Bakteri Penyebab Infeksi Saluran Pernapasan PDF
Bakteri Penyebab Infeksi Saluran Pernapasan PDF
Laporan penelitian ini ditulis sebagai salah satu syarat untuk memperoleh
gelar SARJANA KEDOKTERAN
Oleh:
LUTFIANA ULFAH USWANDI
1113103000042
ii
iii
iii
iv
iv
v
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT, Tuhan
semesta alam yang atas ridho, rahmat, dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat
menyelesaikan laporan penelitian yang berjudul “IDENTIFIKASI POLA
BAKTERI PADA PASIEN INFEKSI SALURAN NAPAS ATAS PADA
ORANG DEWASA DI PUSKESMAS CIPUTAT TANGERANG SELATAN
PADA TAHUN 2016” sebagai salah satu syarat dalam menyelesaikan jenjang
program sarjana kedokteran di Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta.
v
vi
8. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah
membantu penulis dalam menyelesaikan penelitian ini.
Demikian yang dapat penulis sampaikan, semoga penelitian ini dapat memberi
banyak manfaat bagi kita semua.
vi
vii
ABSTRAK
Lutfiana Ulfah Uswandi. Program Studi Kedokteran dan Profesi Dokter.
Identifikasi Pola Bakteri Pada Pasien Infeksi Saluran Napas Atas Pada
Orang Dewasa di Puskesmas Ciputat Tangerang Selatan Pada Tahun 2016 .
Latar Belakang: Menurut Riskesdas 2013 prevalensi infeksi saluran pernapasan
akut (ISPA) di Indonesia sebesar 25%. Infeksi saluran pernapasan akut terbagi
atas infeksi saluran pernapasan bawah dan infeksi saluran pernapasan atas. ISPA
dapat disebabkan oleh bakteri, virus, atau jamur. Oleh karena itu perlu
dilakukannya penelitian pola Gram bakteri pada pasien yang mengalami infeksi
saluran pernapasan atas dengan metode swab tenggorok Metode: Penelitian
deskriptif potong lintang dengan subyek pasien infeksi saluran pernapasan atas
yang datang ke puskesmas Ciputat Tangerang Selatan pada bulan September
2016, data diambil dengan menggunakan swab tenggorok dengan teknik
consecutive sampling. Hasil: Didapatkan 31 subjek yang memiliki gejala infeksi
saluran pernapasan atas dengan bakteri Gram positif Streptococcus 28 (56%),
Gram positif Staphylococcus 16 (35%), Gram positif batang 3 (6%), dan Gram
negatif batang 3 (6%). Kesimpulan: Berdasarkan pemeriksaan dengan
menggunakan pewarnaan Gram, Bakteri pada pasien ISPA yang paling
mendominasi adalah bakteri Gram positif Streptococcus sp
Kata kunci: Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA), Pewarnaan Gram, Swab
Tenggorok.
ABSTRACT
vii
viii
DAFTAR ISI
viii
ix
ix
x
DAFTAR GAMBAR
x
xi
DAFTAR TABEL
xi
xii
DAFTAR SINGKATAN
xii
xiii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran
1. Surat Izin Penelitian .............................................................................. 37
2. Form Inform Consent ............................................................................ 38
3. Alat dan Bahan Penelitian ..................................................................... 40
4. Pewarnaan Gram ................................................................................... 41
5. Hasil Pewarnaan Gram.......................................................................... 45
6. Biakan Bakteri pada Agar Darah .......................................................... 47
7. Riwayat Hidup Peneliti ......................................................................... 49
xiii
xiii
1
BAB I
PENDAHULUAN
Infeksi saluran pernapasan akut dapat disebabkan oleh virus atau bakteri.
