelajaran serta tidak membaca kembali
LKS. Tugas yang ada di LKS berkaitan hasil koreksi yang diberikan oleh guru.
dengan soal tes hasil belajar kognitif. sehingga pada saat tes hasil belajar
Siswa yang mampu mengerjakan LKS kognitif dilaksanakan siswa tidak dapat
dengan baik akan dapat memahami materi menjawab dengan benar.
dan mengerjakan soal tes hasil belajar 2) Ketidakhadiran pada saat kegiatan belajar
kognitif dengan mudah. mengajar berlangsung juga mempengaruhi
3) Siswa yang tuntas adalah siswa siswa yang hasil belajar peserta didik yang tidak
aktif menjawab pertanyaan guru dan rajin tuntas, karena tidak mendapatkan
bertanya mengenai percobaan tekanan penjelasan materi yang disampaikan oleh
maupun Hukum Pascal dan Hukum guru, sehingga pada saat pemberian tes
Archimedes. Apabila siswa terbiasa hasil belajar kognitif peserta didik tersebut
menjawab pertanyaan yang diberikan oleh akan merasa kebingungan karena mereka
guru pada saat diskusi kelompok, maka tidak mengetahui seperti apa materi yang
akan memudahkan siswa untuk mengingat telah disampaikan.
konsep-konsep yang terdapat pada materi 3) Siswa yang tidak tuntas merupakan siswa
pembelajaran. Hilgrad dalam Suyono dan yang tidak terlibat aktif dalam kegiatan
Haryanto (2011: 12) menyatakan belajar diskusi kelompok maupun dalam
merupakan suatu proses mencari ilmu yang melakukan percobaan. Siswa cenderung
terjadi dari dalam diri seseorang melalui sekedar menyaksikan temannya bekerja
latihan, pembelajaran sehingga terjadi dan menjawab pertanyaan di LKS.
perubahan dalam diri. 4) Ketidaktuntasan siswa juga disebabkan
4) Kesiapan guru dalam mempersiapkan kekurangan yang ada pada LKS yang di
kegiatan belajar mengajar juga berperan berikan guru karena LKS tidak
dalam ketuntasan 11 siswa. Persiapan guru menyangkut pokok bahasan materi tekanan
seperti perangkat pembelajaran LKS secara keseluruhan, sehingga LKS tidak
dilengkapi bahan bacaan siswa dan guru mampu menggiring siswa secara sempurna
juga mempersiapakan alat-alat percobaan untuk memahami materi tekanan.
sehingga ketika siswa melakukan 5) Siswa yang tidak tuntas juga disebabkan
percobaan dapat langsung memahami oleh faktor guru dalam mengelola kelas.
materi yang diajarkan. Guru kesulitan mengelola kelas pada saat
5) Ketuntasan hasil belajar siswa tidak proses berdiskusi karena masih ada
terlepas dari pembelajaran dengan sebagian yang tidak berdiskusi dengan
menggunakan model discovery learning teman kelompoknya, dan ada sebagian
yang memberikan kesempatan kepada yang tidak memperhatikan penjelasan
siswa untuk menemukan konsep-konsep guru. Selain itu guru kurang maksimal
materi menyelesaikan permasalahan untuk dalam penyampaian materi pembelajaran
menerapkan pengetahuan dan keterampilan karena guru hanya menjelaskan secara
dalam rangka mencapai tujuan garis besar dan kurangnya guru dalam
pembelajaran (Abidin, 2014: 241). Selain memberikan contoh soal hitungan
itu, dengan model discovery learning dikarenakan waktu yang tidak mencukupi
memberikan kesempatan kepada siswa karena terserap untuk melakukan
membuktikan sendiri kebenaran suatu eksperimen.
yang dipelajari serta menemukan
pengalaman praktis dan keterampilan
dalam menggunakan alat-alat percobaan.
ARTIKEL PENDIDIKAN FISIKA 2019, Universitas Palangka Raya

b. Ketuntasan Klasikal
Ketuntasan klasikal dapat dilihat pada
Diagram 5 sebagai berikut.

