Anda di halaman 1dari 31

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Manusia adalah sumber dan objek persoalan yang besar dan memang pantas

untuk dipersoalkan. Penelitian membuktikan bahwa keagungan manusia tidak ada

bandingannya. Hakikatnya manusia yaitu, manusia dalam eksistensi dan aktivitasnya,

dicirikan oleh sejumlah tingkat. Kesatuan dari tingkat-tingkat eksistensi manusia

kemudian dikembangkan lebih lanjut oleh kenyataan bahwa jiwa rohani juga

merupakan prinsip eksistensi kegiatan vegetatif dan inderawi manusia dan bersama

dengan tubuh membentuk suatu eksistensi, yang menentukan harkat sejati manusia

adalah martabat moralnya, bukan prestasi atau ketrampilan yang dimiliki. Demi

mencapai kematangan moral secara penuh, manusia harus bekerja dalam dunia

material.

Komunitas adalah tempat kehidupan sosial manusia. Tanpa adanya komunitas,

manusia tidak akan mampu mencapai perkembangannya yang penuh. Maka dari itu,

setiap individu harus memberikan sumbangannya dalam kesejahteraan umum, atau

dalam kata lain adalah berperan aktif dalam setiap lini kehidupan. Berdasarkan uraian

Konsep Teori dan Manusia yang telah disampaikan di atas maka manusia tidak bisa

terlepas dari sebuah kegiatan atau pekerjaan dalam dunia material serta manusia tidak

dapat terlepas dari sebuah komunitas atau kelompok, dalam hal ini premis atau gejala

yang di angkat adalah manusia yang bekerja di perusahaan. Bicara mengenai

perusahaan atau kelompok maka tidak pula terlepas dari suatu kepemimpinan.

Kepemimpinan merupakan inti dari manajemen suatu perusahaan atau suatu

organisasi, demikian juga halnya dengan seluruh sumber daya atau karyawan yang ada

1
di dalam suatu perusahaan. Demikian pentingnya peranan kepemimpinan dalam

perusahaan, sehingga dapat dikatakan bahwa sukses atau tidaknya suatu perusahaan

ditentukan oleh pemimpin dalam suatu perusahaan.

Pada umumnya antara pemimpin dan karyawan latar belakang dan lingkungan

hidup yang berbeda, perbedaan ini tentunya mempunyai konsekuen pula terhadap

kebutuhannya, sehingga para karyawan mau melibatkan diri dalam proses kerja yang

mereka laksanakan. Karyawan umumnya mempunyai motivasi untuk mendapatkan

sesuatu melalui proses kerja atau aktivitas yang dilakukan jika sesuatu yang

diinginkannya tersebut terpenuhi, maka akan menimbulkan perasaan senang dan

apabila tidak terwujud maka akan menimbulkan perasaan kecewa. Bila keadaan ini

sampai terjadi akan membawa dampak negatif baik bagi dirinya maupun pada

perusahaan, maka dalam hal ini sangat diperlukan kemampuan manajemen dalam

mengendalikan perusahaan tersebut.

PT Chubb Safes Indonesia adalah salah satu perusahaan yang akan kita bahas

hal kepemimpinan di dalamnya. Sejarah perusahaan dimulai pada tahun 1818 yang

mendesain dan memproduksi brankas dan berbagai jenis kunci untuk bank dan institusi

keuangan. Pada tahun 1835 Chubb bersaudara mempatenkan brankas pertamanya, dan

dilanjutkan dengan inovasi diagonal bolt system untuk gembok pada tahun 1847, yang

kemudian juga diaplikasikan pada brankas. Pada tahun 1973, mendirikan PT Chubb

Lips Indonesia di Indonesia Aksi ini dilanjutkan dengan pembangunan pabrik pada

tahun 1980, kemudian namanya berganti menjadi PT Chubb Safes Indonesia.

2
Gambar 1.1 Sejarah PT Chubb Safes Indonesia

Kepemimpinan yang berjalan didalam roda perusahaan tersebut memang tidak

bersifat tetap karna mengikuti individu yang menduduki kursi pimpinan baik dari tahap

level manajer pertama hingga tingkat akhir tertinggi. Mengenai hal ini, penulis

mendapatkan informasi kepemimpinan yang berjalan di perusahaan tersebut langsung

dari narasumber yang pernah menjadi karyawan perusahaan tersebut. Dari informasi

yang didapat dari narasumber, kepemimpinan yang terjadi saat itu adalah menganut tipe

kepemimpinan yang otoriter dan semi paternalistik.

Pimpinan dalam setiap organisasi mempunyai peranan, setiap pekerjaan

membawa serta harapan bagaimana penanggung peran berprilaku. Fakta bahwa

organisasi mengidentifikasikan pekerjaan yang harus dilakukan dan perilaku peran

yang diinginkan yang berjalan dengan pekerjaan tersebut, juga mengandung arti bahwa

harapan mengenai peran penting dalam mengatur perilaku bawahan. Menurut Terry

(2010 : 192) kepemimpinan adalah suatu pertumbuhan alami orang-orang yang

berserikat untuk suatu tujuan dalam suatu kelompok. Kebanyakan orang menginginkan

seseorang untuk menentukan apa yang harus diperbuat dan bagaimana membuatnya.

Seorang pemimpin menerima tanggung jawab dan berhasrat untuk menjalankan

keputusan untuk persoalan-persoalan itu. Pemimpin juga menjalankan sebuah fungsi

lainnya, yang sangat penting.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas maka rumusan masalah dalam makalah ini

adalah :

1. Apa saja gaya kepemimpinan yang terdapat di PT Chubbsafes Indonesia?

3
2. Bagaimana pengaruh positif dan negarif gaya kepemimpinan yang terdapat di PT

Chubbsafes Indonesia?

1.3 Tujuan Makalah

Tujuan makalah ini jika melihat dari rumusan masalah di atas adalah sebagai

berikut ini :

1. Untuk mengetahui gaya kepemimpinan yang terdapat di PT Chubbsafes Indonesia.

2. Untuk mengetahui pengaruh positif dan negarif gaya kepemimpinan yang terdapat

di PT Chubbsafes Indonesia.

1.4 Manfaat Makalah

Manfaat dari makalah ini yaitu sebagai berikut :

1. Bagi penulis

Bermanfaat sebagai pemenuhan atau penyelesaian tugas mata kuliah

“………….”

