Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH

FISIOTERAPI KARDIOVASKULER

“TROMBUS DAN EMBOLI”

DISUSUN OLEH :

1. ALEXANDER LAKI (18163059)


2. AGUS EKO SETIAWAN (18163065)
3. ALIVIA AZIZIAH (18163053)

UNIVERSITAS KATOLIK DE LA SALLE


FAKULTAS KEPERAWATAN PROGAM STUDI D3 FISIOTERAPI
T.A 2019/2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang,
karena berkat rahmat dan hidayah-Nya, saya bisa menyusun dan menyajikan Makalah
FISIOTERAPI INTEGUMEN ini yang berisi tentang LESI AKIBAT ALERGI KULIT
sebagai salah satu tugas kuliah.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan Makalah FISIOTERAPI
INTEGUMEN ini masih terdapat banyak kekurangan dan jauh dari kesempurnaan. Oleh
karena itu, penulis mengharapkan kritik serta saran yang membangun guna
menyempurnakan makalah ini dan dapat menjadi acuan dalam menyusun makalah-
makalah atau tugas-tugas selanjutnya.
Penulis juga memohon maaf apabila dalam penulisan Makalah FISIOTERAPI
INTEGUMEN ini terdapat kesalahan pengetikan dan kekeliruan sehingga
membingungkan pembaca dalam memahami maksud penulis.

Tomohon, 4 Februari 2020

Kelompok 1
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...............................................................................................

DAFTAR ISI.............................................................................................................

BAB I PENDAHULUAN.........................................................................................

A. Latar Belakang..............................................................................................
B. Rumusan Masalah.........................................................................................
C. Tujuan...........................................................................................................

BAB II PEMBAHASAN..........................................................................................

A. Definisi.........................................................................................................
B. Etiologi.........................................................................................................
C. Patofisiologi.................................................................................................
D. Manifestasi Klinik........................................................................................
E. Penyebab......................................................................................................
F. Gejala………………….................................................................................
G. Pemeriksaan Diagnostik...............................................................................
H. Penatalaksanaan...........................................................................................
I. Pengobatan...................................................................................................
J. Pencegahan..................................................................................................

BAB III PENUTUP..................................................................................................

A. Kesimpulan..................................................................................................
B. Saran............................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Alergi adalah kondisi ketika sistem kekebalan tubuh bereaksi terhadap sesuatu yang
biasanya tidak berbahaya. Pemicu alergi yang sebut alergen, dapat mencakup serbuk
sari, jamur, bulu binatang, makanan tertentu, dan hal-hal yang mengiritasi kulit Anda.

Alergi sangat umum, setidaknya 1 dari 5 orang memiliki satu jenis alergi. Alergi
juga diturunkan secara genetik, namun tidak harus selalu dalam bentuk yang sama,
misal: ayah alergi makanan tertentu seperti telur, sang anak bisa juga memiliki alergi
bentuk lain seperti alergi debu.

B. Rumusan Masalah
a. Apakah definisi dari alergi itu ?
b. Apakah etiologi dari alergi itu ?
c. Bagaimana patofisiologi dari alergi itu ?
d. Apakah manifestasi klinik dari alergi itu ?
e. Apakah penyebab dari alergi itu ?
f. Apakah gejala dari alergi itu ?
g. Bagaimana pemeriksaan diagnostic dari alergi tiu ?
h. Bagaimana penatalaksanaan dari alergi itu ?
i. Bagaimana pengobatan dari alergi itu ?
j. Bagaimana pencegahan dari alergi itu ?

C. Tujuan

Tujuan dari pembuatan makalah ini yaitu untuk memambah wawasan kita pembaca
tentang akan apa itu alergi. Dan juga dapat menjadikan makalah ini sebagai
pembelajaran pembaca sebagaimana diperlukan nanti.
BAB II
PEMBAHASAN

A. Definisi

Alergi The World Allergy Organization (WAO) pada Oktober 2003 telah
menyampaikan revisi nomenklatur penyakit alergi untuk digunakan secara global.
Alergi adalah reaksi hipersentivitas yang diperantarai oleh mekanisme imunologi. Pada
keadaan normal mekanisme pertahanan tubuh baik humoral maupun selular tergantung
pada aktivasi sel B dan sel T. Aktivasi berlebihan oleh antigen atau gangguan
mekanisme ini akan menimbulkan suatu keadaan imunopatologik yang disebut reaksi
hipersensitivitas. Hipersensitivitas sendiri berarti gejala atau tanda yang secara objektif
dapat ditimbulkan kembali dengan diawali oleh pajanan terhadap suatu stimulus
tertentu pada dosis yang ditoleransi oleh individu yang normal. Menurut Gell dan
Coombs, reaksi hipersensitivitas dapat dibagi menjadi 4 tipe, yaitu tipe I, II, III dan IV.
Reaksi hipersensitivitas tipe I yang disebut juga reaksi anafilaktik atau reaksi alergi.
Macam – macam alergi pada kulit terdiri dari :

 Dermatitis Atopik(DA) atau Eksema Atopik


DA merupakan penyakit peradangan kulit yang terjadi pada individu
yang memiliki riwayat atopi(adanyaasma, alergihidung, eksema) baik pada
keluarganya atau pada dirinya sendiri. DA dapat terjadi pada berbagai tingkat
umur.
 Dermatitis Kontak Alergik(DKA)
Dermatitis Kontak Alergik(DKA) adalah suatu peradangan kulit yang
didasari mekanisme alergik(reaksi hipersensiti vitastipe IV menuru tGell &
Comp) yang diakibat kan karena kontak dengan bahan yang bersifat
alergenik(sensitizer), dan terjadi pada orang – orang tertentu.
 Urtikaria/biduran
Urtikaria berupa bentol kemerahan dan menonjol(1 – 2mm sampai
beberapa cm) disertai rasa gatal dan dapat bersifat kambuhan dalam waktu yang
tak terbatas. Penyebab urtikaria sangat bervariasi misalnya obat,
makanan,mikroorganisme, fisik, penyakit dalam, sehingga klasifikasinya pun
sangat bervariasi.
 Reaksi Kulit Karena Obat(RKKO)
Reaksi Kulit Karena Obat(RKKO) merupakan efek samping yang terjadi
akibat ketidak cocokan dan umumnya disebabkan oleh adanya reaksi alergi.
RKKO dapat disebabkan oleh semua macam obat, baik yang diberikan dokter
lewat resep, tetapi juga obat bebas, bahkan ramuan herbal.Obat yang sama dapat
menyebabkan reaksi yang berbeda pada orang yang sama pada waktu yang
berlainan, sebaliknya berbagai obat dapat menyebabkan reaksi atau manifestasi
klinis yang sama.

B. Etiologi

Alergi Reaksi alergi timbul akibat paparan terhadap bahan yang pada umumnya
tidak berbahaya dan banyak ditemukan dalam lingkungan, disebut alergen.2,3,14
Antibiotik dapat menimbulkan reaksi alergi anafilaksis misalnya penisilin dan
derivatnya, basitrasin, neomisin, tetrasiklin, streptomisin, sulfonamid dan lain-lain.
Obat-obatan lain yang dapat menyebabkan alergi yaitu anestesi lokal seperti prokain
atau lidokain serta ekstrak alergen seperti rumput-rumputan atau jamur, Anti Tetanus
Serum (ATS), Anti Diphtheria Serum (ADS), dan anti bisa ular juga dapat
menyebabkan reaksi alergi. Beberapa bahan yang sering dipergunakan untuk prosedur
diagnosis dan dapat menimbulkan alergi misalnya zat radioopak, bromsulfalein,
benzilpenisiloilpolilisin.15 Selain itu, makanan, enzim, hormon, bisa ular, semut, udara
(kotoran tungau dari debu rumah), sengatan lebah serta produk darah seperti
gamaglobulin dan kriopresipitat juga dapat merangsang mediator alergi sehingga
timbul manifestasi alergi.15 Alergi makanan biasanya terjadi pada satu tahun pertama
kehidupan dikarenakan maturitas mukosa usus belum cukup matang, sehingga
makanan lain selain ASI (Air Susu Ibu), contohnya susu sapi, jika diberikan pada bayi
0-12 bulan akan menimbulkan manifestasi penyakit alergi. Hal ini disebabkan makanan
yang masuk masih dianggap asing oleh mukosa usus di saluran pencernaan yang 13
belum matur sehingga makanan tidak terdegradasi sempurna oleh enzim pencernaan
kemudian menimbulkan hipersensitivitas.

C. Patofisiologi Alergi

Mediator alergi Reaksi alergi terjadi akibat peran mediator-mediator alergi. Yang
termasuk sel mediator adalah sel mast, basofil, dan trombosit. Sel mast dan basofil
mengandung mediator kimia yang poten untuk reaksi hipersensitivitas tipe cepat.
Mediator tersebut adalah histamin, newly synthesized mediator, ECF-A, PAF, dan
heparin.15 Mekanisme alergi terjadi akibat induksi oleh IgE yang spesifik terhadap
alergen tertentu, yang berikatan dengan mediator alergi yaitu sel mast.2,3,11 Reaksi
alergi dimulai dengan cross-linking dua atau lebih IgE yang terikat pada sel mast atau
basofil dengan alergen. Rangsang ini meneruskan sinyal untuk mengaktifkan sistem
nukleotida siklik yang meninggikan rasio cGMP terhadap cAMP dan masuknya ion
Ca++ ke dalam sel. Peristiwa ini akan menyebabkan pelepasan mediator lain.15,21,22
Mediator histamin dapat menyebabkan kontraksi otot polos bronkus yang
menyebabkan bronkokonstriksi. Pada sistem vaskular menyebabkan dilatasi venula
kecil, sedangkan pada pembuluh darah yang lebih besar menyebabkan 15 konstriksi
karena kontraksi otot polos. Selanjutnya histamin meninggikan permeabilitas kapiler
dan venula pasca kapiler. Perubahan vaskular ini menyebabkan respon wheal-flare
(triple respons dari Lewis) dan bila terjadi sistemik dapat menimbulkan hipotensi,
urtikaria dan angioderma. Pada traktus gastrointestinalis histamin meninggikan sekresi
mukosa lambung dan bila penglepasan histamin terjadi sistemik maka aktivitas otot
polos usus dapat meningkat menyebabkan diare dan hipermotilitas.15 Newly
synthesized mediator terdiri dari leukotrien, prostaglandin dan tromboksan. Leukotrien
dapat menimbulkan efek kontraksi otot polos, peningkatan permeabilitas dan sekresi
mukus. Prostaglandin A dan F menyebabkan kontraksi otot polos dan juga
meningkatkan permeabilitas kapiler, sedangkan prostaglandin E1 dan E2 secara
langsung menyebabkan dilatasi otot polos bronkus. Eosinophyl chemotacting factor-
anaphylazsis (ECF-A) dilepaskan segera waktu degranlasi. ECF-A menarik eosinofil ke
daerah tempat reaksi alergi untuk memecah kompleks antigen-antibodi dan
menghalangi aksi newly synthesized mediator dan histamin. Plateletes Activating
Factor (PAF) menyebabkan bronkokonstriksi dan meninggikan permeabilitas pembuluh
darah. PAF juga mengaktifkan faktor XII yang akan menginduksi pembuatan
bradikinin. Bradikinin dapat menyebabkan kontraksi otot bronkus dan vaskular secara
lambat, lama dan hebat. Serotonin tidak ditemukan dalam sel mast manusia tetapi
dalam trombosit dan dilepaskan waktu agregasi trombosit yang juga akan
menyebabkan kontraksi otot bronkus tapi hanya sebentar.

D. Manifestasi Klinik

Subyektif ada tanda–tanda radang akut terutama priritus ( sebagai pengganti dolor).
Selain itu terdapat pula kenaikan suhu (kalor), kemerahan (rubor), edema atau
pembengkakan dan gangguan fungsi kulit (function laisa).
Obyektif, biasanya batas kelainan tidak terdapt lesi polimorfi yang dapat timbul
scara serentak atau beturut-turut. Pada permulaan eritema dan edema. Edema sangat
jelas pada kulit yang longgar misalya muka (terutama palpebra dan bibir) dan genetelia
eksterna. Infiltrasi biasanya terdiri atas papul.

E. Penyebab
 Makanan,minuman dan obat-obatan.
 Bahan yang ditempelkan kekulit seperti kosmetika(alas bedak, bedak, lipstik,
parfum, hairspray, catrambut) dan obat-obatan(salep,balsam atau krim).
 Bahan yang dihirup seperti udara dan debu.

F. Gejala Alergi

Gejala tergantung bagaimana terkena alergi, seperti melalui udara, kontak dengan
kulit, makanan, atau melalui sengatan serangga.
Jika Anda punya alergi di hidung atau kulit, gejala umum meliputi:

 Mata gatal dan berair


 Bersin
 Hidung gatal dan meler
 Ruam pada kulit
 Merasa lelah atau sakit
 Ruam dengan bercak merah dan gatal pada kulit
 Alergi makanan juga dapat menyebabkan keram perut, muntah, dan diare
 Jika sengatan serangga adalah pemicu, Anda akan memiliki pembengkakan,
kemerahan, dan nyeri di mana ia menyengat Anda.
 Terasapanas,nyeri,kulit mengelupas.
 Kulit memerah dan melepuh.
 Bercak-bercak merah.
 Kulit bengkak,gatal-gatal, biduran.
 Rambutrontokdidaerahyangterkena.
 Mual, muntah, berkeringat, gemetar.
 Keluarnya nanah pada tingkat terburuk.
 Keriput adalah efek langsung dari akibat papara nsinar UV.
Gejala dapat bervariasi dari ringan sampai berat. Sebagian gejala hilang tak lama
setelah paparan berhenti. Gejala ringan dapat membuat Anda merasa sakit, seolah-olah
Anda mengalami pilek atau flu.

G. Pemeriksaan Diagnostik
- Pengukuran kadar IgE total dan spesifik dengan menggunakan metode ELISA
atau RIA.
- Tes kulit untuk menetukan IgE spesifik dalam kulit pasien, seperti tes tusuk
(prick test), tes tempel (pacth test) :
 Tes tusuk (Prick Test)
Hasil tes negatif apabila tidak ada bentol atau eritema atau hasil tes sama
dengan kontrol
Hasil tes positif apabila terjadi bentul atau eritema
o Positif 1 : bila didapatkan tidak ada bentul dan diameter eritema < 20
mm.
o Positif 2 : bila didapatkan tidak ada bentul dan diameter eritema > 20
mm.
o Positif 3 : bila didapatkan bentul dan eritema.
o Positif 4 : bila didapatkan dengan psudopodia.
 Tes tempel (Patch Test)
Tes negatif bila tidak ada reaksi terhadap zat yang ditempati yang
menunjukkan alergi.
Hasil tes positif
o Positif 1 : bila ada eritema.
o Positif 2 : bila ada eritema dan papula.
o Positif 3 : bila ada eritema, papula dan vesikuler.

- Tes provokasi untuk alergi makanan :


 Tes hidung
Hasil tes positif bila dalam beberapa menit timbul bersin-bersin, pilek,
hidung tersumbat, kadang-kadang batuk, pada mukosa hidung tampak
bengkak.
 Tes provokasi bronkial
Tes yang sering dipakai adalah tes kegiatan jasmani, tes inhalasi antigen, tes
inhalasi metakolin, tes inhalasi histamin.
- Pengukuran kadar histamin dalam darah atau urin dengan metode ELISA atau
HPLC.
- Analisis immunoglobulin serum dapat menunjukkan peningkatan basophil dan
eosinofil.
- Biopsy usus
- Foto thorax
Untuk melihat komplikasi asma dan sinus paranasal untuk mengetahui
komplikasi rinitis.
- Spirometri
Untuk menentukan obstruksi saluran nafas baik beratnya maupun reversibilitas.

H. Penatalaksanaan
1. Kortikosteroid mempunyai peranan penting dalam sistem imun. Pemberian topikal
akan menghambat reaksi aferen dan eferen dari dermatitis kontak alergik. Steroid
menghambat aktivasi dan proliferasi spesifik antigen.
2. Radiasi ultraviolet
Sinar ultraviolet juga mempunyai efek terapetik dalam dermatitis kontak
melalui sistem imun. Paparan ultraviolet di kulit mengakibatkan hilangnya fungsi
sel Langerhans dan menginduksi timbulnya sel panyaji antigen yang berasal dari
sumsum tulang yang dapat mengaktivasi sel T supresor. Paparan ultraviolet di kulit
mengakibatkan hilangnya molekul permukaan sel langehans, sehingga
menghilangkan fungsi penyaji antigennya. Meningkatkan system pertahanan tubuh,
membunuh kuman dan bakteri pada luka lecet serta dapat mengatasi infeksi.
Merangsang serabut saraf untuk merespon rasa sakit sehingga mengirimkan
hormone repair sehingga terjadi regenerasi.