Diagram 5. Ketuntasan Klasikal


Berdasarkan Diagram 5 terihat bahwa
ketuntasan klasikal pembelajaran diperoleh
persentase ketuntasan sebesar 68,75% yang
dikatakan tidak tuntas karena tidak mencapai
standar ketuntasan yang disyaratkan sebesar
≥75%. Persentase ketuntasan klasikal yang
rendah dipengaruhi oleh ketidaktuntasan 5
siswa pada tes hasil belajar kognitif, selain itu
disebabkan oleh hasil keterampilan proses Hasil ketuntasan TPK dapat dilihat pada
sains siswa yang rendah dengan 2 siswa Diagram 4 sebagai berikut yang menunjukkan
memperoleh kategori kurang baik. data ketuntasan dari 31 TPK yang
Ketidaktuntasan klasikal pembelajaran yang dilaksanakan dalam pembelajaran. Hasil
menggunakan model discovery learning ketuntasan TPK dapat dilihat pada Diagram 6
menurut peneliti juga dipengaruhi oleh sebagai berikut.
beberapa faktor, yaitu kurangnya waktu yang
diperlukan untuk memberikan penguatan
materi setelah percobaan sehingga siswa
kurang mendapatkan konsep materi tekanan
dalam pembelajaran, kesulitan siswa dalam
mengerjakan soal evaluasi yang diberikan
guru karena kurangnya bimbingan guru dalam
mengerjakan soal evaluasi, kemampuan guru
dalam mengolah kelas kurang baik dan tidak Diagram 6. Ketuntasan TPK
secara menyeluruh, sehingga mengalami Berdasarkan Diagram 6 menunjukkan
kesulitan ketika mengatur siswa dalam kelas bahwa dari 31 TPK terdapat 23 TPK yang
maupun kelompok. Faktor-faktor tersebut yang tuntas dan 8 TPK yang tidak tuntas. TPK yang
mempengaruhi ketuntasan siswa secara tuntas yang terdiri dari 11 aspek pengetahuan
klasikal, dimana hanya terdapat 11 siswa yang (C1), 5 aspek pemahaman (C2), 4 aspek
tuntas dari 16 siswa. penerapan (C3), 2 aspek analisis (C4) dan 1
aspek evaluasi (C6). Persentase TPK yang
c. Ketuntasan TPK berhasil tuntas sebesar 74,19%. TPK yang
Tujuan Pembelajaran Khusus (TPK) pada tidak tuntas berjumlah 8 TPK yang terdiri dari
materi tekanan sebanyak 31 TPK. Hasil 1 aspek pengetahuan (C1), 3 aspek penerapan
analisis ketuntasan TPK yang berjumlah 31 (C3), 3 aspek analisis (C 4), dan 1 aspek sintesis
TPK disajikan pada Tabel 5 sebagai berikut. (C5). Persentase TPK yang tidak tuntas yaitu
25,81%. Berikut hasil TPK yang tuntas
ditunjukkan pada Tabel 6.
Tabel 6. TPK Tuntas
No No. Kategori Sub
Aspek
TPK Soal Soal Materi
1 1 Sedang C1 Tekanan
2 2 Sedang C2 Zat Padat
3 3 Sedang C2
ARTIKEL PENDIDIKAN FISIKA 2019, Universitas Palangka Raya

5 5 Sedang C3 terlihat posisi titik yang memiliki tekanan


6 6 Sukar C3 paling jauh dipengaruhi oleh kedalaman
7 7 Sedang C3 zat cair. Sedangkan tuntasnya TPK dengan
9 9 Sedang C1 tingkat kesukaran sedang disebabkan oleh
10 10 Sedang C1 siswa telah memahami hubungan antara
Tekanan tekanan dan gaya yang bekerja pada suatu
11 11 Mudah C2
Zat Cair benda. Selain itu, guru juga memberikan
12 12 Sedang C3
14 14 Sedang C1 gambar yang jelas tentang hubungan gaya
15 15 Sedang C1 dan tekanan ketika guru memberikan
16 16 Sukar C4 penguatan materi sehingga siswa paham
Hukum dan mengerti serta siswa mampu
18 18 Sedang C1
Pascal & memahami keadaan benda ketika
19 19 Mudah C1
Hukum tenggelam, terapung dan juga melayang
21 21 Sedang C1
Archimed melalui gambar yang disajikan di dalam
22 22 Mudah C1 es soal sehingga memudahkan siswa ketika
23 23 Sedang C1 menjawab soal.
