Pengertian Ejaan
Ejaan ialah penggambaran bunyi bahasa dengan kaidah tulis-menulis yang
distandardisasikan. Lazimnya, ejaan mempunyai tiga aspek, yakni aspek fonologis
yang menyangkut penggambaran fonem dengan huruf dan penyusunan abjad.
Aspek morfologi yang menyangkut penggambaran satuan-satuan morfemis dan
aspek sintaksis yang menyangkut penanda ujaran tanda baca (Haryatmo Sri, 2009).
Dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia dinyatakan, ejaan adalah cara atau aturan
menuliskan kata-kata dengan huruf. Misalnya kata “huruf” dahulu adalah “hoeroef”.
Kata itu telah diatur dengan ejaan yang sesuai dan sekarang yang dipergunakan
adalah “huruf”.
Ejaan ada dua macam, yakni ejaan fenetis dan ejaan fomenis. Ejaan fenotis
merupakan ejaan yang berusaha menyatakan setiap bunyi bahasa dengan huruf,
serta mengukur dan mencatatnya dengan alat pengukur bunyi bahasa (diagram).
Dengan demikian terdapat banyak lambing atau huruf yang dipergunakan untuk
menyatakan bunyi-bunyi bahasa itu. Ejaan fonemas adalah ejaan yang berusaha
menyatakan setiap fonem dengan satu lambing atau satu huruf, sehingga jumlah
lambing yang diperlukan tidak terlalu banyak jika dibandingkan dengan jumlah
lambing dalam ejaan fonetis (Barus Sanggup, 2013)
Jenis huruf dan nama yang digunakan dalam sistem EYD ialah sebagai berikut: EYD
menggunakan 26 huruf dan setiap huruf melambangkan fonem tertentu.ke-26 huruf
ini dapat digolongkan ke dalam dua bagian yaitu vocal dan konsonan.
Vokal
Konsonan
Diftong
Persukuan
Di bawah ini dicantumkan pola persukuan kata dalam bahasa indonesia seperti yang
tercantum dalam buku Pedoman Umun Jean Bahasa Indonesia Yang Disempurnakan
sebagai berikut.setiap suku kata dalam bahasa Indonesia ditandai oleh sebuah vocal.vokal
ini dapat didahului atau diikuti oleh konsonan.
3. Kalau di tengah kata ada dua konsonan yang berurutan,pemisahan terdapat diantara
kedua konsonan itu.contoh: man-di,tem-pat,lam-bat,ker-tas
4. Kalau di tengah kata ada tiga konsonan atau lebih,pemisahan tersebut diantara
konsonan yang pertama (termasuk ng)dengan konsonan
kedua.contoh:in-stru-men,bang-krut,ul-tra.
Nama Diri
Penulisan nama-nama sungai,gunung,jalan,kota,dan sebagainya disesuaikan dengan
Ejaan Yang Disempurnakan. Misalnya: Kali Brantas Danau Singkarak, Jalan Diponegoro,
dan Sungai Citarum
Nama orang badan hukum,dan nama diri diri lain yang sudah lazim disesuaikan dengan
Ejaan Yang Disempurnakan kecuali bila ada pertimbangan khusus.Misalnya: Universitas
Negeri Medan, Institut Teknologi Bandung, S.Soebardi.
Huruf Kapital
Huruf kapital digunakan sebagai huruf pertama pada hal-hal berikut.
1. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama kata pada awal kalimat dan petikan
langsung. Misalnya: Anak saya sedang bermain di halaman.
2. Ungkapan yang berhubungan dengan nama Tuhan dan kitab suci, termasuk kata
ganti untuk Tuhan. Contoh: Al lah, Yang Ma
ha Pengasih, Alkitab, Quran, We
da,
Is lam, Kr isten
3. Nama gelar kehormatan dan keagamaan yang diikuti nama orang beserta unsur
nama jabatan dan pangkat.Misalnya:Ma haputra Yamin, Ra den Aj eng Kartini, Na
bi
Ibrahim, Presiden Megawati, Je
nderal Sutjipto, Ha
ji Agus Salim
4. Nama orang, nama bangsa, suku bangsa, bahasa, dan nama tahun, bulan, hari, hari
riyati Wijaya, suku
raya, peristiwa sejarah, serta nama-nama geografi.Misalnya:Ha
Jawa
6. Unsur singkatan nama gelar, pangkat, sapaan, dan nama kekerabatan yang dipakai
sebagai sapaan. Contoh:S. ( sarjana sastra)
Di samping yang telah disebutkan di atas, huruf kapital juga digunakan sebagai huruf
pertama kata ganti Anda.
Sehubungan dengan penulisan karya tulis, judul karya tulis, baik yang berupa laporan,
makalah, skripsi, disertasi, kertas kerja, maupun jenis karya tulis yang lain, seluruhnya
ditulis dengan huruf kapital. Selain itu, huruf kapital seluruhnya juga digunakan dalam
penulisan hal-hal berikut:
· judul kata pengantar atau prakata;
· judul grafik, tabel, bagan, peta, gambar, berikut judul daftarnya masing-masing;
· judul lampiran.
Dalam hubungan itu, judul-judul subbab atau bagian bab huruf pertama setiap unsurnya
juga ditulis dengan huruf kapital, kecuali yang berupa kata depan dan partikel seperti,
dengan, dan, di, untuk, pada, kepada, yang, dalam, dan sebagai.
Huruf Miring
Huruf miring (dalam cetakan) atau tanda garis bawah (pada tulisan tangan/ketikan)
digunakan untuk menandai judul buku, nama majalah, dan surat kabar yang dipakai dalam
kalimat.
Contoh: Masalah itu sudah dibahas Sutan Takdir Alisjabana dalam bukunya yang berjudul
Tata Bahasa Baru Bahasa Indonesia.
Berbeda dengan itu, judul artikel, judul syair, judul karangan dalam sebuah buku (bunga
rampai), dan judul karangan atau naskah yang belum diterbitkan, penulisannya tidak
menggunakan huruf miring, tetapi menggunakan tanda petik sebelum dan sesudahnya.
Dengan kata lain, penulisan judul-judul itu diapit dengat tanda petik.
Contoh:
Sajak “Aku” dikarang oleh Chairil Anwar.
Sesuai dengan kaidah, kata-kata asing yang ejaannya belum disesuaikan dengan ejaan
bahasa Indonesia atau kata-kata asing yang belum diserap ke dalam bahasa Indonesia juga
harus ditulis dengan huruf miring jika digunakan dalam bahasa Indonesia. Misalnya, kata go
public, devide et impera, dan sophisticated pada contoh berikut.
1. Dewasa ini banyak perusahaan yang go public.
2. Kata asing sophisticated b erpadanan dengan kata Indonesia
Berbeda dengan itu, kata-kata serapan seperti sistem, struktur, efektif, dan efisien tidak
ditulis dengan huruf miring karena ejaan kata-kata itu telah disesuaikan dengan ejaan
bahasa Indonesia. Dengan kata lain, kata-kata serapan semacam itu telah diperlakukan
seperti halnya kata-kata asli bahasa Indonesia.
Dalam dunia ilmu pengetahuan, banyak pula dikenal nama-nama ilmiah yang semula
berasal dari bahasa asing. Nama-nama ilmiah semacam itu jika digunakan dalam bahasa
Indonesia juga ditulis dengan huruf miring karena ejaannya masih menggunakan ejaan
bahasa asing.Misalnya: Manggis atau Carcinia mangostana banyak terdapat di pulau Jawa.
Pada nama-nama ilmiah semacam itu huruf kapital hanya digunakan pada unsur
yang pertama, sedangkan unsur selebihnya tetap ditulis dengan huruf kecil.
Kata turunan
Kata turunan atau disebut dengan kata berimbuhan adalah kata – kata yang telah beruba
bentuk dan makna. Perubahan ini dikarenakan kata – kata tersebut telah diberi imbuhan
yang berupa awalan (afiks), akhiran (sufiks), sisipan (infiks), dan awalan – akhiran (konfiks).
Contohnya adalah menanam, berlari, tertinggal, dan lain – lain.
Berbeda dengan itu, gabungan kata yang maknanya sudah dianggap padu unsur-unsurnya
ditulis serangkai. Beberapa contohnya dapat diperhatikan pada daftar berikut.
Baku Tidak Baku
acapkali acap kali
daripada dari pada
Gabungan kata lain yang salah satu unsurnya berupa unsur terikat ditulis serangkai. Unsur
terikat yang dimaksud, misalnya, pasca-, antar-, panca-, nara-, dan pramu-. Beberapa
contoh penulisannya dapat diperhatikan di bawah ini.
Unsur Terikat Baku Tidak Baku
pasca- pascaperang pasca perang
antar- antarkota antar kota
Kata bilangan yang berasal dari bahasa Sanskerta juga dipandang sebagai unsur yang
terikat. Oleh karena itu, penulisannya pun harus diserangkaikan dengan unsur yang
menyertainya. Misalnya:
Unsur Terikat Baku Tidak Baku
dwi- dwifungsi dwi fungsi
tri- tridarma tri darma
Beberapa unsur terikat lain yang penulisannya harus diserangkaikan dengan unsur yang
mengikutinya adalah a-, adi-, anti-, awa-, audio-, bi-, ekstra-, intra-, makro-, mikro-, mono-,
multi-, poli-, pra-, purna-, semi-, sub-, supra-, kontra-, non-, swa-, tele-, trans-, tuna-, dan
ultra-.
Dalam penulisan unsur terikat perlu dipahami bahwa unsur terikat tertentu apabila
dirangkaikan dengan unsur lain yang berhuruf kapital harus diberi tanda hubung di antara
kedua unsur itu. Misalnya:
non-ASEAN, bukan non ASEAN, non ASEAN
non-Islam, bukan non Islam, nonIslam
Penulisan Bentuk Ulang
Sejalan dengan kaidah yang berlaku sekarang, angka dua tidak digunakan sebagai penanda
perulangan. Dalam penulisan bentuk ulang, bagian-bagian kata yang diulang ditulis
seluruhnya secara lengkap dengan disertai tanda hubung di antara unsur-unsur yang
diulang. Dengan demikian, dalam tulisan-tulisan yang bersifat resmi, seperti naskah buku,
laporan penelitian, laporan kegiatan, skripsi, dan berbagai karya tulis resmi yang lain, kata
ulang harus ditulis secara lengkap, tidak menggunakan angka dua. Misalnya,
macam-macam
Seperti halnya bentuk ulang yang lain, bentuk ulang yang mengalami perubahan fonem pun
unsur-unsurnya yang diulang ditulis seluruhnya dengan disertai tanda hubung di antara
keduanya. Jadi, unsur yang diulang itu tidak ditulis dengan menggunakan angka dua
ataupun ditulis tanpa menggunakan tanda hubung. Misalnya:
Baku Tidak Baku
gerak-gerik gerak gerik
sayur-mayur sayur mayur
Sejalan dengan hal tersebut, bentuk-bentuk di bawah ini, yang lazim disebut kata ulang
semu, juga ditulis secara lengkap dengan menyertakan tanda hubung. Misalnya:
aku
B Tidak Baku
kura-kura kura2, kura kura
paru-paru paru2, paru paru
Kata depan di, ke, dan dari ditulis terpisah dari kata yang mengikutinya kecuali dalam
gabungan kata, seperti kepada dan daripada. Jika di dan ke berupa awalan maka ditulis
serangkai dengan kata dasarnya, seperti kata dikelola dan ketujuh.
Singkatan yang berupa gabungan huruf awal suatu kata, dalam kenyataan berbahasa,
sering ditulis dengan disertai tanda titik pada masing-masing hurufnya, seperti yang terdapat
pada contoh berikut.
K.B. keluarga berencana
S.D. sekolah dasar
Penulisan singkatan itu tidak tepat karena singkatan yang berupa gabungan huruf awal
suatu kata tidak diikuti tanda titik, kecuali singkatan nama gelar akademik dan singkatan
nama orang. Dengan demikian, penulisan tersebut yang benar adalah LKMD, KB, SD, dan
PT.
Selain singkatan umum seperti di atas, ada pula yang disebut singkatan lambang, yaitu
suatu bentuk singkatan yang terdiri atas satu huruf atau lebih yang melambangkan konsep
dasar ilmiah, seperti kuantitas, satuan, dan unsur.
Dalam pemakaian dan penulisannya, singkatan lambang berbeda dengan singkatan lain.
Perbedaan itu tidak hanya terletak pada cara penulisannya, tetapi juga penandaannya.
Dalam hal ini, penulisan dan penandaan singkatan lambang pada umumnya disesuaikan
dengan peraturan internasional karena pemakaiannya pun bersifat internasional. Secara
umum, singkatan lambang tidal diikuti tanda titik. Misalnya:
Cu kuprum
m meter
Akronim ialah kependekan yang berupa gabungan hurf awal, gabungan suku kata, atau
gabungan huruf awal dan suku kata, yang ditulis dan dilafalkan seperti halnya kata biasa.
Misalnya:
siskamling sistem keamanan lingkungan
Depdiknas Departemen Pendidikan Nasional
Akronim lain yang berupa gabungan huruf awal suatu kata, seperti halnya singkatan yang
berupa gabungan huruf awal, seluruhnya ditulis dengan huruf kapital dan tidak diikuti tanda
titik. Misalnya:
ABRI Angkatan Bersenjata Republik Indonesia
IKIP institut keguruan dan ilmu pendidikan
Bahasa Indonesia adalah bahasa yang terbuka. Maksudnya ialah bahwa bahasa ini banyak
menyerap kata-kata dari bahasa lainnya. Sehingga banyak kata serapan Bahasa Indonesia
dari berbagai bahasa seperti berikut ini:
Berasarkan taraf integrasinya unsure serapan dalam bahasa Indonesia dapat dibagi dalam
dua golongan yaitu:
1. Unsur asing yang belum sepenuhnya terserap kedalam Bahasa Indonesia. Unsur-unsur
serapan ini dipakai dalam konteks Bahasa Indonesia tetapi pengucapannya masih
mengikuti cara bahasa asing. Contoh: reshuffle, shuttle cock.
2. Unsur asing yang pengucapannya dan penulisannya disesuaikan dengan kaidah bahasa
ndonesia. Dalam hal ini diusahakan agar ejaan asing hanya diubah seperlunya sehingga
bentuk indonesianya masih dapat dibandingkan dengan bentuk asalnya.
Sebelumnya “oe” sudah menjadi “u” saat Ejaan Van Ophuijsen diganti dengan
Republik Spelling. Jadi sebelum EYD, “oe” tidak digunakan. Untuk penjelasan lebih lanjut
tentang menulis tanda baca, menulis dapat dilihat pada tanda baca EYD yang tepat.
Bahasa Indonesia merupakan bahasa yang memiliki ejaan yang telah disesuaikan. Ejaan
tersebut memiliki perubahan yaitu sebanyak tiga kali setelah bahasa itu digunakan sebagai
bahasa nasional. Ketiga sistem ejaan itu menhasilkan ejaan yang baku dan dipergunakan
sampai saat ini oleh setiap orang terutama akademisi, penulis, wartawan dan lain
sebagainya. ejaan itu adalah Ejaan yang disempurnakan (EYD).
Dalam Ejaan Bahasa Indonesia, banyak hal yang harus dilihat dan dipahami. Karena
begitu rumit dan banyak jika dilihat dari segi huruf, kata, kalimat, tanda baca baik dalam
pemakaian, penulisan dan pelafalannya. Huruf memiliki banyak cara penulisan dan
pemakaian, seperti abjad yang merupakan vocal dan konsona, diftong, persukuan, dan
nama diri. Sedangkan penulisannya, digunakan pada huruf capital dan huruf miring.
Demikian juga kata, memilki kaidah pemakaian yang diatur dalam ejaan bahasa Indonesia.
Seperti, kata dasar, turunan, gabungan, kata ganti, singkatan dan akronim.
Untuk penulisan huruf menjadi kata dan kata menjadi kalimat, perlu digunakan tanda
baca. Tanda baca memiliki peran penting dan itu sudah diatur dalam ejaan bahasa
Indonesia.
DAFTAR PUSTAKA
Afia, Atep. 2012. Tata Tulis Karya Ilmiah. Surabay:. Unnar
Barus, Sanggup. dkk. 2013. Pendidikan Bahasa Indonesia. Medan: Unimed Press
Haryatmo, Sri. 2009. Buku Panduan Mengajar Mata Kuliah Bahasa Indonesia. Yogyakarta:
Intitut agama Islam Sunan Kalijaga
Pantita Pengembangan Bahasa Indonesia. 2000. Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia
Yang Disempurnakan. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional