Oleh,
Triadelita Pusoppinan Saogo
1311419006
Dosen Pembimbing:
drg. Revi Nelonda, Sp.PM
i
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1 ………………………………………………………………………………………... 2
Gambar 2 ………………………………………………………………………………………... 3
Gambar 3 ……………………………………………………………………………………….... 4
Gambar 4 ………………………………………………………………………………………... 4
Gambar 5 ……………………………………………………………………………………….... 4
Gambar 6 ……………………………………………………………………………………….... 4
Gambar 7 ……………………………………………………………………………………….... 6
Gambar 8 ……………………………………………………………………………………….... 7
Gambar 9 ……………………………………………………………………………………….. 7
ii
DAFTAR TABEL
Tabel 1………………………………………………………………………………………... 9
iii
BAB I
PENDAHULUAN
Oral Malignant Melanoma (OMM) adalah neoplasma langka yang berasal dari
transformasi maligna dari prekursor melanosit atau melanosit yang ada di mukosa.
OMM pertama kali dijelaskan oleh Weber pada tahun 1859 dan kemudian dinamakan
sebagai “ sarcoma melanotik” oleh Lucke pada tahun 1869. OMM adalah tumor yang
sangat agresif dengan kecenderungan tinggi untuk metastasis awal ke regional seperti
kelenjar getah bening, paru-paru dan hati yang merupakan organ yang paling umum
terkena. OMM sangat jarang terjadi, terhitung sekitar 0,5% dari semua keganasan
oral dan 0,2-0,8% dari semua melanoma. Tumor ini biasanya terjadi antara dekade
keempat dan ketujuh kehidupan, tanpa kecenderungan jenis kelamin. Walaupun ada
beberapa penelitian yang menjelaskan bahwa lebih umum terjadi pada laki-laki
daripada perempuan. 1,2,3
OMM memiliki etiologi yang tidak diketahui. Namun, beberapa penelitian
menunjukkan beberapa penyebab OMM seperti gigi palsu yang tidak pas,
penggunaan tembakau dalam bentuk apapun, tato amalgam, nevus dan pigmentasi
ras. Sebagian besar OMM muncul dari mukosa mulut yang tampaknya normal,
sedangkan sepertiga dari neoplasma ini berkembang dari pigmentasi oral yang sudah
ada sebelumnya. Lokasi melanoma oral yang paling umum adalah gingival rahang
atas, palatum durum dan alveolar ridge.1,3,4
Pedoman saat ini untuk perawatan OMM yaitu reseksi bedah dengan
tambahan radioterapi dan kemoterapi dengan tujuan mencegah kekambuhan dan
metastasis. Meskipun demikian, prognosis OMM tetap saja buruk dengan tingkat
kelangsungan hidup 5 tahun yang dilaporkan 10-25%. Hal ini dikarenakan OMM
merupakan neoplasma yang langka dengan etiologi yang belum diketahui dan sering
kali terlambat didiagnosis. 5,6,7
1
BAB II
LAPORAN KASUS
2.1 Kasus 12
Pasien seorang perempuan berusia 47 tahun dirujuk ke departemen Bedah
Mulut dan Maksilofasial dari rumah sakit pedesaan yang mengeluhkan
pembengkakan yang terasa sakit di sisi kiri mandibula selama dua tahun. Dimulai
dengan pembengkakan kecil tanpa rasa sakit yang meningkat secara bertahap dalam
ukuran dengan riwayat gigi lepas. Pasien melaporkan mati rasa baru-baru ini di bibir
bawah dan tidak mengetahui adanya pigmentasi intraoral sebelum keluhan ini.
2
Dilaporkan tidak ada riwayat medis sebelumnya dan tidak ada riwayat
keluarga yang memiliki lesi yang tersebut. Pada pemeriksaan klinis, ada asimetri
wajah dengan nodul berpigmen di sudut kiri mulut. Pada intraoral, terdapat
pembengkakan besar berwarna hitam pudar yang lunak disepanjang bucco-lingual
serta anterio-posterior dari daerah distal ke 36 ke trigonum pterigomandibular dengan
kelenjar submental dan bilateral submandibular yang teraba (Gambar 1). Pemeriksaan
klinis dilakukan pada kulit pasien untuk mengecualikan lesi berpigmen lainnya dan
tidak ada tanda-tanda yang terdeteksi.
Orthopantomography menunjukkan radiolusen yang tidak jelas di sebelah kiri
sudut mandibula yang terkait dengan fraktur patologis (Gambar 2). Gambar CT aksial
menunjukkan kerusakan tulang kortikal, jaringan lunak ekspansi dan kelenjar getah
bening jugulodigastrik kiri nekrotik (Gambar 3 dan Gambar 4). Pemeriksaan
histologis biopsi insisi mengungkapkan tumor infiltratif yang menyebar melalui
submukosa dengan bukti aktivitas fungsional. Tumor itu terdiri dari melanin yang
memproduksi sel gelendong dan pleomorfik yang memiliki inti besar (Gambar5 dan
Gambar 6). Dari hasil pemeriksaan didapat diagnosis melanoma oral ganas. Rontgen
dada dan USG perut dilakukan untuk memastikan tidak ada metastasis jarak dan tidak
ada kelainan yang ditemukan.Setelah memastikan bahwa pasien dan keluarganya
memahami kondisi medisnya, keputusan pilihan perawatan dan prognosisnya dibuat
untuk merujuk pasien untuk menerima kemoterapi dan radioterapi. Sayangnya, dua
bulan kemudian pasien meninggal dunia.
3
Gambar 2. Orthopantomogram menunjukkan radiolusen yang tidak jelas terkait
dengan fraktur patologis.
2.2 Kasus 27
Seorang laki-laki berusia 84 tahun dengan penyakit jantung iskemik datang ke
rumah sakit untuk pemeriksaan rutin telah dideteksi memiliki lesi nodular
berdiameter 8 mm di lobus kiri paru-paru setelah dilakukannya chest computed
tomography(gambar 7). Pasien sebelumnya memiliki riwayat medis berupa subtotal
gastrektomi untuk kanker lambung dini, pengobatan radiasi dan terapi hormone untuk
kanker prostat, dan arteri koroner stenting karena stenosis arteri koroner multiple
yang parah. Pasien merupakan perokok aktif dengan frekuensi 35 paket pertahun.
Pemeriksaan retrospektif CT scan 4 bulan sebelumnya ditemukan adanya lesi
nodular 6 mm di dada. Karena nodul bertambah besar selama 4 bulan, diduga ada
penyakit ganas, maka dilakukan operasi thoracoscopic dengan bantuan video. Nodul
yang direseksi memiliki permukaan halus, dan pada permukaan yang dipotong
berwarna putih dengan deposit berpigmen coklat. Pemeriksaan histologis intraoperatif
memberikan diagnosis karsinoma
5 yang tidak berdiferensiasi. Pemeriksaan histologis
menunjukkan tumor berwarna abu-abu putih dengan bintik-bintik coklat dan
proliferasi sel gelondong dan epiteloid dengan sitoplasma dan atypia yang
melimpah(gambar 8). Tumor tersebut melibatkan pleura. Pemeriksaan
imunihistokima menunjukan negatif untuk CAM5.2, CK7, TTF-1, NapsinA dan
calretinin, dan positif untuk vimentin, HMB-45 dan S100. Dari hasil ini, tumor
didiagnosis sebagai melanoma ganas.
Karena melanoma ganas paru sangat jarang terjadi, tumor dianggap metastasis
dari lesi primer gaib. Pemeriksaan seluruh kulit dilakukan dan tidak ditemukan
abnormal. Namun, pada pemeriksaan rongga mulut menunjukkan adanya lesi hitam
dengan batas yang tidak teratur, dengan diameter sekitar 20mm pada mukosa
palatal(gambar 9). Dan pasien tidak menyadari lesi ini sebelumnya. Biopsi insisi
dilakukan dan didiagnosis sebagai oral malignant melanoma. Kemudian dilakukan
reseksi tumor di palatum keras dan diseksi kelenjar getah bening di servikal.
Meskipun melanoma pasien berada pada stadium lanjut, pasien hanya ditindak lanjuti
dirumah tanpa kemoterapi dan imunoterapi sesuai permintaan pasien. Setahun
kemudian pasien meninggal akibat perdarahan dari pleura metastasis dari oral
malignant melanoma.
6
Gambar 7. CT scan dada menunjukkan lesi nodular diameter 8 mm di lobus kiri atas
paru-paru(A). PET menunjukkan sedikit serapan FDG di posisi bayangan nodul pada
panah putih (B dan C)
Gambar 9. Pemeriksaan intraoral ditemukan lesi hitam dengan batas tidak teratur,
diameter 8 mm di mukosa palatal.