24 24 Sedang C2 3. Ketuntasan 4 aspek penerapan (C3) jika
25 25 Sedang C2 ditinjau dari tingkat kesukaran soal maka
28 28 Mudah C6 terdapat 3 soal sedang dan 1 soal sukar.
Tekanan
29 29 Mudah C1 TPK tuntas dengan kategori soal sedang
Gas
31 31 Sedang C4 terdapat pada soal nomor 5, 7, dan 12 dan
Berdasarkan Tabel 6 di atas, faktor 23 kategori soal sukar terdapat pada soal
(74,19 %) TPK yang tuntas tes hasil belajar nomor 6. TPK tuntas dikarenakan guru
kognitif setelah pembelajaran dengan model memberikan soal-soal evaluasi yang
discovery learning adalah sebagai berikut. berhubungan dengan pengaplikasian rumus
1. Ketuntasan 11 aspek pengetahuan (C 1) tekanan dan menghitung dengan benar
dapat ditinjau dari tingkat kesukaran soal. Sedangkan TPK tuntas dengan kategori
TPK aspek pengetahuan (C1) yang tuntas soal sukar dikarenakan siswa mampu
terdiri dari 3 soal mudah yakni nomor soal memformulasikan rumus tekanan jika
19, 22 dan 29, serta 8 soal sedang yakni ditanya gaya mampu luas penampang dari
nomor soal 1, 9, 10, 14, 15, 18, 21, dan 23. suatu benda di dalam soal.
Tuntasnya TPK dengan tingkat kesukaran 4. Ketuntasan 2 aspek analisis (C4) jika
mudah ini dipengaruhi dari tingkat ditinjau dari tingkat kesukaran soal maka
penguasaan siswa terhadap materi dan saat TPK tuntas terdapat pada soal nomor 31
evaluasi memang banyak siswa yang dengan kategori soal sedang dan soal
mengerti dan paham tentang bunyi hukum nomor 16 dengan kategori soal sukar.
Archimedes dan penerapan hukum Tuntas TPK dengan kategori sedang
Archimedes pada benda tenggelam dan dikarenakan oleh siswa mampu
juga siswa dapat mengenali alat untuk menganalisis dengan baik besarnya
mengukur tekanan melalui gambar yang tekanan udara suatu benda melalui gambar
disajikan. yang disajikan. Sedangkan TPK dengan
2. Ketuntasan 5 aspek pemahaman (C 2) dapat kategori sukar disebabkan oleh siswa
ditinjau dari tingkat kesukaran soal. TPK mampu menganalisis cara kerja hukum
aspek pemahaman (C2) yang tuntas terdiri Pascal melalui gambar yang disajikan.
dari 1 soal mudah yakni terdapat pada 5. Ketuntasan 1 aspek evaluasi (C 6). Ditunjau
nomor soal 11 dan 4 soal sedang yakni dari tingkat kesukaran soal maka TPK
terdapat pada nomor soal 2, 3, 24, dan 25. tuntas terdapat pada nomor 28 dengan
Tuntasnya TPK dengan tingkat kesukaran kategori soal mudah. Tuntasnya TPK
mudah ini karena siswa telah memahami dengan kategori mudah dipengaruhi oleh
dan mengerti tentang tekanan suatu zat cair siswa mampu menganalisis dengan baik
berdasarkan posisi titik yang telah antara hubungan tekanan udara dengan
dilubangin dan siswa memahaminya ketinggian dan di dalam soal siswa
melalui percobaan yang dilakukan pada dipermudah dengan adanya informasi
sebuah botol yang dilubangi kemudian melalui tabel yang disajikan di dalam soal.