Menurut Riskesdas 2013 prevalensi ISPA di indonesia sebesar 25%, sedangkan
menurut Riskesdas 2007 prevalensi ISPA sebesar 25,5%.2
1
2
TINJAUAN PUSTAKA
4
5
Sistem pernapasan atas terdiri dari hidung, rongga hidung, faring, laring
4 udara masuk ke dalam sistem pernapasan
dan subglotis. Dalam keadaan normal
melalui hidung akan disaring terlebih dahulu, dilembabkan lalu dihangatkan di
dalam rongga hidung, kemudian melewati faring, laring, dan trakea, dan
kemudian masuk ke dalam paru-paru.6
Secara umum penderita ISPA memberikan tanda atau gejala yang sangat
penting yaitu batuk, sedangkan infeksi saluran pernapasan bawah selain batuk
dapat diikuti adanya retraksi dada dan terdapat percepatan dalam napas. Selain
gejala batuk ISPA, juga dapat memberikan gejala seperti flu, demam, serta suhu
tubuh yang meningkat lebih dari 38,50C. Menurut WHO (2007), gejala awal
berupa gatal dan kering dalam hidung, selanjutnya diikuti gejala bersin-bersin,
hidung tersumbat dengan ingus encer disertai demam dan nyeri kepala. Mukosa
pada hidung dapat memerah dan bengkak. Infeksi lebih lanjut dapat membuat
sekret menjadi lebih kental dan mengakibatkan hidung menjadi lebih tersumbat,
apabila kejadian terus berlanjut dapat mengakibatkan komplikasi yang berlanjut
menjadi sinusitis, faringitis, infeksi saluran tuba eustachi, infeksi telinga tengah,
hingga bronkitis dan pneumonia.10
2.2.1.2 Faringitis
2.2.1.3 Tonsilitis
2.2.2 Etiologi
Pada umumnya infeksi saluran pernapasan atas dapat disebabkan virus dan
bakteri dan penyebaran dapat melalui antara orang ke orang, melalui tangan
ataupun benda yang telah terkontaminasi dengan mikroorganisme, melalui
droplet.13
8
Tabel 2.2 Bakteri Flora Normal pada Rongga Mulut, Nasal, dan Faring
Mukosa mulut dan faring pada saat kelahiran biasanya lebih steril, akan
tetapi dapat terkontaminasi saat melewati jalan lahir, Pada saat awal kehidupan
dapat ditemukan Staphylococcus aerob dan anaerob, diplococcus Gram negatif
(Neisseria, Moraxella catarrhalis), Difteroid, dan terkadang dapat juga di
temukan Lactobacillus.14
2.2.2.1 Streptococcus
Berdasarkan sifat hemolitiknya pada lempeng Agar Darah, kuman akan dibagi
dalam: 14
Penyakit yang
Nama Grup Hemolisis Habitat
sering di timbulkan
Grup Streptococcus viridans Biasanya Alfa, tidak Mulut, tenggorokan, Karies gigi,
(spesies terbanyak) tidak dapat terjadi kolon, traktus genitalia endocarditis, abses
digolong- perempuan
kan
Peptostreptococcus Tidak ada Tidak terjadi, Mulut, kolon, traktus Dapat menyebabkan
alfa genitalia perempuan abses (dengan
bakteri lain)
2.2.2.2 Staphylococcus
kuat, sedangkan pada coccus yang inkubasinya sudah terlalu lama akan
menyebabkan sebagian bakteri memberikan warna negatif, Staphylococcus tidak
bermotil, tidak berspora. 14
Staphylococcus mudah berkembang pada suhu 370 C akan tetapi suhu yang
0
baik untuk dapat menghasilkan pigmen adalah suhu ruangan sekitar 20-25 C.
Koloni pada perbenihan dapat berbentuk bundar, halus, menonjol dan berkilau. 14
terkontaminasi, serta melalui saluran napas dan kulit manusia, termasuk barang-
barang yang telah terkontaminasi di dalam rumah sakit. 16
2.2.2.4 Bordetella
Terdapat beberapa spesies Bordetella, salah satunya Bordetella pertussis
yang dapat menyerang manusia dan sangat menular, serta menyebabkan batuk
pertusis. Spesies lain Bordetella sp contohnya Bordetella bronchiseptica
menyebabkan batuk pada binatang seperti anjing dan kelinci.14
2.2.2.5 Neisseria
Neisseria adalah bakteri kokus Gram negatif, tidak dapat bergerak,
diplococcus, berdiameter kira-kira 0,8 µm, apabila individual bentuk terlihat
seperti ginjal, biasanya mucul berpasangan. Beberapa Neisseria termasuk flora
normal disaluran pernapasan manusia, jarang menyebabkan timbulnya penyakit,
dan juga timbul secara ekstraseluler. Neisseria gonorrhoeae (gonokokus) dan
Neisseria meningitidis (meningokokus) bersifat patogen pada manusia.
