Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH

PATOLOGI KHUSUS

“OSTEOARTHRITIS dan RHEUMATIODARTHITIS”

DISUSUN OLEH :

VINSENSIUS TATOYA (18163062)

ALEXANDER LAKI (18163059)

NIKITA RONDONUWU (18163058)

MILITA SUPIT (18163067)

UNIVERSITAS KATOLIK DE LA SALLE


FAKULTAS KEPERAWATAN PROGAM STUDI D3 FISIOTERAPI
T.A 2019/2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa. Yang mana atas berkat
Rahmat dan Karunia-Nya saya telah menyelesaikan tugas “Osteoarthritis dan
Rheumatiodarthitis”. Yang mudah-mudahan tugas ini dapat bermanfaat bagi kita semua.

Dalam penyusunan tugas, tidak sedikit hambatan yang saya hadapi. Namun saya
menyadari bahwa kelancaran dalam penyusunan materi ini tidak lain berkat bantuan dan
dorongan , orang – orang dekat sehingga kendala-kendala yang penulis hadapi teratasi.

Semoga materi ini dapat bermanfaat dan menjadi sumbangan pemikiran bagi pihak yang
membutuhkan, khususnya bagi penulis sehingga tujuan yang diharapkan dapat tercapai.

Dalam Penulisan makalah ini saya merasa masih banyak kekurangan-kekurangan baik
pada teknis penulisan maupun materi, mengingat akan kemampuan yang dimiliki oleh saya.
Untuk itu kritik dan saran dari semua pihak sangat di harapkan demi penyempurnaan pembuatan
makalah ini. Dalam makalah ini saya menyampaikan ucapan terima kasih yang tak terhingga
kepada pihak-pihak yang membantu dalam menyelesaikan tugas ini.
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

BAB I : PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan

BAB II PEMBAHASAN

A. Osteoartritis
1. Definisi
2. Etiologi dan Klasifikasi
3. Faktor Resiko
4. Diagnosis
5. Gambaran Radiologis
6. Grading OA
7. Penatalaksanaan OA
B. Reumatoidartritis
1. Definisi
2. Etiologi
3. Faktor Resiko
4. Penatalaksanaan RA

BAB III PENUTUP

1. Kesimpulan
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Osteoartritis (OA) adalah penyakit kronik sendi sinovial dimana terjadi perlembutan dan
disintergrasi kartilago di sendi diikuti dengan pertumbuhan kartilago dan tulang pada tepi sendi,
pembentukan kista, dan sklerosis di tulang subchondrial, sinovitis ringan dan fibrosis capsular.
OA merupakan penyakit persendian yang kasusnya paling umum dijumpai secara global.
Diketahui bahwa OA diderita oleh 151 juta jiwa di seluruh dunia dan mencapai 24 juta jiwa di
kawasan Asia Tenggara (WHO, 2004).
Reumatoidartritis (RA) merupakan penyakit autoimun (penyakit yang terjadi pada saat
tubuh diserang oleh sistem kekebalan tubuhnya sendiri) yang mengakibatkan peradangan dalam
waktu lama pada sendi. Penyakit ini menyerang persendian, biasanya mengenai banyak sendi,
yang ditandai dengan radang pada membran sinovial dan struktur-struktur sendi serta atrofi otot
dan penipisan tulang. Umumnya penyakit ini menyerang pada sendi-sendi bagian jari,
pergelangan tangan, bahu, lutut, dan kaki.

B. Tujuan
Tujuan penyusunana makalah ini adalah untuk memperoleh pengetahuan mengenai
definisi, klasifikasi, gejala dan tanda, gambaran radiologis, penatalaksanaan.