diisi dengan air, pada percobaan tersebut
ARTIKEL PENDIDIKAN FISIKA 2019, Universitas Palangka Raya

TPK yang tidak tuntas terdapat 8 TPK pengaplikasian rumus tekanan udara
dengan persentase 25,18%. TPK yang tidak banyak siswa yang kurang mengerti cara
tuntas terdiri dari 1 aspek pengetahuan (C 1), 3 mengerjakan dan juga guru hanya
aspek penerapan (C3), 3 aspek analisis (C4), memberikan rumus tanpa mengaplikasikan
dan 1 aspek sintesis (C 5). Ketidaktuntasan TPK ke dalam soal.
dapat dilihat pada Tabel 7. 3. 3 TPK yang tidak tuntas merupakan aspek
Tabel 7. TPK Tidak Tuntas analisis (C4) dapat ditinjau dari tingkat
No No. Kategori kesukaran soal yang terdapat pada soal
Aspek Sub Materi
TPK Soal Soal nomor 4 dan 13 kategori sedang dan 8
4 4 Sedang C4 Tekanan Zat kategori sukar. Tidak tuntasnya soal
8 8 Sukar C4 Padat dengan kategori soal sedang dikarenakan
Tekanan Zat siswa belum bisa menganalisis dengan
13 13 Sedang C4
Cair baik penerapan tekanan dalam kehidupan
17 17 Sedang C3 Hukum sehari-hari dan soal dengan kategori sukar
Pascal & tidak tuntas karena soal tersebut
20 20 Sedang C3 Hukum
menganalisis besarnya suatu tekanan dari
Archimedes
dua benda yang memiliki luas permukaan
26 26 Sedang C1
27 27 Sedang C5
Tekanan berbeda dan diberi gaya yang sama besar.
Gas Siswa masih mengalami kesulitan dalam
30 30 Sedang C3
Berdasarkan Tabel 7 di atas, faktor TPK menganalisis suatu permasalahan yang
8 yang tidak tuntas tes hasil belajar kognitif disajikan.
setelah pembelajaran dengan model discovery 4. 1 TPK yang tidak tuntas merupakan TPK
learning adalah sebagai berikut. aspek sintesis (C5) dapat ditinjau dari
1. 1 TPK yang tidak tuntas pada aspek tingkat kesukaran soal terdapat pada soal
pengetahuan (C1) dapat ditinjau dari nomor 27. Tidak tuntasnya TPK dengan
tingkat kesukaran soal. TPK aspek kategori soal sedang dikarenakan siswa
pengetahuan (C1) yang tidak tuntas yaitu tidak mampu menjelaskan pengaruh suatu
soal nomor 26 dan termasuk dalam ketinggian dengan keadaan tekanan dalam
kategori soal sedang. TPK aspek tubuh. Kurangnya pengetahuan yang
pengetahuan (C1) dengan kategori sedang didapatkan siswa akan pengaplikasian
tidak tuntas dikarenakan siswa masih tekanan udara dalam kehidupan sehar-hari
kurang mengerti tentang pengertian sehingga siswa banyak mengalami
tentang tekanan udara kesulitan dalam menjawab soal.
2. 3 TPK yang tidak tuntas pada aspek Hamiyah (2014: 276) mengemukakan
penerapan (C3) dapat ditinjau dari tingkat bahwa keberhasilan TPK dapat dilihat
kesukaran soal. TPK yang tidak tuntas melalui perumusan tujuan yang akan
pada aspek penerapan (C3) yaitu soal mempengaruhi kegiatan pembelajaran
nomor 17, 20 dan 30 dan termasuk sekaligus sebagai sasaran yang akan
kategori soal sedang. Tidak tuntasnya TPK dicapai dalam setiap kegiatan
aspek penerapan dikarenakan soal nomor pembelajaran. Perumusan TPK yang
17 tersebut merupakan soal perhitungan bermacam-macam akan memunculkan
hukum Pascal dimana siswa mengalami hasil belajar atau perubahan perilaku
kesulitan dalam mengerjakan dan juga ada sehingga perumusan TPK harus yang
beberapa siswa yang tidak tahu tentang sesuai dengan perilaku yang hendak
luas penampang jika diketahui diameter dicapai.