Meningokokus mempunyai kapsul polisakarida, sedangkan gonokokus tidak.
Meningokokus biasanya ditemukan di saluran napas atas dan dapat menyebabkan
meningitis, sementara gonokokus menyebabkan infeksi genital. 14,16
Neisseria tumbuh dengan baik pada kondisi aerob, tetapi beberapa akan
tumbuh pada lingkungan anaerob. Sebagian besar Neisseria dapat
memfermentasikan karbohidrat. Dapat menghasilkan asam tetapi tidak
menghasilkan gas dan memberikan hasil positif pada reaksi oksidase. Uji oksidase
merupakan kunci untuk dapat mengidentifikasi Neisseria.14,16
bening pada leher, apabila bakteri tersebut terus absorpsi ke dalam peredaran
darah maka toksik akan menyebar lebih jauh lagi, salah satunya akan
mengakibatkan nekrosis pada otot jantung, hati, ginjal, dan adrenal. 14,16
Difteri pada kulit atau luka dapat terjadi terutama di negara tropis,
membran akan terbentuk pada luka yang telah terinfeksi dan tidak sembuh, tetapi
biasanya toksin yang terabsorpsi tidak terlalu parah dan efek pada sistemik tidak
akan fatal. 16
Mikroorganisme invasi
ke dalam saluran
pernapasan
Mengeluarkan sitokin
Menimbulkan gejala
batuk, pilek, sakit
tenggorokan, tonsil dan
tenggorokan hiperemis,
Dilakukan pemeriksaan
swab tenggorok
Lakukan pemeriksaan
pewarnaan Gram
20
Gejala
ISPA
Jenis
kelamin
Usia Pemeriksaan
swab
tenggorok
Pewarnaan
Gram
Kegiatan
21
kalender. 16
6 Pewarnaan Pewarnaan diferensial Pewarna Gram (-) kategorik
Gram untuk menentukan sifat ungu kristal, atau (+),
dan morfologi bakteri lugol, alkohol
96%,
safranin,
mikroskop
Olympus
7. Kegiatan/ Suatu keaktifan yang di- Hasil dari Dengan Kategorik
aktivitas lakukan secara fisik inform melihat
maupun non fisik consent hasil yang
tertera pada
inform
consent
23
BAB III
METODE PENELITIAN
Pasien infeksi saluran pernapasan atas usia lebih dari 15 tahun dengan
metode consecutive sampling di Puskesmas Ciputat, Tangerang Selatan pada
bulan September-Oktober tahun 2016.
23
24
Adapun alat yang diperlukan adalah spatel tongue, kapas lidi steril, object
glass, lampu spiritus/bunsen, ose, botol semprot air, pinset, alat tulis, tisu, pinset,
pipet, korek api, rak pewarnaan Gram, cawan petri, inkubator, alkohol swab,
masker, handscoen
3.4.2 Bahan
Bahan yang diperlukan adalah media Agar Darah, gentian violet, cairan lugol,
alkohol 96%, safranin, minyak imersi, air, NaCL 0,9%.
25
Pengambilan sampel diambil dari pasien yang telah mengalami gejala ISPA
dengan menggunakan swab tenggorok.
Minta pasien untuk membuka mulut, dan pastikan lidah tidak menghalangi
tenggorokan
Tekan lidah dengan menggunakan spatula lidah, perhatikan bagian
belakang tenggorokan
Periksa dengan cermat apakah terdapat tanda-tanda peradangan atau tidak
di daerah tenggorok
Usap area tenggorok dengan kapas swab steril
Setelah dilakukan swab, sediaan langsung dibawa ke Laboratorium
14,18,29
3.5.2.3 Pewarnaan Gram
1. Warna pertama teteskan gentian violet selama 1-5 menit, lalu di bilas dengan
air
2. Teteskan lugol selama 1 menit, lalu bilas dengan air
3. Zat warna ungu dilunturkan dengan alkohol beberapa detik lalu bilas dengan
air,
4. Pewarnaan terakhir yaitu safranin selama 10-60 detik, lalu bilas dan
keringkan
5. Setelah preparat kering berikan minyak emersi, dan lihat di bawah mikroskop
Pengambilan sampel
dengan metode swab
tenggorok
Lakukan pewarnaan
Teteskan minyak emersi
Gram
28
BAB IV
16
14/31
14
12
Frekuensi (n)
10 9/31 Laki-laki
8 Perempuan
6/31
6
4
2 1/31 0 1/31
0
Remaja (12-24) Dewasa (25-60) Lansia (> 60)
Usia (tahun)
Gambar 4.1 Gambaran Kelompok Usia dan Jenis Kelamin pada Pasien ISPA di
Puskesmas Ciputat pada bulan September
28
29
30
25
20
15 87% Frekuensi
27/31
10
5 12.9%
4/31
0
Indoor Outdoor
Jenis Pekerjaan
Gambar 4.2 Karakteristik Demografik Jenis Kegiatan pada Pasien ISPA yang
Berkunjung pada Bulan September 2016 di Puskesmas Ciputat Tangerang Selatan
Tabel 4.1 Hasil pewarnaan Gram dengan Metode Swab Tenggorok (n=31) pada
Pasien ISPA yang Berkunjung pada Bulan September 2016 di Puskesmas Ciputat
Tangerang Selatan
Positif Streptococcus 28 56
Staphylococcus 16 32
Batang 3 6
Negatif Batang 3 6
Tabel 4.2 Karakteristik Tanda dan gejala pada Pasien ISPA yang Berkunjung pada
Bulan September 2016 di Puskesmas Ciputat Tangerang Selatan
4.2 Pembahasan
Kategori umur pada penelitian ini yaitu lebih dari 15 tahun. Berdasarkan
hasil gambar 4.1, dapat dilihat distribusi berdasarkan jenis kelamin dan usia.
Perempuan dengan usia remaja merupakan yang terbesar proporsi terbesar
dibandingkan laki-laki, penelitian ini sama dengan penelitian Noer Indah (2007),
bahwa ISPA lebih banyak pada perempuan dengan usia remaja-dewasa.
Sedangkan, usia dewasa lebih banyak pada laki-laki dibandingkan perempuan.
Penelitian ini sama dengan penelitian yang dilakukan oleh Oktafin (2016), laki-
laki dewasa lebih banyak mengalami infeksi saluran pernapasan akut, karena
kebiasaan merokok, sehinngga akan mengakibatkan disfungsi sistem pernapasan.
ISPA lebih banyak pada orang yang melakukan kegiatan di dalam rumah, dan
penelitian tersebut juga mengatakan bahwa kegiatan yang banyak dilakukan di
dalam rumah dapat meningkatkan faktor terjadinya ISPA. Pekerjaan atau kegiatan
yang dilakukan responden diantaranya ada pelajar, guru, ibu rumah tangga, dan
seorang pensiun yang lebih banyak melakukan kegiatan sehari-hari di dalam
rumah, kemungkinan tingginya distribusi ISPA menurut kegiatan dalam ruangan
terdapat hubungan dengan keadaan lingkungan dalam ruangan tersebut, terdapat
hubungan antara ventilasi, pencahayaan serta kepadatan penghuni dengan
kejadian ISPA. Menurut Lindawaty (2010) kualitas udara di dalam rumah
kadarnya berbeda dengan kualitas udara di luar rumah. Peningkatan polutan
dalam rumah dapat karena polutan seperti asap rokok, asap yang berasal dari
dapur, serta dari polutan pembakaran obat nyamuk.26 menurut penelitian Safwan
(2003) faktor lingkungan yang berkaitan dengan pencemaran udara di dalam
rumah di antaranya kepadatan dalam rumah, merokok, jenis bahan bakar, ventilasi
rumah, kelembaban dalam rumah dan debu rumah.27
Sampel pada penelitian ini sedikit di karenakan waktu yang kurang serta
pada saat pengambilan sampel terkadang terhalang dengan jadwal
akademik.