2. Bagi rekan-rekan STIE Pertiwi

Bermanfaat sebagai tambahan referensi dan gambaran teori mengenai gaya

kepemimpinan.

4
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi gaya kepemimpinan

Secara harfiah kepemimpinan atau leadership berarti adalah sifat, kapasitas dan

kemampuan seseorang dalam memimpin. Arti dari kepemimpinan sendiri sangat luas

dan bervariasi berdasarkan para ilmuwan yang menjelaskannya. Gaya tersebut bisa

berbeda – beda atas dasar motivasi, kuasa ataupun orientasi terhadap tugas atau orang

tertentu. Diantara beberapa gaya kepemimpinan, terdapat pemimpin yang positif dan

negatif, dimana perbedaan itu didasarkan pada cara dan upaya mereka memotivasi

bawahannya. Apabila pendekatan dalam pemberian motivasi ditekankan pada imbalan

atau reward (baik ekonomis maupun nonekonomis) berarti telah digunakan gaya

kepemimpinan yang positif. Sebaliknya jika pendekatannya menekankan pada

hukuman atau punishment, berarti dia menerapkan gaya kepemimpinan negatif.

Pendekatan kedua ini dapat menghasilakan prestasi yang diterima dalam banyak situasi,

tetapi menimbulkan kerugian manusiawi.

Berikut ini merupakan definisi gaya kepemimpinan yang dijelaskan oleh

beberapa ahli :

1. Menurut Thoha (2013:49) bahwa Gaya Kepemimpinan merupakan norma

perilaku yang digunakan oleh seseorang pada saat orang tersebut mencoba

mempengaruhi perilaku orang lain seperti yang ia lihat.

5
2. Menurut Rivai (2014:42) menyatakan Gaya Kepemimpinan adalah sekumpulan

ciri yang digunakan pimpinan untuk memengaruhi bawahan agar sasaran

organisasi tercapai.

3. Rivai dan Sagala (2013:42) menyatakan Gaya kepemimpinan adalah

sekumpulan ciri yang digunakan pimpinan untuk memengaruhi bawahan agar

sasaran organisasi tercapai atau dapat pula dikatakan bahwa gaya

kepemimpinan adalah pola perilaku dan strategi yang disukai dan sering

diterapkan oleh seorang pemimpin. Gaya kepemimpinan yang menunjukkan,

secara langsung maupun tidak langsung, tentang keyakinan seorang pimpinan

terhadap kemampuan bawahannya.

4. Kepemimpinan menurut Ordway Tead adalah kegiatan atau aktivitas yang

mempengaruhi orang-orang agar bekerjasama untuk mencapai tujuan yang

mereka inginkan (Kartono, 2003).

5. Berdasarkan pendapat Anoraga dan Widiyanti (2003), kepemimpinan

merupakan hubungan dimana satu orang yakni pemimpin mempengaruhi pihak

lain untuk bekerja sama secara suka rela dalam usaha mengerjakan tugas-tugas

yang berhubungan untuk mencapai hal yang diinginkan oleh pemimpin tersebut

Berdasarkan pengertian dari para ahli di atas, maka disimpulkan bahwa gaya

kepemimpinan adalah salah satu cara yang dipergunakan oleh seorang pemimpin dalam

mempengaruhi, mengarahkan dan mengendalikan perilaku orang lain untuk mencapai

suatu tujuan.

2.2 Teori Gaya Kepemimpinan

6
Definisi dari gaya kepemimpinan telah mengalami perubahan akan

perkembangan dan pergeseran. Dalam era lama gaya kepemimpinan diartikan sebagai

gaya kemampuan dan kesiapan yang dimiliki seseorang untuk mempengaruhi orang

lain, dengan memotivasi, menggerakkan, mengarahkan, mengajak, menuntun dan jika

perlu memaksa mereka untuk melakukan atau tidak melakukan sesuatu. Dalam era baru

gaya kepemimpinan diartikan secara lebih luas, bukan sekedar kemampuan

mempengaruhi, yang lebih penting adalah kemampuan memberi inspirasi kepada pihak

lain, agar mereka secara proaktif tergugah untuk melakukan berbagai tindakan demi

tercapainya visi, misi dan tujuan organisasi.

Berikut ini adalah teori-teori yang menjelaskan mengenai jenis-jenis gaya

kepemimpinan sebagaimana disampaikan oleh beberapa ahli :

1. Teori Kontingensi Kepemimpinan

Model kontigensi Fielder (Robbins 2015) mengidentifikasi bahwa Gaya

Kepemimpinan mempunyai faktor kunci dalam keberhasilan kepemimpinan yaitu

gaya kepemimpinan dasar individu. Filder mengasumsikan jika sebuah situasi

mensyaratkan seorang pemimpin untuk berorientasi pada tugas dan orang yang ada

dalam posisi kepemimpinan tersebut adalah yang berorientasi pada hubungan,

salah satu situasi harus dimodifikasi atau pemimpin harus digantikan untuk

mencapai efektivitas yang optimal.

Fielder (Robbins 2015) mengidentifikasi tiga dimensi kontigensi atau

situasional yang meliputi :

1. Hubungan pemimpin-anggota adalah derajat kepercayaan diri, kepercayaan

dan menghormati yang mana para anggota miliki dalam diri pemimpinin

mereka.

7
2. Struktur tugas adalah keadaan yang mana penugasan pekerjaan dibuatkan

prosedur ( yaitu, terstruktur atau tidak terstrktur).

3. Kekuatan posisi adalah derajat dari pengaruh seorang pemimpin yang

memiliki variabel kekuatan yang lebih seperti merekrut, memecat, disiplin,

mempromosikan dan menaikan gaji. Dalam tiga variable ini Filder

menyatakan bahwa semakin baik hubungan pemimpin dan anggota maka

semakin tinggi pula pekerjaan menjadi terstruktur, dan semakin kuat kekuatan

posisi maka semakin tinggi kendali yang dimiliki oleh pemimpin

2. Teori Kepemimpinan Path Goal

Teori ini dikembangkan oleh Robert House dalam Robbins (2015), yang

menyatakan bahwa tugas dari pemimpin untuk membantu para pengikut dalam

memperoleh tujuan mereka dan untuk menyediakan pengarahan atau dukungan

untuk memastikan bahwa tujuan mereka sesuai dengan keseluruhan tujuan dari

kelompok atau organisasi. Robert House dalam Robbins (2015) menggabungkan

empat tipe atau gaya kepemimpinan yang utama, yaitu :

1. Kepemimpinan direktif. Gaya ini serupa dengan gaya pemimpin otoriter lippit

dan white. Bawahan mengetahui dengan pasti apa 8 yang diharapkan dari

mereka dan pemimpin memberikan pengarahan yang spesifik. Tidak ada

partisipasi dari bawahan.

