Anda di halaman 1dari 9

Herbisida Oxyfluoufen, Pengendalian Gulma, Pertumbuhan serta Hasil Tanaman Bawang Merah

Jurnal AGROSWAGATI 3(1), Maret 2015

PENGARUH KONSENTRASI HERBISIDA OXYFLUOUFEN


TERHADAP PENGENDALIAN GULMA DAN PERTUMBUHAN
SERTA HASIL TANAMAN BAWANG MERAH
(Allium ascalonicum L) KULTIVAR BIMA

Oleh :
Tajudin Suradinata 1, Achmad Faqih 1 & Eko Risdiantoro 2

ABSTRAK

Hasil penelitian menunjukkan bahwa : (1) konsentrasi herbesida Oxyfluorfen berpengaruh nyata
terhadap pengendalian gulma dan pertumbuhan serta hasil bawang merah, dan (2) konsentrasi
herbisida 2,5 ml Oxyfluorfen/l air memberikan pengaruh paling baik terhadap penekanan gulma, tinggi
tanaman, jumlah daun, diameter umbi, bobot umbi segar per rumpun, bobot umbi kering per rumpun
dan per petak.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui : (1) pengaruh konsentrasi herbisida Oxyfluorfen
terhadap pengendalian gulma dan pertumbuhan serta hasil bawang merah, dan (2) konsentrasi
herbisida Oxyfluorfen optimum yang memberikan hasil bawang merah tertinggi. Percobaan
dilaksanakan di Desa Limbangan Kecamatan Kersana Kabupaten Brebes Jawa Tengah, dari bulan April
sampai dengan Juni 2013. Metode percobaan yang digunakan adalah metode eksperimen dengan
menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK). Terdiri dari konsentrasi herbisida Oxyfluorfen, serta
diulang empat kali. Perlakuan konsentrasi herbisida Oxyfluorfen yang diuji adalah sebagai berikut : : A
(0 ml Oxyfluorfen/l air), B (0,5 ml Oxyfluorfen/l air), C (1,0 ml Oxyfluorfen/l air), D (1,5 ml
Oxyfluorfen/l air), E (2,0 ml Oxyfluorfen/l air), dan F (2,5 ml Oxyfluorfen/l air).
Konsentrasi herbisida 1,5 ml Oxyfluorfen/l air memberikan bobot umbi kering tertinggi yaitu
1,99 kg per petak atau setara dengan 13,27 ton per hektar.

Kata kunci : Herbisida Oxyfluoufen, Pengendalian Gulma, Pertumbuhan serta Hasil Tanaman Bawang
Merah

1 Dosen Program Studi Agronomi Pascasarjana Universitas Swadaya Gunung Jati Cirebon
2 Mahasiswa Universitas Swadaya Gunung Jati Cirebon

