Anda di halaman 1dari 12

A.

Rumusan Masalah

Bagaimana pengaruh berbagai macam perlakuan terhadap pemecahan


dormansi biji berkulit keras?

B. Tujuan Percobaan

Mengetahui pengaruh berbagai macam perlakuan terhadap pemecahan


dormansi biji berkulit keras.

C. Hipotesis

H0: Berbagai macam perlakuan tidak berpengaruh terhadap pemecahan


dormansi biji berkulit keras.

HA: Berbagai macam perlakuan berpengaruh terhadap pemecahan dormansi


biji berkulit keras.

D. Kajian Pustaka
Peristiwa dormansi sendiri merupakan suatu keadaan dimana
pertumbuhan tidak terjadi walaupun kondisi lingkungan mendukung
untuk terjadinya perkecambahan. Dormansi biji terjadi akibat
terbentuknya senyawa-senyawa kimia inhibitor (penghambat) pada
permukaan biji, kurangnya zat-zat perangsang penting dalam proses
pemecahan dormansi disebabkan oleh adanya kulit biji yang keras
sehingga air dan oksigen sebagai pemacu perkecambahan tidak dapat
masuk (Elisa, 2012).
Benih dikatakan dormansi bila benih tersebut sebenarnya hidup
tetapi berkecambah walaupun diletakkan pada keadaan yang secara umum
dianggap telah memenuhi syarat bagi suatu perkecambahan. Dormansi
merupakan terhambatnya proses metabolisme dalam biji. Dormansi dapat
berlangsung dalam waktu yang sangat bervariasi (harian-tahunan)
tergantung oleh jenis tanaman dan pengaruh lingkungannya.Dormansi
pada benih dapat disebabkan oleh keadaan fisik dari kulit, keadaan
fisiologis dari embrio, atau kombinasi dari kedua keadaan tersebut.Namun
demikian, dormansi bukan berarti benih tersebut mati atau tidak dapat
tumbuh kembali, disini hanya terjadi masa istirahat dari pada benih itu
sendiri. Masa ini dapat dipecahkan dengan berbagai cara, seperti cara
mekanis atau kimiawi. Cara mekanis dengan menggunakan sumber daya
alat atau bahan mekanis yang ada seperti amplas, jarum, pisau, alat
penggoncang dan sebagainya. Sedangkan cara kimiawi dengan
menggunakan bahan-bahan kimia seperti asam sulfat pekat dan HNO3
pekat. Pada intinya cara-cara tersebut supaya terdapat celah agar air dan

