Anda di halaman 1dari 21

KELAHIRAN NABI MUHAMMAD SAW

Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas kelompok


Mata Kuliah: Sejarah Kebudayaan Islam
Dosen Pengampu: Lilis Setiawati, M.PD

Disusun oleh kelompok 3:


Semester III/SI PGMI C
Estri RizqiTiana (1911100079)
Yuni Sagita Sari (1911100441)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU


MADRASAH IBTIDAIYAH
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UIN RADEN INTAN LAMPUNG
2020

1
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr. Wb

Segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, karena
berkat rahmat dan karunia-Nya penulis panjatkan dapat menyelesaikan makalah
yang berjudul Kelahiran Nabi Muhammad SAW. Makalah ini disusun untuk
memenuhi salah satu tugas mata kuliah Sejarah Kebudayaan Islam.

Dalam penulisan makalah ini, penulis telah mendapatkan dukungan dan


bantuan yang tak ternilai dari berbagai pihak, untuk itu penulis mengucapkan
terima kasih yang sebesar-besarnya kepada ibu dosen yang telah banyak
memberikan dukungan, dorongan, saran dan nasehatnya selama penyusunan
makalah ini serta dukungan moril dari kedua orang tua dan keluarga besar penulis.

Akhir kata penulis berharap semoga ketulusan dan bantuan yang telah
diberikan kepada penulis mendapat balasan dari Allah SWT, serta makalah ini
bermanfaat bagi penulis khususnya dan pembaca umumnya.

Amin Ya Robbal Alamin

Wassalamu’alaikum Wr.Wb

Bandar Lampung, Oktober 2020

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR....................................................................................i
DAFTAR ISI...................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang....................................................................................1
B. Rumusan Masalah..............................................................................1
C. Tujuan Penulisan ...............................................................................2

BAB II PEMBAHASAN

A. Kelahiran Nabi Muhammad SAW..................................................3


B. Masa Kecil Hingga Kenabian...........................................................4
C. Melakukan Dakwah Secara Rahasia dan Terang-Terangan........8
D. Hijrah Nabi Muhammad dari Makkah ke Madinah.....................10
E. Persaudaraan Kaum Anshar dan Muhajirin..................................11
F. Perang Setelah Hijrah dan Fatkhu Makkah...................................13
G. Menjelang Wafatnya Rasul..............................................................14

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan..........................................................................................16

DAFTAR PUSTAKA .....................................................................................18


BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Nabi Muhammad dilahirkan dari seorang ibu yang bernama Siti Aminah dan
ayah bernama Abdullah. Sesuai riwayat, Nabi Muhammad lahir di Makkah pada
hari Senin, 12 Rabiul Awal. Dimana pada tahun pertama sejak adanya peristiwa
tentara bergajah atau yang disebut dengan Amul Fill pada tahun 571 kalender
romawi.
Nabi Muhammad menerima wahyu pertama kali pada saat beliau berusia 40
tahun di Gua Hira. Rasulullah SAW. meninggal pada usia 63 tahun pada hari
Senin di bulan Rabiul Awal setelah sakit selama 12 hari.

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana sejarah kelahiran Nabi Muhammad Saw?


2. Bagaimana masa kecil Nabi Muhammad Saw. hingga kenabian?
3. Bagaimana Nabi Muhammad Saw melakukan dakwah secara rahasia dan
terang-terangan?
4. Bagaimana Hijrah Nabi Muhammad Saw. dari Makkah ke Madinah?
5. Bagaimana Persaudaraan kaum Anshar dan Muhajirin?
6. Bagaimana Fatkhu Makkah?
7. Bagaimana menjelang wafatnya Rasul?

C. Tujuan Penulisan
1. Mengetahui sejarah Kelahiran Nabi Muhammad Saw.
2. Mengetahui masa kecil Nabi hingga kenabian.
3. Mengetahui Nabi Muhammad Saw. melakukan dakwah secara rahasia dan
terang-terangan.
4. Mengetahui hijrah Nabi Muhammad Sa. Dari Makkah ke Madinah.
5. Mengetahui persaudaraan kaum Anshar dan Muhajirin.
6. Mengetahui Fatkhu Makkah.
7. Mengetahui menjelang wafatnya Rasul.
BAB II
PEMBAHASAN

A. Kelahiran Nabi Muhammad SAW

Sembilan bulan, Aminah mengandung dengan tidak mendapat halangan


apapun. Maka, pada Subuh, Senin, 9 Rabi’ul Awwal Tahun Fill ke-1 bertepatan
dengan tanggal 20 April 571 Masehi, lahirlah Nabi Muhammad saw. Dengan
selamat di rumah ibunya di kampung Bani Hasyim di kota Mekah al-Mukarromah.
Dalam riwayat lain dinyatakan: di rumah Abu Thalib. Ketika itu yang menjadi
bidan utuk merawatnya adalah Siti Syifa’, ibu sahabat Abdur Rahman bin Auf r.a.1

Pada saat itu, Abdul Muthalib sedang Thawaf di sekeliling Ka’bah.