287
Herbisida Oxyfluoufen, Pengendalian Gulma, Pertumbuhan serta Hasil Tanaman Bawang Merah

PENDAHULUAN komponen, komponen-komponen tersebut


Bawang merah (Allium ascalonicum antara lain penggunaan bibit dengan
L.) merupakan tanaman semusim, kualitas rendah atau varietas lokal dengan
memiliki umbi berlapis, berakar serabut, potensi hasil rendah, pengendalian hama
dengan daun berbentuk silinder berongga. penyakit yang belum baik, serta pemberian
Umbi bawang merah terbentuk dari pupuk yang berlebihan (Suryaningsih dan
pangkal daun yang bersatu dan Asandhi, 2002).
membentuk batang yang kemudian Pengendalian jasad pengganggu
berubah bentuk dan fungsinya, membesar yaitu gulma pada tanaman pokok,
dan akhirnya membentuk umbi berlapis. terutama pada masa pertumbuhan
Umbi bawang merah mengandung vitamin vegetatif dan generatif bawang merah.
C, kalium, serat dan asid folic, sulfur, serta Produksi pertanian khususnya tanaman
kalsium dan zat besi yang tinggi (Yati bawang merah ditentukan oleh stadia
Haryati dan Agus Nurawan, 2009). vegetatif dan generatif, dengan demikian
Selama periode 2007 - 2011, suatu tanaman dalam stadia tersebut
pertumbuhan produksi rata-rata bawang mengalami gangguan gulma, maka
merah adalah sebesar 5,4% per tahun, pertumbuhannya terhambat dan hasil
dengan kecenderungan (trend) pola produksinya berkurang.
pertumbuhan yang konstan. Komponen Di tingkat petani bawang merah
pertumbuhan areal panen (4,3%) ternyata pada umumnya penggunaan herbisida
lebih banyak memberikan kontribusi untuk pengendalian gulma belum biasa
terhadap pertumbuhan produksi bawang dipakai oleh petani. Menurut Hidayat
merah dibandingkan dengan komponen Natawigena (1995), bahwa teknik
produktivitas (1,1%). Konsumsi rata-rata pengendalian gulma dengan menggunakan
bawang merah untuk tahun 2005 adalah herbisida paling praktis dan efektif dalam
4,56 kg/kapita/tahun atau 0,38 menanggulangi tumbuhnya gulma, karena
kg/kapita/bulan (Direktorat Jenderal herbisida dapat menekan populasi gulma
Hortikultura, 2011). Luas panen dan dalam waktu singkat dan mudah
produksi bawang merah selama tahun diaplikasikan. Penggunaan herbisida harus
terakhir (2007 – 2011) cenderung tepat dosis, karena dosis tinggi antara lain
meningkat, dengan luas panen rata-rata dapat menyebabkan pencemaran terhadap
359 hektar dan produksi rata-rata 3.318 ton. lingkungan dan menyebabkan terjadinya
Walaupun produktivitas rata-rata bawang resistensi, resurgensi dan residu pada
merah mengalami peningkatan, namun bahan makanan (Soekardi, 1997).
produktivitas saat ini baru mencapai rata- Berdasarkan uraian tersebut di atas,
rata 9,23 ton per hektar, masih jauh di maka untuk memperoleh informasi yang
bawah produktivitas potensial yaitu lebih jelas perlu dilakukan penelitian lebih
mencapai 12 ton per hektar (Estu Rahayu lanjut mengenai penggunaan herbisida
dan Nur Berlian, 2004). Oxyfludorfen, terutama dalam perlakuan
Salah satu faktor yang menyebabkan konsentrasi dan waktu aplikasi terhadap
rendahnya produksi bawang merah adalah penekanan gulma, serta serta pertumbuhan
faktor ketersediaan saprodi yang tepat dan hasil tanaman bawang merah.
waktu, jumlah, jenis, cara pemberian, dan
jaminan harga yang layak. Selain itu dari Tujuan Penelitian
aspek teknis masih banyak hal yang belum Tujuan penelitian ini adalah untuk
dilaksanakan dengan cepat dan benar dari mengetahui :
komponen-komponen teknologi produksi 1. Pengaruh konsentrasi herbisida
yang telah dianjurkan kepada petani atau Oxyfluorfen terhadap penekanan
karena petani masih melaksanakan 1 - 2

288
Herbisida Oxyfluoufen, Pengendalian Gulma, Pertumbuhan serta Hasil Tanaman Bawang Merah

gulma dan pertumbuhan serta hasil Pengamatan


tanaman bawang merah. Pengamatan penunjang dilakukan
2. Konsentrasi herbisida Oxyfluorfen terhadap, curah hujan selama percobaan,
yang memberikan pengaruh paling analisis tanah sebelum percobaan, keadaan
baik pada penekanan gulma dan umum tanaman bawang merah selama
pertumbuhan serta hasil tanaman percobaan.
bawang merah. Pengamatan utama dilakukan
terhadap variabel-variabel sebagai berikut :
METODE PENELITIAN (1) persentase penutupan gulma, (2)
biomasa gulma, (3) persentase keracunan
Tempat dan Waktu Percobaan tanaman, (4) tinggi tanaman, (5) jumlah
Percobaan dilaksanakan di Desa daun, (6) jumlah anakan per rumpun, (7)
Limbangan Kecamatan Kersana Kabupaten diameter umbi, (8) bobot umbi segar per
Brebes Jawa Tengah. Percobaan rumpun, (9) bobot umbi segar per petak,
dilaksanakan selama 2 bulan, yaitu dari dan (10) bobot umbi kering per petak.
bulan April sampai dengan Juni 2013.
Analisis Data Hasil Pengamatan
Bahan dan Alat Percobaan Untuk mengetahui pengaruh
Bahan yang digunakan dalam perlakuan yang diuji terhadap
penelitian ini antara lain adalah bibit pertumbuhan dan hasil tanaman bawang
bawang merah kultivar Bima, kapstan, merah dilakukan analisis varians (uji F)
pupuk organik, Urea, SP-36, KCl, herbisida dengan model linier yang dikemukakan
Oxyfluorfen, insektisida dengan bahan oleh Vincent (1991) sebagai berikut :
aktif Klorfenaper, Abamectin dan Beta Yij = + ri + ti + ij
Siflutin, dan fungisida dengan bahan aktif Jika hasil analisis sidik keragaman
Propineb, Mancozeb dan Difenokonasol. menunjukkan perbedaan yang nyata, maka
Alat yang digunakan adalah cangkul, analisis data dilanjutkan dengan
tugal, papan nama, patok, label petak, menggunakan Uji Jarak Berganda Duncan
sprayer, gelas ukur, jangka sorong, pompa (DMRT) pada taraf nyata 5 persen.
air, ember, rafia, meteran, dan gembor.
HASIL DAN PENGAMATAN
Rancangan Percobaan
Metode percobaan yang digunakan Pengamatan Penunjang
adalah metode eksperimen dengan Dari hasil analisis tanah sebelum
menggunakan Rancangan Acak kelompok percobaan, tanah lokasi percobaan
(RAK) sederhana, dan diulang empat kali. bertekstur lempung berliat, dengan tingkat
Perlakuan konesntrasi herbisida kesuburan rendah.
Oxyfluorfren yang diuji adalah : Curah hujan selama percobaan rata-
A = 0 ml Oxyfluorfen/l air rata 41,39 mm per bulan, sehingga
B = 0,5 ml Oxyfluorfen/l air pelaksanaan penyiraman dilakukan secara
C = 1,0 ml Oxyfluorfen/l air berkala yaitu pada saat tidak ada hujan.
D = 1,5 ml Oxyfluorfen/l air Bibit bawang merah mulai tumbuh pada
E = 2,0 ml Oxyfluorfen/l air umur 4 hari setelah tanam, dengan
F = 2,5 ml Oxyfluorfen/l air ditandai munculnya pucuk ke permukaan
tanah. Daya tumbuh bibit bawang merah
Pelaksanaan Percobaan rata-rata sebesar 98%. Kondisi
Pelaksanaan percobaan di lapangan pertumbuhan tanaman secara umum
meliputi kegiatan persiapan bibit, ternyata bawang merah selama percobaan
pengolahan tanah, penanaman, pemeliha- cukup baik.
raan dan pemungutan hasil/panen.

289
Herbisida Oxyfluoufen, Pengendalian Gulma, Pertumbuhan serta Hasil Tanaman Bawang Merah

Hama yang menyerang selama dengan perlakuan lainnya. Pada umur 30


percobaan yaitu ulat tanah (Prodenia litura) hari setelah tanam menunjukkan bahwa
dan ulat daun (Spodoptera exigua). Penyakit tanpa pemberian herbisida persetase
yang menyerang bawang merah yaitu penutupan gulma tertinggi yaitu sebesar
bercak daun (Altenaria porii) yang 20,12% dan berbeda nyata dengan
disebabkan oleh cendawan. Daya serang perlakuan lainnya. Hal ini menunjukkan
penyakit tersebut masih relatif kecil bahwa perlakuan herbisida ini cukup
sehingga untuk menanggulangi penyakit dapat menekan pertumbuhan gulma
tersebut dilakukan penyemprotan terutama pada awal pertumbuhan
fungisida fungisida Propineb dengan tanaman. Dapat dilihat bahwa gulma
konsentrasi 2 g/l air. dominan pada petak perlakuan herbisida
Tanaman bawang merah dipanen ini adalah gulma Cynodon dactylon.
pada umur 58 hari setelah tanam, waktu Efektivitas pemberian herbisida
panen ditandai dengan 60% - 70% daun antara lain ditentukan oleh dosis herbisida.
telah rebah. Cara panen bawang merah Dosis herbisida yang tepat akan dapat
dengan cara mencabut seluruhan tanaman mematikan gulma sasaran, tetapi jika dosis
dengan tangan, kemudian tanah yang herbisida terlalu tinggi maka dapat
melekat dibersihkan. merusak bahkan mematikan tanaman yang
dibudidayakan. Oleh karenanya perlu
Pengamatan Utama dilakukan suatu pengujian terhadap
Persentase Penutupan Gulma (%) kisaran dosis campuran herbisida yang
Konsentrasi herbisida Oxyfluorfen optimal agar dapat meningkatkan
berpengaruh nyata terhadap persentase penekanan gulma pada pertanaman
penutupan gulma pada umur 20 dan 30 bawang merah.
hari setelah tanam. Untuk lebih jelasnya
dapat dilihat pada Tabel 1. Biomasa Gulma
Konsentrasi herbisida Oxyfluorfen
berpengaruh nyata terhadap biomasa
gulma pada umur 20 dan 30 hari setelah
tanam. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat
Tabel 2.

Pada umur 20 hari setelah tanam


perlakuan konsentrasi herbisida 1,5, 2,0
dan 2,5 ml Oxyfluorfen/l air (D, E dan F)
tidak berbeda nyata, tetapi ketiga
perlakuan tersebut berbeda nyata dengan Pada perlakuan tanpa pemberian
perlakuan konsentrasi 0, 0,5 dan 1,0 ml herbisida (A) memberikan bobot biomasa
Oxyfluorfen/l air (A, B dan C). Konsentrasi tertinggi yaitu masing-masing 31,63 g dan
herbisida 0 dan 0,5 ml Oxyfluorfen/l air (A 11,50 g per petak dan berbeda nyata
dan B), memberikan tutupan gulma dengan perlakuan lainnya. Sedangkan
tertinggi yaitu masing-masing sebesar pada perlakuan konsentrasi herbisida 2,5
35,93% dan 32,38% dan berbeda nyata ml oxyfluorfen/l air memberikan biomasa
gulma terendah, yaitu masing-masing

290
Herbisida Oxyfluoufen, Pengendalian Gulma, Pertumbuhan serta Hasil Tanaman Bawang Merah

sebesar 7,86 g dan 2,10 g per petak. Hal ini Pada pengamatan umur 30 hari
menunjukkan bahwa semakin tinggi setelah tanam, perlakuan konsentrasi 1,5
konsentrasi herbisida oxyfluorfen, maka dan 2,0 ml Oxyfluorfen/l air (D dan E)
semakin sedikit tutupan gulma di petak memberikan tinggi tanaman tertinggi dan
percobaan, dan pada akhirnya biomasa berbeda nyata dengan perlakuan
gulma yang dihasilkan relatif sedikit. Hal konsentrasi 0 dan 0,5 ml Oxyfluorfen/l air
ini disebabkan herbisida oxyfluorfen cukup (A dan B), tetapi tidak berbeda nyata
efektif menekan pertumbuhan gulma, dengan perlakuan konsentrasi 1,0 dan 2,5
sehingga pada dosis tinggi biomasa yang ml Oxyfluorfen/l air (C dan F).
dihasilkan relatif kecil. Pada umur 35, 40 dan 45 hari setelah
Herbisida berbahan aktif diphenyl- tanam menunjukkan bahwa perlakuan
ether (oxyfluorfen) yang bereaksi kontak, konsentrasi 2,5 m Oxyfluorfen/l air
sedikit ditranslokasikan ke bagian tanaman memberikan tinggi tanaman tertinggi dan
lainnya. Dengan demikian terjadi absorbsi berbeda nyata dengan perlakuan lainnya.
partikel oxyfluorfen di dalam tanah oleh Hal ini menunjukkan bahwa penggunaan
akar tanaman dan ditranslokasikan ke herbisida mampu menekan pertumbuhan
bagian tanaman lainnya sehingga gulma sehingga tanaman bawang merah
menimbulkan keracunan serta mampu tumbuh dengan baik. Penggunaan
menghambat pertumbuhannya gulma. Hal herbisida oxyfluorfen dengan dosis 2,5
ini terjadi karena oxyfluorfen bekerja ml/l air dapat memberikan tinggi tanaman
menghambat transpor elektron pada tertinggi dibandingkan dengan perlakuan
fotosistem II dalam proses fotosintesis lainnya, ini dikarenakan herbisida
(Tjitrosudirdjo dan Mawardi, 2007). oxyfluorfen merupakan herbisida sistemik
yang mampu membunuh gulma sampai ke
Persentase Keracunan Tanaman (%) akar-akarnya sehingga partum-buhan
Berdasarkan hasil pengamatan, gulma tertekan, tidak mengganggu dan
ternyata perlakuan herbisida Oxyfluorfen tidak membahayakan pertumbuhan
pada kisaran 0,5 – 2,5 ml Oxyfluorfen/l air bawang merah. Hal ini sesuai dengan
untuk pengendalian gulma pada persiapan pendapat Moenandir (1990) bahwa adanya
lahan budidaya tanaman bawang tidak gulma di sekitar tanaman berpengaruh
menimbulkan gejala keracunan pada secara kuantitatif dan kualitatif yaitu
tanaman bawang merah. pertumbuhan tanaman menjadi tertekan
dan kecil serta bentuk tanaman.
Tinggi Tanaman
Konsentrasi herbisida Oxyfluorfen Jumlah Daun
berpengaruh nyata terhadap tinggi Konsentrasi herbisida Oxyfluorfen
tanaman pada setiap periode pengamatan. berpengaruh nyata terhadap jumlah daun
Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada pada setiap periode pengamatan. Untuk
Tabel 3. lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 4.

291
Herbisida Oxyfluoufen, Pengendalian Gulma, Pertumbuhan serta Hasil Tanaman Bawang Merah

Pada umur 30 hari setelah tanam Pada umur 30 hari setelah tanam
menunjukkan bahwa konsentrasi herbisida menunjukan bahwa setiap konsentrasi
2,5 ml Oxyfluorfen/l air (F) memberikan herbisida Oxyfluorfen tidak memberikan
jumlah daun tertinggi dan berbeda nyata pengaruh terhadap jumlah anakan per
dengan perlakuan konsentrasi 0, 1,0 dan rumpun. Pada umur 35 hari setelah tanam
1,5 ml Oxyfluorfen/l air (A, C dan D), menunjukkan bahwa perlakuan
tetapi tidak berbeda nyata dengan konsentrasi herbisida 2,0 dan 2,5 ml
perlakuan konsentrasi 0,5 dan 2,0 Oxyfluorfen/l air (E dan F) memberikan
Oxyfluorfen/l air. Pada umur 35 hari pengaruh baik terhadap jumlah anakan per
setelah tanam menunjukkan bahwa rumpun dan berbeda nyata dengan tanpa
perlakuan konsentrasi herbisida 2,5 ml perlakuan herbisida (A), tetapi tidak
Oxyfluorfen/l air (F) memberikan jumlah berbda nyata dengan konsentrasi herbisida
daun tertinggi dan berbeda nyata dengan 0,5, 1,0 dan 1,5 ml Oxyfluorfen/l air (B, C
perlakuan lainnya, kecuali dengan dan D).
perlakuan konsentrasi 2,0 ml Pada umur 40 dan 45 hari setelah
Oxyfluorfen/l air (E) tidak berbeda nyata. tanam menunjukkan bahwa perlakuan
Pada umur 40 dan 45 hari setelah tanam konsentrasi herbisida 2,5 ml Oxyfluorfen/l
menunjukkan bahwa perlakuan herbisida air memberikan jumlah anakan per
2,5 ml Oxyfluorfen/l air memberikan rumpun tertinggi dan berbeda nyata
jumlah daun terbanyak dan berbeda nyata dengan perlakuan lainnya. Hal ini diduga
dengan perlakuan lainnya. perlakuan konsentrasi herbisida 2,5 ml
Hal ini menunjukkan bahwa Oxyfluorfen/l air tersebut dapat
pemberian herbisida dapat mempengaruhi memberikan ruang tumbuh yang
terhadap penekanan gulma, sehingga optimum, karena pertumbuhan gulma
dengan pemberian herbisida dapat relatif sedikit, sehingga tanaman bawang
berpengaruh terhadap jumlah daun merah dapat menghasilkan jumlah anakan
bawang merah dengan baik. Menurut per rumpun yang baik.
laporan Jatmiko dkk., (2002), pengaruh
herbisida dapat dilihat dari perubahan Diameter Umbi Segar (mm)
pada bentuk, warna daun dan Konsentrasi herbisida Oxyfluorfen
pertumbuhan tunas. berpengaruh nyata terhadap diameter
umbi bawang merah, seperti terlihat pada
Jumlah Anakan per Rumpun (buah) Tabel 6.
Konsentrasi herbisida Oxyfluorfen
berpengaruh nyata terhadap jumlah
anakan per rumpun pada setiap periode
pengamatan. Untuk lebih jelasnya dapat
dilihat pada pada Tabel 5.

Dari Tabel 6 tersebut, terlihat pada


pengamatan diameter umbi, perlakuan
konsentrasi herbisida 2,5 ml Oxyfluorfen/l
air (F) memberikan diameter umbi
tertinggi, yaitu 39,45 mm dan berbeda

292
Herbisida Oxyfluoufen, Pengendalian Gulma, Pertumbuhan serta Hasil Tanaman Bawang Merah

nyata dengan perlakuan lainnya. Hal ini Bobot Umbi Kering per Petak
menunjukkan bahwa konsentrasi herbisida Konsentrasi herbisida Oxyfluorfen
2,5 ml Oxyfluorfen/l air merupakan jarak berpengaruh nyata terhadap bobot umbi
tanam yang optimum. Dengan dosis kering per petak. Untuk lebih jelasnya
herbisida Oxyfluorfen yang tepat, maka dapat dilihat pada Tabel 8.
persaingan antar tanaman dengan gula
dapat dihindari, karena herbisida dapat
menekan pertumbuhan gulma, dengan
semakin sedikit gulma yang tumbuh di
pertanaman bawang merah, maka
diameter umbi segar yang dihasilkan lebih
besar.
Komponen hasil dan hasil tanaman
bawang merah dipengaruhi oleh
pertumbuhan tanaman. Kehadiran gulma Pada perlakuan tanpa pemberian
pada pertanaman bawang merah herbesida Oxyfluorfen (A) memberikan
memungkinkan terjadinya persaingan bobot umbi kering per petak terendah
antara keduanya sehingga akan dibandingkan dengan perlakuan lainnya.
mengakibatkan partum-buhan tanaman Sedangkan perlakuan konsentrasi
terhambat dan hasil tanaman menjadi herbisida 3,5 ml Oxyfluorfen (D)
berkurang. memberikan bobot umbi kering per petak
tertinggi yaitu sebesar 1,99 kg per petak
Bobot Umbi Segar dan Umbi Kering per atau setara dengan 13,27 ton per hektar dan
Rumpun (g) berbeda nyata dengan perlakuan lainnya.
Lonsentrasi herbisida Oxyfluorfen Semakin tinggi dosis herbisida yang
berpengaruh nyata terhadap bobot umbi diberikan maka pertumbuhan gulma yang
segar dan umbi kering per rumpun. Untuk relatif kecil dan persentase biomasa
lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 7. gulama semakin kecil. Tanaman bawang
merah yang tumbuh dalam kondisi lahan
yang ditumbuhi gulma tidak dapat
mengakumulasi lebih banyak fotosintat.
Hal ini sesuai dengan pendapat Jumin
(1999) bahwa apabila suatu tanaman stres
air, suhu, cahaya atau hara mengakibatkan
terganggunya pertumbuhan tanaman. Oleh
karena itu besarnya dosis herbisida sangat
berpengaruh terhadap tingkat penekanan
gulma yang pada akhirnya mempengaruhi
komponen hasil bawang merah yang
tinggi.
Berdasarkan data Tabel 12 tersebut Herbisida oxyfluorfen mempunyai
menunjukkan bahwa perlakuan daya kerja yang cepat dan menyebabkan
konsentrasi herbisida 2,5 ml Oxyfluorfen/l terhambatnya proses fotosintesis dan
air memberikan bobot umbi segar dan rusaknya membran sel dan seluruh organ
umbi kering per rumpun tertinggi yaitu sehingga gulma mengalami klorosis dan
masing-masing sebesar 44,23 g dan 35,84 kelihatan terbakar yang akhirnya gulma
dan berbeda nyata dengan perlakuan mengalami kematian. Vencill dkk. (2002)
lainnya. menjelaskan bahwa lipid hidroperoksida
yang merupakan cara kerja herbisida akan
menghancurkan membran sel yang