1
gas udara untuk perkecambahan dapat masuk ke dalam benih (Sutopo,
2002).
Dormansi merupakan kondisi fisik dan fisiologis pada biji yang
mencegah perkecambahan pada waktu yang tidak tepat atau tidak
sesuai.Dormansi membantu biji mempertahankan diri terhadap kondisi
yang tidak sesuai seperti kondisi lingkungan yang panas, dingin,
kekeringan dan lain-lain.Sehingga dapat dikatakan bahwa dormansi
merupakan mekanisme biologis untuk menjamin perkecambahan biji
berlangsung pada kondisi dan waktu yang tepat untuk mendukung
pertumbuhan yang tepat.Dormansi bisa diakibatkan karena
ketidakmampuan sumbu embrio untuk mengarendatasi
hambatan.Dormansi pada benih berlangsung selama beberapa hari,
semusim, bahkan sampai beberapa tahun tergantung pada jenis tanaman
dan tipe dari dormansinya.
Dormansi primer merupakan bentuk dormansi yang paling umum
dan terdiri atas dua macam yaitu dormansi eksogen dan dormansi
endogen.Dormansi eksogen adalah kondisi dimana persyaratan penting
untuk perkecambahan (air, cahaya, suhu) tidak tersedia bagi benih
sehingga gagal berkecambah. Tipe dormansi ini biasanya berkaitan
dengan sifat fisik kulit benih (seed coat ). Tetapi kondisi cahaya ideal dan
stimuluslingkungan lainnya untuk perkecambahanmungkin tidak
tersedia.Dormansi Sekunder dimana benih non dorman dapat mengalami
kondisi yang menyebabkannya menjadidorman.Penyebabnya
kemungkinan benihterekspos kondisi yang ideal untuk
terjadinyaperkecambahan kecuali satu yang tidak terpenuhi.(Salisbury,
1995).
Skarifikasi merupakan salah satu upaya pretreatment atau
perlakuan awal pada benih yang ditujukan untuk mematahkan dormansi
dan mempercepat terjadinya perkecambahan benih yang seragam.
Skarifikasi (pelukaan kulit benih) adalah cara untuk memberikan kondisi
benih yang impermeabel menjadi permeabel melalui penusukan;
pembakaran, pemecahan, pengikiran, dan penggoresan dengan bantuan
pisau, jarum, pemotong kuku, kertas, amplas, dan alat lainnya. Kulit benih
yang permeabel memungkinkan air dan gas dapat masuk ke dalam benih
sehingga proses imbibisi dapat terjadi. Benih yang diskarifikasi akan
menghasilkan proses imbibisi yang semakin baik. Air dan gas akan lebih
cepat masuk ke dalam benih karena kulit benih yang permeabel. Air yang
masuk ke dalam benih menyebabkan proses metabolisme dalam benih
berjalan lebih cepat akibatnya perkecambahan yang dihasilkan akan
semakin baik (Juhanda, 2013).
Pemecahan dormansi dan penciptaan lingkungan yang cocok
sangat perlu untuk memenuhi proses perkecambahan. Benih yang

2
mempunyai kulit biji tidak permeabledapat dirangsang dengan mengubah
kulit biji untuk membuat permeable terhadap gas–gas dan air.
Perkecambahan benih dipengaruhi oleh 2 faktor yaitu faktor dari dalam
(faktor genetic) berupa tingkat pemasakan benih dan kulit benih dari luar
(faktor lingkungan) yaitu pengaruh suhu, cahaya, air dan media tumbuh
(Haryuni, 2007).
Selama perkecambahan terlihat adanya berbagai proses yaitu
imbibisi air, hidrasi organel subseluler, perubahan-perubahan organisasi
subseluler dari embrio dan endosperm atau ketik dan, perubahan aktivitas
fitokroma, pengaktifan auxin, sintesis enzim denova, persediaan bahan
makanan, translokasi molekul-molekul organik terlarut ke embrio, sintesis
protein dan penyusunan sel lainnya, kenaikan pengambilan oksigen dan
aktifitas respirasi, pembesaran sel, pembelahan sel, sintesis dan
pengaktifan zat-zat tumbuh, differensiasi sel, redistribusi metabolit dalam
embrio, perubahan tingkat oksigen dan karbon dioksida.
Menurut Dwidjoseputro (1985), variasi umur benih suatu tanaman
sangatlah beragam, namun juga bukan berarti bahwa benih yang telah
masak akan hidup selamanya. Seperti, kondisi penyimpanan selalu
mempengaruhi daya hidup benih.Meningkatnya kelembaban biasanya
mempercepat hilangnya daya hidup, walaupun beberapa biji dapat hidup
lebih lama dalam air. Penyimpanan dalam botol atau di udara terbuka
pada suhu sedang sampai tinggi menyebabkan biji kehilangan air dan sel
akan pecah apabila biji diberi air. Pecahnya sel melukai embrio dan
melepaskan hara yang merupakan bahan yang baik bagi pertumbuhan
pathogen penyakit.Tingkat oksigen normal umumnya mempengaruhi dan
merugikan masa hidup biji.Kehilangan daya hidup terbesar bila benih
disimpan dalam udara lembab dengan suhu 35°C atau lebih. Adapun tipe
dormansi adalah sebagai berikut :
1. Dormansi fisik : yang menyebabkan pembatasan struktural terhadap
perkecambahan. Seperti kulit biji yang keras dan kedap sehingga
menjadi penghalang mekanisme terhadap masuknya air dan gas pada
beberapa jenis tanaman.
2. Dormansi fisiologi : dapat disebabkan oleh beberapa mekanisme,
umumnya dapat disebabkan oleh pengatur tumbuh baik penghambat
atau perangsang tumbuh, dapat juga oleh faktor-faktor dalam seperti
ketidaksamaan embrio dan sebab-sebab fisiologi lainnya.
a. Secara mekanik
1. Dengan goncangan, kulit biji yang keras menghalangi penyerapan
oksigen dan air. Kulit biji yang keras itu biasanya terdapat pada
anggota family Fabaceae (Leguminosae) pengecualian untuk
buncis dan kapri.

3
2. Diberi perlakuan panas, sumpal strofiolar yang terdapat pada biji
dapat lepas jika diberi panas.
3. Skarifikasi atau penggoresan, biasanya menggunakan pisau, kikir
atau kertas amplas. Di alam goresan tersebut mungkin terjadi
akibat kerja mikroba, ketika biji melewati alat pencernaan pada
burung atau hewan lain, biji terpajan pada suhu yang berubah-
ubah, atau terbawa air melintasi pasir atau cadas.
4. Tumbuhnya fungi di kulit biji, merekahkan kulit itu sehingga
perkecambahan dapat berlangsung.
b. Secara kimia
1. Merendam dengan alcohol, pelarut lemak lainnya, atau asam
pekat, bertujuan untuk menghilangkan bahan berlilin yang
menghalangi masuknya air.
2. Tiourea, nitrat dan nitrit sebagai pemacu perkecambahan terutama
biji spesies rerumputan.
c. Secara fisika
1. Pendinginan awal (Prechilling), selama pendinginan awal, embrio
beberapa spesies tumbuh sangat cepat. Perlakuan pendinginan
sebelum perkecambahan yang diperlukan oleh biji-bijian untuk
mnghilangkan dormansinya disebut stratifikasi. Selama
stratifikasi, beberapa perubahan terjadi terhadap hormon-hormon.
ABA yang mula-mula sangat tinggi akan menurun dengan cepat,
sedangkan sitokinin akan meningkat dan kemudian menurun
kembali apabila giberelin meningkat. Pada saat perkecambahan,
semua hormon turun pada kadar yang rendah.
2. Cahaya, jumlah klorofil yang terdapat pada embrio saat biji masak
sangat penting untuk menentukan apakah biji spesies tertentu akan
bersifat foto dorman (membutuhkan cahaya untuk
perkecambahannya) atau tidak. Bila biji yang perkecambahannya
terpacu oleh cahaya terkena cahaya maka akan berkecambah dan
mampu berfotosintesis. Bagi biji yang perkecambahannya
terhambat oleh cahaya, perkecambahannya itu tak akan terjadi
sampai biji tertutup seluruhnya oleh sampah, yaitu saat
mendapatkan air yang cukup untuk tumbuh (Sasmitamihardja,
1996).
Banyak hal yang mempengaruhi dormansi berikut salah satunya :
a. Faktor eksternal
1. Cahaya
Cahaya mempengaruhi dormansi dengan tiga cara, yaitu
dengan intensitas (kuantitas) cahaya, kualitas cahaya (panjang
gelombang) dan fotoperiodisitas (panjang hari). Jika dari segi
kuantitas cahaya, dormansi ini terjadi karena pengaruh dari

