Anda di halaman 1dari 26

MAKALAH PENILAIAN PEMBELAJARAN FISIKA

TEKNIK PENILAIAN TES OBJEKTIF

DISUSUN OLEH
KELOMPOK IV

Nur Almi A 241 18 009


Nurfianti Amiruddin A 241 18 025
Era Fazira A 241 18 041
Nurafyah Syafitri A 241 18 056
Rohana A 241 18 076
Eka Rufika H. Hidayat A 241 18 096

DOSEN PENGAMPU:
Gustina, S.Pd, M.Pd

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA


JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS TADULAKO
2020

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Mahakuasa karena telah memberikan


kesempatan kepada kami untuk menyelesaikan makalah ini. Atas rahmat dan
hidayah-Nya lah kami dapat menyelesaikan makalah berjudul Teknik Penilaian Tes
Objektif tepat waktu.
Makalah Teknik Penilaian Tes Objektif disusun guna memenuhi tugas pada
Mata Kuliah Penilaian Pembelajaran Fisik. Selain itu, kami juga berharap agar
makalah ini dapat menambah wawasan bagi pembaca tentang Teknik Penilaian Tes
Objektif.
Kami mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada Ibu selaku dosen
mata kuliah. Tugas yang telah diberikan ini dapat menambah pengetahuan dan
wawasan terkait bidang yang kami tekuni. Kami juga mengucapkan terima kasih pada
semua pihak yang telah membantu proses penyusunan makalah ini.
Kami menyadari makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu,
kritik dan saran yang membangun akan kami terima demi kesempurnaan makalah ini.

Palu, 6 Oktober 2020

Kelompok IV

2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR…………………………………………………….…………..2
DAFTAR ISI………………………………………………………………………….3
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang…………………………………….…………………………..4
B. Rumusan Masalah…………………………….……………………………….4
C. Tujuan…………………………………………………………………………5
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian Tes Objektif…………………………………………………….... 6
B. Jenis-jenis Tes Objektif………..…………………………………..………….7
C. Cara Menskor Tes Objektif………………………………………………….16
D. Ketepatan Penggunaan Tes Objektif…….…………………………..………18
E. Petunjuk Penggunaan Tes Objektif..……………………………………….18
F. Kelebihan dan Kekurangan Tes Objektif…………………………………....20
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan…………………………………………………………….…….24
DAFTAR PUSTAKA

3
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam pembelajaran terdapat beberapa teknik dan alat penilaian yang dapat
digunakan pendidik. Teknik penilaian adalah metode atau cara penilaian yang
dapat digunakan guru untuk mengetahui apakah program yang telah direncanakan
dan dilaksanakan telah tercapai tujuannya. Metode-metode yang digunakan oleh
seorang pendidik untuk mengetahui sejauh mana tingkat keberhasilan proses
pembelajaran dan sejauh mana tingkat kepahaman peserta didik dalam memahami
mata pelajaran yang diberikan oleh seorang pendidik.
Diantara metode tersebut yaitu metode bentuk tes. Kata tes sudah tidak asing
lagi bagi kita para pelajar baik tingkat bawah maupun tingkat perguruan tinggi. Tes
merupakan salah satu alat untuk melakukan pengukuran, yaitu alat untuk
mengumpulkan informasi karakteristik suatu objek. Dalam pembelajaran objek ini
bisa berupa kecakapan peserta didik, minat, motivasi dan sebagainya. Bentuk tes
dapat dikategorikan menjadi 2 yaitu tes objektif dan tes sukjektif. Dalam makalah
ini akan dibahas mengenai salah satu teknik penilaian, yaitu tes objektif yang
didalamnya tentang pengertian tes objektif, apa saja jenis-jenis tes objektif serta
kelebihan dan kekurangan tes objektif tersebut.
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian tes objektif ?
2. Apa saja jenis-jenis dari tes objektif ?
3. Bagaimana cara menskor tes objektif ?
4. Kapan saja digunakannya tes objektif ?
5. Bagaimana penggunaan tes objektif ?
6. Apa kelebihan dan kekurangan dari tes objektif ?

4
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian tes objektif.
2. Untuk mengetahui jenis-jenis dari tes objektif.
3. Untuk mengetahui cara menskor tes objektif.
4. Untuk mengetahui ketepatan penggunaan tes objektif.
5. Untuk mengetahui penggunaan tes objektif.
6. Untuk mengetahui kelebihan dan kekurangan dari tes objektif.

5
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Tes Objektif
Tes objektif yang juga dikenal dengan istilah tes jawaban pendek (short
answer test) tes ya-tidak (yes-no test) dan test model baru (new tipe test) adalah
salah satu jenis tes hasil belajar yang terdiri dari butir-butir soal (item) yang dapat
jawab oleh testee dengan jalan memilih salah satu jawaban (atau lebih) di antara
beberapa kemungkinan jawaban yang dapat dipasangkan pada masing-
masing items atau dengan cara mengisikan (menuliskan) jawaban berupa kata-kata
atau simbol-simbol tertentu pada tempat atau ruang yang telah disediakan untuk
masing-masing butir items yang bersangkutan.
Dilihat dari sistem penskorannya, tes objektif akan menghasilkan skor yang
sama. Sebagaimana nama yang digunakannya, soal objektif adalah soal yang
tingkat kebenarannya objektif. Oleh karenanya, tes objektif adalah tes yang dalam
pemeriksaannya dapat dilakukan secara objektif . Karena sifatnya yang objektif
maka penskorannya dapat dilakukan dengan bantuan mesin. Soal ini tidak
memberi peluang untuk memberikan penilaian yang bergradasi karena dia hanya
mengenal benar dan salah. Apabila respons siswa sesuai dengan jawaban yang
dikehendaki maka respons tersebut benar dan biasa diberi skor 1. Apabila kondisi
yang terjadi sebaliknya, maka respons siswa salah dan biasa diberi skor 0. Jawaban
siswa bersifat mengarah kepada satu jawaban yang benar (convergence).
Merujuk kepada berbagai pendapat tentang tes objektif dapat diambil
kesimpulan bahwa tes objektif adalah tes yang semua informasi yang diperlukan
peserta tes untuk memberikan respon telah disediakan oleh penyusun tes, sehingga
peserta tes tinggal memilihnya. Jawaban yang berupa pilihan bersifat
deterministik, sehingga hanya ada dua kemungkinan kebenaran jawaban – benar
atau salah

6
B. Jenis-jenis Tes Objektif
Jenis-jenis tes objektif adaalah sebagai berikut :
1. Tes Pilihan Ganda (Multiple Choice Test)
Tes pilihan ganda terdiri atas suatu keterangan atau pemberitahuan
tentang suatu pengertian yang belum lengkap. Dan untuk melengkapinya harus
memilih satu dari beberapa kemungkinan jawaban yang telah disediakan. Tes
ini terdiri dari keterangan (stem) dan bagian kemungkinan jawaban atau
alternatif (options). Kemungkinan jawaban terdiri atas satu jawaban yang benar
yaitu kunci jawaban dan beberapa pengecoh (distructor).
Mengenai jumlah alternatif jawaban sebenarnya tidak ada aturan baku.
Guru bisa membuat 3, 4, atau 5 alternatif jawaban. Semakin banyak semakin
bagus. Hal ini dimaksudkan untuk mengurangi faktor menebak (chance of
guessing). Adapun kemampuan yang dapat diukur oleh bentuk soal pilihan
ganda antara lain: mengenal istilah, fakta, prinsip, metode, dan prosedur;
mengidentifikasi penggunaan fakta dan prinsip; menafsirkan hubungan sebab-
akibat dan menilai metode prosedur.
Berikut beberapa petunjuk praktis dalam menyusun soal bentuk pilihan-ganda,
yaitu:
a. Harus mengacu pada kompetensi dasar dan indikator soal.
b. Berilah petunjuk mengerjakannya dengan jelas.
c. Jangan memasukkan materi soal yang tidak relevan dengan apa yang sudah
dipelajari peserta didik.
d. Pernyataan pada soal seharusnya merumuskan persoalan yang jelas dan
berarti.
e. Pernyataan dan pilihan hendaknya merupakan kesatuan kalimat yang tidak
terputus.
f. Alternatif jawaban harus berfungsi, homogen dan logis.
g. Panjang pilihan pada suatu soal hendaknya lebih pendek daripada itemnya.

7
h. Usahakan agar pernyataan dan pilihan tidak mudah diasosiasikan.
i. Alternatif jawaban yang betul hendaknya jangan sistematis.
j. Harus diyakini benar bahwa hanya ada satu jawaban yang benar.
Contoh Tes Pilihan Ganda
Bunyi kereta api sudah terdengar jika telinga didekatkan pada rel sekalipun
kereta masih jauh.Hal ini merupakan bukti bahwa…….
a. Bunyi dapat merambat melalui besi
b. Udara tidak dapat merambatkan bunyi kereta api
c. Bunyi kereta sanagt nyaring
d. Rel kereta terbuat dari besi
Kelebihan dan Kelemahan Tes Pilihan Ganda sebagai berikut :
Kelebihan Tes Pilihan Ganda Kelemahan Tes Pilihan Ganda
1. Hasil belajar dari yang sederhana 1. Menyusunnya membutuhkan
sampai yang komplek dapat diukur waktu yang lama
2. Terstruktur dan petunjuknya jelas 2.  Sulit menemukan pengacau
3.  Alternatif jawaban yang salah 3. Kurang efektif mengukur
dapat memberikan informasi beberapa tipe pemecahan
diagnostik masalah, kemampuan untuk
4. Tidak dimungkinkan untuk mengorganisir dan
menerka jawaban mengekspresikan ide
5.  Penilaian mudah, objektif dan 4. Nilai dapat dipengaruhi
dapat dipercaya dengan kemampuan baca yang
baik

2. Tes Benar Salah (True-False Test)


Tes benar salah adalah bentuk tes yang terdiri dari dua bagian. Bagian
pertama berupa bacaan atau uraian cerita. Bagian kedua berupa butir soal
pernyataan benar salah. Siswa hanya menjawab benar atau salah dari butir soal
uraian. Oleh karena itu soal uraian (essay item) menjadi bentuk objektif benar

8
salah (True-false items) akan lebih mudah dalam penilaian karena waktu utnuk
koreksinya tidak lama dan dapat diwakilkan kepada orang lain. Soal yang
diberikan memiliki bobot materi yang tinggi sehingga dapat melatih siswa
untuk berpikir tingkat tinggi. Soal memiliki sehimpunan jawaban yang
membutuhkan analisis, evaluasi dan kreasi. Kemudian untuk menghindari asal
tebak jawaban benar maka akan diberikan denda skor untuk jawaban benar,
jawaban salah, maupun tidak menjawab.
Beberapa petunjuk praktis dalam menyusun soal benar-salah menurut adalah
sebagai berikut:
a. Dalam menyusun item bentuk benar-salah ini hendaknya jumlah item cukup
banyak di atas 50 soal, sehingga dapat dipertanggungjawabkan.
b. Jumlah item yang benar dan salah hendaknya sama.
c. Berilah petunjuk cara mengerjakan soal yang jelas dan memakai kalimat
yang sederhana.
d. Hindarkan pernyataan yang terlalu umum, kompleks, dan negatif.
e. Hindarkan penggunaan kata yang dapat memberi petunjuk tentang jawaban
yang dikehendaki. Misalnya: biasanya, umumnya, selalu.
Contoh soal tes benar salah
Isilah dengan huruf B jika benar dan huruf S jika salah,untuk setiap pernyataan
berikut!
(………) Bila cepat rambat bunyi di udara 350 m/s menempuh jarak 2100
m.maka waktu yang diperlukan dari sumber bunyi untuk merambat adalah 6
sekon.
Kelebihan dan Kelemahan Tes Benar Salah sebagai berikut :
Kelebihan Tes Benar Salah Kelemahan Tes Benar Salah
1. Soal ini baik untuk hasil 1. Sulit menuliskan soal di luar tingkat
-hasil dimana hanya ada pengetahuan yang bebas dari maksud
dua alternatif jawaban ganda

9
2. Tuntutan kurang ditekankan 2. Jawaban soal tidak memberikan bukti
pada kemampuan baca bahwa siswa mengetahui dengan baik
3.  Sejumlah soal relatif dapat 3. Tidak ada informasi diagnostik dari
dijawab dalam tipe tes jawaban yang salah
secara berkala 4. Memungkinkan dan mendorong siswa
4. Penilaian mudah, objektif untuk menerka-nerka.
dan dapat dipercaya.

3. Tes Isian Singkat (Completion Test)


Tes bentuk melengkapi (complete test) dapat berupa isian dan ada pula
yang merupakan jawaban singkat. Tes ini merupakan satu-satunya tes objektif
yang menuntut agar peserta tes memberikan jawaban, bukan memilih jawaban.
Tes melengkapi dikatagorikan ke dalam tes objektif. Pada bentuk tes isian ini
peserta tes melengkapi atau mengisi titik-titik atau bagian yang dikosongkan
pada pokok uji dengan hanya satu kata, ungkapan, maupun angka. Peserta tes
dapat pula diminta untuk memberikan jawaban atas suatu soal yang
memerlukan perhitungan. Apabila pada suatu pokok uji tedapat dua atau lebih
titik-titik yang harus diisi,maka setiap titik-titik itu hanya dapat diisi dengan
benar oleh kata atau angka yang sudah tertentu atau pasti. Tes ini bisa disusun
berurutan ke bawah dengan diberi nomor dan dapat pula disusun dalam bentuk
kalimat tersambung berbentuk karangan. Tes bentuk melengkapi dapat juga
berupa gambar table yang harus dilengkapi.
Untuk menyusun soal bentuk ini, terdapat beberapa kriteria, yaitu:
a. Hendaknya tidak menggunakan soal yang terbuka, sehingga ada
kemungkinan peserta didik menjawab secara terurai.
b. Untuk soal tes bentuk melengkapi hendaknya tidak mengambil pernyataan
langsung dari buku (textbook).
c. Titik-titik kosong sebagai tempat jawaban hendaknya diletakkan pada akhir
atau dekat akhir kalimat daripada pada awal kalimat. 

10
d. Jangan menyediakan titik-titik kosong terlalu banyak. Pilihlah untuk masalah
yang urgen saja.
e. Pernyataan hendaknya hanya mengandung satu alternatif jawaban, dan
f. Jika perlu dapat digunakan gambar-gambar sehingga dapat dipersingkat dan
jelas.
Contoh tes isian singkat
1) Getaran yang merambat disebut dengan ...
(Kunci : gelombang)
2) Penggabungan dua gelombang atau lebih disebut dengan ...
(Kunci : superposisi)
Kelebihan dan kelemahan Tes Isian Singkat sebagai berikut.
Kelebihan Tes Isian Singkat Kelemahan Tes Isian Singkat
1. Mudah dalam pembuatan 1. Sulit menyusun kata-kata yang
2. Kemungkinan menebak jawaban jawabannya hanya satu
sangat sulit 2. Tidak cocok untuk mengukur
3. Cocok untuk soal-soal hitungan hasil-hasil belajar yang komplek
4. Hasil-hasil pengetahuan dapat 3. Penilaian menjemukan dan
diukur secara luas memakan waktu banyak

4. Menjodohkan (Matching Test)


Matching test dapat diganti dengan istilah mempertandingkan,
mencocokkan, memasangkan, atau menjodohkan. Matching test terdiri atas satu
seri pertanyaan dan satu seri jawaban. Masing-masing pertanyaan mempunyai
jawaban yang tercantum dalam seri jawaban. Tugas murid adalah mencari dan
menempatkan jawaban-jawaban, sehingga sesuai atau cocok dengan
pertanyaannya.
Perbedaannya dengan bentuk pilihan-ganda adalah pilihan-ganda terdiri
dari stem dan option, kemudian peserta didik tinggal memilih salah
satu option yang dianggap paling tepat, sedangkan bentuk menjodohkan terdiri

11
atas kumpulan soal dan kumpulan jawaban yang keduanya dikumpulkan pada
dua kolom yang berbeda. Jumlah pilihan jawaban dibuat lebih banyak daripada
jumlah persoalan. Bentuk soal ini sangat baik untuk mengukur kemampuan
peserta didik dalam mengidentifikasi informasi berdasarkan hubungan yang
sederhana dan kemampuan mengidentifikasi kemampuan menghubungkan
antara dua hal. Makin banyak hubungan antara premis dengan respons dibuat,
maka makin baik soal yang disajikan.
Untuk menyusun soal bentuk ini, terdapat memberikan beberapa kriteria, yaitu:
a. Buatlah petunjuk tes dengan jelas, singkat, dan mudah dipahami.
b. Sesuaikan dengan kompetensi dasar dan indikator.
c. Kumpulan soal diletakkan di sebelah kiri, sedangkan jawabannya di sebelah
kanan.
d. Jumlah alternatif jawaban hendaknya lebih banyak daripada jumlah soal.
e. Susunlah item-item dan alternatif jawaban dengan sistematika tertentu.
Misalnya, sebelum pokok persoalan, didahului dengan stem, atau bisa juga
langsung pada pokok persoalan.
f. Seluruh kelompok soal dan jawaban hanya terdapat dalam satu halaman.
g. Gunakanlah kalimat yang singkat dan langsung terarah pada pokok
persoalan.
Terdapat dua ragam tes bentuk menjodohkan, yakni :
1) Sistem penjodohan sempurna
Dalam sistem ini, tiap satu butir dalam premis memiliki satu jawaban
sebagai jodohnya. Contonya sebagai berikut ini:
Petunjuk : Pilihlah kata atau pernyataan dari deretan kata atau pernyataan itu
pada lajur B yang sesuai atau berhubungan dengan salah satu kata atau
pernyataan yang terdapat pada lajur A.
Lajur A                                                            Lajur B
1.      Besaran pokok a. Hertz (Hz)
2.      Integral kecepatan b. Kecepatan

12
3.      Satuan Frekuensi c. Panjang
4.      Getaran yang merambat d. posisi
5.      Turunan dari posisi e. gelombang
Kunci jawaban :
1.      c
2.      d
3.      a
4.      e
5.      b
2) Sistem penjodohan tidak sempurna
Dalam sistem ini terdapat dua atau lebih butir dalam premis yang
bersama-sama mempunyai pasangan (jodoh) yang sama. Contohnya sebagia
berikut ini:
Petunjuk : Pilihlah kata atau pernyataan dari deretan kata atau pernyataan itu
pada lajur B yang sesuai atau berhubungan dengan salah satu kata atau
pernyataan yang terdapat pada lajur A.
Lajur A                                                            Lajur B
1.      Satuan percepatan  a. m/s
2.      Integral percepatan b. m/s2
3.      Satuan kecepatan c. kecepatan
4.      Penggabungan 2 gelombang d. percepatan
5.      Contoh gelombang e.volume
f.superposisi
g. gelombang tali

Kunci Jawaban :
1.      b
2.      c

13
3.      a
4.      f
5.      g
Kelebihan dan kelemahan Tes Menjodohkan sebagai berikut.
Kelebihan Tes Menjodohkan Kelemahan Tes Menjodohkan
1. Suatu bentuk yang efisien 1. Materi soal dibatasi oleh faktor
diberikan di mana ingatan/pengetahuan yang sederhana
sekelompok respon sama dan kurang dapat dipakai untuk
menyesuaikan dengan mengukur penguasaan yang bersifat
rangkaian isi soal pengertian dan kemampuan membuat
2. Waktu membaca dan tafsiran
merespon relatif singkat 2. Sulit menyusun soal yang mengandung
3. Mudah untuk dibuat sejumlah respons yang homogen
4. Penilaian mudah, objektif 3. Mudah terpengaruh dengan
dan dapat dipercaya    petunjuk yang tidak relevan

5. Tes Sebab akibat (multiple choice)


Pada bentuk soal hubungan antarhal, siswa dituntut untuk
mengidentifikasi hubungan sebab-akibat antara pernyataan pertama (yang
merupakan akibat) dan pernyataan kedua (yang merupakan sebab). Kedua
pernyataan (pertama dan kedua) dihubungkan dengan kata “sebab”. Kedua
pernyataan itu dapat benar, salah, atau dapat juga pernyataan yang satu benar
dan yang lain salah. Apabila kedua pernyataan itu benar, yang perlu
diperhatikan ialah apakah kedua pernyataan itu mempunyai hubungan sebab-
akibat.
Contoh soal pilihan sebab-akibat :
Petunjuk
Untuk soal berikut pilihlah:

14
a. Jika pernyataan pertama betul, pernyataan kedua betul dan keduanya
mempunyai hubungan sebab-akibat.
b. Jika pernyataan pertama betul, pernyataan kedua betul, tetapi keduanya tidak
mempunyai hubungan sebab-akibat.
c. Jika salah satu dari kedua pernyataan salah.
d. Jika kedua pernyataan salah.
Soal:
1)      Benda akan diam atau bergerak lurus beraturan
Sebab
Resultan gaya yang bekerja pada benda sama dengan nol
(kunci: a)
2)      Setiap benda jatuh ke bawah
Sebab
Terdapat gaya grafitasi
(Kunci :a)

C. Cara Menskor Tes Objektif


Berikut adalah cara menskor tes objektif:

15
1. Tes Pilihan Ganda ( Multiple Choice Test )
Cara menskor untuk bentuk tes pilihan ganda sebagai berikut;
Item yang dijawab benar diberikan skor 1 dan yang salah diberi skor 0 ( nol ).
Rumus yang digunakan adalah sebagai berikut :
S = R – { W/(n-1)}
S adalah skor
R adalah jumlah jawaban yang bena
W adalah jumlah jawaban yang salah
n adalah banyaknya option
contoh:
Banyaknya soal : 20 buah
Jumlah jawaban yang benar : 14 buah
Jumlah jawaban yang salah : 6 buah
Banyaknya option : 4 buah
maka ,skor yang diperoleh adalah S = 14 – {6/(4-1)} = 12
2. Tes Benar Salah (True-False Test)
Berikut rumusnya :
S = R – W atau S = T – 2W
S adalah skor
R adalah jumlah jawaban yang benar
W adalah jumlah jawaban yang salah
Contoh:
Banyaknya soal 10 buah
Jumlah jawaban yang betul : 8 buah
Jumlah jawaban yang salah : 2 buah
maka , S = 8-2 = 6
3. Tes Isian Singkat (Completion Test)

16
Tes bentuk jawaban singkat adalah bentuk tes yang menghendaki jawaban
berbentuk kata atau kalimat singkat/pendek.
Rumusnya sebagai berikut:
S=R
S adalah skor
R adalah jumlah soal yang dijawab benar
Contoh:
Jumlah soal : 10 buah
Jumlah soal yang dijawab benar : 7 buah
Jumlah soal yang dikosongkan : 2 buah
Jumlah soal yang dijawab salah : 1 buah
maka skor yang akan diperoleh adalah S = 7.
4. Menjodohkan (Matching Test)
Untuk menilai tes yang berbentuk matching , diperhitungkan dari jumlah item
yang dijawab benar saja.
Sehingga dengan rums penskoran tersebut item yang dijawab salah atau item
yang dikosongkan keduanya dianggap salah.
Rumusnya sama dengan Rumus completion test ( Tes Melengkapi ).
Rumusnya sebagai berikut:
S=R
S adalah skor
R adalah jumlah jawaban yang benar
contoh:
Jumlah Item : 10 buah
Jumlah soal yang dijawab benar : 7 buah
Jumlah soal yang dijawab salah : 3 buah
maka skor yang diperoleh adalah S = 10-3 = 7

17
D. Ketepatan Penggunaan Tes Objektif
Tes hasil belajar bentuk objektif sebagai salah satu bentuk tes hasil belajar
tepat digunakan apabila tester berhadapan dengan kenyataan-kenyataan disebutkan
berikut ini:
1. Peserta tes jumlahnya cukup banyak
2. Penyusun tes (tester) telah memiliki kemampuan dan bekal pengalaman yang
luas dalam menyusun butir-butir tes obyektif.
3. Penyusunan tes memiliki waktu yang cukup longgar dalam mempersiapkan
penyusunan butir-butir soal test objektif.
4. Penyusun tes merencanakan, bahwa butir-butir tes soal objektif itu tidak hanya
akan dipergunakan dalam satu kali tes saja melainkan akan dipergunakan lagi
dalam kesempatan tes hasil belajar yang akan datang.
5. Penyusunan tes mempunyai keyakinan penuh bahwa dengan menggunakan
butir-butir soal tes objektif yang disusunnya itu akan dapat dianalisa dalam
rangka mengetahui kualitas butir-butir itemnya, misalnya dari segi derajat
kesukaran, daya pembedanya dan sebagainya.
6. Penyusunan tes objektif berkeyakinan bahwa dengan menggeluarkan butir-butir
soal tes objektif maka prinsip objektivitas akan lebih mungkin untuk
diwujudkan ketimbang menggunakan butir-butir soal tes subjektif.
E. Petunjuk Penggunaan Tes Objektif
Dengan tujuan agar tes objektif betul-betul dapat menjalankan fungsinya
sebagai alat pengukur hasil belajar, maka petunjuk operasional berikut ini kiranya
dapat dijadikan pedoman dalam menyusun butir-butir item obyektif.
Pertama, untuk dapat menyusun butir-butir soal tes objektif yang bermutu tinggi,
pembuat tes (dalam hal ini guru, dosen dan lain-lain) harus membiasakan diri dan
sering berlatih, sehingga dari waktu ke waktu ia akan dapat merancang dan
menyusun butir-butir soal tes objektif dengan lebih baik dan lebih sempurna.

18
Kedua, setiap kali alat pengukur hasil belajar berupa tes obyetif itu selesai
digunakan, hendaknya dilakukan penganalisisan item dengan tujuan dapat
mengidentifikasi butir-butir item mana yang sudah termasuk dalam kategori “baik”
dan butir-butir item mana yang masih termasuk dalam kategori “kurang baik” dan
“tidak baik”.
Ketiga,  dalam rangka mencegah timbulnya permainan spekulasi dan kerjasama
yang tidak sehat di kalangan testee, perlu disiapkan terlebih dahulu suatu norma
yang memperhitungkan faktor tebakan. Norma dimaksud berupa sanksi yang akan
diberikan kepada testee, di mana untuk setiap butir item yang dijawab salah,
kepada testee yang bersangkutan akan dikenai denda berupa pengurangan skor.
Dengan cara demikian maka testee diharapkan akan bekerja secara jujur dan
berusaha menjawab soal menurut keyakinannya sendiri, sebab bukan mungkin
bahwa “pertolongan” yang diperoleh dari kalimat testee lainnya justru akan
menjadi “mala petaka” bagi dirinya sendiri.
Keempat, agar tes obyektif disamping mengungkap aspek ingatan atau hafalan
juga dapat mengungkap aspek-aspek berpikir yang lebih dalam, maka dalam
merancang dan menyusun butir-butir item tes obyektif hendaknya tester
menggunakan alat bantu berupa tabel spesifikasi soal atau yang sering dikenal
dengan istilah blue print atau kisi-kisi soal. Dengan menggunakan alat bantu
tersebut diharapkan akan terjadi keseimbangan antara butir soal (yang jumlahnya
cukup banyak itu) dengan aspek-aspek psikologis (yang seharusnya diungkapkan
dalam tes tersebut).
Kelima, dalam menyusun  kalimat soal-soal tes obyektif, bahasa atau istilah-istilah
yang dipergunakan hendaknya cukup sederhana, ringkas, jelas dan mudah
dipahami oleh testee. Susunan kalimat yang berkepanjangan istilah-istilah yang
tidak jelas atau meragukan dapat berakibat terjadinya hambatan bagi testee untuk
memberikan jawabannya.
Keenam, untuk mencegah terjadinya silang pendapat atau perbedaan
antara testee dengan tester, dalam menyusun butir-butir soal tes obyektif

19
hendaknya diusahakan sungguh-sungguh agar tidak ada butir-butir yang dapat
mengahasilkan penafsiran ganda atau kerancuan dalam pemberian jawabannya.
Ketujuh,  cara memenggal atau memutus kalimat, membubuhkan tanda baca seperti
titik, koma dan sebagainya, penulisan tanda-tanda aljabar seperti kuadrat, akar dan
sebagainya, hendak ditulis dengan secara benar, usahakan agar tidak terjadi
kesalahan ketik atau kesalahan cetak sehingga tidak mengganggu
konsentrasi testee dalam memberikan jawaban soal.
Kedelapan,  dengan cara bagaimanakah testee seharusnya memberikan jawaban
terhadap butir-butir soal yang diajukan dalam tes, hendaknya diberikan pedoman
atau petunjuknya secara jelas dan tegas sehingga testee dapat bekerja sesuai
dengan petunjuk umum atau petunjuk khusus yang dicantumkan dalam lembar
jawaban soal tes.
F. Kelebihan dan Kekurangan Tes Objektif
Sebagai alat pengukur keberhasilan belajar peserta didik, tes objektif ini
disamping memiliki kelebihan tertentu, juga tidak dapat terlepas dari kekurangan.
Diantara kelebihan-kelebihan yang dimiliki oleh tes objektif ialah, bahwa:
1. Tes objektif sifatnya lebih representatif dalam hal mencakup dan mewakili
materi yang telah diajarkan kepada peserta didik atau telah diperintahkan
kepada peserta didik untuk mempelajarinya. Hal ini dapat dipahami dengan
melihat kenyataan bahwa butir-butir soal yang dikeluarkan dalam bentuk tes
objektif itu jumlahnya cukup banyak. Dengan jumlah butir soal yang cukup
banyak itu, maka berbagai aspek psikologis yang seharusnya diungkap lewat tes
hasil belajar, seperti: aspek pengetahuan, aspek pemahaman, aplikasi, analisis,
sintetis dan lain-lain, dapat dicakup dan diungkap secara lengkap melalui tes
hasil belajar tersebut.
2. Tes objektif lebih memungkinkan bagi tester untuk bertindak lebih objektif,
baik dalam mengoreksi lembar-lembar jawaban soal, menentukan bobot skor
maupun dalam menentukan nilai hasil tesnya. Ini dimungkinkan, karena

20
jawaban soal tes objektif itu hanya ada dua kemungkinan yaitu “Betul” dan
“Salah”, sehingga tertutup kemungkinan bagi tester untuk memberikan
“tambahan skor” bagi testee yang disukainya, atau “mengurangi” skor bagi
testee yang kurang disukainya. Disamping itu, faktor lain seperti baik-buruknya
tulisan dan lain-lain tidak mungkin lagi akan memberikan pengaruh, baik
pengaruh yang sifatnya menguntungkan bagi testee maupun pengaruh yang
sifatnya merugikan mereka.
3. Mengoreksi hasil tes objektif adalah jauh lebih mudah dan lebih cepat
ketimbang mengoreksi hasil tes uraian. Hal ini disebabkan karena untuk setiap
butir soal tes objektif telah disediakan kunci jawaban yang sifatnya sangat
sederhana, yaitu berupa huruf-huruf abjad seperti A, B, C, D dan E, sehingga
pekerjaan koreksi perhitungan dan penjumlahan skor hasil tes serta penentuan
nilainya dapat dilakukan dalam waktu yang lebih singkat.
4. Berbeda dengan tes uraian, maka tes objektif memberikan kemungkinan kepada
oranglain untuk ditugasi atau dimintai bantuan guna mengoreksi hasil tes
tersebut. Hal ini dimungkinkan, sebab dengan memgang Kunci Jawaban Soal
yang sudah disediakan, orang lain tidak akan mengalami kesulitan dalam
mengoreksi lembar-lembar jawaban tes objektif tersebut.bahkan lebih dari itu,
dengan lembar jawaban yang sudah dipersiapkan scara matang, pekerjaan
koreksi hasil ujian dapat dilakukan dengan menggunakan jasa komputer yang
dapat bekerja dengan sangat cepat dan teliti, sehingga dapat dieliminir tingkat
kesalahan koreksi sampai sekecil-kecilnya.
5. Butir-butir soal pada tes objektif jauh lebih mudah dianalisis, baik analisis dari
segi derajat kesukarannya, daya pembedanya, validitas maupun reliabilitasnya.
Berdasar hasil analisis yang pada umumnya menggunakan statistik sebagai alat
bantunya, akan dapat ditentukan tinggi-rendahnya mutu tes, disamping dapat
diusahakan perbaikan-perbaikan dan penyempurnaannya, sehingga dari waktu
ke waktu butir-butir soal tes objektif tersebut dapat lebih ditingkatkan mutu

21
atau kualitasnya dan dapat menjalankan fungsinya sebagai alat pengukur hasil
belajar yang baik.
Adapun segi-segi kekurangan dari tes objektif antara lain adalah, bahwa:
1. Menyusun butir-butir soal tes objektif adalah tidak semudah seperti halnya
menyusun tes uraian. Bukan hanya karena jumlah butir-butir soalnya cukup
banyak, menyiapkan kemungkinan jawab yang harus dipasangkan pada setiap
butir item pada tes objektif itu juga bukan merupakan pekerjaan yang ringan.
2. Tes objektif pada umumnya kurang dapat mengukur atau mengungkap proses
berpikir yang tinggi atau mendalam. Ia lebih banyak mengungkap daya ingat atau
hafalan ketimbang mengungkap tingkat kedalaman berpikir testee terhadap materi
yang diujikan. Kekurangan ini terutama disebabkan karena untuk memberikan
jawaban pada tes objektif yang pada umumnya jawabannya pendek-pendek itu,
tentee tidak terlalu dituntut untuk berpikir secara mendalam.
3. Dengan tes objektif, terbuka kemungkinan bagi testee untuk bermain spekulasi,
tebak terka, adu untung dalam memberikan jawaban soal. Ini dapat terjadi, sebab
bagi testee yang sekalipun sebenarnya tidak tahu jawabannya, namun karena
pada setiap butir soal sudah dipasang kemungkinan-kemungkinan jawabannya,
maka tidak ada kesulitan sama sekali bagi testee untuk menebak salah satu
diantara kemungkinan jawab yang telah tersedia itu. Kalau saja jawaban yang
sifatnya menebak itu ternyata betul, maka tes tersebut akan menjadi alat
pengukur yang diragukan data ketepatan mengukurnya.
4. Cara memberikan jawaban soal pada tes objektif, dimana dipergunakan simbol-
simbol huruf yang sifatnya seragam, seperti: A, B, C, D dan E atau B- S dan
sebagainya, maka hal seperti ini dapat membuka peluang bagi testee untuk
melakukan kerjasama yang tidak sehat dengan testee lainnya. Misalnya dengan
menggunakan kode-kode berupa gerakan tangan, gelengan kepada atau dengan
cara-cara lainnya. Keadaan seperti ini sudah barang tentu akan membawa akibat
sama seperti yang dikemukakan pada butir 3, sebab baik faktor “menebak”

22
maupun faktor “berbuat curang” dapat dipastikan akan mengakibatkan
terjadinya kekeliruan (error) dalam pengukuran dan penilaian hasil belajar,
dimana testee dengan kemampuan tinggi –(karena keberhati-hatiannya dalam
menentukan pilihan jawab)- jawabannya menjadi salah, sedang testee yang
sebenarnya kemampuannya rensah –(karena menebak dan berbuat curang)-
justru betul jawabannya.
Cara Mengatasi Kekurangan:
1. Kesulitan menyusun tes objektif dapat diatasi dengan jalan banyak berlatih
terus-menerus hingga betul-betul mahir.
2. Menggunakan table spesifikasi untuk mengatasi kelemahan nomor satu dan dua.
3. Menggunakan norma (standar) penilaian yang memperhitungkan faktor tebakan
(guessing) yang bersifat spekulatif itu.

23
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Tes objektif adalah tes yang semua informasi yang diperlukan peserta tes untuk
memberikan respon telah disediakan oleh penyusun tes, sehingga peserta tes
tinggal memilihnya. Jawaban yang berupa pilihan bersifat deterministik,
sehingga hanya ada dua kemungkinan kebenaran jawaban – benar atau salah
2. Jenis-jenis Tes Objektif
 Tes Pilihan Ganda (Multiple Choice Test)
 Tes Benar Salah (True-False Test)
 Tes Isian Singkat (Completion Test)
 Menjodohkan (Matching Test)
 Tes Sebab akibat (multiple choice)
3. Kelebihan dan Kekurangan Tes Objektif
 Diantara kelebihan-kelebihan yang dimiliki oleh tes objektif ialah :
Tes objektif sifatnya lebih representative, lebih memungkinkan bagi
tester untuk bertindak lebih objektif, baik dalam mengoreksi lembar-lembar
jawaban soal, menentukan bobot skor maupun dalam menentukan nilai hasil
tesnya, Mengoreksi hasil tes objektif jauh lebih mudah dan lebih cepat
ketimbang mengoreksi hasil tes uraian,dan Butir-butir soal pada tes objektif
jauh lebih mudah dianalisis, baik analisis dari segi derajat kesukarannya,
daya pembedanya, validitas maupun reliabilitasnya.
 Adapun segi-segi kekurangan dari tes objektif antara lain adalah, bahwa:
Menyusun butir-butir soal tes objektif adalah tidak semudah seperti
halnya menyusun tes uraian, Tes objektif pada umumnya kurang dapat
mengukur atau mengungkap proses berpikir yang tinggi atau mendalam,

24
Dengan tes objektif, terbuka kemungkinan bagi testee untuk bermain
spekulasi, tebak terka, adu untung dalam memberikan jawaban soal
4. Cara Mengatasi Kekurangan:
 Kesulitan menyusun tes objektif dapat diatasi dengan jalan banyak berlatih
terus-menerus hingga betul-betul mahir.
 Menggunakan table spesifikasi untuk mengatasi kelemahan nomor satu dan
dua.
 Menggunakan norma (standar) penilaian yang memperhitungkan faktor
tebakan (guessing) yang bersifat spekulatif itu.

25
DAFTAR PUSTAKA
Akbar, Muh Rijalul. 2019. Tes Objektif (Pengertian, Jenis, Contoh, Kelemahan dan
Kelebihan. (Online) Terdapat di https://www.rijalakbar.id/2019/10/tes-objektif-
pengertian-jenis-contoh.html. Di akses pada tanggal 6 Oktober 2020
Libeau, Herie. 2011. Bentuk-bentuk Tes. (Online) Terdapat di https://herielibeau.
wordpress.com/category/my-physics/. Di akses pada tanggal 5 Oktober 2020
Muslim, Arifin. 2014. Tes Ojektif. (Online) Terdapat di https://arifinmuslim.
wordpress.com/2014/02/22/tes-objektif/. Di akses pada tanggal 6 Oktober 2020
Syamsudin, Frendi Ihwan; Sari, Kurnia Devita; dan Atmanto, Wahyu Tri. 2017.
Evaluasi Pembeajaran Fisika Bentuk Tes Tertulis. (Online) Terdapat di
https://frendisyamsudin.blogspot.com/2018/04/bentuk-tes-tertulis.html. Di
akses pada tanggal 6 Oktober 2020

26

Anda mungkin juga menyukai