293
Herbisida Oxyfluoufen, Pengendalian Gulma, Pertumbuhan serta Hasil Tanaman Bawang Merah

menyebabkan pecahnya sitoplasma menggunakan konsentrasi dan macam


menjadi bagian-bagian interseluler herbisida lebih variatif dan tepat
sehingga daun akan menjadi layu dan percobaan yang berbeda
mengguning dengan cepat. Lebih lanjut
Rao (2000) menjelaskan oxyfluorfen DAFTAR PUSTAKA
merupakan herbisida kontak dan bila Aksi Agraris Kanisius. 2009. Sayuran.
molekul herbisida ini terkena sinar Kanisius. Yogyakarta.
matahari setelah berpenetrasi ke dalam
daun atau bagian lain yang hijau, maka Dinas Pertanian Kabupaten Brebes. 2011.
molekul ini akan bereaksi menghasilkan Perkembangan Tanaman, Padi,
hydrogen peroksida yang merusak Palawija dan Sayuran Di Kabupaten
membran sel dan seluruh organ tanaman. Brebes. Dinas Pertanian Kabupaten
Brebes, Brebes.
Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan Direktorat Jenderal Hortikultura. 2011.
pembahasan yang telah diuraikan dimuka, Statistik Perdagangan Luar Negeri
maka dapat ditarik kesimpulan sebagai Indonesia. Pusat Penelitian dan
berikut : Pengembangan Hortikultura. Badan
1. Konsentrasi herbesida Oxyfluorfen Penelitian dan Pengembangan
berpengaruh nyata terhadap pengenda- Pertanian. Direktorat Jenderal
lian gulma dan pertumbuhan serta Horikultura. Departemen Pertanian,
hasil bawang merah Jakarta.
2. Konsentrasi herbisida 2,5 ml
Oxyfluorfen/l air memberikan Estu Rahayu dan Nur Berlian. 2004.
pengaruh paling baik terhadap Bawang Merah. Penebar Swadaya,
pengendalian gulma, tinggi tanaman, Jakarta.
jumlah daun, diameter umbi, bobot
umbi segar per rumpun, bobot umbi Hartono Sudarmadi, Ahmad Sudirto dan
kering per rumpun dan per petak. Muhamad Djaelani. 1998. Gulma
Konsentrasi herbisida 2,5 ml Pada Persawahan. Buletin Agronomi.
Oxyfluorfen/l air memberikan bobot IPB, Bogor.
umbi kering tertinggi yaitu 1,99 kg per
petak atau setara dengan 13,27 ton per Pasaribu, A., R.B. Mohammad, dan A.
hektar. Hasim. 2003. Pengaruh Herbisida
terhadap Perkembangan Spora dan
Saran Pertumbuhan Hifa Jamur Vesikular
Berdasarkan kesimpulan tersebut, arbuskular Mikoriza Glomus
maka dapat dikemukakan saran-saran mossaseae. Journal of Tropical Vol. 1
sebagai berikut : (2), December 2003.
1. Untuk memperoleh pertumbuhan dan
hasil bawang merah yang baik, Pirman Bangun. 1998. Pengendalian Gulma
disarankan menggunakan konsentrasi Secara Kimia Tanaman Padi Sawah
herbisida Oxyfluorfen 2,5 ml/l air dan Prospeknya Di Masa Depam.
karena secara teknis dapat HIGI Bogor, Bogor.
meningkatkan produksi bawang merah
2. Perlu penelitian lebih lanjut mengenai Rahmat Rukmana. 1994. Bawang Merah.
konsentrasi herbisida terhadap Budidaya dan Pengelolaan
pengendalian gulma, pertumbuhan dan Pascapanen. Kanisius, Yogyakarta.
hasil bawang merah dengan

294
Herbisida Oxyfluoufen, Pengendalian Gulma, Pertumbuhan serta Hasil Tanaman Bawang Merah

Tjitrosoedirdjo Utomo dan Wiratmodjo.


1998. Pengelolaan Gulma di
Perkebunan. Grammedia, Jakarta.

Tjokrowardojo, A.S. dan Nur Maslahah.


2007. Pengaruh Herbisida Glifosat
dan Paraquat untuk Penyiapan
Lahan Tanpa Olah Tanah terhadap
Perkembangan Mikoriza Arbuskular.
Prosiding Seminar Nasional XIII
Persada. 9 Agustus 2007. FKH-IPB
Bogor.

Vincent Gaspersz. 1991. Teknik Analisis


Dalam Penelitian Percobaan.
Tarsito, Bandung.

295

Anda mungkin juga menyukai