Anda di halaman 1dari 18

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Penelitian ini termasuk dalam penelitian pre-experimental karena desain

penelitian ini belum merupakan eksperimen sungguh-sungguh dalam arti setelah

variabel bebas diberi perlakuan (treatment), maka variabel tersebut diobservasi

akan menjadi variabel terikat. Adapun desain penelitian ini adalah one shot case

study yaitu terdapat suatu kelompok diberi treatment/perlakuan, dan selanjutnya

diobservasi hasilnya (Sugiyono, 2015: 110). Jenis ini tidak terdapat kelompok

kontrol dan hanya satu kelompok yang diukur dan diamati gejala-gejala yang

muncul setelah diberi perlakuan (posttest).

Desain dari model one shot case study adalah sebagai berikut :

X O
Keterangan:

X = Treatment atau perlakuan (penerapan model discovery learning)

O = Hasil tes akhir (keterampilan proses sains dan hasil belajar siswa)

Penelitian ini berusaha menjawab permasalahan yang diajukan peneliti

yakni tentang bagaimana keterampilan proses sains siswa dan ketuntasan hasil

belajar kognitif siswa setelah mengikuti pembelajaran dengan model discovery

learning pada materi tekanan.

49
B. Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di SMP Santa Maria Palangka Raya Tahun

Ajaran 2018/2019, kelas VIII-C Semester II pada materi pokok Tekanan.

Pengambilan data dalam penelitian ini dilaksanakan mulai bulan Maret 2019

sampai selesai.

C. Populasi dan Sampel Penelitian

1. Populasi

Populasi penelitian adalah semua anggota kelompok manusia yang tinggal

bersamaan dalam satu tempat dan secara terencana menjadi target kesimpulan

hasil akhir suatu penelitian (Sukardi, 2003: 53). Populasi dalam penelitian ini

adalah seluruh kelas VIII-A, VIII-B, dan VIII-C Semester II SMP Santa Maria

Palangka Raya tahun ajaran 2018/2019. Sebaran jumlah siswa tiap kelas pada

tahun ajaran 2018/2019 seperti pada Tabel 1 berikut ini.

Tabel 1. Sebaran Populasi Kelas VIII SMP Santa Maria Palangka Raya
Tahun Ajaran 2018/ 2019
No Kelas Jumlah Siswa
1. VIII-A 20
2. VIII-B 22
3. VIII-C 23
Jumlah 65
Sumber: Guru SMP Santa Maria Palangka Raya 2018

2. Sampel

Sampel yang diambil pada penelitian ini, yaitu sebanyak satu kelas.

Pemilihan sampel penelitian dilakukan secara acak dengan teknik random

sampling. Teknik random sampling yaitu dengan melakukan undian terhadap

semua kelas populasi yang akan dijadikan kelas sampel dengan asumsi seluruh

50
kelas memiliki tingkat kemampuan semua populasi adalah homogen yaitu dengan

melakukan undian terhadap semua kelas populasi yang akan dijadikan kelas

sampel. Penentuan sampel dilakukan hari kamis tanggal 23 Maret 2019 (saat uji

coba hendak dilaksanakan). Setelah dilakukan pemilihan secara acak, kelas yang

terpilih sebagai kelas sampel adalah kelas VIII-C dengan jumlah siswa 23 orang.

D. Definisi Operasional Variabel

Variabel adalah segala sesuatu yang akan menjadi objek pengamatan

dalam penelitian dan jika diukur memiliki variasi (Setyosari, 2015: 162).

Penelitian ini memiliki dua variabel. Variabel-variabel tersebut adalah sebagai

berikut.

Tabel 2. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional


Variabel Penelitian Definisi Operasional
Model Discovery learning merupakan
kegiatan yang dirancang sedemikian rupa
agar membuat siswa belajar aktif sehingga
menemukan konsep-konsep pelajaran itu
1. Model discovery learning
dengan dirinya sendiri. Model discovery
learning digunakan dalam RPP setiap
pembelajaran pada materi tekanan dengan
jumlah pertemuan sebanyak tiga kali.
Keterampilan proses sains merupakan
keterampilan proses saat siswa melakukan
percobaan. Keterampilan proses yang
diamati adalah memprediksi, melakukan
2. Keterampilan proses sains ekseprimen, menganalisis data, dan
menyimpulkan. Keterampilan proses
dilakukan pada saat kelompok di setiap
pertemuan dan individu diakhir pembelajaran
berupa tes. Alat ukurnya berupa lembar
observasi yang dinilai oleh pengamat.
Hasil belajar merupakan perolehan siswa
yang berkaitan dengan ranah kognitif dilihat
dari hasil tes hasil belajar pada materi
3. Hasil belajar tekanan setelah seluruh rangkaian
pembelajaran materi tekanan selesai
disampaikan. Alat ukurnya berupa tes hasil
belajar.