I. Pengobatan
1. Krim atau salep corticosteroid bisa mengurangi ruam dan mengendalikan rasa
gatal.
2. Antihistamin(difenhidramin,hydroxizini)bisa mengendalikan rasa gatal, terutama
dengan efek sedatifnya.
3. Membersihkan kulit yang terpapar allergen secepat mungkin(10menit pertama
setelah terpapar) akan mengurangi keparahan responimun. Tipeterapi tergantung
pada keparahan reaksi alergi :mild, moderat, atau parah.
4. Pada kondisi yang parah segera konsultasikan dengan tenaga medis.
5. Pencegahan terulangnya biduran, usahakan mencari penyebab alergi dan
perhatikan bahan apa saja yang baru disentuh, dimakan, atau diisap ketika mulai
terserang biduran. Jika penyebabnya adalah makanan, maka hindari makanan
tersebut, jika penyebabnya adalah udara dingin, maka kenakan pakaian tebal dan
hangat yang bisa menutupi seluruh tubuh, jika perlu kenakan sarung tangan dan
kaos kaki.
6. Hindari pengobatan yang dapat mencetuskan urtikaria seperti antibiotic golongan
penisilin, aspirin dan lainnya.
7. Kenali sedini mungkin reaksi alergi oleh karena obat tertentu, hindari penggunaan
obat tersebut secara berlanjut.
J. Pencegahan
Pencegahan alergi tergantung kepada alergennya. Cara yang paling efektif
untuk mencegah alergi adalah dengan menghindari pemicunya. Tetapi tidak semua
sumber alergi dapat dihindari dengan mudah, misalnya tungau debu, hewan peliharaan,
atau makanan.
Beberapa cara berikut ini dapat Anda lakukan untuk membantu mencegah alergi:
1) Kenakan pakaian tertutup atau mengoleskan losion penolak serangga saat
bepergian.
2) Hindari memakai parfum yang bisa menarik perhatian serangga.
3) Gunakan masker saat keluar rumah.
4) Bersihkan rumah secara rutin, terutama ruangan yang sering digunakan, seperti
kamar tidur serta ruang keluarga, agar terhindar dari tungau debu.
5) Hindari penggunaan kemoceng karena dapat menyebarkan alergen.
6) Bersihkan permukaan perabotan dengan kain bersih yang dibasahi air atau
cairan pembersih atau gunakan alat penyedot debu.
7) Buka jendela atau pintu agar sirkulasi udara lebih lancar sehingga ruangan tidak
terasa
8) Tempatkan hewan peliharaan di luar rumah atau di satu ruangan tertentu saja.
9) Mandikan hewan peliharaan seminggu sekali dan bersihkan kandangnya secara
rutin.
10) Catat jenis makanan yang kemungkinan menjadi sumber alergi sehingga dapat
dihindari.
11) Baca label kemasan untuk mengetahui bahan-bahan yang digunakan sebelum
membeli makanan.
12) Bersihkan dapur agar terhindar dari lumut, terutama tempat cuci piring dan cuci
pakaian.
13) Jangan menjemur pakaian di dalam rumah.
K.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

Alergi atau hiper sensitivitas adalah perubahan kemampuan tubuh yang khas
untuk bereaksi terhadap zat(alergen dan antigen) yang menempel atau masuk
kedalam tubuh. Dengan kata lain Alergi berarti suatu perubahan reaksi atau respon
pertahanan tubuh yang menolak dan tidak tahan terhadap zat – zat yang sebenarnya
tidak berbahaya.

B. Saran

Fisioterapi mempunyai peran,fungsi,tanggung jawab, dan hak pada klien yang


ditanganinya, maka sebaiknya kita sebagai fisioterapi harus mengetahui dan
memahami tindakan yang harus dilakukan pada klien yang mengalami gangguan
pada kulit, agar nantinya kita bisa menjadi fisioterapi yang profesional.

Sangat diharapkan agar terhindar dari alergi dilakukan dengan menghindari


penyebab dari alergi misalnya meghindari alergen seperti debu dan makan-makanan
yang membuat individu alergi.
DAFTAR PUSTAKA

Corwin, Elizabeth J. 2009. Buku Saku Patofisiologi, Ed. 3. Jakarta: EGC.

Djuanda S, Sularsito. (2005). SA. Dermatitis In: Djuanda A, ed Ilmu penyakit kulit
dan kelamin. Edisi III. Jakarta: FK UI: 126-31.

Price, A. Sylvia.2006 Patofisiologi Konsep Klinis Proses-proses Penyakit


edisi 4. Penerbit Buku Kedokteran EGC.

Platts-Mills, T. A. E., & Woodfolk, J. A. (2011). Allergens and Their Role in The
Allergic Immune Response. Immunological Reviews 242 (1), 51-68.

NHS UK (2016). Health A-Z. Allergies.

Mayo Clinic (2018). Diseases and Conditions. Allergies.

Anda mungkin juga menyukai