Anda di halaman 1dari 4

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Secsio caesarea yaitu suatu pembedahan untuk melahirkan janin
dengan sayatan pada dinding perut dan dinding rahim (Manuaba, 2007).
Sectio caesarea adalah suatu persalinan buatan dimana janin dilahirkan
melalui suatu insisi pada dinding depan perut dan dinding rahim dengan
syarat rahim dalam keadaan utuh serta berat janin di atas 5000 gram
(Sarwono, 2009).
Angka kematian langsung pada operasi sectio caesaria (SC) adalah 5,8
per 100.000 kelahiran hidup. Sedangkan angka kesakitan sekitar 27,3%
dibandingkan dengan persalinan normal hanya sekitar 9 per 1000 kejadian.
WHO (World Health Organization) menganjurkan operasi SC hanya sekitar
10 – 15% dari jumlah total kelahiran. Anjuran WHO tersebut tentunya
didasarkan pada analisis resiko-resiko yang muncul akibat SC. Baik resiko
bagi ibu maupun bayi (Nakita, 2009).
Menurut World Health Organization (WHO) pada tahun 2010,
memperkirakan angka kematian Ibu lebih dari 300-400/100.000 kelahiran
hidup, yang disebabkan oleh perdarahan 28%, ketuban pecah dini 20%,
eklampsia 12%, abortus 13%, partus lama 18%, dan penyebab lainnya 2%.
Angka kematian Ibu di Indonesia masih yang tertinggi di ASEAN, yaitu
230/100.000 kelahiran hidup. Sedangkan Negara-negara lain seperti Vietnam
130/100.000 kelahiran hidup, Filipina 200/100.000 kelahiran hidup, Malaysia
41/100.000 kelahiran hidup, Singapura 15/100.000 kelahiran hidup. Secara
umum jumlah persalinan sectio caesarea (SC) di Indonesia adalah sekitar 30-
80% dari total persalinan. Angka kejadian sectio caesarea di indonesia
menurut data survey nasional tahun 2007 adalah 927.000 dari 4.039.000
persalinan. Beberapa kerugian dari persalinan yang dijalani melalui sectio
caesarea yaitu adanya komplikasi lain yang dapat terjadi saat tindakan dengan
frekuensi diatas 11% (Kemenkes RI, 2013).

1
Pembangunan Millennium Development Goals (MDGs) 2015
mempunyai tujuan yaitu perbaikan kesehatan maternal. Kematian maternal
dijadikan ukuran keberhasilan, terhadap pencapaian target MDGs yaitu
penurunan 75% rasio kematian maternal. Frekuensi dilaporkan berkisar antara
0,3% - 0,7% di negara-negara sedang berkembang, sedangkan di negara-
negara maju angka tersebut lebih kecil yaitu 0,05% - 0,1%. Berdasarakan data
yang diperoleh di Indonesia terjadi peningkatan angka sectio caesarea disertai
kejadian infeksi luka post-SCsekitar 90% dari morbiditas pasca operasi
disebabkan oleh infeksi luka operasi (Kemenkes RI, 2013).
Ketuban pecah dini adalah keadaan pecahnya selaput ketuban sebelum
persalinan. Bila ketuban pecah dini terjadi sebelum usia kehmilan 37 minggu
disebut Ketuban Pecah Dini pada kehamilan prematur. Insidensi ketuban
pecah dini terjadi 10% pada semua kehamilan. Pada kehamilan aterm
insidensinya bervariasi 6-19%, sedangkan pada kehamilan preterm
insidensinya 2% dari semua kehamilan. Hampir semua ketuban pecah dini
pada kehamilan preterm akan lahir sebelum aterm atau persalinan akan terjadi
dalam satu minggu setelah selaput ketuban pecah. 70% kasus ketuban pecah
dini terjadi pada kehamilan cukup bulan, sekitar 85% morbiditas dan
mortalitas perinatal disebabkan oleh prematuritas, ketuban pecah dini
berhubungan dengan penyebab kejadian prematuritas dengan insidensi 30-
40% (Sarwono Prawirohardjo, 2013).
Menurut Manuaba (2007) faktor penyebab ketuban pecah dini adalah
kelainan letak janin dalam rahim yaitu letak sungsang, letak lintang, Kelainan
bawaan dari selaput ketuban, Infeksi yang menyebabkan terjadinya proses
biomekanik pada selaput ketuban dalam bentuk proteolitik, sehingga
memudahkan ketuban pecah dini. Cara menentukan tanda dan gejalanya
adalah adanya cairan yang berisi meconium, vernic caseosa, lanugo atau bila
telah terinfeksi berbau, adanya cairan ketuban divagina, meminta pasien
untuk mengejan, maka cairan dapat keluar sedikit-sedikit atau banyak, cairan
dapat keluar saat tidur, duduk atau pada saat seperti berdiri atau berjalan,
kadang-kadang cairan berwarna putih, keruh, jernih dan hijau. Apabila

2
ketuban telah lama pecah dan terjadi infeksi, maka pasien akan demam
(Manuaba, 2008).
Berdasarkan hasil survei yang di lakukan di Rumah Sakit Umum
Daerah Rasidin Padang pada tahun 2016 diperoleh data pada bulan Januari-
Desember tahun 2016 tercatat jumlah pasien yang melahirkan dengan sectio
caesarea sebanyak 163 pasien (43,81%), dari 372 pasien yang menjalani
persalinan, dan pada bulan desember tahun 2016 tercatat 14 pasien yang
melahirkan dengan sectio caesarea. Hasil survei awal pada ruang kebidanan
RSUD Rasidin Padang pada tanggal 26 Desember 2016- 8 Januari 2017 , di
dapatkan ± 3 dari 8 orang ibu dengan post-SC atas indikasi ketuban pecah
dini.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut, maka dirumuskan permasalahannya
yaitu, bagaimana menerapkan pelaksanaan Asuhan Keperawatan pada pasien
post partum dengan SC atas indikasi ketuban pecah dini ?.

C. Tujuan
1) Tujuan Umum
Mahasiswa/i mampu melakukan asuhan keperawatan pada Ny. S
(P1A0H1) dengam post sectio caesarea atas indikasi ketuban pecah dini.
2) Tujuan Khusus
a) Mahasiswa/i mampu memahami pengkajian pada pasien post partum
dengan SC atas indikasi ketuban pecah dini (KPD).
b) Mahasiswa/i mampu memahami menganalisa data yang ditemukan,
menegakan diagnosa keperawatan, dan menentukan prioritas masalah.
c) Mahasiswa/i mampu memahami membuat rencana asuhan
keperawatan pada pasien post partum dengan SC atas indikasi ketuban
pecah dini (KPD).

3
d) Mahasiswa/i mampu memahami implementasi asuhan keperawatan
pada pasien post partum dengan SC atas indikasi ketuban pecah dini
(KPD).
e) Mahasiswa/i mampu memahami evaluasi asuhan keperawatan pada
pasien post partum dengan SC atas indikasi ketuban pecah dini
(KPD).

D. Manfaat Studi Kasus


1. Bagi penulis
Menambah wawasan dan pemahaman penulis dalam menerapkan
asuhan keperawatan pada pasien, khususnya pada pasien dengan post
partum dengan SC atas indikasi KPD.
2. Bagi Pasien
Studi kasus tentang asuhan keperawatan pada pasien post partum
dengan SC atas indikasi KPD ini, diharapkan pasien mendapatkan asuhan
keperawatan yang baik dari tenaga perawat.
3. Bagi Rumah Sakit
Hasil studi kasus ini diharapkan dapat menjadi bahan masukan yang
bermanfaat bagi para perawat yang berada di RSUD Rasidin Padang, agar
dapat menerapkan dan memberikan asuhan keperawatan pada pasien post
partum dengan SC atas indikasi KPD.
4. Bagi Institusi
Hasil studi kasus ini diharapkan dapat digunakan sebagai bahan atau
referensi akademi untuk pengembangan pembelajaran studi kasus
selanjutnya.

Anda mungkin juga menyukai