Kurangnya referensi untuk membantu penelitian ini, karena pada
penelitian sebelumnya peneliti meneliti pada diagnosis yang khsus seperti
tonsiliti atau faringitis saja.
Hanya mengidentifikasi Gram bakteri tanpa di lanjutkan pada pemeriksaan
hingga spesiesnya
Tidak menambahkan distribusi data berdasarkan perhitungan jumlah
koloni
33
BAB V
5.1 Kesimpulan
5.2 Saran
33
34
DAFTAR PUSTAKA
34
35
35
36
36
37
LAMPIRAN 1
37
38
LAMPIRAN 2
Inform Consent
Dengan hormat,
Saya adalah mahasiswa Program Studi Pendidikan Dokter, Fakultas
Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah
Jakarta. Penelitian ini dilaksanakan sebagai salah satu kegiatan dalam
menyelesaikan tugas akhir. Tujuan penelitian ini skrining bakteri pada saluran
nafas atas dan untuk mengetahui pola bakteri apa saja yang terdapat pada pasien
penderita ISPA
Untuk keperluan tersebut saya mengharapkan kesediaan Saudara untuk
menjadi responden dalam penelitian ini. Partisipasi saudara dalam penelitian ini
bersifat bebas untuk menjadi responden atau menolak tanpa ada sanksi apapun.
Jika Saudara bersedia menjadi responden, silahkan Saudara mengisi formulir ini
dan saya memohon kesediaan Saudara untuk mengisi data dihalaman selanjutnya
dan kemudian mengeluarkan sputum di tempat yang saya telah sediakan. Hasil
dari pemeriksaan akan diberitahukan kepada anda dan akan dimasukkan dalam
rekam medik atau catatan pemeriksaan Saudara di Puskesmas Ciputat Tangerang
Selatan.
Nama Responden :
Usia :
Ciputat, 2016
Peneliti Responden
38
39
NIM : 1113103000042
A. Identitas Responden
Nama Responden :
Umur :
Jenis Kelamin :
Alamat :
No. Telepon :
Pendidikan : 1. Tidak tamat SD 4. SLTA
2. SD 5. Akademi/
Sarjana
3. SLTP
39
40
LAMPIRAN 3
40
41
LAMPIRAN 4
Pewarnaan Gram
41
42
LAMPIRAN 5
JenisKelamin
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
16 45,2%
14/31
14
12
29%
Frekuensi (n)
10 9/31
8 19,4% Laki-laki
6/31
6 Perempuan
4
3,2% 3,2%
2 1/31 1/31
0
0
Remaja (12-24) Dewasa (25-60) Lansia (> 60)
Usia (tahun)
42
43
K_kegiatan/aktivitas
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
luar ruangan
4 12,9 12,9 100,0
Total
31 100,0 100,0
43
44
44
45
LAMPIRAN 6
45
46
46
47
LAMPIRAN 7
47
48
48
49
Lampiran 7
Identitas
Nama : Lutfiana Ulfah Uswandi
Jenis Kelamin : Perempuan
Tempat, Tanggal Lahir : Lebak, 30 September 1995
Agama : Islam
Alamat Tetap : Jl. Sentral, Balong RT 03/RW 02, Kelurahan
Rangkas Bitung Timur, Kecamatan Rangkas
Bitung, Banten
Alamat Baru : Jl. Pisangan Barat No. 42 A Cirendeu,
Ciputat Timur, Tangerang Selatan
Email : Lufianaulfah30@gmail.com
No. Telepon : 085780541111
Riwayat Pendidikan
2001 – 2006 : SDN 3 Cibeber, Lebak Banten
2007 – 2009 : La-tansa Islamic Boarding School, Lebak, Banten
2010 – 2013 : La-tansa Islamic Boarding School, Lebak, Banten
2013 – Sekarang : Program Studi Keprofesian dan Pendidikan Dokter
Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Syarif Hidayatullah
Jakarta
49