Anda di halaman 1dari 7

Jurnal Internasional Ilmu Sosial dan Humaniora

Tersedia online di http://sciencescholar.us/journal/index.php/ijssh


Vol. 3 No. 1, April 2019, halaman: 186 ~ 192 e-ISSN:
2550-7001, p-ISSN: 2550-701X
https://doi.org/10.29332/ijssh.v3n1.280

Pengaruh Literasi Keuangan terhadap Inklusi Keuangan


melalui Pelatihan Keuangan

AmramRohi Bire Sebuah , Heni Matelda Sauw b , Maria c

Riwayat artikel: Diterima 9 Agustus 2018, Diterima: 31 Desember 2018, Dipublikasikan: 27 April 2019

Penulis Korespondensi Sebuah Abstrak

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan pengaruh literasi keuangan terhadap inklusi keuangan yang
dimediasi oleh pelatihan keuangan. Itu berfokus pada Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah ( UMKM).
Responden dalam penelitian ini sebanyak 54 responden yang diambil dari 119 UMKM di kota Kupang,
Indonesia. Analisis menggunakan teknik analisis jalur. Itu untuk menentukan hubungan langsung atau tidak
langsung dengan SPSS Versi 20. Hasil analisis menunjukkan bahwa literasi keuangan berpengaruh
langsung dan signifikan terhadap inklusi keuangan. Kontribusinya terhadap pelatihan keuangan adalah
33%. Di sisi lain, kontribusi literasi keuangan terhadap inklusi sebesar 32%. Selain itu, pelatihan keuangan
telah memediasi hubungan antara literasi keuangan dan inklusi keuangan. Presentasinya 11%. Fenomena
ini menunjukkan bahwa ke depan perlu dilakukan peningkatan frekuensi pelatihan keuangan bagi pelaku
Kata kunci UMKM di kota Kupang, Indonesia. Pelatihan harus dilakukan untuk meningkatkan inklusi keuangan dalam
memahami pengetahuan tentang produk keuangan. Karena studi saat ini hanya meneliti literasi keuangan,
perusahaan;
inklusi keuangan, dan pelatihan keuangan,
keuangan;
inklusif;
melek huruf;

UMKM;

e-ISSN: 2550-7001, p-ISSN: 2550-701X © Hak Cipta 2019. Penulis.


Jurnal SS Diterbitkan oleh Universidad Técnica de Manabí. Ini adalah
artikel akses terbuka di bawah lisensi CC BY-SA 4.0
( https://creativecommons.org/licenses/by-sa/4.0/ )
Seluruh hak cipta.

Isi
Abstrak ................................................. .................................................. .................................................. .................................................. 186
1. Perkenalan ............................................... .................................................. .................................................. ..................................... 187
2. Bahan-bahan dan metode-metode ............................................. .................................................. .................................................. .................. 188

3. Hasil dan Diskusi ............................................. .................................................. .................................................. ................ 189

Sebuah Politeknik Negeri Kupang, NTT, Indonesia


b Politeknik Negeri Kupang, NTT, Indonesia
c Politeknik Negeri Kupang, NTT, Indonesia

186
IJSSH e-ISSN: 2550-7001 • p-ISSN: 2550-701X 187

4. Kesimpulan............................................... .................................................. .................................................. ......................................... 190


Ucapan Terima Kasih ................................................. .................................................. .................................................. ..................... 190
Referensi................................................. .................................................. .................................................. ....................................... 191
Biografi Penulis ............................................... .................................................. .................................................. ................... 192

1. Perkenalan

Banyak produk keuangan yang ditawarkan hari ini (Pepinsky, 2013). Fenomena ini menuntut masyarakat memiliki kecerdasan finansial, yaitu
kecerdasan dalam mengelola aset pribadi. Dengan menerapkan metode pengelolaan yang baik dan benar diharapkan masyarakat dapat
memperoleh manfaat yang sebesar-besarnya dari uang yang telah dimilikinya (Mosley & Hulme, 1998).

Diketahui juga bahwa pentingnya literasi keuangan tidak hanya bermanfaat bagi masyarakat tetapi juga bermanfaat bagi lembaga keuangan (Prete,
2013). Ketika orang memahami produk industri keuangan, mereka akan terdorong untuk membeli salah satu produknya. Misalnya asuransi,
pinjaman bank, atau tabungan di bank. Orang yang semula menyimpan uangnya sendiri, setelah memiliki pemahaman tentang jasa keuangan,
akan menyimpan uangnya di bank.

Mosley & Hulme (1998), menyatakan bahwa semakin tinggi potensi transaksi keuangan maka pertumbuhan ekonomi akan semakin tinggi. Selain itu, semakin
tinggi potensi transaksi keuangan maka semakin tinggi distribusi dan kewajaran pendapatan dapat tercipta. Dengan meningkatkan literasi keuangan masyarakat,
diharapkan semakin banyak masyarakat yang menyimpan uangnya di bank dan menggunakannya untuk investasi.

Tingkat literasi keuangan dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain status sosial ekonomi dan gaya hidup
(Prete, 2013), Indeks literasi keuangan berdasarkan tingkat pendidikan yang dikeluarkan Otoritas Jasa Keuangan tahun 2014 menunjukkan bahwa lulusan perguruan tinggi memiliki tingkat literasi

keuangan tertinggi yaitu 56,4%. Selanjutnya, mereka yang tamat SLTA sudah mendapatkan 35,7% literasi keuangan, sedangkan yang baru tamat SD hanya memiliki literasi keuangan 24,6%.

Selebihnya, mereka yang tidak pernah bersekolah hanya mendapatkan literasi keuangan sebesar 16,3%. Hal ini menunjukkan bahwa semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang maka semakin

baik literasi keuangan yang dimilikinya. Faktor selanjutnya yang mempengaruhi tingkat literasi keuangan adalah pendapatan. Secara umum, semakin tinggi pendapatan seseorang, semakin tinggi

tingkat literasi keuangan yang dimilikinya. Itu dimiliki melalui penggunaan produk keuangan. Keluarga dengan tingkat pendapatan tinggi cenderung menggunakan produk keuangan seperti deposito,

asuransi, properti, dan lain sebagainya. Sementara itu, masyarakat berpenghasilan rendah cenderung melek finansial melalui penggunaan produk keuangan rendah. Ini karena mereka tidak

memiliki penghasilan yang cukup untuk diinvestasikan. Dengan demikian, semakin tinggi tingkat pendapatan seseorang, semakin baik pula tingkat literasi keuangan melalui penggunaan produk

keuangan yang tersedia. Aspek berikutnya yang mempengaruhi literasi keuangan adalah jenis pekerjaan. Pekerjaan seseorang menentukan tingkat literasi keuangan. Misalnya, bekerja di

perusahaan dengan posisi yang baik cenderung memiliki literasi keuangan yang baik, yang mana akan memanfaatkan produk dan jasa keuangan dalam pengelolaan keuangannya. orang dengan

tingkat pendapatan rendah cenderung melek finansial melalui penggunaan produk keuangan rendah. Ini karena mereka tidak memiliki penghasilan yang cukup untuk diinvestasikan. Dengan

demikian, semakin tinggi tingkat pendapatan seseorang, semakin baik pula tingkat literasi keuangan melalui penggunaan produk keuangan yang tersedia. Aspek berikutnya yang mempengaruhi

literasi keuangan adalah jenis pekerjaan. Pekerjaan seseorang menentukan tingkat literasi keuangan. Misalnya, bekerja di perusahaan dengan posisi yang baik cenderung memiliki literasi keuangan

yang baik, yang mana akan memanfaatkan produk dan jasa keuangan dalam pengelolaan keuangannya. orang dengan tingkat pendapatan rendah cenderung melek finansial melalui penggunaan

produk keuangan rendah. Ini karena mereka tidak memiliki penghasilan yang cukup untuk diinvestasikan. Dengan demikian, semakin tinggi tingkat pendapatan seseorang maka akan semakin baik

pula tingkat literasi keuangan melalui penggunaan produk keuangan yang tersedia. Aspek berikutnya yang mempengaruhi literasi keuangan adalah jenis pekerjaan. Pekerjaan seseorang menentukan tingkat literasi keuangan. M

Selain literasi keuangan, inklusi keuangan juga dinilai penting dalam meningkatkan jumlah
Usaha Mikro, Kecil dan Menengah ( UMKM). Keuangan inklusif di Indonesia diluncurkan pada tahun 2010 oleh Bank Indonesia dengan tujuan untuk
memperluas akses masyarakat terhadap layanan keuangan. Selama ini 32% atau 76 juta orang belum tersentuh jasa keuangan, selain itu 60% -
70% UMKM di Indonesia juga belum memiliki akses perbankan. Hampir 53 juta penduduk miskin bekerja di sektor UMKM yang memiliki potensi
sangat besar untuk mengurangi pengangguran dan mengentaskan kemiskinan (Sanjaya & Nursechafia, 2016).

Literasi keuangan dan inklusi keuangan juga menjadi kendala yang dihadapi oleh 753 pelaku UMKM di Kota Kupang. Rendahnya informasi pelaku
UMKM tentang pengelolaan keuangan termasuk perencanaan, pengelolaan keuangan, keputusan keuangan, dan terbatasnya informasi akses
keuangan dalam memperoleh modal usaha dari bank akan menimbulkan permasalahan di industri UMKM. (Klapper dkk., 2012). Aspek-aspek tersebut
merupakan permasalahan yang dialami oleh pelaku UMKM di Kota Kupang. Berdasarkan observasi awal yang dilakukan pada UMKM di Kota Kupang
terdapat beberapa kendala khususnya pada pengetahuan Literasi Keuangan, sehingga indeks Inklusi Keuangan di Kotaupang secara umum masih
sangat rendah. Berbagai kegiatan yang telah dilakukan oleh berbagai pihak dalam hal literasi keuangan untuk mendorong inklusi keuangan telah
dilakukan baik oleh pihak perbankan, asuransi, koperasi, maupun lembaga keuangan lainnya. Pelatihan keuangan merupakan salah satu faktor yang
dilakukan untuk memberikan pemahaman yang lebih baik tentang literasi keuangan. Diharapkan dapat meningkatkan inklusi keuangan. Menghitung
masalah seperti itu

Bire, AR, Sauw, HM, & Maria, -. (2019). Pengaruh literasi keuangan terhadap inklusi keuangan melalui
pelatihan keuangan. Jurnal Internasional Ilmu Sosial dan Humaniora, 3 (1), 186-192.
https://doi.org/10.29332/ijssh.v3n1.280
188 e-ISSN: 2550-7001 • p-ISSN: 2550-701X

dijelaskan di atas, kami melakukan penelitian saat ini. Masalah ilmiah dalam penelitian ini adalah bagaimana pengaruh literasi keuangan terhadap
pelatihan keuangan dan inklusi keuangan.

2. Bahan-bahan dan metode-metode

Literasi Keuangan

Amidjono dkk., ( 2016), mengemukakan bahwa literasi keuangan merupakan rangkaian proses atau kegiatan untuk meningkatkan pengetahuan,
kompetensi, dan keterampilan konsumen serta masyarakat luas sehingga mampu mengelola keuangan dengan lebih baik. Pernyataan serupa dikemukakan
oleh Mason & Wilson (Krishna, 2010). Literasi keuangan adalah kemampuan seseorang untuk memperoleh, memahami, dan mengevaluasi informasi yang
relevan untuk mengambil keputusan dengan memahami konsekuensi keuangan yang dihasilkan darinya.

Huston (2010), menyatakan bahwa literasi keuangan terjadi ketika seseorang memiliki seperangkat keterampilan dan kemampuan yang membuat orang tersebut
mampu memanfaatkan sumber daya yang ada untuk mencapai tujuan. Berdasarkan Gilarso (2004), banyak godaan hidup telah terjadi dan menawarkan hidup mewah.
Akibatnya, pendapatan masyarakat selalu dianggap berpenghasilan rendah karena mereka selalu menggunakan seluruh uangnya untuk membeli segala sesuatu.

Selanjutnya, hasil penelitian yang dilakukan oleh Widayanti dkk., ( 2017), menyimpulkan bahwa literasi keuangan berpengaruh sebesar 28,9%
terhadap keberlanjutan UMKM untuk dunia usaha. Sebaliknya, Yushita & Amanita (2017), menyatakan bahwa secara umum tingkat literasi keuangan di
negara maju masih rendah. Apalagi negara berkembang termasuk Indonesia, menghadapi masalah yang cukup serius terkait literasi keuangan. Hal
tersebut menunjukkan bahwa literasi keuangan berpengaruh positif terhadap inklusi serta perilaku keuangan. Sesuai dengan, Putri dkk., ( 2019), mengungkapkan
bahwa literasi keuangan berpengaruh positif dan signifikan terhadap pengambilan keputusan investasi. Hal senada diungkapkan oleh Aribawa (2016), yang
menyatakan bahwa literasi keuangan yang baik akan meningkatkan kinerja dan keberlanjutan UMKM.