7
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
3.1 Definisi
Oral Malignant Melanoma merupakan neoplasma ganas yang langka yang
berasal dari keganasan melanosit, sel penghasil pigmen.3,9 Melanosit dapat ditemukan
di mukosa oral dengan tingkat produksi pigmen yang rendah. Namun, ketika sel ini
aktif dalam produksi atau priliferasi pigmen, sel ini bertanggung jawab untuk
beberapa pigmen oral mulai dari fokal ke difus dan fisiologis ke neoplasma ganas. 6
OMM menyumbang 0,5% dari semua neoplasma oral dan 0,2-0,8% dari semua
melanoma ganas.3,9
3.2 Etiologi dan Epidemiologi
Etiologi OMM sampai saat ini belum diketahui pasti. Namun ada beberapa
penelitian yang menunjukkan beberapa kemungkinan OMM yaitu gigi tiruan yang
tidak pas, penggunaan tembakau dalam bentuk apapun, tato amalgam, nevus dan
pigmentasi ras.4,10 Sebagian besar OMM diperkirakan muncul secara de novo dari
mukosa yang tampaknya normal. Tetapi, lebih dari sepertiga pasien memiliki riwayat
pigmentasi oral yang sudah ada selama beberapa bulan atau bahkan bertahun-tahun
sebelum didiagnosis OMM.6,10
10
3.6 Diagnosis Banding
Diagnosis banding untuk OMM yaitu tato amalgam, melanotic macule,
melano-acanthoma, sindrom Peutz-Jeghers, penyakit Addison dan sarcoma
Kaposi.9,12,14
BAB IV
PEMBAHASAN
12
BAB V
KESIMPULAN
13
KEPUSTAKAAN
1. Meleti Marco, C. Rene Leemans, Wolter J. Mooi, Paolo Vescovi, Isaac van
der Waal. Oral Malignant Melanoma: A review of the literature. Oral
Oncology. 2006;43:116-121.
2. Ali Elneel Ahmed Mohhamed, Musadak Ali Kadar, Abeer Abdalla El-siddig,
Azza Zulfu. Oral Malignant Melanoma: a rare case with unusual clinical
presentation. PanAfrican Medical Journal. 2015 : 1-5.
3. Mascittia Marco, Andrea Santarellia, Davide Sartinia, Corrado Rubunib.
Analysis of Nicotinamide N-methyltransferase in oral malignant melanoma
and potential prognostic significance. Melanoma Research. 2018;29(2):151-
156.
4. Deyhimi Parviz, Sayid Mohammad Razavi, Shirin Shahnaseri, Saeedeh
Khalesi, Solmaz Homayoni, Payam Tavakoli. Rare and Extensive Malignant
Melanoma of the Oral Cavity: Report of Two Cases. J Dent Shiraz University.
2017;18(3):227-233.
5. Umeda M, K. Shimada. Primary Malignant Melanoma of The Oral Cavity-Its
Histological Classification and Treatment. British Journal of Oral and
Maxillofacial Surgery. 1994;32:39-47.
6. Mohan Muralee, Vihang Y. Sukadhia, Deepak Pai, Smita Bhat. Oral
Malignant Melanoma: systematic review of literature and report of two cases.
A.B. Shetty Memorial Institute of Dental Science. 2013;116(4):247-254.
7. Matsuoka Katsunari. Oral Malignant Melanoma Detected After Resection of
Amelanotic Pulmonary Metastasis. International Journal of Surgery Case
Report. 2013:1169-1172.
14
8. Ahmadi Fatemeh Motamayel, Parisa Falsafih, Fahimeh Baghaei. Report of A
Rare and Aggressive Case of Oral Malignant Melanoma. Oral Maxilloacial
Surgery. 2013;17:47-51.
9. Astekar Madhusudan, Rajkumar R Choubey, Bhari Sharanesha Manjunatha,
Santosh Gupta. Oral Malignant Melanoma of Alveolar Ridge. BMJ Case
Report. 2019;12.
10. Rapidis Alexander D, Charalabos Apostolidis, Georgios Vilos, Spyros
Valsamis. Primary Malignant Melanoma of the Oral Mucosa. American
Association of Oral and Maxillofacial Surgeons. 2003:1132-1139.
11. Maymone Mayra B.C, Robert O. Greer, Jeffery Kesecker, Priya Cherukuri
Sahitya, Lauren K. Burdine. Premalignant and Malignant Oral Mucosal
Lesions: Clinical and Pathological Findings. J Am Acad Dermatol.
2019;18(1):59-71.
12. Lambertini M, A. Patrizi, PA Fanti, B. Melotti. Oral Melanoma and Other
Pigmentations: When to Biopsy. Review Article of University of Bologna
Italia.
13. Naganawa Kensuke, Masashi Koto, Ryo Takagi, Azusa Hasegawa, Hiroaki
Ikawa, Kazuo Shimazato, Tadashi Kamada. Long-term outcomes after
carbon-ion radiotherapy for oral mucosal malignant melanoma. Journal of
Radiation Research.2016;58(4):517-522.
14. Koch A, C Boldt, G. Hilge, U. Dumping Hull. Differentialdiagnose der
Riesenzellepulis- das Maligne Melanomm der Mundschleimhaut. Mund
Kiefer GesichtsChir. 1998;2:160-162
15