C. Manfaat
Manfaat dari penulisan makalah ini adalah untuk meningkatkan ilmu dan kepustakaan
mengenai gambaran radiologis dari invaginasi.
BAB II
PEMBAHASAN

A. Osteoartritis
1. Definisi Osteoartritis
Osteoartitis (OA) merupakan suatu penyakit degeneratif yang berkaitan dengan
kerusakan biokimia kartilago sendi di sendi sinovial. Hal ini ditandai dengan kerusakan tulang
rawan (kartilago) hyalin sendi, meningkatnya ketebalan serta sklerosis dari tulang di dekat
persendian tersebut, pertumbuhan osteofit pada tepian sendi, meregangnya kapsula sendi,
timbulnya peradangan, dan melemahnya otot–otot yang menghubungkan sendi.
Osteoarthritis adalah suatu kelainan pada kartilago yang ditandai dengan perubahan
klinis, histologi, dan radiologi. Penyakit ini bersifat asimetris, tidak ada komponen sistemik.
Osteoarthritis penyakit sendi yang sering terjadi pada manusia. Diketahui bahwa OA
diderita oleh 151 juta jiwa di seluruh dunia. Di Amerika OA diderita lebih dari 20 juta orang
yang dilihat dari gejala dan atau gambaran radiologi. Di kawasan Asia Tenggara penderita OA
mencapai 24 juta jiwa (WHO, 2004). Prevalensi OA juga terus meningkat secara dramatis
mengikuti pertambahan usia penderita. Berdasarkan temuan radiologis, didapati bahwa 80-90%
dari pasien yang berumur lebih dari 65 tahun menderita OA. Gejala biasanya baru muncul
setelah umur 50 tahun. Hal ini nampaknya berhubungan dengan perubahan kolagen dan
proteoglikan berakibat pada berkurangnya kekuatan elastisitas pada kartilago sendi dan
berkurangnya nutrisi pada kartilago.
OA hampir tidak pernah ada di anak-anak. Individu >55 tahun memiliki prevalensi OA
lebih tinggi pada perempuan dibanding laki-laki. Laki-laki paling sering menderita OA dipinggul
sedangkan OA di sendi interphalangeal (DIP joint), jempol distal, lutut paling sering terjadi di
wanita. OA biasanya mengeluh nyeri pada waktu aktivitas. Pada derajat yang lebih berat nyeri
dapat dirasakan terus menerus hingga dapat menggaggu mobilitas penderita. 80% penderita OA
memiliki keterbatasan gerak dan 25% lainnya tidak bisa melakukan kegiatan sehari-hari.

2. Etiologi dan Klasifikasi


Berdasarkan penyebabnya, OA dibedakan menjadi dua yaitu OA primer dan OA
Berdasarkan penyebabnya, OA dibedakan menjadi dua yaitu OA primer dan OA sekunder. OA
primer, atau dapat disebut OA idiopatik, tidak memiliki penyebab yang pasti (tidak diketahui)
dan tidak disebabkan oleh penyakit sistemik maupun proses perubahan lokal pada sendi. OA
sekunder merupakan OA yang disebabkan oleh inflamasi, kelainan sistem endokrin, metabolik,
pertumbuhan, faktor keturunan (herediter), dan immobilisasi yang terlalu lama. Kasus OA
primer lebih sering dijumpai pada praktik sehari-hari dibandingkan dengan OA sekunder.

IDIOPATIK SEKUNDER
A. OA Terlokalisasi A. Trauma
1. Tangan 1. Akut
Heberden’s and Bouchard’s nodes (nodal) 2. Kronik (pekerjaan, olahraga)
Erosi interphalangeal arthritis B. Kongenital atau pertumbuhan
(nonnodal) 1. Penyakit lokalosasi: Legg-Calve
Sendi pertama carpometacarpal joint ́-Perthes, dislokasi pinggul
2. Kaki kongenital, slipped epiphysis
Hallux valgus 2. Faktor mekanis: ekstremitas bawah
Hallux rigidus tidak sama panjang, valgus/varus
Contracted toes (hammer/cock-up deformity, sindrom hipermobilitas
toes) 3. Displasia tulang: displasia
Talonavicular epifisis, spondyloepiphyseal
3. Lutut: dysplasia, osteonychondystrophy
a. Kompartemen medial C. Metabolik
b. Kompartemen lateral 1. Ochronosis (alkaptonuria)
c. Kompartemen patellofemoral 2. Hemochromatosis
4. Pinggul: 3. Wilson’s disease
a. Eccentric (superior) D. Endokrin
b. Concentric (axial, medial) 1. Akromegali
c. Diffuse (coxae senilis) 2. Hiperparathyroidism
5. Spina: 3. Diabetes mellitus
a. Sendi Apophyseal 4. Obesitas
b. Sendi Intervertebral (diskus) 5. Hipothyroidism
c. Spondylosis (osteophytes) E. Penyakit penumpukan kalsium
d. Ligamentous (hyperostosis, 1. Penumpukan kalsium piroposfat
Forestier’s disease, diffuse dihidrat
idiopathic skeletal hyperstosis) 2. Apatite arthropathy
6. Other single sites, e.g., F. Penyakit tulang dan sendi lain
glenohumoral, acromioclavicular, 1. Lokalisasi: frakture, avascular
tibiotalar, sacroiliac, necrosis, infeksi, gout
temporomandibular 2. Diffuse: rheumatoid
B. Generalisasi (inflammatory) arthritis, Paget’s
Meliputi lebih dari 1 area diatas disease, osteopetrosis,
(Kellgren-Moore) osteochondritis
G. Neuropati
(Charcot joints)
H. Endemik
1. Kashin-Beck
2. Mseleni
I. Miscellaneous
1. Frostbite
2. Caisson’s disease
3. Hemoglobinopathies