Hipotesis 1: Literasi keuangan mempengaruhi inklusi keuangan

Inklusi Keuangan

Hendro dkk., ( 2014), menyatakan bahwa inklusi keuangan memperluas akses layanan perbankan, terutama bagi masyarakat pedesaan yang
berbiaya rendah. Ini termasuk meningkatkan kualitas program tabungan, mengembangkan pendidikan keuangan, melaksanakan Nomor Identitas
Keuangan ( FIN) dan melakukan survei literasi keuangan.

Pelatihan Keuangan

Hendro dkk., ( 2014), menyatakan bahwa pelatihan atau pemberian bantuan teknis keuangan ditujukan untuk meningkatkan kelayakan dan
kemampuan UMKM. Ini meningkatkan keahlian perbankan tentang MSME. Upaya pengembangan sektor riil dilakukan melalui lima (5) pilar utama,
antara lain 1) edukasi dan perlindungan konsumen; 2) pemetaan informasi keuangan; 3) fasilitasi; 4) saluran distribusi; dan 5) peraturan
pendukung. Pelatihan keuangan dapat dilakukan dalam beberapa tahap, antara lain 1) pengembangan klaster nasional dan daerah; 2) pemberian
bantuan teknis melalui sosialisasi.

Rifa'i (2017), menyatakan bahwa Bank Pembiayaan Komunitas telah berhasil menjaga dan meningkatkan kapasitasnya dalam memberikan akses,
penyaluran pembiayaan, dan rasio keuangan kepada pelaku UMKM. Itu dilakukan melalui pelatihan keuangan. Menurut Rifa'i (2017), Shalahuddinta
(2014), menyatakan bahwa faktor pendidikan dan pelatihan keuangan, pengalaman kerja dan pembelajaran di perguruan tinggi dapat
mempengaruhi literasi keuangan.
Purnamawati dkk., ( 2017), juga menyatakan bahwa pelatihan dan pendampingan keuangan memberikan kontribusi 90% untuk penyusunan laporan arus kas dalam
mengelola koperasi.

Hipotesis 2: Pelatihan keuangan mempengaruhi inklusi keuangan


Hipotesis 3: Pelatihan keuangan memediasi hubungan antara literasi keuangan dan inklusi keuangan

IJSSH Vol. 3 No.1, April 2019, halaman: 186 ~ 192


IJSSH e-ISSN: 2550-7001 • p-ISSN: 2550-701X 189

Berdasarkan kajian teoritis dan kajian empiris sebelumnya, model kerangka konseptual dapat dijelaskan pada Gambar 1 berikut.

Keuangan Keuangan
Melek huruf Penyertaan
(X) (Z)

Keuangan
Latihan
(Y)

Gambar 1. Kerangka penelitian

Populasi dan Sampel Penelitian

Populasi dalam penelitian ini sebanyak 119 responden. Dengan menggunakan Rumus Slovin dengan ketelitian 10%, ditemukan 54 pelaku
UMKM yang kemudian dijadikan responden (Sugiyono, 2013).

Model Pengukuran

Pengukuran literasi keuangan dalam penelitian ini menggunakan pengukuran yang diusulkan oleh Chen & Volpe (1998); Mandell dan Klein
(2007). Ini termasuk 1) pengetahuan umum tentang keuangan, 2) simpan pinjam, 3) asuransi, dan 4) investasi. Pengukuran inklusi keuangan
menggunakan pengukuran yang diusulkan oleh dari
Hendro dkk., ( 2014), termasuk; 1) edukasi keuangan dan perlindungan konsumen, 2) pemetaan informasi keuangan, 3) fasilitasi, 4) jalur distribusi,
dan 5) regulasi pendukung. Pengukuran pelatihan keuangan juga menerapkan pengukuran yang diusulkan oleh Hendro dkk., ( 2014). Selanjutnya
model-model dalam penelitian ini meliputi; 1) peningkatan kemampuan pencatatan keuangan, 2) peningkatan kemampuan pengelolaan keuangan,
3) peningkatan pemahaman terhadap produk lembaga keuangan, dan 4) penggunaan produk lembaga keuangan. Skala pengukuran menggunakan
skala interval; 5 = sangat setuju, 4 = setuju, 3 = tidak setuju, 2 = tidak setuju dan 1 = sangat tidak setuju.

Alat Analisis

Analisis diterapkan analisis jalur untuk menguji pengaruh langsung dan tidak langsung variabel literasi keuangan dengan inklusi keuangan
melalui pelatihan keuangan dengan bantuan versi SPSS. 20.

3. Hasil dan Diskusi

Hasil pengujian validitas masing-masing variabel menunjukkan beberapa poin penting yang dijabarkan sebagai berikut. Pertama, variabel
literasi keuangan terdiri dari 4 item pernyataan. Nilainya 0,304-0,555. Kedua, variabel pelatihan keuangan dengan nilai reliabilitas 4 item pernyataan
mendapatkan nilai reliabilitas antara 0,491-0,27. Variabel inklusi keuangan yang terdiri dari 5 item pernyataan memiliki nilai reliabilitas antara
0,439-0,587. Selanjutnya semua variabel memiliki nilai yang lebih besar dari nilai signifikansi 0, 30. Sedangkan dari uji reliabilitas menunjukkan
bahwa variabel literasi keuangan memiliki skor rata-rata 0,598, sedangkan variabel pelatihan keuangan memiliki skor rata-rata 0,784, dan variabel
inklusi keuangan memiliki nilai skor rata-rata 0.686.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada pengaruh langsung antara literasi keuangan dan inklusi keuangan terhadap pelatihan keuangan. Itu
adalah 0,33 (33%), sedangkan pengaruh langsung literasi keuangan terhadap inklusi keuangan adalah 0,32 (32%). Selanjutnya, pengaruh pelatihan
keuangan terhadap inklusi keuangan adalah 0,11 (11%). Fenomena tersebut menunjukkan bahwa pelatihan keuangan mampu memediasi hubungan
antara literasi keuangan dan keuangan

Bire, AR, Sauw, HM, & Maria, -. (2019). Pengaruh literasi keuangan terhadap inklusi keuangan melalui
pelatihan keuangan. Jurnal Internasional Ilmu Sosial dan Humaniora, 3 (1), 186-192.
https://doi.org/10.29332/ijssh.v3n1.280
190 e-ISSN: 2550-7001 • p-ISSN: 2550-701X

penyertaan. Semakin baik pelatihan keuangan, semakin baik hubungan antara literasi keuangan dan inklusi keuangan. Hal ini menunjukkan bahwa
hipotesis ketiga diterima.
Berdasarkan hasil analisis, beberapa pernyataan terkait hipotesis diuraikan sebagai berikut. Pertama, literasi keuangan memiliki pengaruh
langsung dan signifikan terhadap inklusi keuangan. Kedua, pelatihan keuangan memiliki pengaruh langsung dan signifikan terhadap inklusi
keuangan. Ketiga, pelatihan keuangan mampu memediasi hubungan antara literasi keuangan dan inklusi keuangan.

Hasil penelitian pertama menunjukkan bahwa literasi keuangan berpengaruh terhadap inklusi keuangan. Hal tersebut sesuai dengan penelitian
yang dilakukan oleh Widayanti, dkk., ( 2017), & Putri dkk., ( 2019). Dengan demikian, hipotesis pertama diterima dan terbukti benar bahwa literasi
keuangan berpengaruh terhadap inklusi keuangan. Hipotesis kedua juga diterima. Dinyatakan bahwa pelatihan keuangan telah mempengaruhi
inklusi keuangan. Hasil studi saat ini didukung oleh studi yang dilakukan oleh Rifa'I (2017), Shalahuddinta (2014), & Purnamawati dkk., ( 2017).

4. Kesimpulan

Berdasarkan pembahasan di atas, kami menyimpulkan beberapa hal sebagai berikut. 1) Implementasi literasi keuangan pada UMKM di Kota Kupang
Indonesia sudah sangat baik, namun demikian Pemerintah Kota Kupang harus memberikan literasi keuangan yang baik dengan memberikan pengetahuan
umum tentang keuangan kepada para pelaku UMKM. 2) Literasi keuangan mempengaruhi pelatihan keuangan. Jika literasi keuangan ditingkatkan,
pelatihan keuangan tentu akan lebih baik.
3) Literasi keuangan dan pelatihan keuangan secara simultan berpengaruh signifikan terhadap inklusi keuangan.
Beberapa keterbatasan penelitian ini adalah; 1) Kami hanya meneliti aspek literasi keuangan yang dimediasi oleh pelatihan keuangan, 2)
responden dalam penelitian ini hanya terbatas pada pelaku usaha mikro dan kecil. Belum dibahas pelaku usaha menengah yang tentunya memiliki
laporan keuangan yang lebih sistematis. Selanjutnya, 3) aspek transparansi dan akuntabilitas harus diperhatikan. Dengan kata lain, transparansi
dalam pengelolaan keuangan pelaku UMKM di Kota Kupang perlu dikaji lebih lanjut.

Lebih lanjut, Pemerintah Kota Kupang dalam hal ini Otoritas Jasa Keuangan harus memberikan pelatihan keuangan kepada para pelaku
UMKM untuk meningkatkan inklusi keuangan. Dengan meningkatkan frekuensi pelatihan, literasi keuangan akan meningkatkan inklusi keuangan (Amidjono
dkk., 2016). Peneliti selanjutnya dapat lebih memperhatikan frekuensi pelatihan bagi pelaku UMKM di Kota Kupang dengan menitikberatkan pada
kondisi laporan keuangan masing-masing pelaku. Aspek transparansi dan akuntabilitas laporan keuangan setiap pelaku UMKM perlu diperhatikan
oleh Pemerintah Kota Supang dalam rangka meningkatkan perekonomian para pelaku UMKM. Lebih jauh lagi, akses layanan perbankan harus
difasilitasi secara sederhana untuk meningkatkan pengetahuan para pelaku tentang kemajuan ekonomi.

Ucapan Terima Kasih


Pekerjaan ini didukung oleh Dana Penelitian yang disediakan oleh Politeknik Negeri Kupang, NTT- Indonesia. Oleh karena itu, kami mengucapkan
terima kasih kepada Direktur Politeknik Negeri Kupang NTT- Indonesia.

IJSSH Vol. 3 No.1, April 2019, halaman: 186 ~ 192


IJSSH e-ISSN: 2550-7001 • p-ISSN: 2550-701X 191

Referensi
Amidjono, DS, Brock, J., & Junaidi, E. (2016). Literasi keuangan di Indonesia. Di Buku Pegangan Internasional
Literasi Keuangan ( hlm. 277-290). Springer, Singapura. https://doi.org/10.1007/978-981-10-0360-8_18
Aribawa, D. (2016). Pengaruh literasi keuangan terhadap kinerja dan keberlangsungan UMKM di Jawa
Tengah. Jurnal Fakultas Hukum UII, 20 ( 1), 1-13.
Chen, H., & Volpe, RP (1998). Analisis literasi keuangan pribadi di kalangan mahasiswa. Keuangan
ulasan layanan, 7 ( 2), 107-128. https://doi.org/10.1016/S1057-0810(99)80006-7
Gilarso, T. (2004). Pengantar Ilmu Ekonomi Makro. Kanisius.
Hendro, T., & Rahardja, CT (2014). Bank & Institusi Keuangan Non Bank di Indonesia. Yogyakarta: UPP STIM
YKPN, 44.
https://doi.org/10.1016/j.worlddev.2012.06.007
Huston, SJ (2010). Mengukur literasi keuangan. Jurnal Urusan Konsumen, 44 ( 2), 296-316.
https://doi.org/10.1111/j.1745-6606.2010.01170.x
James, GA (2005). Permintaan uang dan liberalisasi keuangan di Indonesia. Jurnal Ekonomi Asia, 16 ( 5), 817-829. https://doi.org/10.1016/S0378-1127(97)00210-7

Klapper, L., Lusardi, A., & Panos, GA (2012). Literasi keuangan dan krisis keuangan. Bank Dunia. Krishna, A., Rofaida, R., & Sari, M. (2010,
November). Analisis tingkat literasi keuangan di kalangan mahasiswa
dan faktor-faktor yang mempengaruhinya (Survei pada Mahasiswa Universitas Pendidikan Indonesia). Di Prosiding Konferensi Internasional
ke-4 tentang Pendidikan Guru ( hlm. 552-560). Mandell, L., & Klein, LS (2007). Motivasi dan literasi keuangan. Ulasan jasa keuangan, 16 ( 2).

Mosley, P., & Hulme, D. (1998). Keuangan usaha mikro: apakah ada konflik antara pertumbuhan dan kemiskinan
pengurangan?. Perkembangan dunia, 26 ( 5), 783-790. https://doi.org/10.1016/S0305-750X(98)00021-7
Pepinsky, TB (2013). Pembangunan, perubahan sosial, dan keuangan Islam di Indonesia kontemporer. Dunia
Pengembangan, 41, 157-167. https://doi.org/10.1016/j.worlddev.2012.06.007
Prete, AL (2013). Literasi ekonomi, ketimpangan, dan perkembangan keuangan. Ekonomi Letters, 118 ( 1), 74-76.
https://doi.org/10.1016/j.econlet.2012.09.029
Purnamawati, IGA, & Yuniarta, GA (2018). Pelatihan dan Pendampingan Penyusunan Laporan Arus Kas
untuk Pengelola Koperasi di Kecamatan Buleleng. Prosiding Community Development, 1, 189-197.
https://doi.org/10.30874/comdev.2017.25
Putri, WW, & Hamidi, M. (2019). Pengaruh literasi keuangan, efikasi keuangan, dan faktor demografi
mengambil keputusan investasi (studi kasus pada mahasiswa magister manajemen fakultas ekonomi universitas andalas padang). Jurnal
Ilmiah Mahasiswa Ekonomi Manajemen, 4 ( 1), 398-312.
Rifa'i, A. (2017). Peran Bank Pembiayaan Rakyat Syariah dalam Mengimplementasikan Keuangan Inklusif
Melalui Pembiayaan UMKM. Human Falah: Jurnal Ekonomi dan Bisnis Islam, 1 ( 1).
Sanjaya, IM, & Nursechafia, N. (2016). Inklusi Keuangan dan Pertumbuhan Inklusif: Analisis Lintas Provinsi Di
Indonesia. Buletin Ekonomi Moneter dan Perbankan, 18 ( 3), 281-306.
https://doi.org/10.21098/bemp.v18i3.551
Shalahuddinta, A. (2014). Pengaruh Pendidikan Keuangan Di Keluarga, Pengalaman Bekerja Dan Pembelajaran
Di Perguruan Tinggi Terhadap Literasi Keuangan. Jurnal Pendidikan Akuntansi (JPAK), 2 ( 2).
Sugiyono. (2013), Metode Penelitian Bisnis. Bandung: CV. Alfabeta.
Widayanti, R., Damayanti, R., & Marwanti, F. (2017). Pengaruh Literasi Keuangan Terhadap Keberlangsungan
Usaha (Keberlanjutan Bisnis) PADA UMKM Desa Jatisari. Jurnal Ilmiah Manajemen dan Bisnis, 18 ( 2), 153-
163. https://doi.org/10.30596/jimb.v18i2.1399
Yushita, AN (2017). Pentingnya literasi keuangan bagi pengelolaan keuangan pribadi. Nominal, Barometer
Riset Akuntansi dan Manajemen, 6 ( 1). http://dx.doi.org/10.21831/nominal.v6i1.14330

Bire, AR, Sauw, HM, & Maria, -. (2019). Pengaruh literasi keuangan terhadap inklusi keuangan melalui
pelatihan keuangan. Jurnal Internasional Ilmu Sosial dan Humaniora, 3 (1), 186-192.
https://doi.org/10.29332/ijssh.v3n1.280
192 e-ISSN: 2550-7001 • p-ISSN: 2550-701X

Biografi Penulis

Amram Rohi Bire adalah dosen senior di Politeknik Negeri Kupang, Indonesia. Ia mengajar di Departemen
Administrasi Bisnis. Selain itu beliau aktif melakukan penelitian di bidang keuangan. Hasil penelitiannya telah
dipublikasikan di beberapa jurnal nasional ternama.

Surel: rohibireamram@yahoo.co.id

Heni Matelda Sauw adalah dosen senior di Politeknik Negeri Kupang. Minatnya di bidang Manajemen. Selain
mengajar, ia aktif melakukan penelitian di bidang Manajemen.

Surel: kubabaqi@gmail.com

Maria adalah dosen senior di Politeknik Negeri Kupang. Selain mengajar, dia juga aktif melakukan penelitian.
Penelitiannya terutama berkaitan dengan bidang keuangan. Ia, saat ini tertarik pada bidang perkembangan
keuangan.

Surel: m_maria66@ymail.com

IJSSH Vol. 3 No.1, April 2019, halaman: 186 ~ 192

Anda mungkin juga menyukai