Anda di halaman 1dari 7

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Diabetes Melitus ( DM ) merupakan kelompok penyakit metabolik

yang terjadi akibat ketidaknormalan sekresi insulin atau keduanya dengan

karakteristik hiperglikemia ( ADA ,2010) atau kondisi kronis yang ditandai

dengan peningkatan konsentrasi glukosa darah disertai munculnya gejala

utama yang khas,yakni urine yang berasa manis dalam jumlah yang

besar.Terdapat empat kategori Diabetes Melitus,yaitu : Diabetes Militus

Tipe I,Diabetes Militus Tipe 2,Diabetes Gestasional, Diabetes Tipe Kusus

lain (Bilous dan Donelly, 2014).Diabetes Melitus Tipe 2 adalah merupakan

suatu kelompok penyakit metabolik dengan karakteristik hiperglikemia

yang menjadi karena kelainan sekresi insulin,kerja insulin atau kedua

duanya (PERKENI,2015 )

Internasional Diabetes Federation ( IDF ) menyebutkan bahwa

prevalensi Diabetes Melitus di dunia adalah 1,9 % dan telah menjadikan

Diabetes Militus sebagai penyebab kematian urutan ke tujuh di dunia

sedangkan tahun 2012 angka kejadian Diabetes Melitus di dunia adalah

sebanyak 371 jiwa dimana proporsi kejadian Diabetes Melitus Tipe 2 adalah

95% dari populasi dunia yang menderita Diabetes Melitus.Angka kasus

Diabetes Militus pada tahun 2011 terdapat 366 juta penduduk dunia
2

menderita Diabetes Miletus Tipe 2 dan 71,4 juta diantaranya berasal dari

Asia Tenggara (WHO,2011)

Berbagai penelitian Epidemologi menunjukan adanya

kecendurungan peningkatan angka inseden dan prevalensi Diabetes Melitus

Tipe 2 di berbagai penjuru dunia, termasuk Indonesia yang setiap tahunnya

mengalami kenaikan pada penderita Diabetes Melitus Tipe 2 yang begitu

fantastis. Menurut International Diabetes Federasi (IDF) pada tahun 2013

penderita Diabetes Melitus Tipe 2 berjumlah 8.554.155 kasus, hal ini

menjadikan Indonesia urutan ke 7 di dunia. Sedangkan pada tahun 2015

menurut PERKENI, menagatakan bahwa jumlah penderita Diabetes Melitus

Tipe 2 di Indonesia telah menjadi 9,1 juta kasus, Indonesia di sebut sebut

telah bergeser naik dari peringkat 7 menjadi peringkat 5 terbanyak di dunia.

Kemudian di tahun 2016 jumlah penderita Diabetes Melitus Tipe 2 naik lagi

sehingga menduduki urutan ke empat di dunia, setelah India, Cina, dan

Amerika Serikat (WHO). WHO juga memprediksi kenaikan jumlah

penderita Diabetes Melitus Tipe 2 di Indonesia dari 8,4 juta pada tahun 2000

menjadi sekitar 21,3 juta pada tahun 2030. Laporan ini menunjukan adanya

peningkatan jumlah penderita Diabetes Melitus Tipe 2 sebanyak 2-3 kali

lipat pada tahun 2035.

Laporan dari Badan Penelitian dan Pemgembangan Kesehatan

Kementrian Kesehatan (RISKESDAS) tahun 2013 menyebutkan di

Indonesia terjadi peningkatan prevalensi pada penderita Diabetes Melitus

Tipe 2 yang diperoleh berdasarkan wawancara yaitu 1,1% pada tahun 2007

menjadi 1,5% pada tahun 2013. Sedangkan prevalansi Diabetes Melitus


3

Tipe 2 berdasarkan Diagnosis Dokter atau gejala pada tahun 2013 sebesar

2,1% dengan prevelensi terdiagnosis dokter tertinggi pada daerah Sulawesi

Tengah (3,7%) dan yang paling rendah pada daerah Jawa Barat (0,5%).

Prevalensi penderita Diabetes Melitus Tipe 2 cenderung mengalami

peningkatan pada laki-laki, sesuai pertambahan usia dan cenderung

mengalami penurunan pada usia ≥ 65 tahun (Riskesdes, 2013)

Berdasarkan Profil Kesehatan di Kabupaten Cilacap, bahwa data dari

Dinas Kesehatan Kabupaten Cilacap pada tahun 2015. Diabetes Melitus

Tipe 2 adalah 2.209 kasus dan meningkat menjadi 4.283 kasus pada tahun

2016. Peningkatan jumlah penderita Diabetes Melitus Tipe 2 berkaitan

dengan banyak factor menurut American Diabetes Association (ADA)

bahwa Diabetes Melitus memiliki factor resiko yang tidak dapat diubah

meliputi jenis kelamin, riwayat keluarga dengan Diabetes Melitus, umur ≥

45 tahun, etnik, riwayat melahirkan bayi dengan berat badan lahir bayi ≥

4000 gr atau pernah menderita Diabetes Melitus Gestasional dan riwayat

lahir dengan berat badan rendah <2,5 Kg. Faktor resiko yang dapat dirubah

meliputi obesitas berdasarkan IMT ≥ 25 Kg/m² atau lingkar perut > 80 cm

pada wanita dan ≥ 90 cm pada laki-laki, kurangnya aktifitas fisik, hipertensi,

disiplidemia dan diet tidak sehat.

Indeks Massa Tubuh (IMT) merupakan alat yang sederhana untuk

memantau status gizi orang dewasa yang berkaitan dengan kekurangan dan

kelebihan berat badan (Supariasa, 2001). Risiko kejadian hipertensi

meningkat sampai 2,6 kali pada laki-laki obesitas dan meningkat 2,2 kali

pada wanita obesitas dibanding subyek dengan berat badan normal (Wilson
4

et al., 2007).

Obesitas diseluruh dunia meningkat 2 kali lipat sejak tahun 1980.

Tahun 2008 sebesar 1,4 milliar orang dewasa mengalami kelebihan berat

badan dan 11% mengalami obesitas. Angka kematian akibat obesitas

mencapai 65 % (WHO, 2011). Prevalensi obesitas di Indonesia sebesar 7,2

% pada laki-laki, 10,4 % di kalangan perempuan. Angka kejadian obesitas

lebih tinggi di daerah perkotaan sebesar 10,8 % dibanding daerah pedesaan

7,5 % (PERSAGI, 2010). Delapan puluh delapan persen orang dewasa

berusia lebih dari 15 tahun mengalami kelebihan berat badan dan 10,3 %

obesitas (Sugiyanti, 2009)

Berbagai macam cara dan upaya telah diusahakan oleh pemerintah

untuk mengendalikan penyakit Diabetes Melitus Tipe 2.Salah satu program

pemerintah saat ini adalah dengan mengadakan Program Pengelolaan

Penyakit Kronis (Prolanis).Prolanis adalah suatu sistem pelayanan

kesehatan dan pendekatan proaktif yang dilaksanakan secara terintegrasi

yang melibatkan peserta fasilitas kesehatan dan BPJS kesehatan dalam

rangka memelihara kesehatan bagi pserta BPJS kesehatan yang menderita

penyaklit kronis umtuk mencapai kualitas hidup yang optimal dengan biaya

pelayanan ysng efektif dan efisien ( buku panduan praktis Prolanis 2014)

Data dari BPJS Berdasarkan rekapitulasi peserta terdaftar pada

Primary Care ( Pcare) di Puskesmas Cilacap Selatan I terdapat 18.414

peserta.Dimana dari hasil skrining Riwayat Kesehatan di tahun 2020 jumlah


5

peserta prolanis saat ini terdapat 258 peserta.Dalam pelaksanaan prolanis

dengan melakukan rekapitulasi data pemeriksaan status kesehatan peserta

meliputi pemeriksaan GDP,GDPP,Tekanan Darah, IMT, HbA1C Dari hasil

pencatatan status kesehatan di dapat hasil diagnosa DM Tipe 2 sebanyak

180 (69,7.%) penderita,Hipertensi sebanyak 25 (9,7%) penderita

sedangkan Kombinasi DM Tipe 2 dan HT ada 53 (20,6 % )penderita.Peserta

aktif saat ini berjumlah 113 peserta.Peserta yang datang berkunjung ke

Faskes untuk malakukan pemeriksaan rutin seperti pemeriksaan

BB,TB,Tekanan Darah dan Gula Darah sesuai dengan jadwal yang telah

ditentukan.Dari hasil pemeriksaan peserta akan mendapat obat untuk 1

bulan konsumsi sampai kunjungan bulan berikutnya.Dari data kunjungan

pasien,rata rata terdapat ketidak stabilan tekanan darah tiap kali kunjungan

ke ke puskesmas Cilacap Selatan I,dengan hasil Gula Darah yang normal.

Berdasarkan Permasalahan di atas peneliti tertarik untuk

melakukan penelitian tentang hubungan ketidak stabilan Tekanan Darah

pada Penderita DM Tipe 2 Terkontrol diilihat dari faktor modifiable ( IMT

dan Kolerterol )

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang di atas maka rumusan masalah

penelitian adalah “ Bagaimana Hubungan IMT dan Kolesterol terhadap

Tekanan Darah pasien Prolanis Dengan DM Tipe 2 Terkontrol di

Puskesmas Cilacap Selatan I ? “


6

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Mengetahui hubungan antara IMT dan Kolesterol terhadap

Tekanan Darah pada pasien Prolanis dengan DM Tipe 2 Terkontrol di

puskesmas Cilacap Selatan I.

2. Tujuan Khusus

a. Mengetahui Pengaruh IMT terhadap Tekanan Darah pada pasien

Prolanis dengan DM Tipe 2 Terkontrol di puskesmas Cilacap

Selatan I

b. Mengetahui Pengaruh Kolesterol terhadap Tekanan Darah pada

pasien Prolanis dengan DM Tipe 2 Terkontrol di puskesmas

Cilacap Selatan I

D. Manfaat Penelitian

Ada beberapa manfaat dari Penelitian ini.antara lain:

1. Manfaat Teoritis

Dapat memberikan informasi mengenai hubungan antara IMT dan

kolesterol terhadap Tekanan Darah pada. pasien Prolanis dengan DM

Tipe 2 Terkontrol

2. Manfaat Aplikatif

a. Dapat digunakan sebagai informasi dalam hal meningkatkan

kontrol berat badan yang berpengaruh terhadap tekanan darah pada

pasien Dengan DM Tipe 2 terkontrol.


7

b. Diharapkan mampu mengurangi angka morbiditas dan mortalitas

komplikasi DM akibat Obesitas dan hipertensi

Anda mungkin juga menyukai