51
E. Prosedur Penelitian

Penelitian ini dilakukan melalui beberapa tahap. Adapun tahap-tahap dari

penelitian adalah sebagai berikut.

1. Tahap Persiapan Penelitian

Pada tahap persiapan penelitian ini dilaksanakan hal-hal sebagai berikut :

a) Menentukan tempat penelitian.

b) Menentukan judul penelitian.

c) Melakukan observasi.

d) Menyusun proposal penelitian.

e) Melakukan seminar proposal.

f) Mengurus permohonan izin penelitian pada instansi terkait.

g) Melaksanakan uji coba instrumen di kelas yang bukan sebagai sampel

penelitian.

h) Menentukan sampel penelitian dengan melakukan undian, sehingga diperoleh

kelas VIII-C.

i) Menganalisis data uji coba instrumen.

2. Tahap Pelaksanaan Penelitian

Hal-hal yang dilakukan pada tahap ini adalah sebagai berikut.

a) Pada kelas sampel yakni VIII-C diajarkan materi pokok tekanan menggunakan

model discovery learning. Jumlah pertemuan pembelajaran di kelas VIII-C

dilaksanakan sebanyak tiga kali pertemuan dengan alokasi waktu untuk RPP I

yaitu 2 JP, RPP II yaitu 3 JP, dan RPP III yaitu 3 JP.

52
b) Pada kelas sampel yakni VIII-C dilakukan penilaian terhadap keterampilan

proses sains pada setiap pertemuan pembelajaran. Penilaian keterampilan

proses sains siswa dilakukan pada saat siswa mengerjakan lembar kerja siswa

yang terdapat pada RPP.

c) Pada kelas sampel yakni kelas VIII-C diberikan tes unjuk kerja pada akhir

seluruh pembelajaran yang bertujuan untuk mengetahui keterampilan proses

sains tiap siswa (individu) pada materi tekanan.

d) Pada kelas sampel yakni VIII-C setelah kegiatan pembelajaran berakhir diberi

tes yang bertujuan untuk mengetahui hasil belajar IPA yaitu tes kognitif pada

materi pokok tekanan.

3. Tahap Analisis Data

a) Menganalisis data pengamatan keterampilan proses sains siswa secara

kelompok dan individu setelah diberikan pembelajaran dengan menerapkan

model discovery learning pada materi tekanan.

b) Menganalisis data ketuntasan hasil belajar kognitif siswa untuk menghitung

seberapa besar ketuntasan individu, klasikal dan TPK setelah menerima

pembelajaran menggunakan model discovery learning pada materi tekanan.

4. Tahap Penarikan Kesimpulan

Pada tahap ini peneliti menarik kesimpulan tentang penerapan model

discovery learning pada materi tekanan. Semua data dikumpulkan dan dianalisis,

agar gambaran hasil penelitian dapat tersaji dengan singkat dan jelas. Kesimpulan

yang diperoleh berhubungan dengan tujuan penelitian yaitu mengetahui hasil

belajar siswa setelah pembelajaran menggunakan model discovery learning untuk

53
melatih keterampilan proses sains pada materi tekanan di kelas VIII semester II

SMP Santa Maria Palangka Raya tahun ajaran 2018/2019.

F. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian adalah alat ukur yang digunakan untuk

mengumpulkan data (Purwanto, 2006: 9). Penelitian ini menggunakan 2 (dua)

jenis instrumen dalam mengumpulkan data. Dua jenis instrumen tersebut adalah

sebagai berikut.

1. Tes Keterampilan Proses Sains Siswa

Tes keterampilan proses sains dalam bentuk tes kinerja. Tes ini bertujuan

untuk mengukur keterampilan proses sains siswa, yang berkaitan dengan

membuat hipotesis, melakukan percobaan, menganalisis data dan membuat

kesimpulan. Keterampilan proses sains yang dinilai yaitu keterampilan proses

sains secara kelompok dan keterampilan proses sains secara individu.

Keterampilan proses sains secara kelompok dilakukan di setiap pertemuan

pembelajaran secara kelompok dengan mengerjakan lembar kerja siswa yang

terdapat pada masing-masing RPP. Keterampilan proses sains secara individu

dilaksanakan setelah diberi pembelajaran model discovery learning pada materi

tekanan dengan pengamatan dilakukan oleh 4 (empat) orang pengamat Instrumen

ini terdapat pada Lampiran 2.3 (Halaman 168).

2. Tes Hasil Belajar (THB) Kognitif

Tes hasil belajar dalam bentuk pilihan ganda. Tes ini bertujuan untuk

mengukur hasil belajar kognitif siswa. Tes ini diberikan setelah semua

pembelajaran dengan menggunakan model discovery learning pada materi

54
tekanan selesai. Instrumen ini terdapat pada Lampiran 2.4 (Halaman 171). Kisi-

kisi instrumen tes hasil belajar uji coba dalam penelitian ini terdiri dari kisi-kisi

Tes Hasil Belajar (THB) yang dibuat berdasarkan Kompentensi dasar, Indikator

Pencapaian Kompetensi dan Tujuan Pembelajaran sebagai berikut.

Tabel 3. Kisi-kisi Tes Hasil Belajar Uji Coba Materi Tekanan Zat dan
Penerapannya dalam Kehidupan Sehari-hari
Materi Sub Aspe Nomor Kunci
Tujuan Pembelajaran
Pokok k Soal Jawaban
Tekanan Zat Mendefinisikan pengertian tekanan C1 1 B
Padat Menyebutkan satuan tekanan C1 2 C
Mengidentifikasi hubungan tekanan
C2 3 B
dan gaya
Mengidentifikasi hubungan tekanan
C2 4 A
dan luas penampang
Menganalisis besarnya suatu tekanan
C4 5 A
melalui ilustrasi
Menyelesaikan soal tentang tekanan C3 6 C
Menyelesaikan soal besarnya luas
penampang jika diketahui besar gaya C3 7 A
dan tekanannya
Menunjukkan faktor yang
C3 8 D
mempengaruhi tekanan pada zat padat
Menyebutkan contoh tekanan dalam
C1 9 D
kehidupan sehari-hari
Menganalisis konsep tekanan pada zat
C4 10 B
padat dalam berbagai permasalahan
Tekanan Zat Mendefinisikan pengertian tekanan
C1 11 B
Cair hidrostatis
Menujukkan faktor yang
C1 12 D
mempengaruhi tekanan hidrostatis
Menganalisis tekanan yang paling
besar pada sebuah tabung berisi air C2 13 A
yang dilubangi
Menyelesaikan soal tentang tekanan
hidrostatis jika massa jenis zat cair,
C3 14 D
percepatan gravitasi dan kedalaman zat
cair diketahui
Menganalisis besarnya tekanan
hidostatis di berbagai keadaan di C4 15 D
dalam air
Menyimpulkan berdasarkan hasil
C6 16 A
percobaan terkait zat cair
Hukum Pascal Mendefinisikan pengertian hukum
C1 17 A
dan pascal
Archimedes Menyebutkan hukum pascal C1 18 D

55
Menganalisis prinsip hukum pascal
C4 19 B
melalui gambar
Menyelesaikan soal tentang hukum
C3 20 D
pascal
Menyebutkan contoh penerapan yang
C1 21 A
menggunakan hukum pascal
Mengidentifikasi pengertian hukum
C1 22 B
archimedes
Menyelesaikan soal hukum archimedes
C3 23 B
tentang berat semu
Menyebutkan contoh penerapan
C1 24 C
hukum archimedes
Mendefinisikan keadaan benda
C1 25 C
tenggelam
Mendefinisikan keadaan benda
C1 26 D
melayang
Membedakan konsep benda tenggelam
C2 27 C
dan melayang
Membedakan konsep benda
C2 28 C
mengapung dan melayang
Menganalisis permasalahan tentang
C4 29 A
konsep tekanan pada zat cair
Tekanan Udara Mendefinisikan pengertian tekanan
C1 30 A
udara
Menunjukkan faktor yang
C2 31 A
mempengaruhi tekanan pada gas
Menghubungkan suatu tekanan udara
C5 32 D
berbagai tempat
Menyimpulkan konsep tekanan udara
C6 33 C
melalui data percobaan yang disajikan
Menyebutkan alat ukur yang
digunakan untuk mengukur tekanan C1 34 A
udara pada ruangan terbuk
Menyelesaikan soal tentang volume
gas jika tekanan udara pada ruang C3 35 B
tertutup diperbesar
Mengidentifikasi jenis manometr yang
digunakan untuk mengukur tekanan C1 36 C
uap
Menganalisis penerapan konsep
tekanan udara dalam berbagai C4 37 A
permasalahan