2. Kepemimpina suportif. Gaya kepemimpinan ini memiliki sikap ramah, mudah

didekati dan menunjukkan perhatian tulus untuk bawahan.

3. Kepemimpinan partisipatif. Pemimpin meminta dan menggunakan saran dari

bawahan, tetapi masih membuat keputusan.

8
4. Kepemimpinan berorientasi pada prestasi. Pemimpin mengatur tujuan yang

menantang bawahan untuk menunjukkan kepercayaan diri mereka bahwa

mereka akan mencapai tujuan dan memiliki kinerja yang lebih baik.

3. Teori Pertukaran Pemimpin- Anggota ( Leader Member Exchange)

Suatu teori yang mendukung penciptaan para pemimpin didalam kelompok

dan diluar kelompok dan diluar kelompok; para bawahan dengan status didalam

kelompok yang akan memiliki peringkat kinerja yang lebih tinggi, tingkat

perputaran pekerja yang rendah dan kepuasan kerja yang lebih tinggi.

1. Gaya kepemimpinan kharismatik

Teori menurut Robbins (2015) mengemukakan bahwa para pengikut

terpacu kemampuan kepemimpinan yang heroik atau yang 9 luar biasa ketika

mereka mengamati perilaku-perilaku tertentu pemimpin mereka

2. Gaya Kepemimpinan Transformasional

Model Gaya Kepemimpinan Transformasional dalam Robbins (2015)

mengidentifikasi bahwa para pemimpin yang menginspirasi 10 para

pengikutnya untuk melampaui kepentingan diri mereka sendiri dan yang

berkemampuan untuk memiliki pengaruh secara mendalam dan luar biasa

terhadap para pengikutnya

3. Teori X dan Y

Menurut Gregor dalam Winardi (2001 : 156) mengemukakan dua pasang

asumsi manusia, yang menurut anggapannya dipengaruhi oleh tindakan para

pemimpin yang bersifat otoraktis dan pemimpin yang bersifat toleran. Teori itu

dikenal dengan teori X dan Y.

9
Para pemimpin yang teori X menggunakan asumsi sebagai berikut :

1. Manusia rata-rata tidak menyukai pekerjaan dan apabila mungki mereka

menghindarinya. Karena sifat keengganan manusia untuk bekerja maka

kebanyakan orang harus dipaksa, dibina dan diancam dengan hukuman agar

mereka cukup berusaha kearah pencapaian sasaran organisasi.

2. Manusia rata-rata suka dipimpin, cendrung menghindari tanggung jawab,

relatif tidak memiliki banyak ambisi, dan sangat diutamakan mereka adalah

kepastian.

Sedangkan anggapan teori Y adalah sebagai berikut:

1. Penggunaan usaha fisik dan mental dalam bekerja adalah kodrat manusia,

seperti istirahat dan bermain.

2. Pengawasan dan ancaman hukuman eksternal bukanlah satu-satunya cara

untuk mengarahkan usaha pencapaian tujuan organisasi. Orang melakukan

pengendalian diri dan pengarahan diri untuk mencapai tujuan yang telah

disetujuinya.

3. Keterikan pada tujuan merupakan fungsi dari penghargaan yang berhubungan

dengan prestasi mereka.

4. Rata-rata manusia, dalam kondisi yang layak, belajar tidak hanya untuk

menerima tetapi untuk mencari tanggung jawab.

5. Ada kapasitas besar untuk melakukan imajinasi, kecerdikan dan kreatifitas

dalam menyelesaikan masalah-masalah yang secara luas tersebar pada seluruh

karyawan.

6. Potensi intelektual rata-rata manusia hanya digunakan sebagai saja dalam

kondisi industri moderen

10
2.3 Jenis-Jenis Gaya Kepemimpinan

Gaya kepemimpinan itu sendiri merupakan suatu pola perilaku yang

ditampilkan sebagai pimpinan ketika mencoba mempengaruhi perilaku orang lain. Oleh

karena perilaku yang diperlihatkan oleh bawahan pada dasarnya adalah respon bawahan

terhadap gaya kepemimpinan yang dilakukan pada mereka. Gaya kepemimpinan

lainnya didefinisikan sebagai teknik-teknik gaya kepemimpinan dalam mempengaruhi

bawahannya dalam melaksanakan tugasnya berdasarkan kewenangan dan kekuasaan

untuk melaksanakan fungsi-fungsi manajemen.

Berikut ini adalah jenis-jenis gaya kepemimpinan yang telah disebutkan oleh

beberapa ahli :

1. Gaya Kepemimpinan Otokratis

Gaya ini kadang-kadang dikatakan kepemimpinan terpusat pada diri

pemimpin atau gaya direktif. Gaya ini ditandai dengan sangat banyaknya petunjuk

yang datangnya dari pemimpin dan sangat terbatasnya bahkan sama sekali tidak

adanya peran serta anak buah dalam perencanaan dan pengambilan keputusan.

Pemimpin secara sepihak menentukan peran serta apa, bagaimana, kapan, dan

bilamana berbagai tugas harus dikerjakan. Yang menonjol dalam gaya ini adalah

pemberian perintah.

Pemimpin otokratis adalah seseorang yang memerintah dan menghendaki

kepatuhan. Ia memerintah berdasarkan kemampuannya untuk memberikan hadiah

serta menjatuhkan hukuman. Gaya kepemimpinan otokratis adalah kemampuan

mempengaruhi orang lain agar bersedia bekerjasama untuk mencapai tujuan yang

telah ditentukan dengan cara segala kegiatan yang akan dilakukan semata-mata

diputuskan oleh pimpinan. Adapun ciri-ciri gaya kepemimpinan otokratis adalah

sebagai berikut:

11
1. Wewenang mutlak terpusat pada pemimpin

2. Keputusan selalu dibuat oleh pemimpin;

3. Kebijakan selalu dibuat oleh pemimpin;

4. Komunikasi berlangsung satu arah dari pimpinan kepada bawahan;

5. Pengawasan terhadap sikap, tingkah laku, perbuatan atau kegiatan para

bawahannya dilakukan secara ketat;

6. Tidak ada kesempatan bagi bawahan untuk memberikan saran pertimbangan

atau pendapat;

7. Lebih banyak kritik dari pada pujian, menuntut prestasi dan kesetiaan

sempurna dari bawahan tanpa syarat, dan cenderung adanya paksaan,

ancaman, dan hukuman.

2. Gaya Kepemimpinan Demokratis

Gaya kepemimpinan demokratis adalah kemampuan mempengaruhi orang

lain agar bersedia bekerja sama untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan

dengan cara berbagai kegiatan yang akan dilakukan ditentukan bersama antara

pimpinan dan bawahan.

Gaya ini kadang-kadang disebut juga gaya kepemimpinan yang terpusat

pada anak buah, kepemimpinan dengan kesederajatan, kepemimpinan konsultatif

atau partisipatif. Pemimpin kerkonsultasi dengan anak buah untuk merumuskan

tindakan keputusan bersama. Adapun ciri-cirinya sebagai berikut:

1. Wewenang pemimpin tidak mutlak;

2. Pimpinan bersedia melimpahkan sebagian wewenang kepada bawahan;

3. Keputusan dan kebijakan dibuat bersama antara pimpinan dan bawahan;

12
4. Komunikasi berlangsung secara timbal balik, baik yang terjadi antara

pimpinan dan bawahan maupun sesama bawahan;

5. Pengawasan terhadap sikap, tingkah laku, perbuatan atau kegiatan para

bawahan dilakukan secara wajar;

6. Prakarsa dapat datang dari pimpinan maupun bawahan;

7. Banyak kesempatan bagi bawahan untuk menyampaikan saran, pertimbangan

atau pendapat; Tugas-tugas kepada bawahan diberikan dengan lebih bersifat

permintaan dari pada intruksi;

8. Pimpinan memperhatikan dalam bersikap dan bertindak, adanya saling

percaya, saling menghormati.

3. Gaya Kepemimpinan Delegatif

Gaya Kepemimpinan delegatif dicirikan dengan jarangnya pemimpin

memberikan arahan, keputusan diserahkan kepada bawahan, dan diharapkan

anggota organisasi dapat menyelesaikan permasalahannya sendiri (MacGrefor,

2004). Gaya Kepemimpinan adalah suatu ciri khas prilaku seorang pemimpin

dalam menjalankan tugasnya sebagai pemimpin. Dengan demikian maka gaya

kepemimpinan seorang pemimpin sangat dipengaruhi oleh karakter pribadinya.

Kepemimpinan delegatif adalah sebuah gaya kepemimpinan yang dilakukan oleh

pimpinan kepada bawahannya yang memiliki kemampuan, agar dapat menjalankan

kegiatannya yang untuk sementara waktu tidak dapat dilakukan oleh pimpinan

dengan berbagai sebab. Gaya kepemimpinan delegatif sangat cocok dilakukan jika

staf yang dimiliki memiliki kemampuan dan motivasi yang tinggi. dengan

demikian pimpinan tidak terlalu banyak memberikan instruksi kepada bawahannya,

bahkan pemimpin lebih banyak memberikan dukungan kepada bawahannya.

13
4. Gaya Kepemimpinan Birokratis

Gaya ini dapat dilukiskan dengan kalimat “memimpin berdasarkan

peraturan”. Perilaku pemimpin ditandai dengan keketatan pelaksanaan prosedur

yang berlaku bagi pemipin dan anak buahnya. Pemimpin yang birokratis pada

umumnya membuat keputusan-keputusan berdasarkan aturan yang ada secara kaku

tanpa adanya fleksibilitas. Semua kegiatan hampir terpusat pada pimpinan dan

sedikit saja kebebasan orang lain untuk berkreasi dan bertindak, itupun tidak boleh

lepas dari ketentuan yang ada.

Adapun karakteristik dari gaya kepemimpinan birokratis adalah sebagai

berikut:

1. Pimpinan menentukan semua keputusan yang bertalian dengan seluruh

pekerjaan dan memerintahkan semua bawahan untuk melaksanakannya;

2. Pemimpin menentukan semua standar bagaimana bawahan melakukan tugas;

3. Adanya sanksi yang jelas jika seorang bawahan tidak menjalankan tugas

sesuai dengan standar kinerja yang telah ditentukan.

5. Gaya Kepemimpinan Laissez Faire

Gaya ini mendorong kemampuan anggota untuk mengambil inisiatif.

Kurang interaksi dan kontrol yang dilakukan oleh pemimpin, sehingga gaya ini

hanya bias berjalan apabila bawahan memperlihatkan tingkat kompetensi dan

keyakinan akan mengejar tujuan dan sasaran cukup tinggi.

Dalam gaya kepemimpinan ini, pemimpin sedikit sekali menggunakan

kekuasaannya atau sama sekali membiarkan anak buahnya untuk berbuat sesuka

hatinya. Adapun ciri-ciri gaya kepemimpinan Laissez Faire adalah sebagai berikut:

14
1. Bawahan diberikan kelonggaran atau fleksibel dalam melaksanakan tugas-

tugas, tetapi dengan hati-hati diberi batasan serta berbagai produser;

2. Bawahan yang telah berhasil menyelesaikan tugas-tugasnya diberikan hadiah

atau penghargaan, di samping adanya sanksi-sanksi bagi mereka yang kurang

berhasil, sebagai dorongan;

3. Hubungan antara atasan dan bawahan dalam suasana yang baik secara umum

manajer bertindak cukup baik;

4. Manajer menyampaikan berbagai peraturan yang berkaitan dengan tugas-tugas

atau perintah, dan sebaliknya para bawahan diberikan kebebasan untuk

memberikan pendapatannya.

6. Gaya Kepemimpinan Otoriter / Authoritarian

Adalah gaya pemimpin yang memusatkan segala keputusan dan kebijakan

yang diambil dari dirinya sendiri secara penuh. Segala pembagian tugas dan

tanggung jawab dipegang oleh si pemimpin yang otoriter tersebut, sedangkan para

bawahan hanya melaksanakan tugas yang telah diberikan.

