Anda di halaman 1dari 19

CASE REVIEW

Oral Malignant Melanoma

Oleh,
Triadelita Pusoppinan Saogo
1311419006

Dosen Pembimbing:
drg. Revi Nelonda, Sp.PM

DEPARTEMEN PENYAKIT MULUT


PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI
UNIVERSITAS ANDALAS
2020
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI ................................................................................................................................. i


DAFTAR GAMBAR ....................................................................................................................ii
DAFTAR TABEL ........................................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN...................................................................................................… … 1
BAB II LAPORAN KASUS
2.1 Kasus 1 ..................................................................................................................................... 2
2.2 Kasus 2 ..................................................................................................................................... 5
BAB III TINJAUAN PUSTAKA
3.1 Definisi ..................................................................................................................................... 8
3.2 Epidemiologi dan Etiologi ....................................................................................................... 8
3.3 Manifestasi dan Gambaran Klinis ........................................................................................... 9
3.4 Penegakan Diagnosa .............................................................................................................. 10
3.5 Manajemen Perawatan ........................................................................................................... 10
3.6 Diagnosa Banding ................................................................................................................. 10
BAB IV PEMBAHASAN .......................................................................................................... 11
BAB V KESIMPULAN ............................................................................................................. 13
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................................ 14

i
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1 ………………………………………………………………………………………... 2

Gambar 2 ………………………………………………………………………………………... 3

Gambar 3 ……………………………………………………………………………………….... 4

Gambar 4 ………………………………………………………………………………………... 4

Gambar 5 ……………………………………………………………………………………….... 4

Gambar 6 ……………………………………………………………………………………….... 4

Gambar 7 ……………………………………………………………………………………….... 6

Gambar 8 ……………………………………………………………………………………….... 7

Gambar 9 ……………………………………………………………………………………….. 7

ii
DAFTAR TABEL

Tabel 1………………………………………………………………………………………... 9

iii
BAB I
PENDAHULUAN

Oral Malignant Melanoma (OMM) adalah neoplasma langka yang berasal dari
transformasi maligna dari prekursor melanosit atau melanosit yang ada di mukosa.
OMM pertama kali dijelaskan oleh Weber pada tahun 1859 dan kemudian dinamakan
sebagai “ sarcoma melanotik” oleh Lucke pada tahun 1869. OMM adalah tumor yang
sangat agresif dengan kecenderungan tinggi untuk metastasis awal ke regional seperti
kelenjar getah bening, paru-paru dan hati yang merupakan organ yang paling umum
terkena. OMM sangat jarang terjadi, terhitung sekitar 0,5% dari semua keganasan
oral dan 0,2-0,8% dari semua melanoma. Tumor ini biasanya terjadi antara dekade
keempat dan ketujuh kehidupan, tanpa kecenderungan jenis kelamin. Walaupun ada
beberapa penelitian yang menjelaskan bahwa lebih umum terjadi pada laki-laki
daripada perempuan. 1,2,3
OMM memiliki etiologi yang tidak diketahui. Namun, beberapa penelitian
menunjukkan beberapa penyebab OMM seperti gigi palsu yang tidak pas,
penggunaan tembakau dalam bentuk apapun, tato amalgam, nevus dan pigmentasi
ras. Sebagian besar OMM muncul dari mukosa mulut yang tampaknya normal,
sedangkan sepertiga dari neoplasma ini berkembang dari pigmentasi oral yang sudah
ada sebelumnya. Lokasi melanoma oral yang paling umum adalah gingival rahang
atas, palatum durum dan alveolar ridge.1,3,4
Pedoman saat ini untuk perawatan OMM yaitu reseksi bedah dengan
tambahan radioterapi dan kemoterapi dengan tujuan mencegah kekambuhan dan
metastasis. Meskipun demikian, prognosis OMM tetap saja buruk dengan tingkat
kelangsungan hidup 5 tahun yang dilaporkan 10-25%. Hal ini dikarenakan OMM
merupakan neoplasma yang langka dengan etiologi yang belum diketahui dan sering
kali terlambat didiagnosis. 5,6,7

1
BAB II
LAPORAN KASUS

2.1 Kasus 12
Pasien seorang perempuan berusia 47 tahun dirujuk ke departemen Bedah
Mulut dan Maksilofasial dari rumah sakit pedesaan yang mengeluhkan
pembengkakan yang terasa sakit di sisi kiri mandibula selama dua tahun. Dimulai
dengan pembengkakan kecil tanpa rasa sakit yang meningkat secara bertahap dalam
ukuran dengan riwayat gigi lepas. Pasien melaporkan mati rasa baru-baru ini di bibir
bawah dan tidak mengetahui adanya pigmentasi intraoral sebelum keluhan ini.

Gambar 1. Penampakan intraoral pasien. Gambaran klinis menunjukkan lesi


intraoral berwarna hitam dengan ekspansi ekstraoral. Perhatikan nodul hitam di
komisura kiri.

2
Dilaporkan tidak ada riwayat medis sebelumnya dan tidak ada riwayat
keluarga yang memiliki lesi yang tersebut. Pada pemeriksaan klinis, ada asimetri
wajah dengan nodul berpigmen di sudut kiri mulut. Pada intraoral, terdapat
pembengkakan besar berwarna hitam pudar yang lunak disepanjang bucco-lingual
serta anterio-posterior dari daerah distal ke 36 ke trigonum pterigomandibular dengan
kelenjar submental dan bilateral submandibular yang teraba (Gambar 1). Pemeriksaan
klinis dilakukan pada kulit pasien untuk mengecualikan lesi berpigmen lainnya dan
tidak ada tanda-tanda yang terdeteksi.
Orthopantomography menunjukkan radiolusen yang tidak jelas di sebelah kiri
sudut mandibula yang terkait dengan fraktur patologis (Gambar 2). Gambar CT aksial
menunjukkan kerusakan tulang kortikal, jaringan lunak ekspansi dan kelenjar getah
bening jugulodigastrik kiri nekrotik (Gambar 3 dan Gambar 4). Pemeriksaan
histologis biopsi insisi mengungkapkan tumor infiltratif yang menyebar melalui
submukosa dengan bukti aktivitas fungsional. Tumor itu terdiri dari melanin yang
memproduksi sel gelendong dan pleomorfik yang memiliki inti besar (Gambar5 dan
Gambar 6). Dari hasil pemeriksaan didapat diagnosis melanoma oral ganas. Rontgen
dada dan USG perut dilakukan untuk memastikan tidak ada metastasis jarak dan tidak
ada kelainan yang ditemukan.Setelah memastikan bahwa pasien dan keluarganya
memahami kondisi medisnya, keputusan pilihan perawatan dan prognosisnya dibuat
untuk merujuk pasien untuk menerima kemoterapi dan radioterapi. Sayangnya, dua
bulan kemudian pasien meninggal dunia.

3
Gambar 2. Orthopantomogram menunjukkan radiolusen yang tidak jelas terkait
dengan fraktur patologis.

Gambar 3. CT scan aksial Gambar 4. CT scan aksial


menunjukkan kerusakan tulang dan menunjukkan kulit yang tertambat
peningkatan jaringan lunak yang dan pembesaran kelenjar getah
meluas secara bukal dan lingal bening jugulodigastrik dengan
nekrosis sentral
4
Gambar 5. Tumor infiltratif yang Gambar 6. Tumor yang terdiri dari
menyebar melalui submukosa spindle penghasil melanin dan sel
dengan aktivitas fungsional (panah). pleomorhik dengan inti yang besar
Sel-sel tumor menunjukkan produksi
spindling dan melanin