3. Faktor Resiko OA
Hal-hal yang dapat menjadi faktor risiko timbulnya OA antara lain :
 Usia
 Trauma
 Pekerjaan
 Obesitas
 Riwayat OA pada keluarga
 Densitas

4. Diagnosis
Menentukan diagnosis OA didapatkan dari keluhan klinis sampai gambaran radiologi
a. Tanda dan Gejala Klinis
Pada umumnya, pasien OA mengatakan bahwa keluhan-keluhan yang
dirasakannya telah berlangsung lama, tetapi berkembang secara perlahan atau bersifat
progresif. Berikut adalah keluhan yang dapat dijumpai pada pasien OA :
1) Nyeri sendi
2) Hambatan gerakan sendi
3) Kaku pagi
4) Krepitasi
5) Pembengkakan sendi yang asimetris
6) Tanda-tanda peradangan
7) Perubahan gaya berjalan
b. Pemeriksaan Fisik
Pada pemeriksaan fisik, sendi yg terkena osteoartritis akan terasa nyeri tekan yg
terlokalisasi dan pembengkakan dari tulang atau jaringan lunak. Jika di gerakkan maka
akan terdengar bunyi krepitasi. Akan terasa hangat pada sendi. Atrofi otot periarticular
dikarenakan otot-otot yang tidak digunakan atau penghambatan reflek kontraksi otot.
Pada OA tahap lanjut, maka akan terlihat deformitas dan hipertrofi tulang, subluksasi,
dan hilangnya pergerakan sendi.
OA pada tangan paling sering terjadi di sendi distal interphalang (DIP) dan sendi
distal jempol. Nodus heberden ialah osteofit yang teraba pada sendi DIP.
Lebih sering pada wanita dibanding pria.
c. Pemeriksaan Penunjang
1) Pemeriksaan Laboratorium
2) Pemeriksaan Radiologis

5. Gambaran Radiologis
Kriteria diagnosis dari OA lutut berdasarkan American College of Rheumatology yaitu
adanya nyeri pada lutut dan pada foto rontgen ditemukan adanya gambaran osteofit serta
sekurang kurangnya satu dari usia > 50 tahun, kaku sendi pada pagi hari < 30 menit dan adanya
krepitasi. Diagnosis OA selain berdasarkan gejala klinis juga didasarkan pada hasil radiologi.
Namun pada awal penyakit , radiografi sendi seringkali masih normal. Gambaran radiologis
sendi yang merupakan tanda kardinal OA adalah :
a. Penyempitan celah sendi yang sering kali asimetris (lebih berat pada bagian yang
menanggung beban, seringnya pada Genu)
b. Peningkatan densitas (sclerosis) tulang subkondral
c. Kista tulang subchondral
d. Osteofit pada pinggir sendi (marginal)
e. Perubahan struktur anatomi sendi

6. Grading Osterarthritis
Menurut Kellgren dan Lawrence, secara radiologis Osteoartritis di klafikasikan menjadi:
a. Grade 1 : Gambaran celah sendi seringnya normal dan jarang ada penyempitan,
terdapat osteofit minim (lipping).
b. Grade 2 : Minimal, osteofit tervisualisasi dengan jelas dan permukaan sendi
menyempit asimetris.
c. Grade 3 : Moderate, adanya osteofit moderate pada beberapa tempat/tepi tulang
permukaan sendi menyempit, tampak sklerosis subkondral, dan mungkin akan
terlihat adanya deformitas pada kontur tulang.
d. Grade 4 : Severe, adanya osteofit yang besar, permukaan sendi menyempit
(marked narrowing), sklerosis subkondral berat, dan kerusakan permukaan sendi.