Sekonyong-konyong datang utusan Aminah menghadap kepadanya dengan
menyampaikan kabar bahwa Siti Aminah telah melahirkan seorang anak laki-laki
dengan selamat. Dengan gembira dengan perasaan tidak sabar lagi, Abdul
Muthalib tergesa-gesa datang ke rumah Aminah untuk melihat cucunya yang baru
lahir.

Dalam riwayat lain disebutkan bahwa anak itu dipeluk dan di gendong oleh
Abdul Muthalib dan segera di bawa ke Ka’bah. Lantas dia masuk ke dalamnya dan
berdiri sambil berdoa kepada Allah menyampaikan syukur kepada-Nya kemudian
keluar membawa pulang kembali anak itu, lalu di serahkannya kepada ibunya.

Telah menjadi adat kebiasaan kaum bangsawan Arab di Hijaz, terutama di


Mekah pada saat itu, apabila seorang anak telah lahir, baik laki-laki maupun
perempuan, sesudah beberapa hari disusukan kepada orang lain yang bertempat

1
Moenawar Chalil, Kelengkapan Tarikh, Gema Insani, Jakarta, 2006, hlm. 67.
tinggal di luar kota, di suatu dusun orang-orang Badwi dan anak itu tinggal dan
diasuh di dusun itu juga sampai kira-kira berusia tujuh atau delapan tahun.

Setelah tiga hari disusukan oleh ibunya, Aminah sambil menunggu orang dari
luar yang akan menyusui dan mengasuhnya, Nbi Muhammad saw. Disusukan kepada
seorang perempuan bernama Tsuwaibah, budak pamannya, Abu lahab, yang sudah
dimerdekakan oleh Abu Lahab setelah mendengar kabar bahwa anak saudara laki-
lakinya yang telah ditinggal wafat oleh ayahnya itu telah dilahirkan dengan selamat.

Nabi Muhammad saw. Disusukan oleh Tsuwaibah hanya dalam beberapa hari,
kemudian beliau disusukan dan diasuh oleh Halimah binti Abu Zuaib, seorang
perempuan dari dusun Banu Sa’ad, istri Abu Kabsyah.

B. Masa Kecil Hingga Kenabian

Nabi Muhammad SAW. dikhitan dan diberi nama Muhammad, Salah satu
adat kebiasaan bangsa Arab pada masa itu terutama para bangsawan Quraisy mekah
adalah jika anak laki-laki yang dilahirkan sudah menginjak usia 7 hari dia akan
dikhitan dan diberi nama oleh sebab itu Ketika Nabi Muhammad SAW sudah berusia
7 hari dia dikitan oleh kakeknya sendiri yaitu Abdul Muthalib kemudian diberi nama
Muhammad.

Kira-kira setelah 2 tahun Nabi Muhammad SAW. disusui dan diasuh oleh
Halimah, dan sesudah beliau dihentikan menyusu, lalu oleh Halimah diantar kembali
kepada ibunya, Aminah. oleh Aminah kedatangan anaknya itu disambut dengan
sangat gembira, tetapi kepada Halimah Dia meminta dan mengharap supaya anaknya
itu dibawa kembali ke dusun nya karena Aminah khawatir tubuh anaknya yang
tampak subur dan sehat itu akan terganggu penyakit di Kota Mekah. Oleh Halimah

4
permintaan itu diterima baik, kemudian Nabi Muhammad shallallahu alaihi wasallam
titik dibawa kembali lagi ke dusun Banu saat sampai berumur 4 tahun. 2

Selanjutnya dikala Telah Dewasa dan menjadi seorang pemuda, Perangai


beliau yang utama itu tetap pada pribadi beliau dan jiwa beliau tidak dapat
diperdayakan atau dipengaruhi oleh suasana yang terjadi di sekelilingnya. Beliau
dapat merasakan kesenangan dan kenikmatan hidup hanyalah dalam berpikir dengan
pikiran yang tenang titik hidup berpikir sambil melakukan pekerjaan yang sederhana,
seperti mengembala kambing di tepi-tepi Kampung dan dusun, kemudian Berniaga
dalam beberapa bulan saja titik usaha dan pekerjaan beliau yang demikian itu tidak
dapat diharapkan untuk mendatangkan kekayaan dan kemewahan Hidup. Memang
kekayaan serta kemewahan hidup duniawi itu bukanlah menjadi tujuan hidup beliau
titik tanda-tanda yang ada pada pribadi beliau yang menunjukkan keinginannya
menjadi seorang Hartawan besar tidak ada sedikitpun titik Bahkan sebaliknya beliau
adalah seseorang yang hidup sederhana dan selalu menjauhkan diri dari kehidupan
yang mewah dan berlebih-lebihan kegemaran dan kenikmatan hidup yang sebenarnya
dirasakan oleh Nabi SAW.