2.2 Kasus 27
Seorang laki-laki berusia 84 tahun dengan penyakit jantung iskemik datang ke
rumah sakit untuk pemeriksaan rutin telah dideteksi memiliki lesi nodular
berdiameter 8 mm di lobus kiri paru-paru setelah dilakukannya chest computed
tomography(gambar 7). Pasien sebelumnya memiliki riwayat medis berupa subtotal
gastrektomi untuk kanker lambung dini, pengobatan radiasi dan terapi hormone untuk
kanker prostat, dan arteri koroner stenting karena stenosis arteri koroner multiple
yang parah. Pasien merupakan perokok aktif dengan frekuensi 35 paket pertahun.
Pemeriksaan retrospektif CT scan 4 bulan sebelumnya ditemukan adanya lesi
nodular 6 mm di dada. Karena nodul bertambah besar selama 4 bulan, diduga ada
penyakit ganas, maka dilakukan operasi thoracoscopic dengan bantuan video. Nodul
yang direseksi memiliki permukaan halus, dan pada permukaan yang dipotong
berwarna putih dengan deposit berpigmen coklat. Pemeriksaan histologis intraoperatif
memberikan diagnosis karsinoma
5 yang tidak berdiferensiasi. Pemeriksaan histologis
menunjukkan tumor berwarna abu-abu putih dengan bintik-bintik coklat dan
proliferasi sel gelondong dan epiteloid dengan sitoplasma dan atypia yang
melimpah(gambar 8). Tumor tersebut melibatkan pleura. Pemeriksaan
imunihistokima menunjukan negatif untuk CAM5.2, CK7, TTF-1, NapsinA dan
calretinin, dan positif untuk vimentin, HMB-45 dan S100. Dari hasil ini, tumor
didiagnosis sebagai melanoma ganas.
Karena melanoma ganas paru sangat jarang terjadi, tumor dianggap metastasis
dari lesi primer gaib. Pemeriksaan seluruh kulit dilakukan dan tidak ditemukan
abnormal. Namun, pada pemeriksaan rongga mulut menunjukkan adanya lesi hitam
dengan batas yang tidak teratur, dengan diameter sekitar 20mm pada mukosa
palatal(gambar 9). Dan pasien tidak menyadari lesi ini sebelumnya. Biopsi insisi
dilakukan dan didiagnosis sebagai oral malignant melanoma. Kemudian dilakukan
reseksi tumor di palatum keras dan diseksi kelenjar getah bening di servikal.
Meskipun melanoma pasien berada pada stadium lanjut, pasien hanya ditindak lanjuti
dirumah tanpa kemoterapi dan imunoterapi sesuai permintaan pasien. Setahun
kemudian pasien meninggal akibat perdarahan dari pleura metastasis dari oral
malignant melanoma.

6
Gambar 7. CT scan dada menunjukkan lesi nodular diameter 8 mm di lobus kiri atas
paru-paru(A). PET menunjukkan sedikit serapan FDG di posisi bayangan nodul pada
panah putih (B dan C)

Gambar 8. Nodul yang direseksi (A). Tampilan pemeriksaan histologis (B)


Pemeriksaan imunohistokimia (C dan D)

Gambar 9. Pemeriksaan intraoral ditemukan lesi hitam dengan batas tidak teratur,
diameter 8 mm di mukosa palatal.
7
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA

3.1 Definisi
Oral Malignant Melanoma merupakan neoplasma ganas yang langka yang
berasal dari keganasan melanosit, sel penghasil pigmen.3,9 Melanosit dapat ditemukan
di mukosa oral dengan tingkat produksi pigmen yang rendah. Namun, ketika sel ini
aktif dalam produksi atau priliferasi pigmen, sel ini bertanggung jawab untuk
beberapa pigmen oral mulai dari fokal ke difus dan fisiologis ke neoplasma ganas. 6
OMM menyumbang 0,5% dari semua neoplasma oral dan 0,2-0,8% dari semua
melanoma ganas.3,9
3.2 Etiologi dan Epidemiologi
Etiologi OMM sampai saat ini belum diketahui pasti. Namun ada beberapa
penelitian yang menunjukkan beberapa kemungkinan OMM yaitu gigi tiruan yang
tidak pas, penggunaan tembakau dalam bentuk apapun, tato amalgam, nevus dan
pigmentasi ras.4,10 Sebagian besar OMM diperkirakan muncul secara de novo dari
mukosa yang tampaknya normal. Tetapi, lebih dari sepertiga pasien memiliki riwayat
pigmentasi oral yang sudah ada selama beberapa bulan atau bahkan bertahun-tahun
sebelum didiagnosis OMM.6,10

Untuk epidemiologi, OMM terjadi di populasi orang dewasa secara umum


adalah 0.5-2 %.7 Melanoma oral merupakan neoplasma yang sangat jarang, sangat
ganas dan agresif dengan kejadian 1,2 kasus per sepuluh juta pertahun. Prevalensi
utama melanoma yang lebih tinggi di Afrika-Amerika, Jepang dan India di Asia.
Dalam beberapa penelitian tidak ada distribusi gender yang diamati. Tetapi, ada
beberapa penelitian yang menyebutkan
8 bahwa rasio pria dan wanita 2 : 1. 4,8 Usia
kejadian sebagian besar di antara 40-70 tahun. 9
3.3 Manifestasi klinis Oral Malignant Melanoma
Manifestasi OMM lebih sering asimptomatik, irregular, lesi tunggal dan
multiple, warna bervariasi dari hitam-coklat atau merah-keunguan. Palatum keras dan
gingival maksila adalah daerah yang sering terkena dan paling tinggi resiko untuk
terkena. Diameter OMM biasanya lebih dari 6 mm, meskipun beberapa kemungkinan
lebih kecil. Perdarahan, ulserasi, parestesia serta mobilitas gigi sering ditemukan pada
9,11
stadium lanjut. Limfadenopati regional dapat terjadi dengan prognosis yang
buruk.1
Tanaka et al. mengidentifikasikan lima tipe OMM yaitu tipe nodular
berpigmen, tipe nodular tak berpigmen, tipe makula berpigmen, tipe campuran
berpigmen dan tipe campuran tak berpigmen. Gejala awal tanda OMM membengkak
dan biasanya berpigmen. Perkembangan OMM hampir sama dengan melanoma pada
kulit yang diawali dengan fase pertumbuhan radial diawal dan diikuti oleh fase
pertumbuhan radial.1,3 Sebagian besar OMM didiagnosis saat telah berkembang ke
fase pertumbuhan vertikal dan telah menginvasi jaringan submukosa dibawahnya,
bahkan hingga ke tulang dan menyebabkan kerusakan yang signifikan. 10 OMM
memiliki sifat yang agresif dan menunjukkan insiden metastasis, rekurensi dan
kematian yang tinggi.4
Penentuan stadium OMM tidak dapat disamakan dengan melanoma lainnya.
Secara sederhana, klasifikasi stadium pada OMM terdiri dari

Tabel 1. Stadium klinis untuk OMM dengan mikrostaging histopatologis


9
3.4 Penegakan Diagnosa
Diagnosa OMM dapat diperoleh dari anamnesa, pemeriksaan klinis dan
pemeriksaan penunjang. Dari anamnesa diperoleh data-data seperti awal lesi disadari,
simptomatis atau asimptomatis, riwayat penyakit sebelumnya. Dari pemeriksaan
klinis pada pemeriksaan intraoral diperoleh gambaran lesi seperti warna, asimetri dan
diameter yang bertujuan untuk mengecualikan lesi berpigmen lainnya. Pada
pemeriksaan ekstraoral dilakukan pemeriksaan kelenjar getah bening. 2,4 Dan untuk
membantu penegakan diagnose dilakukan pemeriksaan penujang berupa pemeriksaan
histopatologi dan imunohistokimia. Selanjutnya, dilakukan pemeriksaan sistemik
berupa rontgen dada, USG perut dan CT scan servikal untuk menyingkirkan adanya
lesi metastasis.6,10

3.5 Manajemen Perawatan


Perawatan yang dilakukan pada kasus OMM yaitu reseksi bedah dengan atau
tanpa diseksi leher sejauh ini merupakan pilihan utama oleh berbagai disiplin ilmu
untuk mengendalikan lesi, dengan terapi radiasi dan kemoterapi sebagai perawatan
tambahan.6,10 Terapi radiasi diterapkan apabila pasien tidak dapat menjalani
perawatan bedah juga dapat sebagai perawatan pembantu bedah. Menurut penelitian,
sedikit kasus yang menggunakan terapi radiasi sebagai perawatan utama OMM,
karena tidak menunjukkan keuntungan yang signifikan dibandingkan dengan
perawatan bedah. Terapi radiasi lebih sering dilakukan sebagai perawatan pasca
bedah untuk mencegah rekurensi lokal maupun regional dan meningkatkan kontrol
lokal.6,13 Meskipun demikian, prognosis OMM tetap buruk dengan tingkat
kelangsungan hidup 5 tahun secara keseluruhan sebesar 28% pada stadium awal dan
0% pada stadium lanjut dan metastasis jauh.11

10
3.6 Diagnosis Banding
Diagnosis banding untuk OMM yaitu tato amalgam, melanotic macule,
melano-acanthoma, sindrom Peutz-Jeghers, penyakit Addison dan sarcoma
Kaposi.9,12,14
BAB IV
PEMBAHASAN

Oral Malignant Melanoma ditemukan rata-rata pada kelompok usia 40-70


tahun dengan populasi laki-laki yang lebih sering terkena dibanding laki-laki.
Meskipun, ada beberapa literatur yang mengatakan bahwa tidak ada distribusi gender
yang diamati. Pada kedua kasus, pasien adalah wanita yang berusia 47 tahun dan laki-
laki yang berusia 84 tahun. Disebabkan etiologi OMM yang belum diketahui pasti
hingga saat ini, kondisi ini bisa dipengaruhi oleh berbagai faktor seperti pigmentasi
ras, rokok, dan keterlibatan sistemik. 2,7
Kedua kasus yang dibahas menggambarkan keadaan pasien dengan kasus
OMM, dimana kasus pertama pasien menunjukkan lesi intraoral dengan rasa sakit
pada sisi kiri mandibula. Dimulai dari pembengkakan kecil tanpa rasa sakit dan
kemudian meningkat secara bertahap. Pasien melaporkan mati rasa baru-baru ini di
bibir bawah dan sebelumnya ada riwayat gigi lepas. Sementara pada kasus kedua, lesi
intraoral pada pasien baru diketahui ketika diadakan pemeriksaan menyeluruh saat
pasien kontrol rutin pasca reseksi lesi pada paru-paru. Pasien sebelumya tidak
menyadari adanya lesi pada palatum mulutnya. Saat dilakukan pemeriksaan
menyeluruh pasca reseksi lesi paru-paru baru diketahui pasien memiliki lesi di
intraoral yaitu dipalatum yang didiagnosis sebagai OMM dan telah bermetastasis ke
paru-paru akibat lesi OMM asimptomatik yang terlambat dideteksi. 2,7
Pada kasus 1 tidak ditemukan adanya riwayat medis sebelummnya dan tidak
ada riwayat keluarga yang memiliki lesi tersebut. Sedangkan pada kasus 2 pasien
memiliki riwayat penyakit yang cukup kompleks yaitu penyakit jantung iskemik,
kanker lambung, stenosis arteri
11 koroner dan kanker prostat. Pasien juga sedang dalam
terapi radiasi dan terapi hormone. Pasien merupakan perokok aktif dengan rata-rata
35 pak pertahun.2,7
Untuk penetapan diagnosis, selain dari manifestasi klinis dibutuhkan
pemeriksaan histopatologi agar diagnosa yang didapatkan akurat. Pada kasus 1
dilakukan beberapa pemeriksaan diantaranya pemeriksaan klinis pada kulit dan tidak
ditemukan tanda-tanda abnormalitas. Pada pemeriksaan orthopantomografi terlihat
radiolusen yang tidak jelas pada sudut kiri mandibula yang terkait dengan fraktur
patologis. Pada gambaran CT Scan aksial menunjukkan kerusakan tulang kortikal,
ekspansi jaringan lunak dan kelenjar getah bening jugulodigastrik kiri nekrotik.
Pemeriksaan histologist biopsy insisi menunjukkan tumor infiltratif yang menyebar
melalui submukosa dengan bukti aktivitas fungsional. Tumor terdiri dari spindle
penghasil melanin dan sel pleomorfik memiliki nukleus besar. Dari pemeriksaan
tersebut ditegakkan diagnosis oral malignant melanoma. Dilakukan sinar X dada dan
USG perut untuk memastikan metastasis dan tidak ada kelainan yang ditemukan.
Pada kasus 2 dilakukan pemeriksaan biopsi insisi dan pemeriksaan imunohistokimia
untuk menegakkan diagnosis OMM. Dalam kasus ini pasien tidak memiliki gejala
dan OMM tidak terdeteksi sampai metastasis paru baru ditemukan.2,7
Untuk perawatan OMM, perawatan dengan bedah masih menjadi pilihan utama
hingga saat ini dengan radioterapi dan kemoterapi sebagai penunjang perawatan, walaupun
prognosis OMM tetap saja buruk. Pada kasus 1 perawatan yang dilakukan pada pasien berupa
kemoterapi dan radioterapi atas persetujuan pasien dan kelurga. Sayangnya, dua bulan
kemudian pasien meninggal dunia. Pada kasus 2 perawatan yang dilakukan berupa reseksi
lesi dan diseksi kelenjar getah bening. Meskipun melanoma pasien berada pada stadium
lanjut, pasien hanya ditindak lanjuti dirumah tanpa kemoterapi dan imunoterapi
sesuai permintaan pasien. Setahun kemudian pasien meninggal akibat perdarahan dari
pleura metastasis dari oral malignant melanoma. 2,7

12
BAB V
KESIMPULAN

Oral Malignant Melanoma merupakan neoplasma ganas yang langka yang


berasal dari keganasan melanosit, sel penghasil pigmen. Melanosit dapat ditemukan
di mukosa oral dengan tingkat produksi pigmen yang rendah. Namun, ketika sel ini
aktif dalam produksi atau priliferasi pigmen, sel ini bertanggung jawab untuk
beberapa pigmen oral mulai dari fokal ke difus dan fisiologis ke neoplasma ganas.
OMM menyumbang 0,5% dari semua neoplasma oral dan 0,2-0,8% dari semua
melanoma ganas. Penyakit ini belum mempunyai etiologi yang pasti serta dalam
penegakan diagnosanya harus cermat agar tidak terjadi kesalahan diagnosa dengan
lesi berpigmen lain. Untuk itu diperlukan biopsi dan pemeriksaan histologi untuk
penegakan diagnosa yang akurat.
Perawatan yang dilakukan pada OMM yaitu reseksi bedah dengan atau tanpa
diseksi leher sejauh ini merupakan pilihan utama oleh berbagai disiplin ilmu untuk
mengendalikan lesi, dengan terapi radiasi dan kemoterapi sebagai perawatan
tambahan.6,10 Terapi radiasi diterapkan apabila pasien tidak dapat menjalani
perawatan bedah juga dapat sebagai perawatan pembantu bedah. Terapi radiasi lebih
sering dilakukan sebagai perawatan pasca bedah untuk mencegah rekurensi lokal
maupun regional dan meningkatkan kontrol lokal. Meskipun demikian, prognosis
OMM tetap buruk dengan tingkat kelangsungan hidup 5 tahun secara keseluruhan
sebesar 28% pada stadium awal dan 0% pada stadium lanjut dan metastasis jauh.

13
KEPUSTAKAAN

1. Meleti Marco, C. Rene Leemans, Wolter J. Mooi, Paolo Vescovi, Isaac van
der Waal. Oral Malignant Melanoma: A review of the literature. Oral
Oncology. 2006;43:116-121.
2. Ali Elneel Ahmed Mohhamed, Musadak Ali Kadar, Abeer Abdalla El-siddig,
Azza Zulfu. Oral Malignant Melanoma: a rare case with unusual clinical
presentation. PanAfrican Medical Journal. 2015 : 1-5.
3. Mascittia Marco, Andrea Santarellia, Davide Sartinia, Corrado Rubunib.
Analysis of Nicotinamide N-methyltransferase in oral malignant melanoma
and potential prognostic significance. Melanoma Research. 2018;29(2):151-
156.
4. Deyhimi Parviz, Sayid Mohammad Razavi, Shirin Shahnaseri, Saeedeh
Khalesi, Solmaz Homayoni, Payam Tavakoli. Rare and Extensive Malignant
Melanoma of the Oral Cavity: Report of Two Cases. J Dent Shiraz University.
2017;18(3):227-233.
5. Umeda M, K. Shimada. Primary Malignant Melanoma of The Oral Cavity-Its
Histological Classification and Treatment. British Journal of Oral and
Maxillofacial Surgery. 1994;32:39-47.
6. Mohan Muralee, Vihang Y. Sukadhia, Deepak Pai, Smita Bhat. Oral
Malignant Melanoma: systematic review of literature and report of two cases.
A.B. Shetty Memorial Institute of Dental Science. 2013;116(4):247-254.
7. Matsuoka Katsunari. Oral Malignant Melanoma Detected After Resection of
Amelanotic Pulmonary Metastasis. International Journal of Surgery Case
Report. 2013:1169-1172.
14
8. Ahmadi Fatemeh Motamayel, Parisa Falsafih, Fahimeh Baghaei. Report of A
Rare and Aggressive Case of Oral Malignant Melanoma. Oral Maxilloacial
Surgery. 2013;17:47-51.
9. Astekar Madhusudan, Rajkumar R Choubey, Bhari Sharanesha Manjunatha,
Santosh Gupta. Oral Malignant Melanoma of Alveolar Ridge. BMJ Case
Report. 2019;12.
10. Rapidis Alexander D, Charalabos Apostolidis, Georgios Vilos, Spyros
Valsamis. Primary Malignant Melanoma of the Oral Mucosa. American
Association of Oral and Maxillofacial Surgeons. 2003:1132-1139.
11. Maymone Mayra B.C, Robert O. Greer, Jeffery Kesecker, Priya Cherukuri
Sahitya, Lauren K. Burdine. Premalignant and Malignant Oral Mucosal
Lesions: Clinical and Pathological Findings. J Am Acad Dermatol.
2019;18(1):59-71.
12. Lambertini M, A. Patrizi, PA Fanti, B. Melotti. Oral Melanoma and Other
Pigmentations: When to Biopsy. Review Article of University of Bologna
Italia.
13. Naganawa Kensuke, Masashi Koto, Ryo Takagi, Azusa Hasegawa, Hiroaki
Ikawa, Kazuo Shimazato, Tadashi Kamada. Long-term outcomes after
carbon-ion radiotherapy for oral mucosal malignant melanoma. Journal of
Radiation Research.2016;58(4):517-522.
14. Koch A, C Boldt, G. Hilge, U. Dumping Hull. Differentialdiagnose der
Riesenzellepulis- das Maligne Melanomm der Mundschleimhaut. Mund
Kiefer GesichtsChir. 1998;2:160-162

15

Anda mungkin juga menyukai