suatu benda dan ada juga yang tidak
mengubah satuan yang digunakan ke D. Simpulan dan Saran
dalam satuan internasional, dan soal nomor 1. Simpulan
20 merupakan pengaplikasian hukum Berdasarkan hasil analisis data yang telah
Archimedes tentang berat semu ada dilakukan maka dapat disimpulkan bahwa :
beberapa siswa menjumlahkan antar berat a. Keterampilan proses sains siswa dengan
di udara dan gaya Archimedes sehingga menggunakan model discovery learning di
siswa terkecoh ketika memilih opsi kelas VIII-C SMP Santa Maria Palangka
jawaban sedangkan soal nomor 30 tentang Raya diperoleh sebagai berikut.
ARTIKEL PENDIDIKAN FISIKA 2019, Universitas Palangka Raya

1) Hasil rata-rata keterampilan proses padat dan hukum Archimedes sehingga


sains kelompok tiap pertemuan sebesar pada saat di ajarkan siswa paham maksud
79.58% dengan kategori baik. dan tujuan dari kegiatan praktikum yang
2) Persentase penguasaan keterampilan dilakukan.
proses sains individu dengan kategori c. Persiapan guru dalam menerapkan model
cukup baik sebanyak 2 siswa discovery learning ini harus benar-benar
(12,50%), kategori baik sebanyak 6 siap, baik RPP, bahan ajar, dan LKS serta
siswa (37,50%), dan kategori sangat alat & bahan yang akan digunakan.
baik sebanyak 8 siswa (50%).
3) Aspek merumuskan hipotesis E. Ucapan Terima Kasih
memperoleh nilai rata-rata 3,34 Pada kesempatan ini, penulis ingin
dengan kategori baik, aspek mengucapkan terima kasih kepada:
melakukan percobaan memperoleh 1. Bapak Dr. Pendi Sinulingga, M.Pd selaku
nilai rata-rata 3,31 dengan kategori Ketua Program Studi Pendidikan Fisika
baik, aspek menganalisis data yang telah membantu dan memberikan
memperoleh nilai rata-rata 3,28 arahan dalam perjalanan proses perkuliahan
dengan kategori baik serta aspek akademik di Program Studi Pendidikan
menyusun kesimpulan memperoleh Fisika dan selaku dosen Pembimbing
nilai rata-rata 3,16 dengan kategori Akademik yang telah memberikan
baik. bimbingan dan saran dalam pengambilan
b. Ketuntasan hasil belajar siswa setelah mata kuliah tiap semester serta selaku
menerapkan model discovery learning dosen pembimbing I yang telah banyak
pada materi tekanan sebagai berikut. membantu dalam memberikan bimbingan,
1) Ketuntasan individu dari 16 siswa arahan, masukan, nasihat, dan petunjuk
yang mengikuti tes hasil belajar di kepada penulis dalam menyelesaikan
peroleh 11 orang siswa tuntas dan 5 penelitian ini.
orang siswa tidak tuntas. 2. Bapak Saulim DT. Hutahaean, S.Pd, M.Pd
2) Ketuntasan hasil belajar siswa secara selaku dosen pembimbing II yang telah
klasikal tidak tuntas, karena hanya banyak membantu dalam memberikan
diperoleh 68,75% siswa yang tuntas bimbingan, arahan, masukan, nasihat, dan
dan tidak mencapai standar ketuntasan petunjuk kepada penulis dalam
klasikal yang ditetapkan yaitu ≥ 75%. menyelesaikan penelitian ini.