Setelah lebih dari 10 tahun Nabi SAW. menikah dengan Khadijah dan
sebagai buah perkawinan itu beliau telah berputra beberapa orang Putra pikiran beliau
bertambah mendalam lagi dan memikirkan dan merenungkan segala sesuatu yang
terjadi dalam lingkungan umat manusia yang ada di sekeliling beliau beliau melihat
dan mendengar orang-orang yang memperbincangkan kepercayaan dan agama
masing-masing agama yang bertuhankan dewa-dewa patung-patung berhala batu batu
dan kayu kayu. Beliau juga melihat dan mendengar dari setiap pemeluk agama
Yahudi dan nashrani dalam memperbincangkan agama masing-masing dan dalam

2
Moenawar Chalil, Kelengkapan Tarikh, Gema Insani, Jakarta, 2006, hlm. 68.

5
memberikan keterangan keterangan guna menarik pemeluk agama lain kepada
agamanya sendiri melihat dan mendengar muka-muka dari kedua agama itu dalam
memperdebatkan memperdengarkan serta membicarakan paham dan keyakinan
masing-masing beliau pun melihat dan mendengar semua itu dan hal-hal Serupa itu
bertambah kuat lah pikiran dan kehendak beliau untuk mencari kebenaran kebenaran
yang Hakiki tentang segala sesuatu yang di percakapkan dan dipertengkarkan mereka
itu salah satu dari adat kebiasaan para ahli pikir bangsa Arab pada masa jahiliyah.

Setahun di tempat itu mereka menenangkan pikiran sambil berdoa


mendekatkan diri kepada Tuhan dan dewa-dewa mereka agar dilimpahkan atas
mereka kebaikan dan kebahagiaan mereka menanamkan perbuatan demikian itu
dengan tahannuf Memegang teguh agama yang dipeluk atau tahannuts menyembah
kepada Tuhan. Setelah Nabi SAW. berusia 40 tahun kian hari kian mendalam
hasratnya untuk menjatuhkan diri dari masyarakat ramai maka ketika itu beliau sudah
seringkali pergi meninggalkan keluarga dari rumah tangganya untuk mencari tempat
dimana yang sekiranya baik untuk berkhalwat dengan tujuan hendak menenangkan
pikiran menjernihkan angan-angan dan selanjutnya guna mencari kebenaran yang
Hakiki tidak lama kemudian beliau mendapati suatu gunung yang ada guanya yang
berada di suatu tempat yang sunyi senyap yang letaknya kira-kira 5 km di sebelah
utara Kota Mekah Gunung itu tingginya kurang lebih 200 meter dan terkenal dengan
nama Jabal kira dan guanya terkenal dengan nama gua Hira oleh Nabi SAW. Gunung
itu dipandang baik untuk tempat berkhalwat dan mengasingkan diri dari orang ramai
oleh sebab itu beliau memilih gunung dan gua itu untuk berkhalwat tempat beliau
hendak menjernihkan angan-angan menenangkan pikiran untuk mencari kebenaran
yang Hakiki Nabi SAW. Gua Hira tersebut seorang diri dan beliau membawa bekal
dari rumahnya berupa makanan sekedar untuk menguatkan tubuh jasmaninya hingga
berbulan-bulan lamanya tetapi tidak terus-menerus dan dalam tempo beberapa hari
beliau pulang kembali ke rumahnya untuk mengambil bekal lagi Sesudah itu beliau
berangkat lagi untuk mengasingkan diri di Gua Hira

6
tersebut . Demikianlah berulang-ulang kadang-kadang beliau disana sampai 10 hari
10 malam kadang kadang pula sampai 20 hari 20 malam lambat-laun bertambah lama
lah beliau mengasingkan diri di sana kadang-kadang sampai satu bulan bahkan
kadang-kadang lebih dari 1 bulan demikianlah seterusnya berbulan-bulan lamanya
beliau berbuat demikian selama itu maksud dan tujuan beliau tidak lain melainkan
hendak menenangkan jiwa menjernihkan pikiran dan perasaan menjauhkan
pandangan dan memperhatikan adanya kekotoran duniawi Pada masa itu
Sebagaimana telah kami Uraikan di atas dan selanjutnya hendak mencari kebenaran
yang Hakiki Kebenaran yang sejati di samping itu tentu saja beliau selama itu dengan
mengerjakan Ibadah ibadah yang beliau ketahui menurut syariat para nabi yang
sebelumnya bukan ibadah yang biasa dikerjakan oleh umumnya bangsa Arab pada
masa itu.