Tipe kepemimpinan yang otoriter biasanya berorientasi kepada tugas.

Artinya dengan tugas yang diberikan oleh suatu lembaga atau suatu organisasi,

maka kebijaksanaan dari lembaganya ini akan diproyeksikan dalam bagaimana ia

memerintah kepada bawahannya agar kebijaksanaan tersebut dapat tercapai dengan

baik. Di sini bawahan hanyalah suatu mesin yang dapat digerakkan sesuai dengan

kehendaknya sendiri, inisiatif yang datang dari bawahan sama sekali tak pernah

diperhatikan.

7. Gaya Kepemimpinan Demokratis / Democratic

15
Gaya kepemimpinan demokratis adalah gaya pemimpin yang memberikan

wewenang secara luas kepada para bawahan. Setiap ada permasalahan selalu

mengikutsertakan bawahan sebagai suatu tim yang utuh. Dalam gaya

kepemimpinan demokratis pemimpin memberikan banyak informasi tentang tugas

serta tanggung jawab para bawahannya.

Tipe kepemimpinan demokratis merupakan tipe kepemimpinan yang

mengacu pada hubungan. Di sini seorang pemimpin selalu mengadakan hubungan

dengan yang dipimpinnya. Segala kebijaksanaan pemimpin akan merupakan hasil

musyawarah atau akan merupakan kumpulan ide yang konstruktif. Pemimpin

sering turun ke bawah guna mendapatkan informasi yang juga akan berguna untuk

membuat kebijaksanaan-kebijaksanaan selanjutnya.

8. Gaya Kepemimpinan Karismatis

Kelebihan gaya kepemimpinan karismatis ini adalah mampu menarik

orang. Mereka terpesona dengan cara berbicaranya yang membangkitkan

semangat. Biasanya pemimpin dengan gaya kepribadian ini visionaris. Mereka

sangat menyenangi perubahan dan tantangan.

Mungkin, kelemahan terbesar tipe kepemimpinan model ini bisa di

analogikan dengan peribahasa Tong Kosong Nyaring Bunyinya. Mereka mampu

menarik orang untuk datang kepada mereka. Setelah beberapa lama, orang – orang

yang datang ini akan kecewa karena ketidak-konsisten-an. Apa yang diucapkan

ternyata tidak dilakukan. Ketika diminta pertanggungjawabannya, si pemimpin

akan memberikan alasan, permintaan maaf, dan janji.

9. Gaya Kepemimpinan Diplomatis

16
Kelebihan gaya kepemimpinan diplomatis ini ada di penempatan

perspektifnya. Banyak orang seringkali melihat dari satu sisi, yaitu sisi keuntungan

dirinya. Sisanya, melihat dari sisi keuntungan lawannya. Hanya pemimpin dengan

kepribadian putih ini yang bisa melihat kedua sisi, dengan jelas! Apa yang

menguntungkan dirinya, dan juga menguntungkan lawannya.

Kesabaran dan kepasifan adalah kelemahan pemimpin dengan gaya

diplomatis ini. Umumnya, mereka sangat sabar dan sanggup menerima tekanan.

Namun kesabarannya ini bisa sangat keterlaluan. Mereka bisa menerima perlakuan

yang tidak menyengangkan tersebut, tetapi pengikut-pengikutnya tidak. Dan

seringkali hal inilah yang membuat para pengikutnya meninggalkan si pemimpin.

10. Gaya Kepemimpinan Moralis

Kelebihan dari gaya kepemimpinan seperti ini adalah umumnya Mereka

hangat dan sopan kepada semua orang. Mereka memiliki empati yang tinggi

terhadap permasalahan para bawahannya, juga sabar, murah hati Segala bentuk

kebajikan ada dalam diri pemimpin ini. Orang – orang yang datang karena

kehangatannya terlepas dari segala kekurangannya. Kelemahan dari pemimpinan

seperti ini adalah emosinya. Rata orang seperti ini sangat tidak stabil, kadang bisa

tampak sedih dan mengerikan, kadang pula bisa sangat menyenangkan dan

bersahabat.

Jika saya menjadi pemimpin, Saya akan lebih memilih gaya kepemimpinan

demokratis.Karena melalui gaya kepemimpinan seperti ini permasalahan dapat di

selesaikan dengan kerjasama antara atasan dan bawahan. Sehingga hubungan

atasan dan bawahan bisa terjalin dengan baik.

17
11. Gaya Kepemimpinan Administratif

Gaya kepemimpinan tipe ini terkesan kurang inovatif dan telalu kaku pada

aturan. Sikapnya konservatif serta kelihatan sekali takut dalam mengambil resiko

dan mereka cenderung mencari aman. Model kepemimpinan seperti ini jika

mengacu kepada analisis perubahan yang telah kita bahas sebelumnya, hanya

cocok pada situasi Continuation, Routine change, serta Limited change.

12. Gaya Kepemimpinan analitis (Analytical)

Dalam gaya kepemimpinan tipe ini, biasanya pembuatan keputusan

didasarkan pada proses analisis, terutama analisis logika pada setiap informasi

yang diperolehnya. Gaya ini berorientasi pada hasil dan menekankan pada rencana-

rencana rinci serta berdimensi jangka panjang. Kepemimpinan model ini sangat

mengutamakan logika dengan menggunakan pendekatan-pendekatan yang masuk

akal serta kuantitatif.

13. Gaya Kepemimpinan asertif (Assertive)

Gaya kepemimpinan ini sifatnya lebih agresif dan mempunyai perhatian

yang sangat besar pada pengendalian personal dibandingkan dengan gaya

kepemimpinan lainnya. Pemimpin tipe asertif lebih terbuka dalam konflik dan

kritik. Pengambilan keputusan muncul dari proses argumentasi dengan beberapa

sudut pandang sehingga muncul kesimpulan yang memuaskan.

14. Gaya Kepemimpinan entrepreneur

Gaya kepemimpinan ini sangat menaruh perhatian kepada kekuasaan dan

hasil akhir serta kurang mengutamakan pada kebutuhan akan kerjasama. Gaya

18
kepemimpinan model ini biasannya selalu mencari pesaing dan menargetkan

standar yang tinggi.

15. Gaya Kepemimpinan Visioner

Kepemimpinan visioner, adalah pola kepemimpinan yang ditujukan untuk

memberi arti pada kerja dan usaha yang perlu dilakukan bersama-sama oleh para

anggota perusahaan dengan cara memberi arahan dan makna pada kerja dan usaha

yang dilakukan berdasarkan visi yang jelas. Kepemimpinan Visioner memerlukan

kompetensi tertentu.

Pemimipin visioner setidaknya harus memiliki empat kompetensi kunci

sebagaimana dikemukakan oleh Burt Nanus (1992), yaitu:

1. Seorang pemimpin visioner harus memiliki kemampuan untuk berkomunikasi

secara efektif dengan manajer dan karyawan lainnya dalam organisasi. Hal ini

membutuhkan pemimpin untuk menghasilkan “guidance, encouragement, and

motivation.”

2. Seorang pemimpin visioner harus memahami lingkungan luar dan memiliki

kemampuan bereaksi secara tepat atas segala ancaman dan peluang. Ini

termasuk, yang plaing penting, dapat "relate skillfully" dengan orang-orang

kunci di luar organisasi, namun memainkan peran penting terhadap organisasi

(investor, dan pelanggan).

3. Seorang pemimpin harus memegang peran penting dalam membentuk dan

mempengaruhi praktek organisasi, prosedur, produk dan jasa. Seorang

pemimpin dalam hal ini harus terlibat dalam organisasi untuk menghasilkan

dan mempertahankan kesempurnaan pelayanan, sejalan dengan

19
mempersiapkan dan memandu jalan organisasi ke masa depan (successfully

achieved vision).

4. Seorang pemimpin visioner harus memiliki atau mengembangkan "ceruk"

untuk mengantisipasi masa depan. Ceruk ini merupakan ssebuah bentuk

imajinatif, yang berdasarkan atas kemampuan data untuk mengakses

kebutuhan masa depan konsumen, teknologi, dan lain sebagainya. Ini termasuk

kemampuan untuk mengatur sumber daya organisasi guna memperiapkan diri

menghadapi kemunculan kebutuhan dan perubahan ini.

Dalam era turbulensi lingkungan seperti sekarang ini, setiap pemimpin

harus siap dan dituntut mampu untuk melakukan transformasi terlepas pada gaya

kepemimpinan apa yang mereka anut. Pemimpin harus mampu mengelola

perubahan, termasuk di dalamnya mengubah budaya organiasi yang tidak lagi

kondusif dan produktif. Pemimpin harus mempunyai visi yang tajam, pandai

mengelola keragaman dan mendorong terus proses pembelajaran karena

dinamika perubahan lingkungan serta persaingan yang semakin ketat.

16. Gaya Kepemimpinan Situasional

Kepemimpinan situasional adalah “a leadership contingency theory that

focuses on followers readiness/maturity”. Inti dari teori kepemimpinan situational

adalah bahwa gaya kepemimpinan seorang pemimpin akan berbeda-beda,

tergantung dari tingkat kesiapan para pengikutnya.

Pemahaman fundamen dari teori kepemimpinan situasional adalah tentang

tidak adanya gaya kepemimpinan yang terbaik. Kepemimpinan yang efektif adalah

bergantung pada relevansi tugas, dan hampir semua pemimpin yang sukses selalu

mengadaptasi gaya kepemimpinan yang tepat.

20
Efektivitas kepemimpinan bukan hanya soal pengaruh terhadap individu

dan kelompok tapi bergantung pula terhadap tugas, pekerjaan atau fungsi yang

dibutuhkan secara keseluruhan. Jadi pendekatan kepemimpinan situasional fokus

pada fenomena kepemimpinan di dalam suatu situasi yang unik.

Dari cara pandang ini, seorang pemimpin agar efektif ia harus mampu

menyesuaikan gayanya terhadap tuntutan situasi yang berubah-ubah. Teori

kepemimpinan situasional bertumpu pada dua konsep fundamental yaitu: tingkat

kesiapan/kematangan individu atau kelompok sebagai pengikut dan gaya

kepemimpinan.

17. Gaya Kepemimpinan Militeristik

Tipe pemimpin seperti ini sangat mirip dengan tipe pemimpin otoriter yang

merupakan tipe pemimpin yang bertindak sebagai diktator terhadap para anggota

kelompoknya. Adapun sifat-sifat dari tipe kepemimpinan militeristik adalah: (1)

lebih banyak menggunakan sistem perintah/komando, keras dan sangat otoriter,

kaku dan seringkali kurang bijaksana, (2) menghendaki kepatuhan mutlak dari

bawahan, (3) sangat menyenangi formalitas, upacara-upacara ritual dan tanda-

tanda kebesaran yang berlebihan, (4) menuntut adanya disiplin yang keras dan

kaku dari bawahannya, (5) tidak menghendaki saran, usul, sugesti, dan kritikan-

kritikan dari bawahannya, (6) komunikasi hanya berlangsung searah.

2.4 Faktor-faktor yang mempengaruhi Gaya Kepemimpinan

Gaya kepemimpinan merupakan pola menyeluruh dari tindakan seorang

pemimpin baik yang tampak maupun yang tidak tampak oleh bawahannya. Gaya

kepemimpinan menggambarkan dari falsafah yang konsisten, keterampilan, sifat dan

21
sikap yang mendasari perilaku seseorang. Gaya kepemimpinan akan menunjukkan

langsung tentang keyakinan seorang pemimpin terhadap kemampuan bawahannya.

Artinya gaya kepemimpinan adalah, perilaku dan strategi, sebagai hasil kombinasi dari

falsafah, keterampilan, sifat, sikap, yang sering diterapkan dari seorang pemimpin

ketika ia mencoba mempengaruhi kinerja bawahannya.

Hasil studi Tannenbaum dan Schmi sebagaimana dikutip Kadarman, et.al.

(1999:49) menunjukkan bahwa gaya kepemimpinan dipengaruhi oleh:

1. Diri Pemimpin

Kepribadian, pengalaman masa lampau, latar belakang dan harapan

pemimpin sangat mempengaruhi efektifitas kepemimpinan disamping

mempengaruhi gaya kepemimpinan yang dipilihnya.

2. Ciri Atasan.

Gaya kepemimpinan atasan dari manajer sangat mempengaruhi orientasi

kepemimpinan manajer.