7. Penatalaksanaan OA
Pengeloaan OA berdasarkan atas sendi yang terkena dan berat ringannya OA yang
diderita ( Soeroso, 2006 ). Penatalaksanaan OA terbagi atas 3 hal, yaitu :
a. Terapi non-farmakologis
1) Edukasi
2) Terapi fisik atau rehabilitasi
3) Penurunan berat badan
b. Terapi farmakologis
Penanganan terapi farmakologi melingkupi penurunan rasa nyeri yang timbul,
mengoreksi gangguan yang timbul dan mengidentifikasi manifestasi-manifestasi klinis
dari ketidakstabilan sendi
c. Terapi pembedahan
Terapi ini diberikan apabila terapi farmakologis tidak berhasil untuk mengurangi rasa
sakit dan juga untuk melakukan koreksi apabila terjadi deformitas sendi yang
mengganggu aktivitas sehari – hari.
B. Reumatoidarthritis
1. Definisi
Reumatoidarthritis (RA) salah satu dari beberapa penyakit rematik adalah suatu penyakit
otoimun sistemik yang menyebabkan peradangan pada sendi. Penyakit ini ditandai oleh
peradangan sinovium yang menetap, suatu sinovitis proliferatifa kronik non spesifik. Dengan
berjalannya waktu, dapat terjadi erosi tulang, destruksi (kehancuran) rawan sendi dan kerusakan
total sendi. Akhirnya, kondisi ini dapat pula mengenai berbagai organ tubuh.
Penyakit ini timbul akibat dari banyak faktor mulai dari genetik (keturunan) sampai pada
gaya hidup kita (merokok). Salah satu teori nya adalah akibat dari sel darah putih yang berpindah
dari aliran darah ke membran yang berada disekitar sendi.
Manifestasi tersering penyakit ini adalah terserangnya sendi yang umumnya menetap dan
progresif. Mula-mula yang terserang adalah sendi kecil tangan dan kaki. Seringkali keadaan ini
mengakibatkan deformitas sendi dan gangguan fungsi disertai rasa nyeri.

2. Etiology
Penyebab Artritis Reumatoid masih belum diketahui. Faktor genetik dan beberapa faktor
lingkungan telah lama diduga berperan dalam timbulnya penyakit ini. Hal ini terbukti dari
terdapatnya hubungan antara produk kompleks histokompatibilitas utama kelas II, khususnya
HLA-DR4 dengan RA seropositif. Pengemban HLA-DR4 memiliki resiko relatif 4:1 untuk
menderita penyakit ini.
Kecenderungan wanita untuk menderita RA dan sering dijumpainya remisi pada wanita
yang sedang hamil menimbulkan dugaan terdapatnya faktor keseimbangan hormonal sebagai
salah satu faktor yang berpengaruh pada penyakit ini. Walaupun demikian karena pemberian
hormon estrogen eksternal tidak pernah menghasilkan perbaikan sebagaimana yang diharapkan,
sehingga kini belum berhasil dipastikan bahwa faktor hormonal memang merupakan penyebab
penyakit ini.
Sejak tahun 1930, infeksi telah diduga merupakan penyebab RA. Dugaan faktor infeksi
sebagai penyebab RA juga timbul karena umumnya onset penyakit ini terjadi secara mendadak
dan timbul dengan disertai oleh gambaran inflamasi yang mencolok. Walaupun hingga kini
belum berhasil dilakukan isolasi suatu mikroorganisme dari jaringan sinovial, hal ini tidak
menyingkirkan kemungkinan bahwa terdapat suatu komponen peptidoglikan atau endotoksin
mikroorganisme yang dapat mencetuskan terjadinya RA. Agen infeksius yang diduga merupakan
penyebab RA antara lain adalah bakteri, mikoplasma atau virus.