3) TPK yang tuntas sebanyak 23 TPK
dari 31 TPK dengan persentase TPK F. Daftar Pustaka
yang tuntas 74,19 %. Abidin, Yunus. 2014. Desain Sistem
Pembelajaran dalam Konteks Kurikulum
2. Saran 2013. Bandung: PT Refika Aditama.
Berdasarkan hasil penelitian, peneliti Ambarsari, Wiwin. (2013). Penerapan
mengajukan saran sebagai berikut. Pembelajaran Inkuiri Terbimbing
a. Guru atau peneliti saat menerapkan model Terhadap Keterampilan Proses Sains
discovery learning maka diharapkan Dasar Pada Pelajaran Biologi Siswa Kelas
seorang guru dapat menggunakan waktu VIII SMP Negeri 7 Surakarta. Jurnal
dengan baik karena saat melaksanakan Pendidikan Biologi, 5(1): 81-95
pembelajaran, peneliti terkendala dengan Arsyad, Azhar. (2010). Media Pembelajaran.
waktu sehingga kurang memberikan Jakarta: Rajawali Pers
contoh soal khususnya soal yang berkaitan Astuti, Y. (2013). Pengembangan Lembar
dengan aspek penerapan (C3) sehingga Kerja Siswa (LKS) Berbasis Pendekatan
menyebabkan nilai siswa pada soal aspek Inkuiri Terbimbing Dalam Pembelajaran
penerapan banyak yang tidak tuntas serta Kooperatif Pada Materi Kalor. Jurnal
guru kurang memberikan contoh secara Universitas Negeri Semarang, 2(1) : 88-
nyata tentang materi tekanan. 92
b. Guru atau peneliti harus mencoba terlebih Ayuningtyas, Putri. (2015). Pengembangan
dahulu alat dan bahan serta mengerjakan Perangkat Pembelajaran Fisika Dengan
langkah-langkah kegiatan dalam LKS pada Model Inkuiri Terbimbing Untuk
Tekanan khususnya LKS pada tekanan zat Melatihkan Keterampilan Proses Sains
ARTIKEL PENDIDIKAN FISIKA 2019, Universitas Palangka Raya

Siswa SMA pada Materi Fluida Statis. Sugiyono. (2015). Metode Penelitian
Jurnal Universitas Negeri Surabaya, Kombinasi (Mix Methodes). Bandung:
4(2) : 636-645 Alfabeta
Dimyati dan Mudjiono. 2013. Belajar dan Suyono & Hariyanto. 2015. Belajar dan
Pembelajaran. Jakarta: PT Rineka Cipta Pembelajaran. Bandung : PT Remaja
Hamiyah, Nur. (2014). Strategi Belajar Rosdakarya
Mengajar di Kelas. Jakarta: Prestasi Suryosubroto. (2009). Proses Belajar
Pustakaraya Mengajar di Sekolah. Jakarta: PT Rineka
Predhana, Putu Atmaka. (2015). Penerapan Cipta.
Model D iscovery Learning Untuk Trianto. (2010). Model Pembelajaran Terpadu.
Melatih Keterampilan Proses Sains Pada Jakarta: Bumi Aksara
Materi Kalor Siswa di Kelas VII SMPN 9 Wahjudi, Eko. 2015. Penerapan Discovery
Palangka Raya Tahun Ajaran 2014/201. Learning dalam Pembelajaran IPA
Palangka Raya: Universitas Palangka Sebagai Upaya untuk Meningkatkan Hasil
Raya Belajar Siswa Kelas IX-I di SMP Negeri
Ratnasari, Rizka Yuni., & Erman. (2017). 1 Kalianget. Jurnal Lentera Sains
Penerapan Model Discovery Learning (Lensa), 5 : 1-15
dalam pembelajaran IPA Materi Zat Yustantin, Tia. (2016). Penerapan Model
Aditif untuk Melatih Keterampilan Proses Discovery Learning untuk Meningkatkan
Sains Siswa SMP Negeri 1 Beji. E-Jurnal Pemahaman Konsep pada Materi Pokok
Pensa 5(3) : 325-329 Usaha dan Energi Siswa Kelas XI IPA
Setiani, Ani., & Priansa, Donni Juni. (2015). Semester I di SMAN 4 Palangka Raya
Manajemen Siswa dan Model Tahun Ajaran 2014/2015. Palangka Raya:
Pembelajaran : Cerdas, Kreatif, dan Universitas Palangka Raya
Inovatif. Bandung : Alfabet

Anda mungkin juga menyukai