Anda di halaman 1dari 4

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Perjalanan hidup manusia oleh para pakar psikologi dalam


beberapa tahapan kehidupan, yaitu: pada saat masa sebelum lahir
sampai beranjak pada usia dewasa. Masa remaja adalah masa dimana remaja
mengalami masa kritis dan rentan dan jika pada usia remaja mengalami
kegagalan kemungkinan besar remaja mengalami kegagalan dalam
perjalanan hidup sebaliknya jika remaja mengalami keberhasilan maka
sangat baik dalam memasuki tahapan selanjutnya. (Irianto, 2015).

Kesehatan reproduksi merupakan masalah kesehatan masyarakat yang


cukup besar skalanya. Hal ini dapat dilihat dari data dan fakta pada beberapa
komponen kesehatan reproduksi, salah satunya adalah masalah kesehatan
reproduksi pada remaja. Masalah kesehatan reproduksi pada remaja, selain
berdampak secara fisik, juga dapat berpengaruh terhadap mental, emosi,
keadaan ekonomi dan kesejahteraan sosial dalam jangka panjang. Dalam
jangka panjang tidak hanya berpengaruh pada diri remaja sendiri tetapi juga
terhadap keluarga, masyarakat dan bangsa pada akhirnya. Risiko atau masalah
yang akan atau sering dijumpai oleh kaum remaja dan akan saling
mempengaruhi satu sama lain yaitu narkoba, seks bebas, HIV dan AIDS.

Penelitian fajar (2015) menjelaskan bahwa perilaku seks pranikah


merupakan hal yang sudah umum dalam kehidupan remaja. Infodatin (2014),
seks aktif pranikah pada remaja berisiko terhadap kehamilan dan penularan
penyakit menular seksual. Kehamilan yang tidak diinginkan dapat berlanjut
pada aborsi dan pernikahan remaja. Keduanya akan berdampak tidak hanya
pada masa remaja saja, namun juga janin yang dikandung, serta keluarga dari
remaja tersebut.
Menurut World Health Organization (WHO) remaja yaitu penduduk
yang masih tergolong dalam rentan usia 10-19 tahun. Remaja
menurut Depkes RI tahun 2009, remaja yaitu mereka yang berusia 12-25
tahun. Adapun remaja menurut Badan Kependudukan dan Keluarga
Berencana Nasional (BKKBN) remaja yaitu mereka yang digolongkan dalam
usia 10-24 tahun dan masih berstatus belum menikah (WHO dalam
Pusdatin Kemenkes, 2015). Perbedaan definisi tersebut menunjukkan bahwa
tidak ada kesepakatan universal mengenai batasan kelompok usia remaja.
Namun begitu, masa remaja itu diasosiasikan dengan masa transisi dari anak-
anak menuju dewasa. Masa ini merupakan periode persiapan menuju masa
dewasa yang akan meliputi beberapa tahapan perkembangan penting dalam
hidup. Selain kematangan fisik dan seksual, remaja juga mengalami tahapan
menuju kemandirian sosial dan ekonomi, membangun identitas, akuisis
kemampuan (skill) untuk kehidupan masa dewasa serta kemampuan
bernegoisasi (abstract reasoning ) (WHO, 2015)

Berdasarkan hasil sensus penduduk Indonesia tahun 2016 menurut


Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN)
menunjukkan bahwa jumlah penduduk Indonesia sebesar 261,1juta jiwa
dengan jumlah remaja usia 10-24 tahun sekitar 71 juta jiwa atau 27 persen.
Pada tahun 2020-2030 Indonesia akan mendapatkan bonus demografi, yaitu
jumlah usia angkatan kerja (15-64 tahun) mencapai sekitar 70 persen,
sedang 30 persen penduduk yang tidak produktif (usia 14 tahun ke bawah
dan usia di atas 65 tahun) (BKKBN, 2017). Dengan bonus demografi dimana
jumlah penduduk yang produktif sangat banyak akan dapat
menguntungkan negara Indonesia dari sisi pembangunan dengan syarat
generasi muda yang ada mempunyai kemampuan dan berkualitas tinggi
di segala bidang. Namun, jika remaja Indonesia tidak mempunyai
kesiapan dalam menghadapi bonus demografi, maka akan menjadi bencana
bagi negara Indonesia, negara bisa menjadi miskin, banyaknya
pengangguran dan menjadi beban negara. Dalam menghadapi bonus
demografi, negara masih dihadapi berbagai tantangan dan ancaman terhadap
generasi remaja. Remaja sangat rentan terhadap risiko TRIAD KRR
(Kesehatan Reproduksi Remaja) yaitu seksualitas, HIV dan AIDS,
Narkotika Alkohol Psikotropika dan Zat adiktif (NAPZA) yang
berdampak terhadap kondisi kesehatannya.

Dampak yang timbul dari orang-orang yang melakukan seks bebas


yaitu timbulnya penyakit kelamin. Semua fakta memperlihatkan bahwa akhir-
akhir ini penyakit kelamin bertambah frekuensinya dan semakin banyak
terdapat pada kaum remaja. Contoh dari penyakit kelamin yaitun penyakit
gonore. Penyakit gonore adalah penyakit infeksi yang menyerang pada alat
kelamin. Penyakit ini disebabkan oleh bakteri Naisseria gonorrhoeae. Jumlah
penderita penyakit kelamin, terutama gonore meningkat di Indonesia, menurut
taksiran kasar pada tahun 2008 penderita gonore yang dilaporkan berjumlah
jutaan orang per tahun. Di negara berkembang seperti Indonesia hanya 5-20
persen kasus dilaporkan (Irianto,2015).

Berdasarkan studi lapangan di kota palopo

B. Rumusan masalah
Dari latar belakang diatas, maka rumusan masalah dalammakalah ini
adalah hubungan pengetahuan remaja tentang kesehatan reproduksi dengan
perilaku seks pranikah
C. Tujuan
Mengetahui hubungan pengetahuan remaja tentang kesehatan
reproduksi dengan perilaku seks pranikah
D. Manfaat

Anda mungkin juga menyukai