Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH

FISIOTERAPI PULMONAL

“MODALITAS FISIOTERAPI PADA KASUS RESPIRASI”

DISUSUN OLEH :

1. ALEXANDER LAKI (18163059)


2. MILITA SUPIT
3. FIDRI ANDIKA BRAHMIN
4. NIKITA RONDONUWU (18163058)

UNIVERSITAS KATOLIK DE LA SALLE


FAKULTAS KEPERAWATAN PROGAM STUDI D3 FISIOTERAPI
T.A 2019/2020
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

BAB I : PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah

BAB II PEMBAHASAN

A. Huffing
B. (Deep Breathing Exercise)
C. Latihan Napas Dalam Yang Ditahan (sustainded Maximal Inspiration)
D. Apakah itu Latihan Batuk Efektif ?
E. Apakah itu Perkusi Manual ?
F. Apakah itu Postural Drainage (PD) ?

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan
B. Saran

DAFTAR PUSTAKA
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Tuhan yang telah menolong hamba-Nya menyelesaikan makalah ini
dengan penuh kemudahan, tanpa pertolongan-NYA mungkin kami tidak akan sanggup
menyelesaikan tugas ini dengan baik. Makalah ini disusun agar pembaca dapat memperluas
pengetahuan tentang Modalitas Fisioterapi Pada Kasus Respirasi. Makalah ini kami sajikan
berdasarkan pengamatan dari berbagai sumber.
Makalah ini di susun oleh penyusun dengan berbagai rintangan, baik itu yang datang
dari diri penyusun maupun yang datang dari luar. Namun dengan penuh kesabaran dan
terutama pertolongan dari Tuhan akhirnya makalah ini dapat terselesaikan. Kami juga
mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu kami dalam menyusun
makalah ini sehingga dapat diselesaikan dengan baik. Semoga makalah ini dapat memberikan
wawasan yang lebih luas kepada pembaca.
Walaupun makalah ini masih banyak kekurangan. Penyusun mohon untuk saran dan
kritiknya. Terima kasih
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Teman-teman dan para dosen, seperti yang kita ketahui bahwa dalam system respirasi
kita terjadi begitu banyak masalah atau gangguan yang dapat dapat menyebabkan system
respirasi kita terganggu. Dalam ilmu fisioterapi di kenal banyak modalitas yang dapat
digunakan guna untuk sekedar menjaga kesehatan system respirasi kita maupun untuk
menyembuhkan system respirasi kita ini. Maka dari itu melalui makalah ini diharapkan
kita sebagai pembaca dapat mengetahui apa saja modalitas yang ada di fisioterapi guna
untuk menunjang kita dalam menangani pasien.
.
B. Rumusan Masalah
Dari latar belakang yang dibahas diatas adapun rumusan masalahnya sebagai berikut :
1. Apakah itu Huffing ?
2. Apakah itu Latihan Napas Dalam (Deep Breathing Exercise)
3. Apakah itu Latihan Napas Dalam Yang Ditahan (sustainded Maximal
Inspiration) ?
4. Apakah itu Latihan Batuk Efektif ?
5. Apakah itu Perkusi Manual ?
6. Apakah itu Postural Drainage (PD) ?
BAB II
PEMBAHASAN

A. Huffing
Huffing merupakan manuver ekspirasi paksa yang dilakukan dengan glottis terbuka.
Huffing mirip dengan batuk, walaupun nampaknya sama, tetapi mekanisme terjadinya
arus udara yang kuat yang dihasilkan oleh batuk dan huffing berbeda à yang
membedakan antara batuk dan huffing adalah, batuk dimulai dari inspirasi maximal dan
ada penutupan glottis, sedang huffing dari mid-inspirasi. Batuk dan tanpa penutupan
glotis. Huffing yang dilaksanakan mencapai volume paru rendah, akan menggerakkan
mukus pada saluran napas yang lebih distal menuju ke saluran napas yang lebih besar à
mukus dapat dikeluarkan dengan batuk atau huffing.
Untuk dapat menghasikan huffing yang efektif, panjang dan kekuatan kontraksi dari
otot-otot ekspirasi harus dimodifikasi untuk memaksimalkan arus yang keluar dan
meminimalkan kollaps dari saluran napas. Huffing lebih efektif dalam membersihkan
mukus dari pada batuk pada pasien dengan hambatan arus udara yang kronik, karena
huffing dapat memproduksi arus udara yg lebih kuat dari pada batuk.
Rata-rata tekanan trans-pulmonary selama batuk yang disadari lebih besar dibandingkan
batuk, akibatnya batuk akan menghasilkan tekanan ke saluran napas lebih besar yang
akan menyebabkan menyempitnya saluran napas dan berakibat pada berkurangnya
efektivitas dari gerakan mukus.
• Langkah – langkah huff coughing adalah :
– Mulai dengan bernapas pelan, akhiri dengan mengeluarkan napas secara
perlahan selama 3 – 4 detik.
– Tarik napas secara diafragma, lakukan secara pelan dan nyaman.
– Setelah menarik napas secara perlahan, tahan napas selama 3 detik, dilakukan
untuk mengontrol napas dan mempersiapkan melakukan batuk huff secara
efektif.
– Angkat dagu agak keatas, dan gunakan otot perut untuk melakukan
pengeluaran napas sebanyak 3 kali dengan saluran napas dan mulut terbuka,
keluarkan dengan bunyi ….ha,ha,ha atau huff, huff, huff.
– Kontrol napas, kemudian ambil napas pelan 2 kali.
– Ulangi teknik batuk diatas sampai mukus sampai ke belakang tenggorokan
– Setelah itu batukkan dan keluarkan mukus / dahak.

B. Latihan Napas Dalam (Deep Breathing Exercise)


Latihan napas dalam adalah merupakan bagian dari teknik latihan pernapasan
(Breathing exercise) yang menekankan pada inspirasi maksimum yang panjang yang
dimulai dari akhir ekspirasi dengan tujuan untuk meningkatkan volume paru,
meningkatkan dan redistribusi ventilasi, mempertahankan alveolus tetap mengembang,
meningkatkan oksigenasi, membantu membersihkan sekresi, mobilisasi sangkat thorax
dan meningkatkan kekuatan dan daya tahan serta efisiensi dari otot – otot pernapasan.
Dalam dunia fisioterapi teknik ini dipergunakan pertama kali oleh Mc. Mahon pd Thn
1915 untuk mengatasi sesak dan kollaps dari paru-paru pd penderita pasca operasi.
Selama pernapasan tenang, udara yang masuk ke paru-paru tidak didistribusikan
secara merata à hal ini disebabkan karena penurunan tekanan intrapleural yg disebabkan
oleh gravitasi, tekanan dari dinding thorax dan paru yang akan menyebabkan alveolus –
alveolus dibagian dependen lebih mengecil dibandingkan dengan bagian independen.
Latihan napas dalam (Deep Breathing Exercise) dapat digunakan untuk meningkatkan
volume paru, meningkatkan pengembangan thorax dan mempertahankan pengembangan
alveolus pada kasus hemothorax. Ferris dan Pollard, melaporkan bahwa latihan napas
dalam sebanyak 5 kali berturutan dapat mempertahankan pengembangan paru.
Untuk dapat lebih mengoptimalkan manfaat dari latihan napas dalam, dapat
dilakukan modifikasi dengan cara menambahkan pengaturan posisi, pemberian
rangsangan sentuhan, aba-aba verbal dan tahanan untuk mengoptimalkan
pengembangan lokal pd bagian-bagian paru yg spesifik. Teknik latihan napas dalam
biasanya dikenal dengan istilah “Segmental Costal Deep Breathing Exercise”. Pemberian
rangsangan sentuhan dan penguluran akan memberikan stimulasi pada otot-otot
pernapasan untuk berkontraksi lebih kuat selama inspirasi sehingga akan semakin
menambah pengembangan sangkar thorax yang akan berakibat peningkatan volume
paru.
• Bentuk Latihan Napas Dalam
 Pernapasan Diafragma
• Prosedur :
– Posisi penderita bisa duduk, setengah duduk, tidur miring ke kiri
atau ke kanan.
– Penderita meletakkan salah satu tangannya diatas perut bagian
tengah. Dinding dada dan otot bantu napas rileksasi.
– Penderita menarik napas melalui hidung dan saat ekspirasi pelan-
pelan melalui mullut, selama inspirasi diafragma sengaja dibuat aktif dan
memaksimalkan pengemabangan perut. Otot perut bagian depan dibuat
berkontraksi selama inspirasi untuk memudahkan gerakan diafragma dan
meningkatkan ekspansi sangkar thorax bagian bawah.
 Pursed Lips Breathing (PLB)
• Prosedur :
– Menarik napas (Inspirasi) secara biasa beberapa detik melalui hidung
(Bukan menarik napas dalam) dengan mulut tertutup
– Kemudian mengeluarkan napas (ekspirasi) pelan-pelan melalui mulut
dengan posisi bibir seperti bersiul
– PLB dilakukan dengan atau tanpa kontraksi otot abdomen selama
ekspirasi
– Selama PLB tidak ada udara ekspirasi yang mengalir melalui hidung.
• PLB akan terjadi peningkatan tekanan pada rongga mulut, kemudian
tekanan ini akan diteruskan melalui cabang-cabang bronkus sehingga
dpt mencegah “air trapping” dan kolaps saluran napas kecil pd saat
ekspirasi.

C. Latihan Napas Dalam Yang Ditahan (Sustainded Maximal Inspiration)


Latihan napas dalam yang ditahan tehniknya hampir sama dengan deep breathing
exercise. Latihan napas ini menekankan pada inspirasi maksimal ditambah dengan
penahanan pada akhir inspirasi maksimal selama 2 – 3 menit.
Penahanan pada akhir inspirasi maksimal ini ditujukan untuk merangsang terbukanya
sistem collateral pada saluran napas, yaitu inter alveolar channel (pores of kohn),
bronchio-alveolar channel (Channels of Lambert), interbroncheolar channels (channels
of Martin). Dengan terbukanya sistem collateral pada saluran napas ini diharapkan
masuknya udara ke alveolus yang kollaps akibat tersumbat mukus à dengan masuknya
udara, dapat mendorong mukus di saluran napas kecil melalui mekanisme batuk atau
huffing.

D. Latihan Batuk Efektif


Batuk merupakan mekanisme pertahanan tubuh yang berfungsi untuk mengeluarkan
benda asing atau sekresi yang banyak di saluran napas. Datuk dapat dikategorikan
sebagai refleks atau aktivitas yang disadari (Voluntary). Batuk yang disadari, dimulai
dengan mengkontraksikan otot-otot inspirasi yang menyebabkan masuknya udara ke
dalam paru- paru secara cepat dan maksimal, kemudian akan diikuti oleh penutupan
glotis, kemudian kontraksi dari otot-otot ekspirasi yang menyebabkan meningkatnya
tekanan intrathoracic yang tinggi yang dapat mencapai 200 mmHg. Selanjutnya jika
glottis dibuka akan terjadi arus ekspirasi yang sangat tinggi yang dapat mencapai 70
mill/jam.
Batuk adalah arus udara explosive yang terpatah / tak kontinyu, yang dicetuskan oleh
tekanan intrapulmonal yang tinggi setelah pembukaan glottis. Batuk yang efektif dapat
terganggu jika salah satu dari tiga fase diatas mengalami gangguan. Fisioterapi melatih
pasien untuk batuk efektif dengan memberikan petunjuk kepada pasien untuk tarik napas
maksimal dan mengeluarkannya sekuat mungkin tidak lebih dari 2 kali tiap siklusnya.

E. Perkusi Manual
Perkusi manual atau clapping dilakukan oleh fisioterapis dengan kedua tangan
membentuk seperti mangkok dengan gerakan fleksi dan ekstensi dari sendi pergelangan
tangan secara ritmis pada permukaan dinding dada pasien yang meliputi seluruh segmen
paru. Perkusi yang dilakukan pada dinding toraks diharapkan dapat mencetuskan getaran
yang akan ditransmisikan oleh dinding thorax ke jaringan paru yang terletak dibawahnya
untuk menimbulkan getaran pada saluran napas. Getaran ini diharapkan dapat
melepaskan mukus dari dinding saluran napas dan memberikan stimulasi terhadap
aktivitas dari mucocilliary transport.
• Kontraindikasi / Precautions for Percussion :
a. Osteoporosis
b. Fraktur costae
c. Pain
d. Bronchospasme
e. Frank Haemoptysis
f. Active TB

F. Postural Drainage (PD)


Merupakan suatu upaya pengaturan posisi pasien yang bertujuan untuk mengalirkan
mukus dari berbagai segmen dalam paru menuju ke saluran napas yang lebih besar
dengan bantuan gravitasi à sehingga mukus akan mudah diekspektorasikan dengan
bantuan batuk (Pavia, 1990).
Pengaturan posisi tersebut didasarkan pd pengetahuan tentang anatomi dari
percabangan bronkus. Lamanya pengasatan / pengaliran sekresi pada tiap posisi berbeda-
beda untuk masing-masing pasien, tergantung pada kualitas & tipe sputum yang
diekspektorasikan. Idealnya penderita harus tetap pada suatu posisi sampai daerah
tersebut bersih. Rata-rata diperlukan waktu antara 10-20 menit. Daerah yang paling
banyak sputumnya harus mendapatkan prioritas pertama yg harus dibersihkan.
• Posisi penderita yang diharapkan terjadi drainage sesuai dengan lokasi kelainan paru
adalah sebagai berikut :
1. Tidur dengan beberapa bantal, kepala letak tinggi untuk drainage kedua lobus atas
dari segmen apikal.
2. Tidur dengan satu bantal bawah kepala dan satu bantal bawah lutut untuk
drainage lobus atas kanan segmen anterior, dan beberapa bantal tanpa bantal
bawah lutut untuk drainage lobus atas kiri segmen anterior.
3. Tidur menelungkup pada bantal untuk drainage lobus atas segmen posterior.
4. Tidur pada sisi kiri dengan 3/bagian badan tidur, untuk drainage lobus tengah
kanan dan lobus bawah kanan segmen anterior. Kepala lebih bawah dari bagian
tubuh lainnya.
5. Tidur pada sisi kanan dengan ¾ bagian badan tidur, untuk drainage lingula dan
lobus bawah kiri segmen anterior. Letak kepala sama seperti No. 4.
6. Tidur dengan satu bantal bawah kepala dan satu bantal bawah lutut dengan letak
kepala seperti no. 4, untuk drainage kedua lobus bawah segmen anterior.
7. Tidur pada sisi kiri, letak kepala sama seperti no. 4, untuk drainage lobus bawah
kanan segmen lateral.
8. Tidur pada sisi kanan dengan letak kepala sama seperti no. 4, untuk drainage
lobus bawah kiri segmen lateral dan lobus bawah kanan segmen kardiak.
9. Tidur menelungkup dengan satu bantal dibawah perut dengan letak kepala atau
beberapa bantal di bawah perut untuk drainage kedua lobus bawah.
10. Tidur pada sisi kiri dengan ¾ bagian badan miring, letak kepala sama seperti no.
4, untuk drainage lobus bawah kanan segmen posterior.
Pada umumnya bila PD dilakukan untuk tujuan mengeluarkan sekret yang
tertampung, maka perkusi dan vibrasi dada serta latihan nafas termasuk didalamnya.
Perkusi atau istilah penepukan, dan vibrasi dilakukan pada dinding dada diatas daerah
paru yang diharapkan terjadi drainage yang cepat. Penepukan dikerjakan dengan kedua
telapak tangan yang dicekungkan (seperti sedang menampung air), dilakukan bergantian
kiri dan kanan, dengan kekuatan yang sama. Kekuatan diatur supaya tidak melelahkan
dan tidak menimbulkan rasa sakit pada penderita. Vibrasi dilakukan dengan
menggetarkan telapak tangan yang diletakkan pada dinding dada, dilanjutkan dengan
penekanan sewaktu penderita mengeluarkan nafas.
• Teknik – Teknik Postural Drainage
1. Segmen Apical, Lobus Atas Paru Kanan dan Kiri à Pasien diposisikan half lying
atau duduk tegak.
2. Segmen Posterior, Lobus Atas, Paru kanan à pasien diposisikan tidur miring ke
sisi kiri, diputar 45° ke arah tengkurap.
3. Segmen Posterior, Lobus Atas, Paru Kiri à Pasien diposisikan tidur miring ke sisi
kanan, diputar 45° kearah tengkurap dan bahu diganjal bantal setinggi 30 cm.
4. Segmen Anterior, Lobus Atas, Paru kanan dan Kiri à Pasien diposisikan tidur
terlentang, dibawah lutut dan kepala diganjal bantal.
5. Segmen Lateral dan Medial, Lobus Tengah, Paru Kanan à Pasien diposisikan
tidur miring ke sisi kiri, diputar 45° kearah terlentang, kaki bed pada sisi kaki
pasien dinaikkan 35 cm.
6. Segmen Superior dan Inferior (Segmen Lingula), Lobus Atas, Paru Kiri à Pasien
diposisikan tidur miring ke sisi kanan, diputar 45° ke arah terlentang. Kaki bed
pada sisi kaki penderita dinaikkan 35 cm
7. Segmen Apical, Lobus Bawah, Paru Kanan dan Kiri à Pasien diposisikan tidur
tengkurap, dibawah hip diganjal bantal.
8. Segmen Anterior Basal, Lobus Bawah, Paru Kanan dan Kiri à Pasien diposisikan
tidur terlentang, dibawah pantat dan lutut diganjal bantal. Kaki bed pada sisi kaki
penderita dinaikkan 46 cm.
9. Segmen Posterior Basal, Paru kanan dan kiri à Pasien diposisikan tidur
tengkurap, dibawah hip ganjal bantal. Kaki bed pada sisi kaki penderita
dinaikkan 46 cm.
10. Segmen Lateral Basal Paru Kiri, Medial Basal Paru Kanan, Lobus Bawah à
Pasien diposisikan tidur miring ke kanan. Kaki bed sisi kaki penderita dinaikkan
46 cm.
11. Segmen Lateral Basal Paru Kanan, Lobus Bawah à Pasien diposisikan tidur
miring ke kiri. Kaki bed pada sisi kaki penderita dinaikkan 46 cm.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Kesimpulan dari kami yaitu dari berbagai macam modalotas fisioterapi diatas
yang dapat diberikan kepada pasien, fisioterapi terlebih dahulu memeriksa kondisi
dari pasien agar mendapatkan suatu diagnosis yang tepat agar didapatkan
kesimpulan modalitas apa yang akan dgunakan untuk kasus tertentu yang diderita
pasien tersebut.

B. Saran
yang terakhir adalah saran dari kami yaitu agar menjaga kesehatan terlebih lagi
kesehatan dari system respirasi. Memang banyak modalitas fisioterapi yang dapat
digunakan untuk menjaga fungsi respirasi maupun untuk
menyembuhkan/mengembalikan fungsi respirasi ke normal. Untuk itu di
utamakan pencegahan sedini mungkin agar tidak terkena masalah pada system
respirasi.
DAFTAR PUSTAKA
www.academia.edu

www.srcibd.id/modalitas-fisioterapi-pada-kasus-respirasi/

https://www.slideshare.net

Anda mungkin juga menyukai