Setelah 6 bulan lamanya beliau berkhalwat dan bertahanus di Gua Hira


tersebut, usia Beliau di kala itu sudah masuk tahun yang ke-40, maka beliau bertanya
kepada diri sendiri atas perbuatannya yang telah sekian lama dikerjakan itu. Beliau
sendiri dalam hati kecilnya merasa khawatir terhadap apa yang telah dikerjakannya
selama berhaluan itu khawatir atas dirinya sendiri, kalau kalau dirinya tergoda atau
mendapat godaan dari jin sebagaimana kebiasaan orang yang berhaluan
menyembunyikan diri di dalam gua-gua dan di tempat-tempat yang sunyi.

Dengan pertolongan Allah, seketika itu beliau dapat membaca apa yang telah
dibacakan oleh orang yang belum pernah dikenal dan yang mengaku bernama Jibril
itu. antara kedatangan Jibril tadi adalah dengan tiba-tiba dan sangat mengejutkan
serta dengan suara yang sangat keras, lebih lebih selama itu beliau belum pernah
mengenalnya, maka beliau terbangun dengan penuh rasa terkejut, hatinya berdebar-
debar, tubuhnya gemetar, lebih-lebih pada waktu dan sesudah beliau dipeluk dengan
sekeras-kerasnya. Seluruh badan beliau terus gemetar dan dalam hati beliau ada rasa
ketakutan, barangkali di dalam gua yang sempit itu akhirnya

7
beliau mencari jalan keluar, keluar dari gua itu, dan berjalan menuruni Bukit itu
dengan penuh rasa khawatir dan takut. Kemudian riwayat pertama kali Nabi SAW
menerima wahyu dari hadirat Allah Yang diantar dan disampaikan kepada beliau
dengan perantaraan Malaikat Jibril. Pada malam hari itulah, beliau menerima
pengangkatan dan penetapan dari hadirat-Nya menjadi Nabi dan Rasul Nya yang
terakhir, untuk menyampaikan risalah kepada segenap umat manusia dan sebagai
rahmat bagi alam semesta.

C. Melakukan Dakwah Secara Rahasia Dan Terang-Terangan


a. Dakwah Secara Rahasia

Sangat lumrah jika Rasulullah SAW. menampakkan islam pada awal mulanya
kepada orang yang paling dekat dengan beliau, anggota keluarganya dan sahabat-
sahabat karib beliau. Beliau menyeru mereka kepada Islam, juga menyeru siapapun
yang di rasa memiliki kebaikan, yang sudah beliau kenal secara baik dan mereka pun
mengenal beliau secara baik, yaitu mereka yang memang diketahui mencintai
kebaikan dan kebenaran, mengenal kejujuran dan kelurusan beliau. 3 Karena adanya
berbagai penindasan, Rasulullah Saw. Melarang kaum muslim untuk menampakkan
keislaman mereka, baik dalam perkataan maupun perbuatan. Mereka juga dilarang
berkumpul. Kecuali secara sembunyi-sembunyi, barangkali ada orang orang yang
ingin masuk islam, tetapi takut disiksa. Oleh karena itu, Rasulullah Saw.
Memerintahkan para sahabatnya untuk menyembunyikan agama, ibadah, dan
kegiatan berkumpul. Mereka melakukan semua itu secara sembunyi-sembunyi dan
berkumpul dirumah Al-Arqam bin Abu Al-Arqam untuk mendengarkan wahyu yang
turun kepada Rasulullah Saw. Mereka merencanakan kegiatan dakwah jauh dari
penglihatan dan pengawasan orang-orang Quraisy.

3
Syaikh Shafiyyurrahman Al-Mubarakfuri, Sirah Nabawiyah, Pustaka Al-Kautsar, Jakarta, 2012,
hlm. 73.

8
Sementara itu, Rasulullah Saw. Tetap berdakwah dah beribadah secara terang-
terangan. Karena itu, beliau menerima berbagai siksaan seorang diri hingga tiga tahun
lamanya. Namun, Allah Swt. menurunkan ayat-ayat yang memberi tahun Rasulullah
Saw. tentang kedudukan beliau disisi Tuhan hingga beliau terhibur dan selanjutnya
beliau menghibur para sahabatnya.

b. Dakwah Secara Terang-Terangan

Ketika islam telah memiliki kekuatan yang dibentuk oleh Rasulullah Saw.
dalam waktu tiga tahun, dan kekuatan ini siap menegakkan islam dengan izin Allah
Swt. memerintahkan Rasulullah Saw. untuk berdakwah secara terang-terangan.
Kemudian Rasulullah Saw. keluar dan mendaki Bukit Shafa memanggil orang-orang
Quraisy. Sebagian mereka berkumpul dan Rasulullah berkata kepada mereka,
“Bagaimana pendapat kalian seandainya aku beritakan bahwa ada segerombolan
kuda dilembah yang akan menyerbu. Apakah kalian percaya padaku?” mereka
berkata, “kami percaya kepadamu. Engkau tidak pernah berdusta kepada kami.
Rasulullah berkata, “sesungguhnya aku memberikan peringatan bagi kalian. Di
hadapan ku ada siksa yang pedih.” Abu Lahab berkata, “Celakalah engkau. Apakah
untuk ini engkau mengumpulkan kami?”.