3. Ciri Bawahan

Respon yang diberikan oleh bawahan akan menentukan efektivitas

kepemimpinan manajer. Latar belakang pendidikan bawahan sangat menentukan

pula caramanajer menentukan gaya kepemimpinannya.

4. Persyaratan Tugas

Tuntutan tanggungjawab pekerjaan bawahan akan mempengaruhi gaya

kepemimpinan manajer.

5. Iklim Organisasi dan Kebijakan.

Ini akan mempengaruhi harapan dan prilaku anggota kelompok serta gaya

kepemimpinan yang dipilih oleh manajer.

6. Perilaku dan Harapan Rekan

22
Rekan sekerja manajer merupakan kelompok acuan yang penting. Segala

pendapat yang diberikan oleh rekan-rekan manajer sangat mempengaruhi

efektivitas hasil kerja manajer.

Sedangkan menurut Kartini Kartono dalam bukunya The Art of Leadership

(2010:27) Kepemimpinan juga dapat dilihat sebagai produk dalam suatu keadaan, yang

ditentukan oleh tiga faktor, yaitu:

7. Pribadi pemimpin dengan cara hidupnya

8. Struktur kelompok dengan ciri khasnya

9. Kejadian – kejadian yang berlangsung pada saat itu

10. Interaksi antara pemimpin dan situasi lingkungannya akan membentuk tipe

kepemimpinan tertentu.

23
BAB III

PEMBAHASAN

3.1 Gaya Kepemimpinan di PT CHUBBSAFES INDONESIA

Dengan meningkatnya persaingan di era global semakin menuntut setiap

perusahaan untuk dapat memanfaatkan kemampuan yang ada dengan semaksimal

mungkin agar dapat unggul dari pesaing. Keberhasilan suatu perusahaan sangat

dipengaruhi oleh kemampuan SDM (Sumber Daya Manusia) atau karyawannya dalam

menjalankan tugas-tugas yang diberikan. Semakin berkualitas SDM atau karyawannya

maka hal tersebut dapat membantu perusahaan dalam mencapai tujuannya.

Karyawan yang berkualitas ditentukan oleh beberapa faktor, salah satunya

adalah kepuasan kerja dari karyawan itu sendiri. Kepuasan kerja menurut

Mangkunegara (2013:112) adalah perasaan menyokong atau tidak menyokong yang

dialami karyawan yang berhubungan dengan pekerjaannya maupun dengan kon-disi

dirinya. Kepuasan kerja sangat mempengaruhi karyawan, jika karyawan tidak

memperoleh kepuasan dalam bekerja maka kepuasan dalam diri tidak akan pernah

tercapai dan dapat menimbulkan sikap atau tingkah laku negatif seperti frustasi.

Sebaliknya, jika karyawan memperoleh kepuasan dalam bekerja maka karyawan

24
tersebut dapat bekerja dengan baik, aktif, penuh semangat, dan berprestasi

dibandingkan karyawan yang tidak memperoleh kepuasan dalam bekerja.

Kepuasan kerja karyawan dipengaruhi oleh gaya kepemimpinan pemimpinnya,

karena pemimpin memiliki peran yang penting dan tanggung jawab yang besar dalam

menjalankan sebuah bisnis seperti halnya dalam menghadapi karyawan, seorang

pemimpin harus mampu memberi arahan yang tepat agar dapat meningkatkan kepuasan

kinerja karyawan. Dalam hal ini, pimpinan dituntut untuk dapat menerapkan gaya

kepemimpinan yang sesuai untuk memimpin karyawannya. Jika gaya ke-pemimpinan

tepat maka seorang pemimpin dapat mempengaruhi anggota kelompok atau karyawan

untuk bekerja secara maksimal (Thoha, 2007, p. 23).

Setiap pimpinan yang ada di dalam suatu perusahaan tidak semuanya memiliki

gaya kepemimpinan yang sesuai untuk memimpin karyawannya. Menurut hasil

wawancara dengan salah satu karyawan menunjukkan bahwa setiap pemimpin

dimasing-masing divisi memiliki gaya kepemimpinan yang berbeda-beda, ini

membuktikan bahwa setiap orang mempunyai sifat atau gaya kepemimpinannya

masing-masing dan disesuaikan dengan lingkungan divisi tersebut.

Beberapa gaya kepemimpinan yang ada di di PT CHUBBSAFES Indonesia

antara lain adalah :

1. Otokratis

2. Parisipatif

3. Delegatif

4. Administratif atau Eksekutif

Berikut ini adalah gaya kepemimpinan yang telah di identifikasi ada di PT

CHUBBSAFES INDONESIA

25
Gaya Kepemimpinan Divisi Alasan

Karena dibutuhkan dalam


mencapai target jumlah
produksi dan membutuhkan
Otokritas Produksi, QC, Engineering
pimpinan yang tegas dan
menjalankan seluruh SOP
perusahaan
Karena berhadapan langsung
dengan customer dan
Supplier yang menghadapi
berbagai kemauan customer
dan bernegosiasi denga
supplier, hal ini membuat
Marketing & Purchasing ide-ide dari seluruh
Partisipatif
manpower di divisi
marketing dan Purchasing
sangat dibutuhkan agar
memuaskan keinginan
customer
Karena Divisi PPIC dan
Logistik merupakan divisi
yang sudah mandiri dan
Delegatif PPIC dan Logistic
jenis pekerjaannya sudah
dikuasai oleh man power di
divisi tersebut
Karena divisi ini dituntut
untuk menyelenggarakan
tugas-tugas administrasi
secara efektif. Sedang para
Administratif atau pemimpinnya terdiri dari
Keuangan dan HRD
Eksekutif teknokrat dan administratur–
administratur yang mampu
menggerakkan dinamika
oprasional di dalam
perusahaan

3.2 Pengaruh Positif dan Negatif Gaya Kepemimpinan di PT CHUBBSAFES

INDONESIA

1. Pengaruh negatif gaya kepimpinan Otokrasi yang dilakukan di PT Chubbsafes

Indonesia bagi karyawan di perusahaan tersebut :