4
intensitas cahaya yang diberikan kepada biji.Dari segi kualitas
cahaya dormansi disebabkan oleh panjang gelombang
tertentu.Yang menyebabkan terjadinya perkecambahan adalah
daerah merah dari spektrum (red; 650 nm), sedangkan sinar
infra merah (far red; 730 nm) menghambat perkecambahan.
Efek dari kedua daerah di spektrum ini adalah mutually
antagonistic (sama sekali bertentangan). Jika diberikan
bergantian, maka efek yang terjadi kemudian dipengaruhi oleh
spektrum yang terakhir kali diberikan. Dalam hal ini, biji
mempunyai 2 pigmen yang photoreversible (dapat berada
dalam 2 kondisi alternatif), yaitu:
• P650 : mengabsorbir di daerah merah
• P730 : mengabsorbir di daerah infra merah
Jika biji dikenai sinar merah (red; 650 nm), maka pigmen
P650 diubah menjadi P730.P730 inilah yang menghasilkan
sederetan aksi-aksi yang menyebabkan terjadinya
perkecambahan. Sebaliknya jika P730 dikenai sinar infra
merah (far-red; 730 nm), maka pigmen berubah kembali
menjadi P650 dan terhambatlah proses perkecambahan dan
terjadi dormansi (Dwidjoseputro, 1985).
2. Suhu
Perlakuan suhu rendah pada waktu sebelum memasuki
musim dingin pada daerah beriklim sedang dapat
menyebabkan peningkatan dormansi, misalnya pada tanaman
aprikot (Prunus armeniaca). Kondisi udara yang lebih hangat
pada musim gugur dapat menunda dormansi, tetapi tidak
menghentikan terjadinya dormansi tunas pada tanaman buah-
buahan di daerah beriklim sedang. Perlakuan suhu rendah
untuk memecahkan dormansi pada tunas akan lebih efektif jika
setelah dormansi dipecahkan segera diikuti dengan perlakuan
suhu yang optimal untuk memacu pertumbuhan.
3. Kurangnya air
Proses penyerapan air oleh benih terhadap perbedaan
potensi air yang sangat nyata antara sel-sel yang telah
menyerap air dengan sel-sel yang belum menyerap air.
Terdapat batas-batas tegas antara bagian benih yang telah
meningkat kadar airnya dengan bagian yang belum
terpengaruh kadar airnya. Sel-sel yang telah menyerap air akan
membesar, ukuran benih meningkat dua kali lipat setelah
proses imbibisi berlangsung (Lakitan, 2000).

5
b. Faktor internal
Merupakan faktor yang berasal dari dalam tubuh benih itu
sendiri seperti:
1. Kulit Biji
Kulit biji dapat berperan sebagai penghambat untuk
terjadinya perkecambahan, sehingga biji tersebut digolongkan
sebagai biji tersebut digolongkan sebagai biji yang berada
dalam keadaan dorman. Hambatan kulit biji tersebut mungkin
disebabkan karena :
a. Kulit biji mengandung senyawa penghambat tumbuh
b. Kulit menghambat difusi oksigen dan/atau air masuk ke
dalam biji
c. Kulit biji memiliki resistensi mekanis yang besar radikel
tidak mampu untuk tumbuh menembusnya.
2. Kematangan embrio
Terjadinya dormansi disebabkan oleh belum matangnya
atau belum sempurnanya pembentukan embrio.Pada saat
terjadi absisi atau gugurnya buah dari daun, biji belum
menyelesaikan perkembangannya.Sehingga biji terdiferensiasi
sempurna, sehingga biji membutuhkan waktu yang lebih lama
untuk berkecambah karena mempersiapkan kebutuhannya.
Dalam hal ini, berarti biji melakukan penundaan untuk tidak
berkecambah dan melakukan dorman.
3. Adanya Inhibitor (penghambat)
Perkecambahan biji adalah kulminasi dari serangkaian
kompleks proses-proses metabolik, yang masing-masing harus
berlangsung tanpa gangguan. Tiap substansi yang menghambat
salah satu proses akan berakibat pada terhambatnya seluruh
rangkaian proses perkecambahan. Beberapa zat penghambat
dalam biji yang telah berhasil diisolir adalah soumarin dan
lacton tidak jenuh, namun lokasi penghambatannya sukar
ditentukan karena daerah kerjanya berbeda dengan tempat di
mana zat tersebut diisolir.Zat penghambat dapat berada dalam
embrio, endosperm, kulit biji maupun daging buah.
4. Rendahnya zat perangsang tumbuh
Walaupun terdapat banyak jenis senyawa yang dapat
berperan menghambat (Kamil, 1984)

6
E. Variabel Penelitian

1. Variabel Manipulasi : Jenis biji berkulit keras dan perlakuan pada biji
2. Variabel Kontrol : Jumlah biji, wadah penanaman (polybag), media
tanam,
3. Variabel Respon : Pemecahan dormansi pada biji berkulit keras.
F. Definisi Operasional Variabel
Pada percobaan pemecahan dormansi variabel manipulasi, yaitu jenis biji
berkulit keras, biji yang digunakan adalah biji jamblang/juwet (Syzygium
cumini) dan perlakuan pada yang dimaksud adalah direndam pada asam
sulfat, diamplas, dan dicucui dengan air . Variabel kontrol, yaitu jumlah biji
adalah biji jamblang/juwer (Syzygium cumini) adalah 30 biji digunakan untuk
10 biji direndam pada asam sulfat, 10 biji diampla, dan 10 biji dicucui
dengan air. Wadah penanaman yang digunakan adalah polybag berukuran
sedang pada 3 perlakuan dan media tanam yaitu pupuk dan sekam dengan
perbandingan 1:1. Variabel respon yang diharapkan, yaitu pemecahan
dormansi pada biji berkulit keras adalah biji jamblang/juwet (Syzygium
cumini).

G. Alat dan Bahan

Alat :

 Polybag 3 buah
 Gelas kimia 2 buah

Bahan :

 Asam Sulfat Secukupnya


 Amplas 4 lembar
 Air Secukupnya
 Biji jamblang (Syzygium cumini) 30 biji
 Pupuk dan sekam Secukupya
 Kertas milimeter 1 lembar
H. Rancangan Percobaan

Disediakan 30 biji 10 biji direndam 10 biji


juwet (Sizygium dalam H2SO4 dihilangkan
cumini) dan dibagi selama 5 menit, bagian tidak ada
3 kelompok. kemudian cuci lembaga dengan
dengan air. kertas amplas.

7
Diamati Ditanam semua Diambil 10 biji
perkecambahan biji pada pot yang lain kemudian
dengan tanah dan cuci dengan air.
ketiga pot setiap
pasir dengan
hari selama 14
perbandingan 1:1
hari.

I. Langkah Kerja

1. Menyiapkan bahan dan alat yang diperlukan


2. Menyediakan 30 biji jamblang/juwet (Syzygium cumini) dan dibagi
menjadi 3 kelompok:
 10 biji rendam dalam asam sulfat pekat selama 5 menit,
kemudian cuci dengan air.
 10 biji dihilangkan bagian yang tidak ada lembaganya dengan
menggunakan kertas amplas dan kemudian cuci dengan air.
 10 biji cuci dengan air mengalir.
3. Tanam ke-3 kelompok biji tersebut pada pot yang bermedia tanam
pupuk dan sekan dengan perbandingan 1:1. Usahakan kondisi
penanaman biji dalam keadaan sama untuk ke-3 pot.
4. Mengamati perkecamabhan untuk ke-3 pot tersebut setiap hari selama
14 hari. Bila tanahnya kering melakukan penyiraman.
5. Membuat tabel pengamatan kecepatan perkecambahan dari hasil
pengamatan.
J. Rancangan Tabel Pengamatan
Tabel 1. Pengaruh Perbedaan Perlakuan Pada Pemecahan Dormansi Biji
Jamblang (Syzygium cumini)

Hari Jumlah Biji yang Berkecambah Pada Tiap Perlakuan


ke- Direndan H2SO4 Diamplas Dicuci dengan air
1
2
3
4
5
6
7
8
9

8
Hari Jumlah Biji yang Berkecambah Pada Tiap Perlakuan
ke- Direndan H2SO4 Diamplas Dicuci dengan air
10
11
12
13
14

K. Rencana Analisis Data

L. Hasil Analisis Data

Tabel 2. Pengaruh Perbedaan Perlakuan Pada Pemecahan Dormansi Biji


Jamblang (Syzygium cumini)

Hari Jumlah Biji yang Berkecambah Pada Tiap Perlakuan


ke- Direndan H2SO4 Diamplas Dicuci dengan air
1 - - -
2 - - -
3 1 - -
4 - 1 -
5 1 1 -
6 - 1 -
7 1 1 -
8 - 1 -
9 - 1 -
10 - - -
11 - - -
12 - - 1
13 - - -
14 - - -

9
7
6
5
4
biji yang
3 berkecambah
2
1
0
Di amplas H2SO4 di cuci air

Gambar 1. Grafik Jumlah Biji Juwet (Syzygium Cumini) yang berkecambah

1. Analisis Data
Berdasarkan tabel hasil percobaan yang telah dilakukan didapatkan
hasil pada perendaman H2SO4 biji yang berkecambah sebanyak 3 yaitu
pada hari ke 3, 5, dan 7. Pada perlakuan diamplas biji yang berkecambah
sebanyak 6 yaitu pada hari ke-4, 5, 6, 7, 8, dan 9. Pada perlakuan dicuci
dengan air biji yang berkecambah sebanyak 1.
2. Pembahasan
Pada percobaan pemecahan dormansi yang bertujuan untuk
mengetahui berbagai macam perlakuan terhadap pemecahan dormansi biji
berkulit keras. Peristiwa dormansi sendiri merupakan suatu keadaan
dimana pertumbuhan terjadi walaupun kondisi lingkungan mendukung
untuk terjadinya perkecambahan. Dormansi biji terjadi akibat
terbentuknya senyawa-senyawa kimia inhibitor (penghambat) pada
permukaan biji, kurangnya zat-zat perangsang penting dalam proses
pemecahan dormansi disebabkan oleh adanya kulit biji yang keras
sehingga air dan oksigen sebagai pemacu perkecambahan tidak dapat
masuk (Elisa, 2012).
Sedangkan, perkecambahan merupakan proses dimulai dari
masuknya air ke dalam sel-sel biji yang disebut dengan proses imbibisi.
Proses ini merupakan proses fisika. Imbibisi menyebabkan enzim-enzim
dalam biji dapat bekerja. Bekerjanya enzim merupakan proses kimia.
Pada saat air diserap oleh biji, maka enzim amilase yang ada pada biji
dapat bekerja memecah tepung menjadi maltosa, selanjutnya maltosa
dihidrolisis oleh maltase menjadi glukosa. Saat proses ini berlangsung,
protein juga dipecah menjadi berbagai macam asam amino. Senyawa
glukosa masuk ke dalam proses metabolisme dan dipecah menjadi energi
atau dirubah menjadi senyawa karbohidrat yang menyusun struktur tubuh.
Berbagai macam asam amino yang terbentuk nantinya akan dirangkai
menjadi protein yang berfungsi untuk menyusun enzim-enzim baru.

10
Sedangkan asam lemak dipakai untuk menyusun membran sel (Loveless,
1999).
Pada percobaan ini terjadi pemecahan dormansi atau
perkecambahan pada biji jamblang/juwet (Syzygium cumini) dari ketiga
perlakuan, yang pertama yaitu diamplas (cara fisika) yang diharapkan
dengan diamplasnya biji Sirsak maka akan mengelupas lapisan keras
berupa lilin yang melapisi lalu akan mendukung terjadinya pemecahan
dormansi dengan masuknya air ke dalam sel-sel biji yang disebut dengan
proses imbibisi. Kedua yaitu dengan merendam biji kedalam H2SO4 yang
dikenal dengan konsentrasinya yang sangat asam, dari hal tersebut
diharapkan akan mengelupas lapisan lilin pada biji Sirsak yang akan
mendukung pemecahan dormansi dengan masuknya air ke dalam sel-sel
biji yang disebut dengan proses imbibisi. Yang terakhir yaitu dengan
mencuci biji jamblang/juwet (Syzygium cumini) dengan air yang
digunakan sebagai kontrol.
Pada percobaan ini, dapat dilihat bahwa biji yang direndam
dengan H2SO4 lebih cepat tumbuh dibanding dengan kedua perlakuan
lainnya. Hal ini disebabkan karena biji yang direndam H2SO4
mengakibatkan biji menjadi lunak dan mempercepat proses ambibisi,
sedangkan pada biji yang diamplas dengan menggunakan kertas amplas
juga tumbuh lebih banyak tetapi hanya saja waktunya lebih cepat
dibandingkan yang H2SO4. Biji yang diamplas juga sangat berpengaruh
terhadap proses ambibisi karena biji yang sudah diamplas akan
mengakibatkan kulit biji menipis dan sampai terkelupas, hal ini
menyebabkan biji lunak dan biji yang direndam air tersebut, air yang
masuk ke dalam embrio biji menjadi lebih cepat juga dan akan
mempercepat proses ambibisi. Sedangkan pada biji yang direndam air
lebih lama tumbuh dibanding kedua perlakuan lainnya. Hal ini
dikarenakan pada biji yang direndam air kulit pada biji tersebut masih
tetap menempel pada embiro dan hanya diberi perlakuan perendaman
pada air, sehingga kulit biji tersebut masih tetap berada pada embrio.
Kulit biji tersebut menghambat proses ambibisi sehingga waktu yang
diperlukan juga semakin lama dibandingkan 2 perlakuan lainnya. Pada
percobaan ini biji tumbuh disemua perlakuan tetapi adapun faktor lainnya
yang mempengaruhi penghambat proses ambibisi biji adalah suhu,
kelembaban, oksigen, cahaya.

M. Kesimpulan

Proses dormansi biji jamblang/juwet (Syzygium cumini) cepat tumbuh pada


biji yang diamplas, yaitu pada hari ke-4 sampai ke-9 ada 6 biji yang tumbuh
dari 10 biji, dibanding biji yang direndam H2SO4 dan dicuci air. Pada biji

11
yang direndam H2SO4 tumbuh 3 biji pada hari ke-3 dampai hari ke-7 secara
berseling. Pada biji yang dicuci air tumbuh 1 dari 10 biji pada hari ke-12.

N. Daftar Pustaka

Elisa. 2012. Klasifikasi Dormansi Biji, (Online),


http://wikipedia/Klasifikasi Dormansi Biji/sains.com. Diakses
pada tanggal 15 Mei 2016
Haryuni dan Harjanto. 2007. Pengaruh Skarifikasi Sistem Oven Terhadap
Perkecambahan dan Pertumbuhan Awal Benih Tanaman Jati
(Tectonagrandis L.F). ISSN: 0854-2813 VOL. 7 NO. 1 JANUARI
2007.
Juhanda, Yayuk Nurmiaty dan Ermawati .2013. Pengaruh Skarifikasi
pada Pola Imbibisi dan Perkecambahan Benih Saga Manis
(Abruss precatorius L.). Jurnal Agrotek Tropika. ISSN 2337-4993
Vol. 1, No. 1: 45 – 49, Januari 2013. Jurusan Agroteknologi,
Fakultas Pertanian Universitas Lampung.
Kamil, J., 1984. Teknologi Benih. Bandung: Angkasa Raya.
Lakitan, Benyamin. 2000. Dasar-dasar Fisiologi Tumbuhan. Jakarta:
Raja Grafindo Persada.
Loveless, A. R. 1999. Prinsip-Prinsip Biologi Tumbuhan Untuk
Daerah.Tropik.Jakarta :PT. Gramedia Indonesia.
Salisbury dan Ross. 1995. Fisiologi Tumbuhan Jilid 2. Bandung: ITB.
Sastamidharja, Dardjat dan Arbayah Siregar. 1996. Fisiologi Tumbuhan.
Jakarta : Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.
Silomba, S, D, A. 2006. Pengaruh Lama Perendaman dan
PemanasanTerhadap Viabilitas Benih Kelapa Sawit.Skripsi.
Institut PertanianBogor.
Soejadidan US Nugraha.Pengaruh perlakuan pematahan dormansi
terhadap daya berkecambah padi. Bogor. IPB. 2002.
Sutopo, L. 2002. Teknologi Benih Fakultas Pertanian Universitas
Brawijaya. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.

12

Anda mungkin juga menyukai