56
G. Analisis Uji Coba Instrumen

1. Uji Validitas Isi

Haynes et al. (Azwar, 2012: 111) menyatakan bahwa makna validitas isi

adalah sejauh mana elemen-elemen dalam suatu instrument ukur benar-benar

relevan dan merupakan representasi dari kontrak yang sesuai dengan tujuan

pengukuran. Penilaian ini bersifat kualitatif dan di laksanakan oleh suatu

penelitian ahli, bukan oleh penulis item atau perencana tes itu sendiri (Staub, 1989

dalam Azwar, 2012: 112). Prosedur ini kemudian menghasilkan validitas logis.

Seberapa tinggi kesepakatan diantara ahli yang melakukan penelitian kelayakan

suatu aitem akan dapat diestimasi dan dikuantifikasikan, kemudian statistiknya

dijadikan indikator validitas isi aitem dan validitas isi tes. Aiken telah

merumuskan formula Aiken V untuk menghitung koefisien validitas isi yang

didasarkan pada hasil penilaian dari panel ahli sebanyak n orang terhadap suatu

aitem dari segi jumlah mana aitem tersebut mewakili konstrak yang diukur. Harga

koefisien V aiken yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan kriteria

harga V positif dan nilai V > 0,5 dikatakan bahwa butir tersebut sudah valid

secara konten. Mengukur validitas isi pada penilitian ini menggunakan persamaan

statistik Aiken V dengan kategori angka penilaian validitas isi sebagai berikut

(Azwar, 2012: 113).

s Σ
V= [n ( c−1 )]
Keterangan:

V = Validitas Isi

s = r -lo

57
lo = Angka penilaian validitas yang terendah (dalam hal ini 1)

c = Angka penilaian validitas yang tertinggi (dalam hal ini 4)

r = Angka yang diberi oleh seorang peneliti

Tabel 4. Kategori Angka Penilaian Validitas Isi


Angka Penilaian (Rating) Kategori
1 Tidak Relevan
2 Kurang Relevan
3 Relevan
4 Sangat Relevan
(Sumber: Azwar, 2012: 113)

Harga koefisien V Aiken yang digunakan dalam penelitian ini

menggunakan kriteria harga V positif dan nilai V > 0,5 dikatakan bahwa butir

tersebut sudah valid secara konten. Data penilaian oleh validator dari 37 soal

setelah dianalisis diperoleh 37 soal dinyatakan valid (hasil perhitungan dapat

dilihat pada lampiran 3.1 (Halaman 203) dan seluruhnya dinyatakan layak untuk

diuji coba.

2. Reliabilitas Instrumen

Uji reliabilitas tes berarti tingkat ketepatan suatu tes yang hendak diukur

(Suharsimi,2012: 117). Untuk menguji reliabilitas instrumen digunakan rumus

Kuder Richardson 21 sebagai berikut (Suharsimi, 2012: 117) :

n M ( n−M )
Γ11 = [ ][
n−1
1−
n S 2t ]
Keterangan:

Г11 = Reliabilitas instrumen


n = Banyaknya butir soal
M = Skor rata-rata

58
St 2 = Varians total
Untuk Varians total digunakan rumus sebagai berikut (Suharsimi, 2012: 112) :
2
2 (∑ x )
∑x − N
V t=
N
Untuk menginterpretasikan harga r 11 yang menyatakan nilai reliabelnya

sebuah instrumen didasarkan menurut kriteria pada Tabel 5 berikut.

Tabel 5. Kriteria Koefisien Reliabilitas


Koefisien reliabilitas Kriteria
0,810 - 1,00 Sangat tinggi
0,610 - 0,800 Tinggi
0,410 - 0,600 Cukup
0,210 - 0,400 Rendah
0,00 - 0,200 Sangat rendah
(Suharsimi, 2013 : 89)\

Harga reliabilitas yang digunakan dalam penelitian ini adalah r11 ≥ 0,70.

Hasil uji reliabilitas terhadap 37 soal diperoleh nilai reliabilitas (r11) sebesar 0,82

sehingga dapat dikatakan soal-soal pada instrumen ini memiliki kategori

reliabilitas tinggi. Hasil perhitungan lengkap dapat dilihat pada lampiran 3.3

(halaman 207).

3. Taraf Kesukaran

Bilangan yang menunjukkan sukar dan mudahnya suatu soal disebut

indeks kesukaran. Taraf kesukaran dinyatakan dengan P dirumuskan sebagai

berikut (Suharsimi, 2012: 223):

B
P = JS

Keterangan :

P = Taraf kesukaran tes

59
B = Banyaknya siswa itu menjawab dengan benar

JS = Jumlah seluruh siswa peserta tes (Suharsimi, 2012: 223)

Sebuah instrumen dikatakan sukar atau mudah bergantung dari besar

indeks kesukaran suatu instrumen. Kriteria taraf kesukaran diklasifikasikan

sebagai berikut.

Tabel 6. Kriteria Indeks Kesukaran


Indeks kesukaran Kriteria
0,00 – 0,30 Sukar
0,31 – 0,70 Sedang
0,71 – 1,00 Mudah
Sumber: Suharsimi, 2013: 225

Indeks kesukaran yang semakin tinggi menunjukkan bahwa soal semakin

mudah dan begitu juga sebaliknya, indeks kesukaran yang semakin rendah

menunjukan bahwa soal semakin sukar. Hasil uji coba dilakukan uji taraf

kesukaran dari 37 soal diperoleh masing – masing 5 butir soal yang mudah, 28

butir soal yang sedang, dan 4 butir soal yang sukar.

4. Daya Pembeda

Suharsimi (2012: 228) menyatakan bahwa daya pembeda soal adalah

kemampuan suatu soal untuk membedakan antara siswa berkemampuan tinggi

dengan siswa berkemampuan rendah. Untuk mengukur daya pembeda setiap item

tes digunakan rumus (Suharsimi, 2012: 228) :

BA BB
D = J −J
A B

Keterangan:

D = Daya pembeda butir soal.

JA = Banyaknya peserta kelompok atas.

60
JB = Banyaknya peserta kelompok bawah.

BA = Banyaknya peserta kelompok atas yang menjawab benar.

BB = Banyaknya peserta kelompok bawah yang menjawab soal dengan benar.

PA = Proporsi peserta kelompok atas yang menjawab benar.

PB = Proporsi peserta kelompok bawah yang menjawab benar (Suharsimi, 2012:

228).

Harga daya pembeda butir soal diinterpretasikan menurut klasifikasi pada


Tabel 7 berikut.
Tabel 7. Klasifikasi Daya Pembeda Butir Soal
Daya Pembeda Kriteria
0,00 – 0,20 Jelek
0,21 – 0,40 Cukup
0,41 – 0,70 Baik
0,71 – 1,00 Baik sekali
Negatif Semuanya tidak baik
(Suharsimi, 2013: 232)

Soal yang baik yaitu memiliki daya pembeda yang tinggi, artinya soal

tersebut dapat membedakan antara siswa kelompok kelas atas dan siswa

kelompok kelas bawah. Sebaliknya, semakin rendah daya beda maka kualitas soal

semakin jelek karena tidak dapat membedakan siswa kelompok atas dan siswa

kelompok bawah.

Hasil analisis daya pembeda terhadap 37 butir soal diperoleh 6 butir soal

berkriteria jelek, 20 butir soal berkriteria cukup, 10 butir soal berkriteria baik, dan

1 butir soal berkriteria baik sekali. Data lengkap perhitungan daya pembeda dapat

dilihat pada lampiran 3.5 (halaman 211).

Berdasarkan perhitungan secara menyeluruh yang meliputi validitas isi,

reliabilitas, tingkat kesukaran dan daya pembeda dari 37 butir soal uji coba

61
diperoleh 31 butir soal digunakan sebagai instrumen penelitian dan 6 butir soal

gugur. Rekapitulasi uji coba selengkapnya pada Tabel 8 sebagai berikut.

Tabel 8. Rekaputulasi Hasil Uji Coba Instrumen


No Kriteria Tingkat Daya
V P D Keterangan
Soal Validasi Kesukaran Pembeda
1 1.00 Valid 0.68 Sedang 0.24 Cukup Dipakai
2 0.83 Valid 0.63 Sedang 0.14 Jelek Gugur
3 0.83 Valid 0.47 Sedang 0.48 Baik Dipakai
4 0.83 Valid 0.42 Sedang 0.38 Cukup Dipakai
5 0.83 Valid 0.47 Sedang 0.27 Cukup Dipakai
6 1.00 Valid 0.47 Sedang 0.48 Baik Dipakai
7 0.83 Valid 0.21 Sukar 0.29 Cukup Dipakai
8 0.83 Valid 0.37 Sedang 0.28 Cukup Dipakai
9 0.67 Valid 0.32 Sedang 0.18 Jelek Gugur
10 1.00 Valid 0.26 Sukar 0.29 Cukup Dipakai
11 0.67 Valid 0.63 Sedang 0.24 Cukup Dipakai
12 0.83 Valid 0.47 Sedang 0.27 Cukup Dipakai
13 1.00 Valid 0.79 Mudah 0.23 Cukup Dipakai
14 1.00 Valid 0.58 Sedang 0.47 Baik Dipakai
15 0.83 Valid 0.42 Sedang 0.38 Cukup Dipakai
16 1.00 Valid 0.63 Sedang 0.14 Jelek Gugur
17 0.67 Valid 0.58 Sedang 0.47 Baik Dipakai
18 0.83 Valid 0.68 Sedang 0.46 Baik Dipakai
19 1.00 Valid 0.26 Sukar 0.29 Cukup Dipakai
20 1.00 Valid 0.37 Sedang 0.28 Cukup Dipakai
21 0.67 Valid 0.68 Sedang 0.24 Cukup Dipakai
22 0.67 Valid 0.84 Mudah 0.33 Cukup Dipakai
23 1.00 Valid 0.42 Sedang 0.59 Baik Dipakai
24 0.83 Valid 0.63 Sedang 0.36 Cukup Dipakai
25 0.83 Valid 0.79 Mudah 0.23 Cukup Dipakai
26 0.83 Valid 0.58 Sedang 0.89 Baik Sekali Dipakai
27 1.00 Valid 0.63 Sedang 0.36 Cukup Dipakai
28 1.00 Valid 0.53 Sedang 0.58 Baik Dipakai
29 0.83 Valid 0.58 Sedang 0.04 Jelek Gugur
30 1.00 Valid 0.37 Sedang 0.49 Baik Dipakai
31 0.83 Valid 0.26 Sukar 0.08 Jelek Gugur
32 0.83 Valid 0.47 Sedang 0.27 Cukup Dipakai
33 1.00 Valid 0.74 Mudah 0.56 Baik Dipakai
34 0.83 Valid 0.74 Mudah 0.34 Cukup Dipakai
35 0.83 Valid 0.47 Sedang 0.27 Cukup Dipakai
36 0.83 Valid 0.47 Sedang -0.16 Jelek Gugur

62
37 1.00 Valid 0.47 Sedang 0.48 Baik Dipakai

H. Teknik Analisis Hasil Penelitian

1. Keterampilan Proses Sains Siswa

a. Keterampilan Proses Sains Siswa Tiap Kelompok dan Tiap Individu

Keterampilan proses sains siswa dinilai secara kelompok dan individu.

Aspek keterampilan proses sains yang diamati adalah merumuskan hipotesis,

melakukan percobaan, menganalisis data, dan membuat kesimpulan. Penilaian

dilakukan dengan cara memberikan skor antara 1 (kurang baik) sampai dengan 4

(sangat baik). Skor penilaian keterampilan proses sains dapat dilihat pada Tabel 9

Tabel 9. Skor Penilaian Keterampilan Proses Sains Siswa


Skor Kriteria
4 Sangat Baik
3 Baik
2 Cukup Baik
1 Kurang Baik

Skor hasil pengamatan yang diperoleh dari setiap aspek dijumlahkan kemudian

dihitung menggunakan rumus sebagai berikut (Purwanto Ngalim, 2012: 102).

P
P p= [ ]
N
×100 %

Keterangan :

Pp = Persentase hasil pengamatan siswa tiap individu dari pengamat.

P = Skor yang diperoleh dari pengamat

N = Skor maksimum

Setelah didapat nilai persentase yang diharapkan kemudian diinterpretasikan ke

dalam kriteria penilaian keterampilan proses sains siswa yang dapat dilihat pada

Tabel 10.

63
Tabel 10. Kriteria Penilaian Keterampilan Proses Sains Siswa
Interval Kriteria
82-100% Sangat Baik
64-81% Baik
45-63% Cukup Baik
< 45% Kurang Baik
Sumber: dikembangkan dari panduan penilaian K13 SMP/MTs(2014)

b. Aspek Keterampilan Proses Sains


Keterampilan proses sains terdiri dari 4 aspek yakni merumuskan

hipotesis, melakukan percobaan, menganalisis data dan menyusun kesimpulan.

penilaian aspek keterampilan proses sains bertujuan untuk mengetahui kelebihan

dan kekurangan siswa dalam mengerjakan instrument yang diberikan oleh

peneliti. Kriteria penilaian aspek keterampilan proses sains dapat dilihat pada

Tabell 11 sebagai berikut.

Tabel 11. Kriteria Penilaian Aspek Keterampilan Proses Sains Siswa


Interval Kriteria
82-100% Sangat Baik
64-81% Baik
45-63% Cukup Baik
< 45% Kurang Baik
Sumber: dikembangkan dari panduan penilaian K13 SMP/MTs(2014)

2. Ketuntasan Hasil Belajar Kognitif Siswa

Tes hasil belajar yang dianalisis adalah hasil belajar kognitif. Analisis data

tes hasil belajar digunakan untuk mengetahui seberapa besar ketuntasan siswa

dalam aspek kognitif setelah pembelajaran menggunakan model discovery

learning pada materi tekanan. THB ini dianalisis dengan menggunakan ketuntasan

individu, ketuntasan klasikal dan ketuntasan TPK.

a. Ketuntasan Individu

64
Standar ketuntasan belajar individu ranah pengetahuan yang ditetapkan

SMP Santa Maria Palangka Raya adalah ≥ 70. Permendikbud (2016: 7) tentang

standar penilaian Pendidikan, menyatakan bahwa pencapaian pengetahuan siswa

disampaikan dalam bentuk angka dengan skala 0-100 dan deskripsi. Untuk

menentukan ketuntasan individu dianalisis dengan menggunakan rumus berikut

(Trianto, 2012: 241) :

T
[ ]
KB = T x 100%)
1

Keterangan :
KB = Ketuntasan belajar

T = Jumlah skor yang diperoleh

T1 = Jumlah skor total

Kriteria ketuntasan belajar individu diberi predikat dengan ketentuan


seperti pada Tabel 12 berikut.
Tabel 12. Kriteria Ketuntasan Belajar Individu
Rentang Angka Predikat
91 – 100 Sangat baik (A)
81 – 90 Baik (B)
71 – 80 Cukup (C)
≤70 Kurang (D)
Sumber: guru IPA kelas VIII SMP Santa Maria Palangka Raya

b. Ketuntasan Klasikal

Ketuntasan belajar secara klasikal dikatakan tuntas jika dalam kelas

tersebut terdapat ≥75% siswa yang telah tuntas dari jumlah seluruh siswa.

Ketuntasan klasikal dihitung dengan menggunakan persamaan sebagai berikut

(Purwanto, 2012: 102):

Pr
[ ]
Nklasikal =
Ps
x 100%......................................................................................(22)

65
Keterangan:
Nklasikal = Nilai persentase ketuntasan belajar klasikal siswa
Pr = Jumlah siswa yang tuntas belajar
Ps = Jumlah seluruh siswa
c. Ketuntasan TPK
Suatu TPK tuntas bila persentase (P) siswa yang mencapai TPK tersebut

70% yaitu ketuntasan yang ditetapkan sekolah SMP Santa Maria Palangka Raya.

Menurut Purwanto (2012: 102) rumus untuk menghitung ketuntasan TPK adalah

sebagai berikut :

PTPK
NTPK =
[ ]PS
x100%

Keterangan:

NTPK = Persentase ketuntasan TPK


PTPK = Jumlah peserta didik yang mencapai TPK
PS = Jumlah skor total

66

Anda mungkin juga menyukai