TEKNIK INFORMATIKA
UNIVERSITAS MUHAMMDIYAH MALANG
2020
BAB I
PENDAHULUAN
A.Latar Belakang
Akhlak merupakan sesuatu yang sangat penting bagi umat Islam, karena diutusnya Rasulullah
saw di muka bumi ini tidak lain adalah untuk menyempurnakan umatnya, dan salah satu
akhlak yang terbaik adalah akhlak Rasulullah, karena Al Qur’an adalah salah satu cerminan
akhlak Rasulullah saw. Jadi kita sebagai umat Islam sangat dianjurkan untuk berakhlak sesuai
apa yang di contohkan oleh Rasulullah SAW dan para sahabat serta generasi penerusnya,
berdasarkan pemahaman yang lurus/ benar. Baik di lingkungna masyarakat, keluarga, dan
kampus. Mengingat dewasa ini telah terjadi degradasi/menurunnya moral umat manusia yang
sepertinya tidak enggan lagi melakukan perbuatan/ perilaku dan penampilan yang tidak
mencerminkan akhlak terpuji, khususnya akhlak di kampus. Oleh sebab itu, diperlukan
pemahaman-pemahaman akhlak di kampus menurut agama, etika, dan budaya yang bertujuan
untuk membentengi atau langkah pencegahan mahasiswa/ mahasiswi Islam agar tidak
melakukan perbuatan-perbuatan atau penampilan yang tidak mencerminkan akhlakul
karimah.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana akhlak kepada guru atau dosen menurut Agama ?
2. Bagaimana akhlak kepada guru atau dosen menurut etika ?
C.Tujuan Makalah
Tujuan penulisan makalah ini adalah, untuk memenuhi tugas Aqidah Akhlak, selain itu juga
untuk menambah wawasan penulis serta pembaca lebih mendalam lagi tentang bagaimana
akhlak kepada guru atau dosen menurut agama dan etika.
BAB II
PEMBAHASAN
A.Pengertian Akhlak
Secara etimologi kata akhlak berasal dari bahasa Arab Akhlaq( )اَ ْخلَ ْقatau Khuluq () ُخلُق. Kata
Khuluq mempunyai bermacam-macam arti, tergantung pada mashdar yang digunakan. Dalam
bahasan kali ini diartikan sebagai budi pekerti, perangai, tingkah laku, atau tabi’at. Oleh
karena itu, Al khuluq itu sifatnya diciptakan oleh si pelaku itu sendiri, dan ini bisa bernilai
baik (ahsan) dan buruk (qabih) tergantung pada sifat perbuatan itu. Kemudian Al Khuluq itu
bisa dianggap baik dengan syarat memenuhi aturan-aturan agama. Sifat Al Khuluq itu tidak
hanya mengacu pada pola hubungan kepada Allah, namun juga mengacu pada pola hubungan
dengan sesama manusia serta makhluk lainnya.
Sedangkan pengertian akhlak secara terminologi (istilah) adalah suatu sifat yag tertanam
dalam jiwa yang dari padanya tergantung perbuatan-perbuatan dengan mudah dan gampang
tanpa memerlukan pemikiran dan pertimbangan. Ahlak merupakan manifestasi iman, Islam,
dan Ihsan yag merupakan refleksi sifat dan jiwa secara spontan yang terpola pada diri
seseorang sehingga dapat melahirkan perilaku secara konsisten dan tidak tergantung pada
pertimbangan berdasar interes tertentu.
Bagaimanapun juga guru merupakan orang tua kedua kita setelah orang tua kita yang di
rumah. Mereka adalah orang tua kita saat kita berada di luar rumah. Jadi sebagaimana kita
menghormati orang tua kandung kita, maka kitapun juga harus menghormati guru kita.
Sebagaimana disyiratkan dalam sabda Rasulullah SAW :
“Tidak termasuk umatku orang yang tidak menghormati orang yang lebih tua dari kami, tidak
mengasihi orang yang lebih kecil dari kami dan tidak mengetahui hak orang alim dari kami.”
(HR.Ahmad, Thabrani, dan Hakim dari Ubadah bin Shamit Ra.)
“Pelajarilah oleh kalian ilmu, pelajarilah oleh kalian ilmu(yang dapat menumbuhkan)
ketenangan, kehormatan, dan rendahkanlah dirimu terhadap orang yang kalian menuntut ilmu
darinya.” (HR. Thabrani dari Abu Hurairah. Ra)
1. Kedudukan Guru
“Bapak Guru lebih mulia dari bapak kandung“. Sebab, Ibu Bapak itu mendewasakan dari segi
jasmani yang bersifat material, sedangkan Bapak/Ibu Guru mendewasakan dari segi rohani
yang bersifat spiritual dan universal.
Para Guru, Ustadz, Ustadzah, atau Mua’lim, Mursyid, selain mengantarkan kita menjadi
orang yang beramal sholih, mereka termasuk pewaris Nabi-Nabi, justru merekalah penyalur
pusaka dalam menjalankansyari’at, akhlak, aqidah, dan mereka pula contoh yang terdekat
dengan kita. Berkaitan dengan hal tersebut, Nabi bersabda :
Ulama adalah penerima pusaka Nabi-Nabi. (HR. al-Tirmizi dan Abu Daud).
Sehubungan dengan hadist tersebut, maka kita diperintahkan untuk menghormati para Ulama,
meski bukan Guru kita. Begitupula dengan para Da’I dan Muballigh selaku penyalur risalah
kenabian, yang kini disebut Da’wah atau Kulyah Agama. Adapun Ulama yang sebenarnya
adalah yang berilmu, dan beramal dengan ilmunya itu, serta ilmudan amalanya tersebut
sesuai dengan Al-Qur’an dan Hadist.
2. Kedudukan Murid
Sabda Nabi Muhammad SAW :
Perhatikanlah perkataan orang yang wajib ditaati antara Ulil Amri kamu dan taatilah perintah
mereka meski yang menjadi Ulil Amri itu seorang budak sahaya asal Habsyi. (HR. Bukhori)
Ulil Amri itu adalah kepala pimpinan urusan, termasuk Guru, suami, Pemerintah.
Guru termasuk ulil amri karena mereka adalah pengganti ibu bapak yang mengasuh kita
dalam pengajaran dan pendidikan yang sangat menentukan garis-garis kehidupan kita yang
akan datang. Nabi SAW. bersabda, yang artinya:
“barangsiapa menghormati guru berarti ia menghormati Tuhannya.” (HR. Abu al-Hasan al-
Mawardi).
Sebab, Tuhan menyampaikan ilmu kepada manusia lewat Nabi dan Rasul yang kemudian
digantikan oleh ulama; dan guru. Dalam kitab Ta’lim al-Muta’alim disebutkan sebagai
berikut: “para pelajar tidak akan mendapat ilmu yang bermanfaat, bila tidak menghormati
ilmu dan memuliakan gurunya.”
Beberapa contoh etika murid terhadap guru (Mu’allim), diantaranya adalah sebagai berikut :
v Seorang murid hendaklah hormat kepada guru, mengikuti pendapat dan petunjuknya.
v Seorang murid hendaklah memberi salam terlebih dahulu kepada guru apabila menghadap
atau berjumpa dengan beliau.
v Seorang murid hendaklah memandang gurunya dengan keagungan dan meyakini bahwa
gurunya itu memiliki derajat kesempurnaan, sebab hal itu lebih memudahkan untuk
mengambil manfaat dari beliau.
v Seorang murid hendaklah mengetahui dan memahami hak-hak yang harus diberikan
gurunya dan tidak melupakan jasanya.
v Seorang murid hendaklah bersikap sabar jika menghadapi seorang guru yang memiliki
perangai kasar dan keras.
Para Guru, Ustadz, Ustadzah, atau Mua’lim, Mursyid, selain mengantarkan kita menjadi
orang yang beramal sholih, mereka termasuk pewaris Nabi-Nabi, justru merekalah penyalur
pusaka dalam menjalankansyari’at, akhlak, aqidah, dan mereka pula contoh yang terdekat
dengan kita. Berkaitan dengan hal tersebut, Nabi bersabda :
Dalam agama kita bukan hanya murid saja yang diperintahkan untuk menghormati Gurunya,
tetapi guru juga diharuskan menghargai sang murid, baik itu pendapatnya maupun
pribadinya.
Syarat pertama kesuksesan guru mendidik anak muridnya ialah menanamkan kepercayaan
dan rasa cinta serta simpatiknya, maka sekali-kali jangan mengharap remeh terhadap murid
B.Saran
Bagaimanapun juga guru merupakan orang tua kedua kita setelah orang tua kita yang di
rumah. Mereka adalah orang tua kita saat kita berada di luar rumah. Jadi sebagaimana kita
menghormati orang tua kandung kita, maka kitapun juga harus menghormati guru kita.
Menghargai mereka dan tidak melupakan jasa-jasa yang mereka berikan kepada kita.
DAFTAR PUSTAKA
Abarokah, Nazzahao. “Akhlak terhadap orang tua dan guru”, Blog Nazzahao Abaroka.
Nazzhao Abarokah http://abarokah51.blogspot.co.id/2012/11/ akhlak-terhadap-orang-tua-
dan-guru_439.html (1 November 2012).
“Adab Seorang Murid Terhadap Guru”. http://cahmanistenan.blogspot .co.id/2012/04/adab-
seorang-murid-terhadap-guru.html (April 2012).