Demikianlah kelakuan orang yang batil. Mereka membenarkan orang yang


sepaham dengan mereka walaupun ia berdusta dan mendustakan orang yang
berlawanan dengan mereka walaupun dengan benar. Allah Swt. menurunkan firman-
Nya. Binasalah kedua tangan abu lahabdan sesungguhnya dia akan binasa. Tidaklah
berfaedah kepadanya harta benda dan apa yang dia usahakan. Kelak dia akan
masuk kedalam api yang bergejolak. Dan (begitu pula) istrinya, pembawa kayu
bakar. Yang di lehernya ada tali dari sabut (QS.Al-Lahab [111]: 1-5).4

4
Syaikh Abdurrahman Ya’qub, Pesona Akhlak Rasulullah SAW, Mizan Pustaka, 2006, hlm. 66-68.

9
D. Hijrah Nabi Muhammad Dari Makkah Ke Madinah

Setelah Nabi Muhammad kehilangan perlindungan di Makkah, beliau kemudian


mencoba mencari perlindungan kepada Ath-Tha’if. Barangkali karena Nabi
Muhammad beranggapan bahwa ath-Thaif adalah rival dagang orang-orang di
Makkah, maka beliau mengira akan mendapat dukungan dari ath-Thaif. Namun,
ternyata Nabi Muhammad justru mendapat penolakan dan menerima perlakuan buruk
dari orang-orang kaum Thaif. Bagaimanapun, sebelum kembali ke Makkah, nabi
Muhammad harus mendapatkan perlindungan. Dua permintaan perlindungan yang
beliau kirimkan telah ditolak, dan yang ketiga pada akhirnya direspon dengan baik
oleh pimpinan kabilah Naufal.

Situasi yang tidak memungkinkan bagi Nabi Muhammad untuk menyebarkan


Islam di Makkah membuatnya harus mencari orang lain untuk diajak memeluk islam,
di tempat lain. Kemudian, Nabi Muhammad berdakwah kepada suku-suku arab yang
hidupnya berpindah-pindah, ketika mereka sedang berada di Makkah untuk
melaksanakan haji tahunan namun beliau tidak mendapat tanggapan.

Tidak seperti Makkah yang tidak bisa dijadikan lahan pertanian, Madinah adalah
oasis yang subur di tumbuhi pohon kurma dan biji-bijian. Namun selama beberapa
masa, terjadi perpecahan dan persaingan antar kabilah. Pada tahun 617, hampir semua
kabilah di Madinah terlibat dalam Perang Bu’ats. Kemudian, tercapai kesepakatan
damai, namun masih sangat rentan terjadi peperangan. 5

Pada musim haji tahun 621, dua belas orang Madinah melakukan perjanjian al-
Aqabah pertama, dan berarti pula mereka memeluk islam. Nabi Muhammad
kemudian mengirim utusan ke Madinah bersama mereka untuk mengajarkan tentang
islam. Satu tahun kemudian, pada musim haji tahun 622 M, lebih dari tujuh puluh

5
Ath-Thabari, Muhammad Di Makkah Dan Madinah, IRCiSoD, Yogyakarta, 2019, hlm. 64-66.

10
laki-laki dan satu atau dua perempuan melakukan perjanjian al-Aqabah kedua, atau
disebut perjanjian perang, yang artinya mereka tidak hanya memeluk islam, namun
juga mengambil sumpah untuk melindungi Nabi Muhammad di Madinah
sebagaimana mereka melindungi keluarga mereka.

Perjanjian tersebut membuat Nabi Muhammad dan kaum muslimin Makkah dapat
hijrah ke Madinah. Nabi Muhammad memerintahkan kepada mereka yang ingin
hijrah agar pergi dalam kelompok-kelompok kecil. Selama Nabi Muhammad masih
tinggal di Makkah, beliau masih dalam perlindungan kabilah Naufal. Ketika beliau
meninggalkan Makkah dan selama perjalanan, tentu saja tidak ada yang
melindunginya hingga beliau tiba di Madinah. Inilah alasan kenapa kepergiannya ke
Madinah dilakukan secara rahasia, berlindung di gua, dan kemudian melakukan
perjalanan ke Madinah dengan mengambil rute yang tidak biasa. Strategi Nabi
Muhammad sangat baik hingga akhirnya pada 24 September 622, beliau tiba di
Madinah.

E. Persaudaraan Kaum Anshar dan Kaum Muhajirin

6
Sebagian ulama menjelaskan bahwa hubungan persaudaraan telah terjadi di
Makkah antara Kaum Muhajirin. Al-Baladzuri menjelaskan bahwa sesungguhnya
Nabi Muhammad telah mempersaudarakan antara kaum muslimin di Makkah
sebelum hijrah atas dasar kebenaran dan persamaan. Beliau mempersaudarakan
antara Hamzah dan Zaid bin Haritsah, antara Abu Bakar dan Umar, antara Utsman
bin Affan danAbdurrahman bin Auf, antara Zubair bin Awwam dan Abdullah bin
Mas’ud, antara Ubaidah bin Harits dan Bilal Al-Habsyi, antara Mush’ab bin Umair
dan Sa’ad bin Abi Waqqash,antara Abu Ubaidah bin Al-Jarrah dan Salim budak Abu
Hudzaifah, dan antara Sa’id bin Zaid bin Amr bin Nufail dan Thalhah bin Ubaidillah,
dan beliau dengan Ali bin Abi Thalib.

Ash-Shallabi dan Prof. DR. Ali Muhammad, Sejarah Lengkap Rasulullah SAW. (Jakarta:
6

Pustaka Al-Kautsar, 2012), hlm. 492.

11
Al-Baladzuri (wafat tahun 276 H) merupakan orang pertama yang menjelaskan
adanya persaudaraan di Makkah, kemudian muncul ibnu Abdil Barr (wafat tahun 463
H) walau tidak terus terang menyatakan menukil darinya. Lalu berikutnya Ibnu
Sayyid An-Nas, juga tidak secara lugas menyatakan menukil dari salah satu diantara
keduanya.

Sebab utama terjadinya sebuah ikatan yang kuat antara Muhajirin dan Anshar
yaitu pembentukan sebuah masyarakat yang memegang teguh agama Allah,
kemudian mereka berusaha untuk tidak sebatas dalam ucapan saja tetapi
melakukannya dengan perbuatan. Kemudian menyatukan secara beriringan antara
iman dan amal. Kemudian persaudaraan ini terus berlangsung sampai dibaiatnya Abu
Bakar dan kaum Anshar pun tidak memisahkan diri dari kesatuan umat. Hal ini
disebabkan bahwa prinsip persaudaraan antara Muhajirin dan Anshar merupakan
salah satu bentuk politik Rasulullah untuk menumbuhkan rasa kasih saying antar
sesama.

Sejumlah nama kaum muhajirin dan anshar yang menjalin tali persaudaraan:

Abu Bakar dan Kharijah bin Zuhair, Umar bin Al-Khathab dan Itban bin Malik,
Abu Ubaidah bin Al-Jarrah dan Sa’ad bin Mu’adz, Abdurrahman bin Auf dan Sa’ad
bin Ar-Rabi’, Az-Zubair bin Awwam dan Salamah bin Salamah bin Waqsy, Thalhah
bin Ubaidillah dan Ka’ab bin Malik,Said bin Zaid dan Ubay bin Ka’ab, Mush’ab bin
Umair dan Abu Ayub Khalid bin Zaid, Abu Hudzaifah bin Utbah bin Rabi’ah dan
Ubbad bin Bisyr bin Waqsy, Ammar bin Yasir dan Hudzaifah bin Yaman, Abu Dzar
Al-Ghifari dan Mnndzir dan Amr, Hathib bin Abi Balta’ah dan Uwaim bin Sa’idah,
Salman Al-Farisi dan Abu Darda, Bilal dan Abu Ruwaihah Abdullah bin
Abdurrahman Al-Khats’ami.

F. Fathu Makkah (Penaklukan Besar)

12
7
Suku Khusa’ah bersekutu dengan Nabi, sementara Bani Bakr memilih bersekutu
dengan kaum Quraisy. Kedua suku ini terus berselisih akibat dendam diantara
mereka. Kala suku Khuza’ah meminta bantuan kepada Nabi berjanji akan membantu.
Nabi mempersiapkan penaklukan Makkah dan mengabarkan keinginannya ini kepada
para sahabat.

Kaum Quraisy merasa bersalah karena tindakan beberapa orang bodoh dari
mereka. Diutuslah Abu Sufyan kr Madinah untuk menemui Nabi dan memperbarui
perjanjian. Nabi menolak. Hathib ibn Balta’ah mengetahui rencana keberangkatan
Nabi memerangi Makkah. Ia ingin mengabarkan berita ini kepada penduduk Makkah
melalui sepucuk surat yang dibawa seorang perempuan dari Muzaynah dan
disembunyikan dilipatan rambutnya. Tapi, wahyu turun memberi tahu Nabi tentang
Hathib. Beliau segera mengutus Ali dan Zubayr menangkap Hathib dan perempuan
pembawa surat, dan berhasil,

Nabi berangkat bersama 10 ribu prajurit. Setibanya di Juhfah, daerah dekat


Rabigh, Nabi bertemu pamannya, al-Abbas, yang hendak keluar untuk berhijrah. Saat
Nabi tiba dan berhenti di lembah Zahran, Abu Sufyan Datang. Abbas menemuinya
dan membawanya ke hadapan Nabi, saat itulah Abu Sufyan menyatakan
keislamannya.

Nabi membagi pasukannya menjadi exmpat, masing-masing dibawah pimpinan


Zubayr ibn ‘Awwam, Khalid ibn al-Walid, Sa’d ibn ‘Ubadah, dan Abu ‘Ubaydah al-
Jarrah. Beliau berpesan kepada mereka untuk tidak membunuh kecuali orang yang
memerangi. Pasukan muslim berhasil menaklukan Makkah tanpa peperangan. Hanya
ada sedikit insiden dengan sebagian penduduk Makkah yang menghalangi Khalid ibn
al-Walid. Khalid membunu 13 orang dari mereka, sementara sisanya kabur melarikan
diri. Nabi memasuki Makkah pada Jum’at bulan ramadhan. Usamah ibn Zayd

7
Qasim A. Ibrahim dan Muhammad A.Saleh, Buku Pintar Sejarah Islam (Jakarta: Zaman,
2014), hlm. 81.

13
mengikutinya dari belakang, lalu bersimpuh sujud dan menyatakan keimanannya
kepada Allah berkat keagungan penaklukan tersebut.

Setelah situasi Makkah berangsur tenang dan aman, Nabi bertawaf mengelilingi
Ka’bah sambil menggenggam sebilah kapak. Beliau menghancurkan semua berhala,
lalu meminta kunci Ka’bah dari Utsman ibn Thalhah, Nabi masuk dan shalat di
dalamnya, lalu keluar dan melihat penduduk Makkah sudah menemui Masjidil
Haram.

Nabi memanggil Utsman ibn Thalhah seraya berkata, “Ini kuncimu, Utsman. Ini
hari kebaikan dan pelunasan janji.” Dalam riwayat lain, “Terimalah kuncimu ini
untuk selamanya. Tak seorang pun akan mencabutnya (hak memegang kunci Ka’bah)
kecuali orang zalim.

G. Menjelang Wafatnya Rasul

8
Dua bulan setelah kepulangannya dari ibadah haji Wada’, Nabi mengeluhkan
rasa sakit di kepalanya. Pada masa-masa awal sakit Nabi memaksakan diri untuk
tetap mengimami shalat. Ketika sakitnya bertambah parah, beliau menyuruh Abu
Bakar untuk menggantikan posisinya menjadi imam shalat.

Sakit Nabi semakin parah hingga tiba hari terakhirnya di dunia, yaitu Senin 12
Rabiul Awal 11 H. saat umat islam mengerjakan sholat subuh dengan diimami Abu
Bakar, Nabi membuka Tabir (kelambu) kamar Aisyah. Beliau melihat mereka tengah
berbaris shalat, lalu tersenyum bahagia. Menyadari adanya Nabi, Abu Bakar segera
mundur ke belakang mengira Nabi akan keluar kamar untuk shalat. Anas
menceritakan, “Umat islam sangat senang saat melihat Nabi. Tapi, beliau memberi

Qasim A. Ibrahim dan Muhammad A.Saleh, Buku Pintar Sejarah Islam (Jakarta: Zaman,
8

2014), hlm. 94.

14
isyarat agar mereka melanjutkan shalat. Beliau masuk kembali ke kamar dan menutup
tabir. Setelah itu, beliau tidak keluar lagi pada waktu-waktu shalat berikutnya.

Matahari terbit. Waktu menunggu kematian dimulai. Aisyah sedang


memangku Kepala Nabi. Abdurrahman ibn Abu Bakar masuk dengan membawa
sebatang siwak. Aisyah mengisahkan, “Kepala Nabi sedang di pangkuanku. Aku
melihat nya menatap siwak itu dan aku tahu beliau menginginkannya. “Maukah aku
ambilkan?” tanyaku. Beliau mengangguk tanda setuju. Aku mengambil siwak dan
langsung memberikannya. Tapi, beliau merasa sulit menggunakannya. “Maukah aku
lunakkan untukmu?” Beliau mengangguk lagi. Akupun melunakkan siwak dengan
mengunyahnya sedikit. Di dekat beliau ada bejana berisi air. Beliau mencelupkan
kedua tangannya kadalamnya, lalu mengusap wajahnya sembari berkata, “La ilahailla
Allah, sesungguhnya mati memiliki sakarat (rasa sakit).” Sembari bersiwak, beliau
mengangkat tangan atau jarinya, memusatkan pandangannya keatap, dan bibirnya
bergerak-gerak mengatakan, “Bersama orang-orang yang telah Engkau beri
kenikmatan, yaitu golongan para nabi, kaum syuhada’, dan orang-orang Sholeh. Ya
Allah, karuniakanlah ampunan dan rahmat-Mu kepadaku, dan pertemukanlah aku
dengan Rafiq al-A’la. Ya Allah, pertemukanlah aku dengan Rafiq al-A’la.

Nabi mengulangi kalimat terakhir itu sebanyak tiga kali. Tangannya mulai
melemas. Beliau menjumpai a;-Rafiq al-A’la. Inna lillahi wa inna ilayhi raji’un.
Segala sesuatu milik Allah dan hanya kepada-Nya akan kembali.

15
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

Sembilan bulan, Aminah mengandung dengan tidak mendapat halangan


apapun. Maka, pada Subuh, Senin, 9 Rabi’ul Awwal Tahun Fill ke-1 bertepatan
dengan tanggal 20 April 571 Masehi, lahirlah Nabi Muhammad saw. Dengan
selamat di rumah ibunya di kampung Bani Hasyim di kota Mekah al-Mukarromah.
Dalam riwayat lain dinyatakan: di rumah Abu Thalib. Ketika itu yang menjadi
bidan utuk merawatnya adalah Siti Syifa’, ibu sahabat Abdur Rahman bin Auf r.a.

Sebab utama terjadinya sebuah ikatan yang kuat antara Muhajirin dan
Anshar yaitu pembentukan sebuah masyarakat yang memegang teguh agama
Allah, kemudian mereka berusaha untuk tidak sebatas dalam ucapan saja tetapi
melakukannya dengan perbuatan. Kemudian menyatukan secara beriringan antara
iman dan amal. Kemudian persaudaraan ini terus berlangsung sampai dibaiatnya
Abu Bakar dan kaum Anshar pun tidak memisahkan diri dari kesatuan umat. Hal
ini disebabkan bahwa prinsip persaudaraan antara Muhajirin dan Anshar
merupakan salah satu bentuk politik Rasulullah untuk menumbuhkan rasa kasih
saying antar sesama.

Sejumlah nama kaum muhajirin dan anshar yang menjalin tali persaudaraan:

Abu Bakar dan Kharijah bin Zuhair, Umar bin Al-Khathab dan Itban bin
Malik, Abu Ubaidah bin Al-Jarrah dan Sa’ad bin Mu’adz, Abdurrahman bin Auf
dan Sa’ad bin Ar-Rabi’, Az-Zubair bin Awwam dan Salamah bin Salamah bin
Waqsy, Thalhah bin Ubaidillah dan Ka’ab bin Malik,Said bin Zaid dan Ubay bin
Ka’ab, Mush’ab bin Umair dan Abu Ayub Khalid bin Zaid, Abu Hudzaifah bin
Utbah bin Rabi’ah dan Ubbad bin Bisyr bin Waqsy, Ammar bin Yasir dan

16
Hudzaifah bin Yaman, Abu Dzar Al-Ghifari dan Mnndzir dan Amr, Hathib bin
Abi Balta’ah dan Uwaim bin Sa’idah, Salman Al-Farisi dan Abu Darda, Bilal dan
Abu Ruwaihah Abdullah bin Abdurrahman Al-Khats’ami.

Sakit Nabi semakin parah hingga tiba hari terakhirnya di dunia, yaitu Senin
12 Rabiul Awal 11 H. saat umat islam mengerjakan sholat subuh dengan diimami
Abu Bakar, Nabi membuka Tabir (kelambu) kamar Aisyah. Beliau melihat mereka
tengah berbaris shalat, lalu tersenyum bahagia. Menyadari adanya Nabi, Abu
Bakar segera mundur ke belakang mengira Nabi akan keluar kamar untuk shalat.
Anas menceritakan, “Umat islam sangat senang saat melihat Nabi. Tapi, beliau
memberi isyarat agar mereka melanjutkan shalat. Beliau masuk kembali ke kamar
dan menutup tabir. Setelah itu, beliau tidak keluar lagi pada waktu-waktu shalat
berikutnya.

B. SARAN

17
DAFTAR PUSTAKA

Chalil. Moenawar, 2006. Kelengkapan Tarikh Nabi Muhammad SAW. Jakarta: Gema
Insani.

Ath-Thabari. 2019. Muhammad Di Makkah Dan Madinah.Yogyakarta: IRCiSoD.

Ibrahim, Qasim A. Muhammad A.Saleh. 2014. Buku Pintar Sejarah Islam. Jakarta:
Zaman.

Ash-Shallabi. Prof.DR. Ali Muhammad. 2012. Sejarah Lengkap Rasulullah SAW.


Jakarta: Pustaka Al-Kautsar.

Ya’qub, Syaikh Abdurrahman. 2006. Pesona Akhlak Rasulullah SAW. Bandung: PT


Mizan Pustaka.

Al-Mubarakfuri, Syaikh Shafiyyurahman. 1997. Sirah Nabawiyah. Jakarta: Pustaka


Al-Kautsar.

Ahmad, Mahdi Rizqullah. 2005. Biografi Rasulullah. Jakarta: Qisthi Press.

18

Anda mungkin juga menyukai