3. Faktor Resiko
Penyebab pasti munculnya rheumatoid arthritis atau rematik masih belum diketahui
secara pasti. Tetapi faktor risiko utama rematik adalah kelainan pada sistem kekebalan
tubuh yang menyerang sel-sel sehat pada persendian Faktor risiko lain yang menyebabkan
rheumatoid arthritis atau rematik antara lain :
a. Infeksi
b. Genetik
c. Jenis Kelamin
d. Usia
e. Lingkungan
Rheumatoidarthritis atau rematik menyebabkan jaringan sinovial di persendian yang
meradang akibat inflamasi. Inflamasi biasanya mulai timbul di sendi-sendi kecil seperti pada
jari-jari tangan, pergelangan tangan, dan kaki. Penyebaran inflamasi terjadi secara perlahan dan
menyerang sendi yang lebih besar sehingga menimbulkan gejala lebih berat.

4. Diagnosis
Mendiagnosis RA membutuhkan banyak waktu dan mungkin memerlukan beberapa tes
laboratorium untuk mengonfirmasi temuan pemeriksaan klinis. Dokter juga akan menggunakan
beberapa alat untuk mendiagnosis RA.
Pertama yang dilakukan adalah dokter akan bertanya tentang gejala dan riwayat
kesehatan Anda. Dokter juga akan melakukan pemeriksaan fisik pada sendi. Ini termasuk
mencari sumber pembengkakan dan kemerahan pada sendi, dan menguji refleks dan kekuatan
otot. Dokter juga akan meraba dan menyentuh sendi yang terkena penyakit ini guna memeriksa
kehangatan dan kelembutan. Jika dokter menduga RA, kemungkinan besar dokter akan merujuk
ke spesialis yang disebut rheumatologist. Seorang rheumatologist biasanya spesialis penyakit
dalam atau dokter anak, dengan pelatihan pra khusus untuk mengidentifikasi dan mengobati
lebih dari 100 jenis arthritis selain gangguan autoimun lain seperti lupus, polymyositis, dan
vaskulitis.
Karena tidak ada tes tunggal yang dapat mengkonfirmasi diagnosis RA, dokter atau
rheumatologist mungkin menggunakan beberapa jenis tes. Mereka mungkin menguji darah Anda
untuk zat-zat tertentu seperti antibodi, atau memeriksa tingkat zat-zat tertentu seperti reaktan fase
akut yang meningkat selama kondisi peradangan. Ini bisa menjadi tanda RA dan membantu
mendukung diagnosis. Dokter juga dapat menyarankan tes pencitraan tertentu. Tes seperti
ultrasonografi, pemeriksaan x-ray, dan magnetic resonance imaging (MRI) tidak hanya
menunjukkan apakah kerusakan dari RA telah terjadi pada persendian, tetapi juga seberapa parah
kerusakan itu. Evaluasi dan pemantauan lengkap sistem organ lain mungkin juga dilakukan oleh
beberapa orang dengan penyakit rheumatoid arthritis.

5. Penatalaksanaan
Tujuan utama penatalaksanaan rheumatoid arthritis adalah remisi dengan menekan
aktivitas penyakit sepenuhnya melalui penatalaksanaan sinovitis, menghilangkan nyeri, menjaga
kemampuan fungsional, meningkatkan kualitas hidup, meminimalisir kejadian tidak diinginkan,
serta memberikan tata laksana yang efektif. Beberapa hal yang dapat dilakukan adalah sebagai
berikut :
a. Edukasi Pasien
Berikan edukasi meliputi etiologi hingga penatalaksanaan rheumatoid arthritis pada
pasien dan keluarga terdekat. Lakukan manajemen berat badan, terutama ketika terdapat
keterlibatan sendi penyangga tubuh.
b. Terapi Okupasional
 Penilaian tempat kerja, kemampuan fungsional karyawan, serta teknik
manajemen stress dan nyeri
 Penilaian dan modifikasi kebutuhan lingkungan kerja dan rumah
c. Fisioterapi
Tujuan dari fisioterapi adalah mengurangi nyeri dan kekakuan, mencegah
deformitas, memaksimalkan fungsi serta meningkatkan kualitas hidup melalui
peningkatan tonus otot. Aktivitas yang dilakukan dapat berupa aktivitas aktif seperti
latihan dan edukasi, maupun secara pasif melalui latihan rentang gerak dan isometrik,
termoterapi, elektroterapi, serta terapi ultrasonografi
d. Terapi Farmakologi
Terapi farmakologi yang dapat digunakan di antaranya adalah :
 Analgesik
 Disease Modifying Anti-rheumatic Drugs (DMARDs)
 Agen Biologik
 Steroid
e. Terapi Pembedahan
Pertimbangkan terapi pembedahan jika:
 Nyeri menetap akibat kerusakan sendi atau penyakit jaringan lunak lainnya
 Perburukan fungsi sendi
 Deformitas progresif, terutama jika ditemukan ruptur tendon, kompresi
saraf, dan stress fracture
 Sinovitis lokal yang menetap.

BAB III
PENUTUP
Osteoartitis (OA) merupakan suatu penyakit degeneratif yang berkaitan dengan
kerusakan biokimia kartilago sendi di sendi sinovial. Hal ini ditandai dengan kerusakan tulang
rawan (kartilago) hyalin sendi, meningkatnya ketebalan serta sklerosis dari tulang di dekat
persendian tersebut, pertumbuhan osteofit pada tepian sendi, meregangnya kapsula sendi,
timbulnya peradangan, dan melemahnya otot–otot yang menghubungkan sendi. Resikonya
meningkat seiring dengan pertambahan usia. OA primer terjadi lebih sering daripada OA
sekunder, dan penyebab tersering dari OA ini adalah idiopatik.
Penanganan Osteoarthritis dapat dilakukan dengan 3 cara yakni secara non-farmakologis
yang meliputi edukasi, rehabilitasi, dan penurunan berat badan. Selain itu bisa juga dengan cara
memberikan terapi medika mentosa, dimana yang sering digunakan adalah analgesik, dan agen
kondroprotektor. Sedangkan cara yang terakhir adalah dengan dilakukan pembedahan dan
pengkoreksian apabila sudah terjadi suatu deformitas.

Reumatoidarthritis (RA) merupakan suatu penyakit autoimun sistemik menahun yang


proses patologi utamanya terjadi di cairan sinovial. Penderita Artritis Reumatoid seringkali
datang dengan keluhan artritis yang nyata dan tanda-tanda keradangan sistemik. Baisanya gejala
timbul perlahan-lahan seperti lelah, demam, hilangnya nafsu makan, turunnya berat badan, nyeri,
dan kaku sendi.
Meskipun penderita artritis reumatoid jarang yang sampai menimbulkan kematian,
namun apabila tidak segera ditangani dapat menimbulkan gejala deformitas/cacat yang menetap.
Selain itu karena penyakit ini bersifat kronis dan sering kambuh, maka penderita akan
mengalami penurunan produktivitas pekerjaan karena gejala dan keluhan yang timbul
menyebabkan gangguan aktivitas fisik, psikologis, dan kualitas hidup menderita.
Meskipun prognose untuk kehidupan penderita tidak membahayakan, akan tetapi
kesembuhan penyakit sukar tercapai. Tujuan pengobatan adalah menghasilkan dan
mempertahankan remisi atau sedapat mungkin berusaha menekan aktivitas penyakit tersebut.
Tujuan utama dari program terapi adalah meringankan rasa nyeri dan peradangan,
mempertahankan fungsi sendi dan mencegah dan/atau memeperbaiki deformaitas.

DAFTAR PUSTAKA
 https://www.honestdocs.id/rheumatoid-arthritis
 https://www.alodokter.com/rheumatoid-arthritis/diagnosis
 https://doktersehat.com/penyebab-dan-penegakan-diagnosis-rheumatoid-arthritis/
 Michael A. Carter, 1995, Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit, Buku 2,
Edisi IV, hal. 8.
 https://www.alomedika.com/penyakit/reumatologi/reumatoid-artritis/penatalaksanaan
 Joewono, Soeroso, Harry Isbagio, Handono Kalim, dkk. 2006. Buku Ajar Ilmu Penyakit
Dalam Bab Osteoartritis. FK-UI:Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai