Panduan Perpetaan 2020 PDF
Panduan Perpetaan 2020 PDF
BUKU PETUNJUK
PRAKTIKUM PERPETAAN
OLEH :
0
``
2020
1
``
BAB I
PENDAHULUAN
Perpetaan adalah bagian rendah dari ilmu Geodesi, yang merupakan suatu ilmu
yang mempelajari ukuran dan bentuk bumi dan menyajikannya dalam bentuk tertentu. Ilmu
Geodesi ini berguna bagi pekerjaan perencanaan yang membutuhkan data-data koordinat
dan ketinggian titik lapangan
Berdasarkan ketelitian pengukurannya, ilmu Geodesi terbagi atas dua macam, yaitu :
Dalam praktikum ini kita memakai Plane Surveying (Ilmu Ukur Tanah). Perpetaan
dianggap sebagai disiplin ilmu, teknik dan seni yang meliputi semua metoda untuk
pengumpulan dan pemrosesan informasi tentang permukaan bumi dan lingkungan fisik
bumi yang menganggap bumi sebagai bidang datar, sehingga dapat ditentukan posisi titik-
titik di permukaan bumi. Dari titik yang telah didapatkan tersebut dapat disajikan dalam
bentuk peta.
2
``
3
``
5. Mahasiswa mampu membidik dan membaca sudut horizontal dan sudut vertical
pada titik sasaran dengan alat theodolith.
4
``
BAB II
LANDASAN TEORI
Theodolit adalah salah satu alat perpetaan yang digunakan untuk menentukan tinggi
tanah dengan sudut mendatar dan sudut tegak. Berbeda dengan waterpass yang hanya
memiliki sudut mendatar saja. Di dalam theodolit sudut yang dapat di baca bisa sampai
pada satuan sekon (detik). Theodolite merupakan alat yang paling canggih di antara
peralatan yang digunakan dalam survei. Pada dasarnya alat ini berupa sebuah teleskop yang
ditempatkan pada suatu dasar berbentuk membulat (piringan) yang dapat diputar-putar
mengelilingi sumbu vertikal, sehingga memungkinkan sudut horisontal untuk dibaca.
Teleskop tersebut juga dipasang pada piringan kedua dan dapat diputarputar mengelilingi
sumbu horisontal, sehingga memungkinkan sudut vertikal untuk dibaca. Kedua sudut
tersebut dapat dibaca dengan tingkat ketelitian sangat tinggi (Farrington 1997).
Theodolit juga bisa berubah fungsinya menjadi seperti Pesawat Penyipat Datar bila
sudut verticalnya dibuat 90º. Dengan adanya teropong pada theodolit, maka theodolit dapat
dibidikkan kesegala arah. Di dalam pekerjaan bangunan gedung, theodolit sering
digunakan untuk menentukan sudut siku-siku pada perencanaan / pekerjaan pondasi,
theodolit juga dapat digunakan untuk mengukur ketinggian suatu bangunan bertingkat.
Theodolit terbagi atas tiga bagian, yaitu bagian bawah, bagian tengah, dan bagian
atas.Bagian bawah terdiri dari skrup penyetel yang menyangga suatu tabung dan plat
yangberbentuk lingkaran. Bagian tengah terdiri dari suatu rambu yang dimasukkan ke
dalamtabung, dimana pada bagian bawah sumbu ini adalah sumbu tegak atau sumbu
pertama (S).Di atas Sdiletakkan lagi plat yang berbentuk lingkaran yang berjari-jari lebih
kecil daripadajari-jari plat bagian bawah. Pada dua tempat di tepi lingkaran dibuat alat
pembaca yangdisebut nonius (N0). Suatu nivo diletakkan pada atas plat nonius untuk
membuat sumbu tegaklurus. Bagian atas terdiri dari sumbu mendatar atau sumbu kedua
(S2), pada S2diletakkan platberbentuk lingkaran dan dilengkapi skala untuk pembacaan
skala lingkaran. Pada lingkaran tegak ini di tempatkan kedua nonius pada penyangga S2.
5
``
Dari uraian di atas dapat disimpulkan ada dua perbedaan antara lingkaran mendatar
denganlingkaran vertikal. Untuk skala mendatar titik harus ikut berputar bila teropong
diputar pada S1 dan lingkaran berguna untuk membaca skala sudut mendatar.Sedangkan
lingkaran berskala vertikal baru akan berputar bila teropong diputar terhadap S2.
Pembacaan ini digunakan untuk mengetahui sudut miring.
6
``
alat, sehingga beda tinggi yang diperoleh sudah merupakan beda tinggi antara titik
kerangka tempat berdiri alat dan titik detil yang dibidik.
Kesalahan pengukuran cara tachymetri dengan theodolite berkompas
Kesalahan alat, misalnya:
1. Jarum kompas tidak benar-benar lurus.
2. Jarum kompas tidak dapat bergerak bebas pada prosnya.
3. Garis bidik tidak tegak lurus sumbu mendatar (salah kolimasi).
4. Garis skala 0° – 180° atau 180° – 0° tidak sejajar garis bidik.
5. Letak teropong eksentris.
6. Poros penyangga magnet tidak sepusat dengan skala lingkaran mendatar.
7
``
kanan) dengan satuan jarak 1 m, 10 m, atau 100 m, tergantung pada jarak-jarak harus
dinyatakan.
(B) 0 A
αAB = xa – xb
= (+20) – (-40)
= +60
Cara menentukan tempat titik-titik dengan menggunakan suatu titik nol pada garis harus
digunakan pada pengukuran daerah-daerah yang kecil.
b. Penentuan dengan koordinat kartesian (salib sumbu)
Hal ini digunakan apabila cara di atas titik tidak dapat dilakukan, karena titik-titik tidak
terdapat di suatu garis lurus. Sebagian besar penentuan tempat titik-titik ialah dua garis
lurus yang saling tegak lurus (salib sumbu).
n = bilangan bulat (belum tentu sama dengan banyaknya titik), harganya harus dicari
dengan memisahkan fβ = 0 dan harga n diambil bilangan bulat yang paling dekat dengan n
yang menghasilkan. Perumusan untuk polygon tertutup, rumus perataannya adalah :
∑β = (n – 2) 1800 + fβ
∑d sin α = (xa – xb) + fx
∑d cos α = (ya – yb) + fx
8
``
BAB III
PROSEDUR PRAKTIKUM
9
``
3. Skrup koinsiden
4. Cermin pengatur sinar lingkaran vertical
5. Skrup lingkaran vertical
6. Pengatur focus
7. Penyetel lingkaran utama
8. Mikroskop pembacaan
9. Lensa Okuler
10. Nivo tabung
11. Skrup penggerak teropong
12. Skrup reiterasi
13. Reflector kolimasi
14. Nivo kotak
15. Cermin pengatur sinar lingkaran horizontal
16. Sentering optis Skrup kiap
17. Skrup pengencang
10
``
11
``
12
``
Teropong diputar balik (posisi luar biasa) dan arahkan ke rambu bacaan sudut
4. Persyaratan Theodolit
Suatu alat theodolit harus memenuhi persyaratan2 sbb.:
a. Sumbu I harus tegak lurus dengan sumbu II
b. Garis bidik harus tegak lurus dengan sumbu II
c. Garis jurusan nivo skala tegak harus sejajar garis indeks skala tegak
d. Garis nivo skala mendatar harus tegak lurus sumbu I
13
``
Setelah sumbu tegak diatur, sehingga benar2 tegak, garis bidik diarahkanke bagian
atas benang. Kunci skerup pengunci sumbu tegak dan lingkaran skala mendatar,
kemudian gerakkan garis bidik perlahan –lahan kebawah.
Bila sumbu datar tegak lurus dengan sumbu tegak, dan garis bidik tegak lurus
dengan sumbu mendatar, maka garis bidik akan bergerak sepanjang benang unting-
unting.
Pada Theodolith terdapat 2 (dua) Nivo yang harus diatur, yaitu Nivo piringan bawah dan
Nivo piringan atas
14
``
kanan - kiri bersama, memutar kedalam atau keluar. Putar teropong arah tegak
lurus dua kaki awal, atur skrup ketiga untuk seimbangkan nivo arah depan -
belakang. Check lobang sentring apakah tepat di tengah. Kalau belum kendorkan
skrup alat dengan piringan, geser alat sambil melihat dari lobang pengamatan
centring dan di arahkan tapat titik sentring.
6. Atur juga nivo atas (piringan atas) agar seimbang di tengah-tengah.
7. Setelah sentring, kencangkan pengunci piringan bawah.
8. Alat siap untuk diarahkan pada titik sasaran, kalau sudah dekat sasaran, kunci
piringan atas, tepatkan arah sasaran dengan skrup penggerak lembut. Baca sudut
vertical, baca sudut horizontal, baca rambu/ baak . Catat semua pembacaan sudut-
sudut dan (BA;BT;BB).
9. Kendorkan/ buka skrup piringan atas, putar arahkan pada titik sasaran lain ( searah
jarum jam), lakukan pengamatan seperti no 8. Catat semua pengamatan dan bacan-
bacaan.
10. Arahkan ke sasaran lain (titik / patok lain ), lakukan pengamatan dan pembacaan
seperti kegiatan diatas. Catat semua bacaan sudut dan bacaan rambu/ baak.
11. Pindahkan alat ke tempat lain ( titik polygon lain ), lakukan penyetelan alat,
pembacaan sudut dan bacaan rambu seperti kegiatan diatas. Usahakan diamati
sudut dalam antar titik-titik poligon.
12. Lakukan berulang-ulang pada lokasi titik-titik polygon lain, sehingga kerangka
titik-titik poligon tertutup.
15
``
BAB IV
PEMBUATAN PETA
Keterangan :
1,2,3,… : nomor titik
b1,b2,b3,… : sudut dalam poligon
a1, a2, a3,… : sudut luar poligon
a12,a23,a34,… : azimuth
Rumus-rumus yang harus dipenuhi:
1. Syarat sudut
Jumlah sudut dalam poligon : Sbd = (n – 2) x 180o
Jumlah sudut luar poligon : Sb = (n + 2) x 180o
Dengan :n = jumlah titik poligon
16
``
2. Syarat sisi
Jumlah proyeksi pada sumbu y = Σ (d sin a) = 0
Jumlah proyeksi pada sumbu x = Σ (d cos a) = 0
3. Azimuth awal
Pengukuran azimuth didasarkan pada arah utara magnet bumi atau azimuthkompas.
Dalam pemilihan titik detail harus disesuaikan dengan kondisi lapangan,, yaitu jangan
terlalu jarang maupun terlalu rapat. Jika titik terlalu jarang maka hasil peta situasi tidak
akan mencerminkan kondisi yang sebenarnya, namun jika terlalu rapat, kurang efisien.
Untuk daerah datar cukup diambil beberapa titik saja tetapi untuk tanah bergelombang
diambil titik efektifnya, untuk parit diambil data tentang kedalaman dan lebarnya.
17
``
Agar pengambilan titik detail lebih mudah, mengenai sasaran, maka titik tersebut dapat
dikelompokan sebagai berikut:
a. semua jalan (meliputi: jalan raya, jalan kecil, dll)
b. saluran-saluran air, batas sungai, batas pantai
c. jembatan, gardu listrik, tugu, monumen, dll
d. lapangan olahraga, lapangan terbang, persawahan, permukiman
e. kantor pemerintahan, kantor polisi, bank, pasar, toko, dll
f. batas-batas propinsi, kabupaten, kecamatan, kelurahan, dll
Pada setiap pengukuran suatu titik detail, perhitungan jarak dan beda tinggi dilakukan
dengan cara tachimetri atau disesuaikan dengan alat yang digunakan, berikut Pengukuran
Menggunakan Theodolite
18
``
Data yang harus dicari tergantung dengan alat yang digunakan. Data yang perlu diukur
dalam kaitannya dengan pengukuran kerangka horisontal dengan menggunakan
theodolit adalah benang atas, benang bawah, benang tengah, azimuth, zenith, tinggi alat
dan sketsa pengukuran, sedangkan data yang perlu diambil untuk kerangka vertikal adalah
data dari penggunaan waterpass, yaitu benang atas, benang bawah, dan benang tengah.
Titik detail adalah semua penampakan yang ada di muka bumi baik alamiah maupun
buatan manusia. Pada pengukuran ini tidak mungkin dilakukan secara lengkap dan
terperinci, oleh karena itu harus diambil titik detail seefektif mungkin yang dapat mewakili
dalam penggambaran peta situasi nantinya.
19
``
Data pengukuran titik detail yang diperlukan adalah azimuth, zenith, benang atas,
benang bawah, benang tengah, dan tinggi alat serta sketsa pengukuran titik tersebut. Data
tersebut digunakan untuk mencari jarak dan beda tinggi antara tempat alat didirikan dengan
titik detail yang diukur.
20
``
1.17
1.73
D2.03 1.44 89o29'50" 288o50'20"
1.15
1.39 1.39
II 1.04 1.04 89o57'00" 270o02'40" 286o19'30" 106o\34'10"
III 0.69 0.69
1.53 2.08 2.08
IV 1.74 1.74 89o37'10" 270o22'40" 35o57'00" 215o\58'00"
1.40 1.40
1.42
D3.01 1.40 90o28'50" 157o06'50"
1.38
1.44
D3.02 1.40 89o19'10" 174o503'00"
1.36
2.14 2.14
III
1.80 1.80 89o52'30" 270o07'10" 215o23'10" 35o\27'30"
IV 1.46 1.46
1.46 1.08 1.08
V 0.90 0.90 90o42'40" 269o16'20" 25o14'30" 205o\17'10"
0.72 0.72
1.52
D4.01 1.50 89o57'50" 113o35'50"
1.48
1.53
D4.02 1.50 89o59'50" 150o00'00"
1.47
1.98 1.98
IV 1.80 1.80 89o36'50" 270o21'50" 205o00'00" 25o\06'10"
V 1.62 1.62
1.49 2.19 2.19
I' 1.75 1.75 89o43'50" 270o16'10" 290o00'00" 110o\46'10"
1.31 1.31
D5.01 0.96
21
``
22
``
PERHITUNGAN POLIGON
I. PENGHITUNGAN JARAK
23
``
1. I – Ti B = 276o48'00"
LB = 96o48'00"
276 o 48'00"180 o 96 o 48 ' 00"
K = =0o
2
2. I – II B = 207o16’30” II – I B = 27o00’00”
LB = 27o19’20” LB = 206o58’10”
207 o16'30"+(27 o19'20"+180 o ) + (27 o 00'00" + 180 o ) + 206 o 58'10"
KI - II =
4
=207o08’30”
KII - I = 207o08’30”- 180o
=27o08’30”
24
``
25
``
ΔhIII-IV = 0.2174m
ΔhIV-III = -0.2174m
5. IV –V B = 35.9945 tan -0o42’40” + (1.46-0.9) = 0.1132m
LB = 35.9942 tan -0o43’40” + (1.46-0.9) = 0.1027m
V – IV B = 35.9984 tan 0o23’10” + (1.49-1.80) = -0.0674m
LB = 35.9984 tan 0o21’50” + (1.49-1.80) = -0.0814m
0.1132 0.1027 0.0674 0.0814
K = = 0.0912m
4
ΔhIV-V = 0.0912m
ΔhV-IV = -0.0912m
6. V –I B = 87.9981 tan 0o16’10” + (1.49-1.75) = 0.1538m
LB = 87.9981 tan 0o16’10” + (1.49-1.75) = 0.1538m
I–V B = 87.9990 tan 0o03’50” + (1.44-1.61) = -0.0619m
LB = 87.9990 tan 0o02’40” + (1.44-1.61) = -0.0917m
0.1538 0.1538 0.0619 0.0917
K = = 0.1153m
4
ΔhV-I = 0.1153m
ΔhI-V = -0.1153m
Catatan : bila beda tinggi dari I ke II positif (+), maka beda tinggi dari II ke I harus negative (-)
baik sebelum maupun sesudah dikoreksi, begitupun titik selanjutnya.
27
``
5. HIV = 180.3520m
ΔhIV-V = 0.0912m, maka HV = 180.3520+0.0912 = 180.4432m
6. HV = 180.4432m
ΔhV-I’ = 0.1153m, maka HI’ = 180.4432+0.1153 = 180.5585m
Jadi kesalahan beda tinggi (f(Δh)) = 180.5585-180.24 = 0.3185m
97.995
K1 = x 0,3185 = 0.0867m
359.9774
(97.995 + 69.9871)
K2 = x 0,3185 = 0.1486m
359.9774
I = 180.24m
II = 180.6585-0.0867 = 180.5718m
IV = 180.3520-0.2088 = 180.1432m
V = 180.4432-0.2406 = 180.2026m
28
``