26
a. Membuat karyawan kehilangan kreativitas dalam bekerja karena karyawan

mengerjakan pekerjaaan sama terus menerus

b. Membuat karyawan kehilangan motivasi dalam bekerja karena mengerjakan

tugas yang monoton

c. Membuat karyawan merasa tidak dihargai karena keputusan – keputusan yang

di ambil dalam kepentingan perusahaan tanpa melibatkan ataupun diskusi

dengan karyawan lain

d. Membuat karyawan merasa tidak nyaman dalam bekerja, kecemasan yang

sangat tinggi dalam bekerja karena pemimpin berusaha untuk menguasai

seluruh area pekerjaan. Dengan ini dapat menimbulkan tidak efektivitasnya

dalam melakukan pekerjaan

2. Pengaruh positif gaya kepemimpinan Otokrasi yang di lakukan di PT Chubbsafes

Indonesia bagi karyawan di perusahaan tersebut :

a. Apabila terjadi masalah dalam pekerjaan, pemimpin dapat membuat keputusan

yang cepat agar masalah cepat terselesaikan dan karyawan dapat segera

melanjutkan pekerjaan kembali

b. Prinsip – prinsip perusahaan, aturan perusahaan berjalan dengan baik dan

efektivitas pencapaian pekerjaan baik

c. Pemimpin akan bertindak tegas, memberikan sanksi kepada karyawan yang

melanggar aturan sehingga karyawan akan sangat disipln dalam bekerja

d. Mudah dalam melakukan pengawasan karena keputusan yang diambil hanya

dari pemimpin itu sendiri

27
3. Pengaruh negatif gaya kepimpinan Partisipatif yang dilakukan di PT Chubbsafes

Indonesia bagi karyawan di perusahaan tersebut :

a. Pengambilan keputusan tidak bisa dilangsungkandengan cepat

b.  Pengambilan keputusan dipengaruhi bawahan

c.  Karyawan sulit berkembang

d. Kontrol dalam pemecahan masalah dilakukansecara bergantian sehingga

dapat menimbulkanketidakcocokan pendapat

4. Pengaruh positif gaya kepimpinan Partisipatif yang dilakukan di PT Chubbsafes

Indonesia bagi karyawan di perusahaan tersebut :

a. Bawahan turut serta dalam pengambilan keputusan

b. Lebih memperhatikan bawahan untuk mencapaitujuan organisasi

c. Pemimpin bersifat terbuka dalam pelaksanaantugas

d. Suasana harmonis dan nyaman antara pemimpindengan bawahan

e. Para anggota bebas bekerja dengan siapa sajayang mereka pilih dan

pembagian tugasditentukan sesuai kesepakatan

5. Pengaruh negatif gaya kepimpinan Delegatif yang dilakukan di PT Chubbsafes

Indonesia bagi karyawan di perusahaan tersebut :

a. Tidak ada arahan langsung

b. Sulit dipraktekan bagi mereka yang kurang bertanggung jawab. 

c. Kurangnya motivasi dan kepatuhan bagi pihak tertentu.

6. Pengaruh positif gaya kepimpinan Delegatif yang dilakukan di PT Chubbsafes

Indonesia bagi karyawan di perusahaan tersebut :

28
a. Cocok memimpin grup atau individu dengan motivasi tinggi.

b. Memberikan rasa kepercayaan yang tinggi kepada karyawan 

c. Membuat rasa nyaman kepada karyawan

7. Pengaruh negatif gaya kepimpinan Administratif yang dilakukan di PT Chubbsafes

Indonesia bagi karyawan di perusahaan tersebut :

a. Birokrasi yang terlalu rumit dan berbelit akan menyebabkan waktu untuk

mengambil keputusan terlalu lama

b. Sistem yang sulit dalam proses administrasi

8. Pengaruh positif gaya kepimpinan Administratif yang dilakukan di PT Chubbsafes

Indonesia bagi karyawan di perusahaan tersebut :

a. Terjadi perkembangan teknis, berupa teknologi, industri dan manajemen

modern serta pengembangan sosial di tengah masyarakat.

b. Pelaksanaan operasional keadministrasian perusahaan dilaksanakan dengan

teliti dan minim kesalahan

29
BAB IV

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Berdasarkan pembahasan sebelumnya maka dapat dibuat suatu kesimpulan

dalam makalah ini sebagai berikut :

1. Gaya kepemimpinan yang ada di PT Chubbsafes Indonesia adalah Gaya

Kepemimpinan Otokratis, Parisipatif, Delegatif, dan Administratif atau Eksekutif.

2. Gaya kepemimpinan yang ada di PT Chubbsafes Indonesia memiliki pengaruh

yang positif dan negatif masing-masing kepada karyawannya. Pada dasarnya setiap

pemimpin pada dasarnya memiliki perilaku yang berbeda dalam memimpin para

pengikutnya, perilaku para pemimpin itu disebut dengan gaya kepemimpinan.

Gaya kepemimpinan merupakan suatu cara pemimpin untuk mempengaruhi

bawahannya yang dinyatakan dalam bentuk pola tingkah laku atau kepribadian.

Seorang pemimpin merupakan seseorang yang memiliki suatu program dan yang

berperilaku secara bersama-sama dengan anggota-anggota kelompok dengan

mempergunakan cara atau gaya tertentu, sehingga kepemimpinan mempunyai

30
peranan sebagai kekuatan dinamik yang mendorong, memotivasi dan

mengkordinasikan perusahaan dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan.

3.2 Saran

Berdasarkan pada kesimpulan di atas, maka penulis mengemukakan saran-saran

sebagai berikut :

1. Hendaknya para pemimpin, khususnya pemimpin dalam bidang pendidikan dalam

melaksanakan aktivitas kepemimpinannya dalam mempengaruhi para bawahannya

berdasarkan pada kriteria-kriteria kepemimpinan yang baik.

2. Dalam membuat suatu rencana atau manajemen pendidikan hendaknya para

pemimpin memahami keadaan atau kemampuan yang dimiliki oleh para

bawahannya, dan dalam pembagian pemberian tugas sesuai dengan

kemampuannya masing-masing.

3. Pemimpin hendaknya memahami betul akan tugasnya sebagai seorang pemimpin.

4. Dalam melaksanakan akvititasnya baik pemimpin ataupun yang dipimpin menjalin

suatu hubungan kerjsama yang saling mendukung untuk tercapainya tujuan

organisasi atau instnasi.

31

Anda mungkin juga menyukai